Rabu, 30 Maret 2011

Umar Mukhtar - The lion of the desert from Libya

Adalah Umar Mukhtar. Seorang tokoh dan figur yang memiliki semangat juang tinggi, intelektual, cerdas dan berdedikasi tinggi pada agamanya. Dilahirkan tahun 1861 di kota kecil di Libya bernama Zawia Janzour. Umar memulai hidupnya menjadi seorang sufi dan memasuki tarekat yang bernama Sanusiyah sampai beliau meninggal. Tarekat yang unik. Ia tidak meninggalkan dunia tetapi peduli terhadap persoalan dunia. Tarekat ini sering berperang melawan ketidakadilan. Ini mengingatkan kita dengan do’a Abu Bakar, “Ya Allah! Jadikanlah dunia ini di tangan kami bukan di hati kami”.

Awal Perjuangan Libya Tahun 1911 kapal-kapal perang Itali berlabuh di pantai Tripoli, Libya. Mereka membuat permintaan kepada kekhalifahan Turki Ustmaniyah untuk menyerahkan Tripoli kepada Italia. Kalau tidak kota itu akan dihancurkan. Bersama rakyat Libya, kekhalifahan menolaknya mentah–mentah permintaan itu. Mereka menganggap hal ini sebuah penghinaan. Akibatnya, titisan bangsa Romawi ini pun mengebom kota Tripoli tiga hari tiga malam. Peristiwa ini menjadi seri perjuangan mujahidin Libya, bersama tentara Turki melawan pasukan Italia.

Tahun 1912, Sultan Turki menandatangani sebuah perjanjian damai yang sejatinya sebagai simbol menyerahnya Turki kepada Italia. Perjanjian itu diadakan di kota Lausanne,Switzerland. Itulah awal pemerintahan kolonial Italia berkuasa di Libya. Namun, perjanjian ini ditolak rakyat Libya. Mereka tetap melanjutkan perang jihad. Di beberapa wilayah, mereka masih tetap dibantu oleh tentara Turki yang tidak mematuhi perintah dari Jenderal
Turki di pusat kekhalifahan, Istanbul.

‘Sang Alim’ yang Peduli Umat Kecaman yang menimpa muslim Libya membuat Umar harus meninggalkan semua pengajiannya, demi kebutuhan umat. Sang Alim melayangkan pikiran, kita sejenak pada sosok Abdullah ibn Mubarak. Ulama besar yang peduli dengan kondisi yang bergolak saat itu.

Umar Mukhtar merupakan seorang komandan perang yang juga master dalam strategi perang gerilya di padang pasir. Ia memanfaatkan pengetahuannya tentang peta geografi Libya,untuk memenangi pertempuran. Terlebih pasukan Italia ‘buta’ dengan padang pasir. Beliau benar-benar memanfaatkan keterbatasan itu sebagai area menjadi sebuah titik kemenangan. Karena ia menyadari, ia bergerak dalam ruang lingkup hukum alam atau sunnatullah. “Jangan pernah melawan sunnatullah pada alam, sebab ia pasti akan mengalahkanmu. Tapi gunakanlah sebagiannya untuk menundukkan sebagian yang lain, niscaya kamu akan sampai tujuan”,kaedah indah yang dipakai imam syahid Hasan Al-Banna.

Umar Mukhtar memiliki sekitar 6000 pasukan. Beliau juga membentuk pasukan elit kecil yang mempunyai mobility dan keterampilan perang yang tinggi. Keistimewaanya, berani tampil menjemput syahid. Pasukan ini mirip Brigade Izzuddin Al-Qassam yang miliki HAMAS di Palestina.

Tahun 1921 Umar Mukhtar tertangkap, karena pengkianatan salah seorang pasukannya. Tetapi berkat kepiawaiannya berdiplomasi dalam bahasa Inggris, Umar pun cepat dibebaskan oleh tentara musuh. Di tahun yang sama, Libya diperintah oleh Gubernur Jenderal Guiseppe Volvi. Ia mendeklarasikan akan “memperjuangkan hak-hak Italia dengan darah”. Lima belas ribu pasukan Italia pun disebar di kota Libya untuk membunuh para penduduk awam. Angkatan udara italia pun juga ikut berbicara. Kepala operasi ketentaraan ini adalah Pietro Badoglio dan Rudolfo Graziani. Nama terakhir ini tidak mengecualikan seorang pun dari pendukung-pendukung Umar yang tertangkap. Semuanya harus dibantai. Hal ini mendorong Umar beserta pasukannya kembali angkat senjata. Kemenangan pun diperoleh.

Italia kalang kabut. Mereka ambil sikap, menangkapi rakyat biasa Libya. Karena itu, Mujahidin Libya harus menjalani peperangan yang sangat panjang. Umar berganti titel; komandan perang untuk seluruh wilayah Libya. Terlebih, ia seorang ‘lulusan’ penjara Italia, sekolah yang semakin membesarkan cintanya membela Islam.

Peperangan yang berkisar pada tahun 1923– 931, menyebabkan Italia menderita kerugian yang amat sangat. Italia kalah perang di mana-mana. Setelah mendapat laporan dari Libya, Benito Musollini turun tangan. Ia mengirim 400.000 pasukannya ke Libya. Perang menjadi sangat tidak seimbang. Ibarat David versus Goliath. Pasukan Umar Mukhtar ‘hanya’ 10.000 orang. Di dalam al-Quran disebutkan bahwa bandingan pasukan muslim melawan pasukan kafir 1:10. Sangat wajar 10.000:400.000 mengakibatkan kekalahan mujahidin Libya.

‘Sang Idola’ Menjemput Syahid


Hukum Sunnatullah berlaku. Apalagi Mujahidin Libya telah berperang selama 20 tahun. Italia? mereka selalu berdarah segar, terkecuali para pemimpinnya. Tahun 1931, Umar Mukhtar tertangkap. Sebuah pukulan telak kepada rakyat Libya. Beliau pun diadili dalam pengadilan yang tidak ada keadilan di dalamnya. Akhirnya, 16 September 1931 Umar Mukhtar mendapatkan karunia Ilahiyah yang mengabadikannya; tiang gantungan. Sebuah icon paling penting dalam sejarah tirani abad ke-20. Simbol yang sangat akrab di telinga kaum muslimin khususnya.

Ratusan ribu rakyat Libya pun tak kuasa menahan tangisnya. Sedih karena sang idola telah tiada. Tetapi terharu melihat sang idola tersenyum menemui Robb-nya. Mereka semua mempunyai alasan untuk menitikkan air mata kesedihan. Sebagaimana kesedihan yang dirasakan wanita-wanita Madinah ketika mendengar berita kematian Khalid bin Walid di Syam. Sebab, orang-orang seperti itu memang layak ditangisi.

‘Sang Pemimpin’ dan Rahasia di Balik Kesuksesannya

Italia sangat terkenal dengan kekuatan militer. Terlebih, ia di bawah arahan Benito Musollini; diktator Italia yang menganut Fasis. Teman akrabnya, Adolf Hittler; diktator Jerman yang menganut Nazi. Membuat kocar kacir kekuatan yang ‘maha dahsyat’ seperti itu tidaklah mudah. Bahkan sangat berat. Tetapi tidak bagi Umar dan pasukannya. Mereka seringkali menjungkalkan benteng pertahanan milik Italia.

Sang pemimpin memiliki daya karismatik yang tinggi di mata rakyat Libya. Beliau mungkin sesuai dengan cara Umar bin Khatab r.a memaknai nilai seorang pemimpin di mata Allah. Ia berpesan kepada para pejabat di masa kekhalifahannya, “Ketahuilah kedudukan Anda di mata Allah dengan cara melihat tingkat penerimaan masyarakat kepada Anda!” Beliau memiliki keyakinan bahwa Allah hanya akan mau memenangkan agama-Nya dengan usaha-usaha manusia, bukan dengan mukjizat demi mukjizat. Di sinilah kunci kemenangan mujahidin Libya. Pasukan Umar Mukhtar sering memenangi peperangan meskipun dalam rasio pasukan yang jauh berbeda.

Sang pemimpin mengajarkan kepada kita bertarung dengan ruh dan semangat. Ketika ‘itu’ hilang dalam diri, maka segeralah bersiap–siap mengubur kemenangan. Umar Mukhtar adalah seorang manusia seperti halnya kita. Ia juga selalu dirundung banyak masalah. Pasti!. Kesedihan, kecemasan dan ketakutan. Bahkan keputusasaan serta keterpurukan pun mendera jiwanya. Pekerjaan-pekerjaan tersebut pastilah menyedot energi fisik, jiwa spiritual, dan pemikirannya. Namun, ia tahu bagaimana melawan ketakutan dan kesedihan. Memunculkan harapan di atas keputusasaan. Mereka selalu tampak santai dalam kesibukan, tenang di bawah tekanan, bekerja dalam kesulitan, optimis di depan tantangan, dan gembira dalam segala situasi.

Itu semua hanya berangkat dengan modal keyakinan iman dalam jiwanya. Ia memiliki tradisi spiritualitas yang khas. Selalu berharap akan pertolongan dan kemenangan dari Allah. Itu semua terlukis dalam bentuk ibadah nadhahnya kepada sang Khalik dan perbuatan ‘saleh’ lainnya. Karena itu, ia abadi dalam kenangan manusia. Menjadi bintang abadi di langit sejarah. Wallahua’lam bisshawwab.

Source: Brain News

Berdoa dengan Mengangkat Kedua Tangan


Mengangkat tangan dalam berdoa merupakan etika yang paling agung dan memiliki keutamaan mulia serta penyebab terkabulnya doa.

Dari Salman Al-Farisi Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Sesungguhnya Rabb kalian Maha Hidup lagi Maha Mulia, Dia malu dari hamba-Nya yang mengangkat kedua tangannya (meminta-Nya) dikembalikan dalam keadaan kosong tidak mendapat apa-apa". [Sunan Abu Daud, kitab Shalat bab Doa 2/78 No.1488, Sunan At-Tirmidzi, bab Doa 13/68. Musnad Ahmad 5/438. Dishahihkan Al-Albani, Shahih Sunan Abu Daud].

Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa lafazh hayyun berasal dari lafazh haya' yang bermakna malu. Allah memiliki sifat malu yang sesuai dengan keagungan dzat-Nya kita beriman tanpa menggambarkan sifat tersebut. Lafazh kariim yang berarti Maha Memberi tanpa diminta dan dihitung atau Maha Pemurah lagi Maha Memberi yang tidak pernah habis pemberian-Nya, Dia dzat yang Maha Pemurah secara mutlaq. Lafazh an yarudahuma shifron artinya kosong tanpa ada sesuatu. [Mur'atul Mafatih 7/363]

Dari Anas Radhiyalahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak berdoa dengan mengangkat tangan kecuali dalam shalat Istisqa. [Shahih Al-Bukhari, bab Istisqa' 2/12. Shahih Muslim, kitab Istisqa' 3/24].

Imam Hafizh Ibnu Hajar berkata bahwa hadits tersebut tidak menafikan berdoa dengan mengangkat tangan akan tetapi menafikan sifat dan cara tertentu dalam mengangkat tangan pada saat berdoa, artinya mengangkat tangan dalam doa istisqa' memiliki cara tersendiri mungkin dengan cara mengangkat tangan tinggi-tinggi tidak seperti pada saat doa-doa yang lain yang hanya mengangkat kedua tangan sejajar dengan wajah saja.

Berdoa dengan mengangkat tangan hingga sejajar dengan kedua pundak tidaklah bertentangan dengan hadits di atas sebab beliau pernah berdoa mengangkat tangan hingga kelihatan putih ketiaknya, maka boleh mengangkat tangan dalam berdoa hingga kelihatan ketiaknya, akan tetapi di dalam shalat istisqa dianjurkan lebih dari itu atau mungkin pada shalat istisqa kedua telapak tangan diarahkan ke bumi dan dalam doa selainnya kedua telapak tangan diarahkan ke atas langit.

Imam Al-Mundziri mengatakan bahwa jika seandainya tidak mungkin menyatukan hadits-hadits diatas, maka pendapat yang menyatakan berdoa dengan mengangkat tangan lebih mendekati kebenaran sebab banyak sekali hadits-hadits yang menetapkan mengangkat tangan dalam berdoa, seperti yang telah disebut Imam Al-Mundziri dan Imam An-Nawawi dalam Syarah Muhadzdzab dan Imam Al-Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad. Adapun hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari 'Amarah bin Ruwaibah bahwa dia melihat Bisyr bin Marwan mengangkat tangan dalam berdoa, lalu mengingkarinya kemudian berkata : "Saya melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak lebih dari ini sambil mengisyaratkan jari telunjuknya. Imam At-Thabari meriwayatkan dari sebagian salaf bahwa disunnahkan berdoa dengan mengisyaratkan jari telunjuk. Akan tetapi hadits di atas terjadi pada saat khutbah Jum'at dan bukan berarti hadits tersebut menafikan hadits-hadits yang menganjurkan mengangkat tangan dalam berdoa. [Fathul Bari 11/146-147].

Akan tetapi dalam masalah ini terjadi kekeliruan, sebagian orang ada yang berlebihan dan tidak pernah sama sekali mau meninggalkan mengangkat tangan, dan sebagian yang lainnya tidak pernah sama sekali mengangkat tangan kecuali waktu-waktu khusus saja, serta sebagian yang lain di antara keduanya, artinya mengangkat tangan pada waktu berdoa yang memang dianjurkan dan tidak mengangkat tangan pada waktu berdoa yang tidak ada anjurannya. Imam Al-'Izz bin Abdussalam berkata bahwa tidak dianjurkan mengangkat tangan pada waktu membaca doa iftitah atau doa diantara dua sujud. Tidak ada satu haditspun yang shahih yang membenarkan pendapat tersebut.

Begitupula tidak disunahkan mengangkat tangan tatkala membaca doa tasyahud dan tidak dianjurkan berdoa mengangkat tangan kecuali waktu-waktu yang dianjurkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengangkat tangan. [Fatawa Al-Izz bin Abdussalam hal. 47].

Syaikh Bin Baz berkata bahwa dianjurkan berdoa mengangkat tangan karena demikian itu menjadi penyebab terkabulnya doa, berdasarkan hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Artinya : Sesungguhnya Tuhan kalian Maha Hidup lagi Maha Mulia, Dia malu kepada hamba-Nya yang mengankat kedua tangannya (meminta-Nya), Dia kembalikan dalam keadaan kosong tidak mendapat apa-apa". [Hadits Riwayat Abu Dawud].

Dan sanda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Artinya : Sesungguhnya Allah Maha Baik tidak menerima kecuali yang baik dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman seperti memerintahkan kepada para rasul".

Allah berfirman.

"Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah". [Al-Baqarah : 172].

Dan firman Allah : "Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". [Al-Mukminuun : 51]

Kemudian beliau menyebutkan seseorang yang lusuh mengangkat kedua tangannya ke arah langit berdoa : 'Ya Rabi, ya Rabbi tetapi makanannya haram, minumannya haram dan pakaiannya haram serta darah dagingnya tumbuh dari yang haram, bagaimana doanya bisa dikabulkan .?" [Shahih Muslim, kitab Zakat 3/85-86]

Tidak dianjurkan berdoa mengangkat tangan bila Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengangkat kedua tangannya pada waktu berdoa seperti berdoa pada waktu sehabis salam dari shalat, membaca doa di antara dua sujud dan membaca doa sebelum salam dari shalat serta pada waktu berdoa dalam khutbah Jum'at dan Idul fitri, tidak pernah ada hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat tangan pada waktu waktu tersebut.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah panutan kita dalam segala hal, apa yang ditinggalkan dan apa yang dilaksanakan semuanya suatu yang terbaik buat umatnya, akan tetapi jika dalam khutbah Jum'at khatib membaca doa istisqa', maka dianjurkan mengangkat tangan dalam berdoa sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah Shallallah 'alaihi wa sallam. [Shahih Al-Bukhari, bab Istisqa', bab Jamaah Mengangkat Tangan Bersama Imam 2/21].

Dianjurkan mengangkat tangan dalam berdoa setelah shalat sunnah tetapi lebih baik jangan rutin melakukannya karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak rutin melakukan perbuatan tersebut dan seandainya demikian, maka pasti kita menemukan riwayat dari beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam terlebih para sahabat selalu menyampaikan segala tindakan dan ucapan beliau baik dalam keadaan mukim atau safar.

Adapun hadits yang berbunyi :

"Artinya : Shalat adalah ibadah yang membutuhkan khusyu' dan berserah diri, maka angkatlah kedua tanganmu dan ucapkanlah : Ya Rabbi, ya Rabbi". [Hadits Dhaif, Fatawa Muhimmmah hal. 47-49].

Dan tidak dianjurkan mengangkat tangan dalam membaca doa thawaf sebab Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkali-kali melakukan thawaf tidak ada satu riwayatpun yang menjelaskan bahwa beliau berdoa mengangkat tangan pada saat thawaf.

Sesuatu yang terbaik adalah mengikuti ajaran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan sesuatu yang terburuk adalah mengikuti perbuatan bid'ah.

Cara Mengangkat Tangan Dalam Berdoa.

Ibnu Abbas berpendapat bahwa cara mengangkat tangan dalam berdoa adalah kedua tangan diangkat hingga sejajar dengan kedua pundak, dan beristighfar berisyarat dengan satu jari, adapun ibtihal (istighasah) dengan mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi. [Sunan Abu Daud, bab Witir, bab Doa 2/79 No. 14950. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud].

Imam Al-Qasim bin Muhammad berkata bahwa saya melihat Ibnu Umar berdoa di Al-Qashi dengan mengangkat tangannya hingga sejajar dengan kedua pundaknya dan kedua telapak tangannya dihadapkan ke arah wajahnya. [Dishahihkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 11/147. Dinisbatkan kepada AL-Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad tetapi tidak ada].

Ketahuilah Bahwa Doa Istisqa' Memiliki Dua Cara

Pertama.
Mengangkat kedua tangan dan mengarahkan kedua telapak tangan ke wajah, berdasarkan dari Umair Maula Abi Al-Lahm bahwa dia melihat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa istisqa di Ahjari Zait dekat dengan Zaura' sambil berdiri mengangkat kedua telapak tangannya tidak melebihi di atas kepalanya dan mengarahkan kedua telapak tangan ke arah wajahnya. [Sunan Abu Daud, kitab Shalat bab Raf'ul Yadain fil Istisqa' 1/303 No. 1168. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud 1/226 No. 1035].

Kedua
Mengangkat tagan tinggi-tinggi dan mengarahkan luar telapak tangan ke arah langit dan dalam telapak tangan ke arah bumi. Dari Anas bahwa beliau melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa saat istisqa dengan mengangkat tangan tinggi-tinggi dan mengarahkan telapak tangan sebelah dalam ke arah bumi hingga terlihat putih ketiaknya. [Sunan Abu Daud, kitab Shalat bab Raf'ul Yadain fil Istisqa' 1/303 No. 1168. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud 1/226 No. 1035].

[Disalin dari buku Jahalatun nas fid du'a, edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdoa oleh Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih, hal 61-69 terbitan Darul Haq, penerjemah Zaenal Abidin Lc] (Oleh Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih)

Hijrah adalah Satu dari Tiga Pilar Penegakan Islam

Hari ini adalah hari terakhir tahun 1431 Hijriyah. Kalau Allah beri kita umur tambahan, insya Allah nanti sore setelah mata hari tenggelam kita akan memasuki awal tahun 1432 Hijriyah.

Pelajaran apa yang kita dapatkan dari peristiwa Hijrah, khususnya Hijrah Rasul SAW dan para sahabat ke Madinah? Inilah pertanyaan yg selalu kita tanyakan pada diri kita saat melewati pergantian tahun Hijriyah, atau saat memasuki tahun baru Hijriyah.

Hijrah adalah satu dari tiga pilar Islam, yakni Iman, Hijrah dan Jihad. Inilah tiga pilar Islam yang menyebabkan Islam bisa tegak dalam diri, dalam rumah tangga, dalam masyarakat dan bahkan dalam sebuah pemerintahan, atau negara.

Bila salah satu ditinggalkan, maka bangunan Islam itu tidak akan pernah berdiri dengan kokoh, lurus dan sempurna, bahkan menjadi miring dan tidak akan lama bertahan kemudian roboh. Allah menjelaskan :

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah [2] : 218)

Sesungguhnya bangunan Islam, baik dalam diri, rumah tangga, masyarakat apalagi dalam bentuk negara dan pemerintahan sudah roboh sejak tahun 1924, saat robohnya Khilafah Utsmaniyah yang berpusat di Turki di tangan Mustafa Kemal Ataturk.

Sejak itu, sampai saat ini, bangunan Islam belum berhasil di tegakkan kembali. Sebabnya jelas, karena umat Islam belum memiliki tiga tiang pilar tersebut dalam waktu yang bersamaan. Pilar iman saja tidak cukup, apalagi hanya pilar hijrah atau jihad saja. Begitu pula, jika pilar iman masih lemah, maka pilar hijrah dan pilar jihad juga akan ikut lemah.

Sesungguhnya tiga pilar tersebut merupakah kehendak robbani yang tidak mungkin diganti lagi. Itu adalah ketetapan sang Pencipta alam semesta. Dengan tiga pilar itulah Islam ini ditegakkan oleh Rasul SAW, sehingga bisa bertahan 13 abad lamanya.

Jika kita ingin merekonstruksi bangunan Islam ini kembali ke dalam kehidupan nyata khususnya pemerintahan dan negara, apalagi khilafah, maka ketiga pilar tersebut harus kita miliki terlebih dulu.

Tanpa ketiga pilar tersebut, mustahil bangunan Islam itu dapat tegak kembali. Bisa-bisa apa yang kita harapkan tak lebih dari fatamorgana. Allahu a'lam.

oleh Fathuddin Ja'far
eramuslim.com

Murtad Tanpa Sadar

Ada sebuah buku berjudul asli Al-Iman wa Nawaqidhuhu & At-Tibyan Syarhu Nawaqidhil Iman. Buku ini ditulis oleh duet Dr Safar Hawali & Syaikh Sulaiman Nashir Ulwan. Buku ini diterbitkan oleh penerbit Etoz Publishing. Yang menariknya, penerbit menerjemahkan judul buku tersebut dengan atraktif sekaligus menghentak sanubari. Judul bahasa Indonesianya ialah Murtad Tanpa Sadar Kok Bisa?

Benar saudaraku. Ternyata di dalam hidup ini ada perkara-perkara yang jika dilakukan, bahkan sekedar diucapkan, dapat menjerumuskan seorang muslim ke dalam sebuah keadaan murtad tanpa sadar. Artinya, ia tidak sekedar terlibat dalam sembarang dosa. Tapi ia terlibat ke dalam urusan yang dapat menyebabkan batalnya keimanan serta keislamannya. Hal ini menjadi lebih serius jika kita kaitkan dengan kondisi zaman modern yang sangat sarat dengan fitnah (ujian) terhadap iman seorang muslim. Sehingga kita jadi teringat sebuah hadits di mana Rasulullah Muhammad صلى الله عليه و سلم bersabda:

بَادِرُوا فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا وَيُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bersegeralah beramal sebelum datangnya rangkaian fitnah seperti sepenggalan malam yang gelap gulita, seorang laki-laki di waktu pagi mukmin dan di waktu sore telah kafir, dan di waktu sore beriman dan paginya menjadi kafir, ia menjual agamanya dengan kesenangan dunia." (HR. Ahmad, No. 8493)

Sungguh penulis khawatir bahwa kondisi dunia dewasa ini persis sebagaimana Nabi صلى الله عليه و سلم gambarkan di dalam hadits di atas. Laksana malam yang gelap gulita. Fitnah (ujian) telah meliputi segenap aspek kehidupan modern. Dan derajat fitnah tersebut sedemikian rupa sehingga potensial menyebabkan seorang muslim sulit memelihara ke-istiqomahannya. Pagi masih dinilai Allah سبحانه و تعالى beriman, namun sore harinya telah menjadi kafir. Bayangkan...! Nabi صلى الله عليه و سلم di dalam hadits di atas tidak menggambarkan kondisi gelap gulita tersebut berakibat sekedar “di waktu pagi berbuat kebaikan dan di waktu sore berbuat kejahatan”. Sebab jika demikian penggambarannya, masih lebih ringan. Sebab betapapun seseorang melakukan kejahatan, ia masih mungkin dipandang tetap memiliki iman. Sedangkan Nabi صلى الله عليه و سلم jelas-jelas menggambarkan bahwa kegelapan akibat rangkaian fitnah tersebut berakibat “seorang laki-laki di waktu pagi mukmin dan di waktu sore telah kafir, dan di waktu sore beriman dan paginya menjadi kafir”. Wa na’udzu billahi min dzaalika...!

Mari kita lihat contohnya. Sebut saja Pembatal Keislaman nomor empat dan nomor sembilan. Pembatal Keislaman nomor empat di dalam buku MTS (Murtad Tanpa Sadar) ialah “Meyakini Bahwa Selain Petunjuk Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم Lebih Sempurna Daripada Petunjuknya”. Sedangkan Pembatal Keislaman nomor sembilan ialah “Meyakini Bahwa Manusia Boleh Keluar Dan Tidak Mengikuti Syariat Allah سبحانه و تعالى dan RasulNya صلى الله عليه و سلم ”.

Sungguh, tidak sedikit muslim di era modern ini yang terjatuh kepada dua perkara di atas. Mereka masih menaruh harapan kepada petunjuk, panduan, isme, ideologi, bimbingan hidup, sistem hidup atau falsafah hidup selain yang bersumber dari Allah سبحانه و تعالى dan RasulNya صلى الله عليه و سلم . Lalu mereka memperlakukan berbagai petunjuk tersebut seolah setara bahkan lebih baik dan lebih sempurna daripada ajaran Al-Islam. Mereka meragukan Al-Islam sebagai pemersatu keanekaragaman ummat manusia lalu meyakini ada selain Al-Islam yang dapat memainkan peranan pemersatu tersebut. Seolah mereka mengabaikan kesempurnaan ajaran atau syariat Allah سبحانه و تعالى. Lalu menaruh kepercayaan akan kesempurnaan ajaran atau isme lainnya. Padahal di dalam Al-Qur’an dia membaca ayat Allah سبحانه و تعالى yang berbunyi:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah [5] : 3)

Salah satu faham modern yang dewasa ini secara gencar dikampanyekan oleh masyarakat Barat (baca: kaum Yahudi dan Nasrani) ialah Pluralisme. Sebagian besar penghuni planet bumi dewasa ini telah terpengaruh dan percaya kepada faham tersebut. Mereka memandangnya sebagai sebuah faham yang baik dan positif. Bahkan faham ini telah dipandang sebagai indikator kemajuan atau kemodernan seseorang atau bahkan suatu bangsa. Memang, pada tahap awal, Pluralisme mengajarkan suatu hal yang baik yaitu keharusan setiap orang agar menghormati orang lain apapun latar belakang agama dan keyakinannya. Sampai di sini kita tidak punya masalah dengan ajaran ini. Bahkan Islam-pun menganjurkan kita untuk berlaku demikian. Tetapi persoalannya, Pluralisme tidak menerima jika seseorang hanya sebatas memiliki sikap seperti itu. Ia menuntut setiap orang agar mengembangkan “sikap modern” sedemikian rupa sehingga tanpa ragu dan bimbang rela berkata: “Semua agama baik. Semua agama sama. Semua agama benar.” Nah, jika seorang muslim sampai rela mengeluarkan kata-kata seperti itu, barulah ia benar-benar diakui sebagai seorang penganut Pluralisme. Barulah ia akan diberi label “muslim modern” dan “muslim moderat” oleh masyarakat dunia, khususnya masyarakat barat.

Apa masalahnya bila seorang muslim berkata: “Semua agama baik. Semua agama sama. Semua agama benar”? Saudaraku, ungkapan seperti itu menunjukkan bahwa yang mengucapkannya tidak setuju dengan beberapa ayat di dalam Kitabullah Al-Qur’anul Karim. Padahal ketidaksetujuan seseorang akan isi Al-Qur’an menunjukkan bahwa dirinya meragukan kebenaran fihak yang telah mewahyukannya, yaitu Allah سبحانه و تعالى . Padahal tidak ada satupun firman Allah سبحانه و تعالى yang mengandung kebatilan. Subhaanallah...! Seluruh isi Al-Qur’an sepatutunya diterima oleh setiap orang yang mengaku muslim sebagai kebenaran mutlak, karena ia merupakan Kalamullah (ucapan-ucapan Allah سبحانه و تعالى). Sehingga setiap malam saat sholat tahajjud Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم selalu membaca doa yang sebagian isinya berbunyi:

أَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ

“...(Ya Allah) Engkaulah Al Haq (Yang Maha Benar), dan janji-Mu haq (benar adanya), dan perjumpaan dengan-Mu adalah benar dan firman-Mu benar...” (HR. Bukhari, No 1053)

Maka seorang muslim yang termakan oleh faham Pluralisme sehingga melontarkan kalimat-kalimat batil seperti di atas sungguh potensial terjangkiti virus MTS. Sebab ia sekurang-kurangnya telah menolak tiga ayat Al-Qur’an. Ia telah memandang dirinya lebih cerdas daripada Allah سبحانه و تعالى Yang Maha Tahu dan Maha Benar pengetahuannya. Ketiga ayat tersebut ialah:

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran [3] : 19)

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran [3] : 85)

رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ

“Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim.” (QS. Al-Hijr [15] : 2)

Bagaimana mungkin seorang muslim yang pernah membaca ketiga ayat di atas, sambil mengaku beriman akan Al-Qur’an sebagai kumpulan firman Allah سبحانه و تعالى Yang Maha Tahu dan Maha Benar pengetahuannya, lalu akan dengan ringannya tega melontarkan kata-kata: “Semua agama baik. Semua agama sama. Semua agama benar”?

Coba perhatikan cuplikan diskusi yang sering terjadi di sekitar kita. Ada beberapa orang sedang mendiskusikan soal perselisihan antar dua kelompok berbeda agama yang terjadi di tengah masyarakat. Yang satu kelompok kaum muslimin, sedangkan yang satu lagi kelompok kaum non-muslim. Lalu masing-masing fihak mempertahankan argumennya masing-masing. Akhirnya suasana diskusi menjadi panas dan hampir tidak terkendali. Tiba-tiba salah seorang di antara mereka melontarkan sebuah upaya menenteramkan situasi dengan melontarkan kata-kata: “Sudahlah tenman-teman. Marilah kita ingat selalu bahwa kita ini kan satu bangsa. Agama boleh berbeda. Tapi kita kan tetap satu bangsa. Toh, setiap agama kan maksudnya baik. Tujuannya mulia. Dan semuanya kan menuju tujuan yang sama yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Kenapa sih kita tidak bisa saling memahami dan bersikap toleran?”

Bukankah contoh kasus di atas merupakan suasana yang sangat sering kita temui di dalam kehidupan sehari-hari kita? Dan diskusi hangat dengan akhir seperti itu kian hari kian mudah kita temui belakangan ini. Kasus dan pelaku perselisihan boleh berbeda, tapi ujung akhir penyelesaiannya kurang lebih sama. Yaitu mengakui bahwa setiap agama punya maksud yang sama dan baik. Benarkah demikian? Kalaulah semua agama punya maksud dan tujuan yang sama dan baik, lalu mengapa kita harus memilih Al-Islam? Mengapa kita tidak pilih yang lainnya saja? Bukankah Islam secara praktek lebih rumit dan menuntut pengorbanan dibandingkan yang lainnya? Islam mewajibkan setiap muslim sholat beribadah kepada Allah سبحانه و تعالى sekurangnya lima kali sehari-semalam. Islam mewajibkan setiap satu tahun sekali selama sebulan penuh muslim menahan rasa lapar, dahaga dan berhubungan suami-istri di siang hari. Mengapa tidak kita pilih agama lainnya yang lebih sederhana dan ringan? Artinya, pandangan yang mengatakan bahwa semua agama bermaksud “sama dan baik” mengingkari statement Allah سبحانه و تعالى yang berfirman:

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran [3] : 19)

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran [3] : 85)

Realitasnya dewasa ini sangat mudah kita jumpai di sekeliling kita kaum muslimin yang melontarkan kata-kata batil seperti di atas. Astaghfirullahal ‘azhiem. Allahummagh fir lil muslimin wal muslimat. Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kaum Muslimin dan Muslimat. Laa haula wa laa quwwata illa billah...!

Ya Allah, lindungilah kami dari virus penyakit murtad tanpa sadar di era modern penuh fitnah ini. Amiin. Amiin ya Rabbal ‘aalamiin.

اللهم إني أعوذبك مِنْ جَهْدِ الْبَلَاءِ وَدَرَكِ الشَّقَاءِ وَسُوءِ الْقَضَاءِ وَشَمَاتَةِ الْأَعْدَاءِ

“Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari cobaan yang memayahkan, kesengsaraan yang menderitakan, takdir yang buruk dan cacian musuh.” (HR. Bukhari, No. 5871)

Mengapa Rasul Mendengar Terompah Bilal di Surga?


oleh Aidh Al-Qarni

Hamba yang paling dekat kepada Allah Yang Maha Esa, adalah orang yang paling dekat kepada ketaatan dan paling jauh dari kemaksiatan.

Suatau ketika, segolongan shahabat berdiri didepan pintu Amirul Mukminin Umar Ibn Khattab ra, meminta izin untuk masuk pada hari pertemuan saat muktamar diadakan setiap tahunnya oleh Amirul Mukminin. Mereka hendak masuk menemuinya.

Siapakah golongan shahabat itu? Apa kriteria shahabat yang diizinkan masuk oleh Amirul Mukminin? Dan apa sajakah keahlian mereka yang menyebabkan mereka dapat masuk menemui Amirul Mukminin Umar Ibn Khattab?

Mereka yang sudah berada di depan pintu itu, Abu Sufyan Ibn Harb, manan panglima perang Qurays, yang sudah masuk Islam, dan pernah memerangi Rasul shallahu alaihi wa sallam, dan kemudian mendapatkan hidayah. Ada Al-Absyamiy dari kalangan Bani Abdu Syams dari kalangan keluarga Arab yang paling tinggi nasabnya.Lalu, Suhail ibn Amr, juru bicara Arab, dan yang lainnya ada pula Al-Haritz ibn Hisyam. Mereka berdiri. Sedangkan disamping mereka ada Bilal ibn Rabbah, mantan budak belian berasal dari Abesinia, Shuhaib Ar-Rumiy dari bangsa Romawi, Salman al-Farisi dari negeri persia, dan Abdullah bin Mas'ud, mantan penggembala ternak, yang menjadi shahabat yang mulia dengna ilmunya.

Mereka mengerumuni pintu khalifah seraya meminta izin kepada Umar ra untuk masuk menemuinya. Orang yang diperbolehkan masuk adalah orang yang paling dekat kepada Allah. Kemudian sepuluh shahabat yang mendapatkan berita gembira dijamin masuk surga, lalu masuklah ahli Badr sesuai dengan kedudukan mereka, kemudian barulah orang lainnya yang dipilih.

Kemudian pengawal pribadi Umar bertanya: "Siapakah yang ada di depan pintu?", ucapnya. Abu Sufyan menjawab, "Sampaikanlah kepad Amirul Mukminin bahwa aku ada disini", cetusnya.

Selanjutnya pengawal itu bertanya,"Dan siapakah kalian?". Mereka pun menyebutkan namanya masing-masing, dan kemudian pengawal kembali kepada Khalifah Umar ibn Khattab dan memberitahukan hal itu kepadanya.

Umar berkata, "Berilah izin kepada Bilal ibn Rabbah untuk masuk!", ujar Umar. Dan, Billal pun mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan pertemuan yang sudah disiapkan itu. "Suruh Shuhaib masuk", ucap Umar. Tak lama Umar berkata, "Suruh Salman masuk". Setelah itu, Umar berkata, "Ibnu Mas'ud masuk!".

Sesudah shahabat masuk semuanya, Abu Sufyan yang hidungnya terlihat mengembang, karena marah dan merasa mendongkol yang sangat, berkata, "Demi Allah yag tiada tuhan berhak disembah selain Dia, aku tidak mengira bila Umar membuatku lama menanti sesudah mereka masuk terlebih dahulu sebelumku".

Mengapa hal itu terjadi? Sesungguhnya Abu Sufyan menimbang segala sesuatu dengan parameter jahiliyah. Ternyata sisa-sisa jahiliyah masih membekas dalam dirinya.

Sangat berbeda dengan Umar ra, maka parameter yang digunakannya berbeda dengan Abu Sufyan. Sesungguhnya Umar menilai segala sesuatu berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Maka saat itu juga Suhail ibn Amr, teman dekatnya yang cukup bijak, mengatrakn kepadanya, "Wahai Abu Sufyan, demi Allah, aku tidak peduli dengan pintu Umar dan izinnya. Akan tetapi, aku khawatir bila kita dipanggil pada hari Kiamat nanti, maka mereka masuk surga, sedangkan kita ditinggglkan, karena sesungguhnya mereka dan kita diseru, ternyata mereka lah yang menyambutnya, sedangkan kita mengingkari. Oleh karena itu, pantaslah bila mereka didahulukan, sedangkan kita dibelakangkan".

Perhatikan bagaimana Umar ra menilai martabat manusia hanya berdasarkan paramater taqwa kepada Allah Ta'ala. Dalam pemerintahan Umar ra masih belum puas, kecuali bila Bilal harus diprioritaskan atas mereka semuanya, karena sesungguhnya Bilal adalah oran gylang lebih dahulu msuk Islam. Apakah kaum muslimin sudah lupa kalimat : "Ahad! Ahad!", sedang tubuh Bilal dijemur diatas padang pasir yang terik panasnya mendidih, dipukuli, diseret dengan kuda, dan didera dengan berbagai siksaan, sementara yang menyiksanya berkata, "Tinggalkanlah Tuhan sembahanmu!", sedang Bilal hanya mengatakan, "Ahad! Ahad!"?.

Oleh karena itu, Bilal didahululkan, karena dia telah mengenal jalan menuju kepada Allah Azza Wa Jalla. Rasul shallahu alaihi wa sallam pernah memanggil Bilal, lalu bersabda :

"Hai Bilal, mengapa engkau mendahuluiku masuk surga? Sesungguhnya ketika aku msuk surga tadi malam (malam Isra'), aku mendengar suara terompahmu dihadapanmu".

Bilal menjawab : "Wahai Rasulullah, tidaklah sekali-kali aku menyerukan adzan, melainkan terlebih dahulu aku melakukan shalat dua rakaat dan tidak sekali-kali aku mengalami hadast, melainkan aku berwudhu. sesudahnya, kemudian mengerjakan shalat dua rakaat sebagai kewajibanku kepada Allah". Rasulullah shallahu alaihi wa sallam, bersabda : "Karena kedua-duanya". Dan, Billal tidak menjawab : "Karena aku punya harta, anak, dan kedudukan atau pangkat".

Demikian itu, karena kedudukannya adalah taqwa kepada Allah, pangkatnya adalah kaliamt "la ilaaha illalloh", dan bekalnya adalah kalimat "la haula wa laa quwwata illaa billaah" (tiada daya untuk menghindar dari kedurhakaan) dna tiada kekuatan (untuk melakukan ketaatan) kecuali dengan pertolongan Allah, dan kenderaannya adalah, "Aku beriman kepada Allah". Wallahu'alam.
www.eramuslim.com

Sekolah Obama di Menteng Dahulu Milik Freemasonry


Ada fakta unik mengenai jatidiri Obama yang tidak kita ketahui semua. “Buku Kenang-kenangan Freemasonry di Hindia Belanda 1767-1917” yang diterbitkan atas prakarsa tiga loge besar di Jawa menyatakan bahwa sekolah di Jalan Besuki (besukiweg) tempat Obama belajar dahulu dimiliki oleh freemasonry. SDN Menteng 01 atau akrab dengan sebutan SDN Besuki kala itu berada di bawah naungan Carpentier Alting Stiching, sebuah Yayasan miliki Freemason yang memiliki perhatian dalam bidang pendidikan.

Carpentier Alting Stiching: Yayasan Freemason

Menurut Arta Wijaya, dalam bukunya “Jaringan Yahudi di Nusantara” (Pustaka Al Kautsar: 2010) Albertus Samuel Carpentier Alting (1837-1915) adalah tokoh masonik yang berada dibalik pendirian sekolah tersebut pada tahun 1902. Kala itu AS. Alting masih melakukan inisiasi tentang pendidikan dengan mendirikan Sekolah Menengah khusus bagi wanita (Hoogere Burgere School/HBS), yang merupakan usaha pendidikan pertama di Hindia Belanda. Jenjang waktu tempuh pendidikan HBS kala itu masih tiga tahun dan sempat mengalami kendala karena kekosongan pendaftar.

Reputasi Alting sebagai seorang pendidik membuatnya terlibat dalam mendirikan berbagai sekolah di dataran Jawa. AS. Alting sendiri adalah alumnus teologi di Universitas Leiden dan memiliki pengaruh kuat dalam jajaran Freemasonry di Hindia Belanda. Selain sebagai pendidik, AS. Alting juga tersohor sebagai pendiri Majalah Mason Hindia dan Loge Agung Provinsial Hindia Belanda serta menjabat Wakil Suhu Agung untuk Hindia Belanda.

Seiring berjalannya waktu, AS. Alting kemudian mendirikan sebuah yayasan yang dinamakan Carpentier Alting Stiching atau disingkat CAS yang bernaung di bawah Ordo Freemasonry Hindia Belanda atau kala itu disebut Ordo van Vrijmetselaren Nederlansche Oost Indie. Lembaga-lembaga pendidikan dibawah yayasan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal sekolah tempat Obama mengenyam pendidikan, sekaligus menunjukkan bagaimana visi Alting ke depannya.

Bukti-bukti itu bisa kita lihat jika berkunjung ke situs CAS http://cas-reunisten.nl/index.htm. Ketika membuka situs tersebut, kita akan dihadapakan langsung pada gambar sekolah di Jalan Besuki tempo dulu. Pada sekolah-sekolah yang diangun AS. Calting diterapkan semngat inklusif dan pluralisme. Sekolah ini tidak mengenal perbedaan agama, semua masyarakat dari segala jenis agama dipersilahkan untuk menimba ilmu.

Lambat laun kerja keras Alting membumikan pendidikan Belanda yang kental nuansa masonik semakin menorehkan kesuksesan. Dalam buku Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat Hindia Belanda 1764-1962 (Sinar Harapan: 2004), T.H Stevens menyatakan bahwa CAS pada tahun 1952 telah mendapatkan reputasi besar di kalangan Freemasonry.

Yayasan Freemasonry ini mengoleksi lebih dari 1.500 murid yang terbagi dalam Lyceum dengan Middelbare Meisjes School (sekolah menengah untuk perempuan), sebuah Uitgebreid Lager Onderwijs (sekolah menengah pertama) dan tiga sekolah dasar. Para murid merasa senang mengunjung CAS salah satunya dikarenakan model sistem pendidikan modern dan sangat berkiblat ke Barat.

Nono Anwar Makarim, salah seorang pengacara senior pernah menceritakan bagaimana pengalamannya belajar di Carpentier Alting Stichting pada tahun 1958 yang amat bergaya Eropa. Sepeti dikutip Pusat dan Data Analisa Tempo, Nono mengatakan, ''Sejak kecil saya berdiri di dua kultur yang berbeda, satu kaki pada kultur Barat, satu lagi berpijak di kultur Timur.

AS. Carpenter Alting dan Perannya Menyebarkan Faham Freemason

Pengalaman Alting melanglang buana ke dataran Nusantara sebagai tokoh penting freemason tidak bisa dianggap sepele. Ia rajin berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya demi melebarkan sayap freemason. Menurut Arta Wijaya, AS. Alting pertama kali menginjakkan kaki di tanah nusantara di kota Padang. Ia kemudian bergabung menjadi anggota Loge matahari dan terlibat mendirikan Perkumpulan Pengurusan Yatim Piatu dan Padang Frobel School yang dibuka pada tahun 1889.

Dari Padang, AS. Alting kemudian dipindahkan ke Buitenzorg dan memegang peranan berpengaruh dalam tubuh Buitenzorg Maconniek Societiet (Perkumpulan Mason Bogor). Perkumpulan ini kemudian meretas berdirinya Loge Excelsior pada 1891 di kota tersebut.

Lama mengenyam diri di Bogor, selanjutnya AS. Alting masih melanjutkan pengembaraannya dengan hijrah ke Semarang pada kurun waktu 1895. Menurut catatan Wikipedia, nama AS. Alting tercatat sebagai pendeta di Gereja Blenduk yang kini terdapat di Jl. Letjend. Suprapto 32 Semarang dengan nama Gereja GPIB Immanuel. Gereja Kristen ini adalah gereja tertua di Jawa Tengah. Ia dibangun oleh masyarakat Belanda yang tinggal di kota itu pada tahun 1753. AS. Alting sendiri kemudian aktif berkhotbah di Gereja ini pada durasi 1895-1897.

Alumni CAS dan Riwayatnya kini

Kisah sukses CAS membumikan pendidikan Belanda, membuat para alumninya berinisiatif untuk mendirikan yayasan CAS-Relinisten untuk mengenang masa-masa mereka sekolah dulu. Bahkan tepat ketika pada tanggal 3 September 1977, telah sukses diadakan peringatan 75 tahun berdirinya cikal bakal CAS pada tahun 1902. Acara tersebut sendiri dilakukan dalam suatu pertemuan besar dengan melibatkan sejumlah alumni dan elemen-elemen terkait di Gedung Konser di Den Haag.

Hal yang patut dicatat adalah bahwa dalam reuni tersebut, Atase Militer kedutaan besar Indonesia meberikan kata sambutan dengan menekankan bahwa CAS di Indonesia telah menjalankan suatu fungsi yang amat penting. Dan hasil reuni itu kemudian dirumuskan dalam bentuk buku kenangan berjudul Gedenkboek 1902-1977 (Buku Peringatan 1902-1977) yang dilengkapi dokumentasi album foto sehingga memberikan kesan berarti.

Saat pemerintah Indonesia, mengeluarkan Keppres Nomor 264 tahun 1962 yang membubarkan dan melarang Freemasonry beserta segala organisasi derivatnya, nasib kegiatan di sekolah ini sempat terkatung-katung. Kehadiran CAS yang terendus kuat memiliki misi Freemasonry membuat mereka sibuk memutar kepala. Namun waktu tidak memberi mereka peluang banyak untuk bernafas hingga akhirnya kegiatan di sekolah ini tidak lagi aktif tak lama setelah Keppres itu dikeluarkan.

Sebenarnya Raden Said Soekanto, Kepala Kepolisian pertama RI sudah mengendus akan terjadinya pembubaran CAS pada tahun sebelum kepres itu dikeluarkan. Soekanto yang juga kader inti freemason telah mengatur strategi untuk meneruskan roda perjalanan sekolah ini dengan cara mengganti nama Yayasan Carpentier Alting menjadi Yayasan Raden Saleh pada tahun 1958.

Namun seperti yang sudah dikisahkan sebelumnya, sejarah CAS di bawah pimpinan Indonesia hanya berlangsung singkat. Kala itu Yayasan Raden Saleh mengambil alih anggaran dasar CAS dan memberlakukan peraturan bahwa mayoritas anggota pengurus haruslah merupakan kader freemason tulen. Akhirnya banyak anggota-anggota pengurus baru berasal dari loge Jakarta “Purwa Daksina”.

Ketua pengurus sendiri dipimpin oleh Soekanto. Sedangkan R. Sumitro Kolopaking dan R. Soerjo memangku jabatan wakil-wakil ketua. Adapun M. Soendoro, yang zaman itu memangku jabatan Sekretaris Agung Loge Agung Indonesia, diamanahkan untuk mengisi posisi sekretaris.

Dalam buku “Satu Tahun Pendidikan Nasional Jajasan Raden Saleh”, yang dikeluarkan pada bulan Juli 1959, kita bisa menengok segala kenangan yang tersimpan mengenai sekolah ini. Dari data laporan pada tahun 1958 sampai 1959, Yayasan Raden Saleh tercatat mengelola dua sekolah dasar, yakni Taman Kanak-Kanak, dan dua sekolah menengah, yaitu sebuah SMP dan sebuah SMA.

Namun pada tahun itu hanya tinggal sedikit murid Belanda ikut mengenyam pendidikan bersama Yayasan Raden Saleh. Tercatat dari sekitar 450 murid yang mengikuti pendidikan bersama Yayasan Raden Saleh alias jelmaan CAS pada kurun waktu 1958-1959 85 orang mempunyai nama keluarga Belanda dan sisanya berasal dari aseli Indonesia.

Th Stevens menjelaskan bahwa pada dasarnya Yayasan Raden Saleh kala itu tidak jauh berbeda dengan pendahulunya. Yayasan Raden Saleh sebagai penerus CAS, selalu menerapkan prinsip masonik tentang manusia dan masyarakat hingga akhirnya usaha ini terhenti oleh karena perkembangan politik pada awal tahun-tahun enam puluhan.
Pada masa kini dapat disaksikan bahwa di tempat sekolah-sekolah Carpentier Alting dahulu, di Koningsplein Oust (sekarang Medan Merdeka Timur) terdapat lembaga dengan pendidikan Ianjutan.

Namun sekolah ini, menurut Th Stevens, tidak ada kaitannya dengan landasan semula. Terlebih saat ini sekolah yang didirikan freemason itu telah berubah fungsi menjadi Gedung Galeri Nasional Indonesia yang terletak di Jalan Medan Merdeka Timur No. 14. Jakarta Pusat lengkap dengan catatan kelam sejarahnya. (pz)

Selasa, 29 Maret 2011

Pergolakan Arab dalam perspektif Muqawamah


Pergolakan sosial sejak awal 2011 di Afrika Utara dan Timur Tengah memberi banyak inspirasi kepada dunia, tak terkecuali umat Islam. Kejadiannya mengalir, disulut oleh suatu peristiwa yang tampak biasa. Bermula dari perlawanan seorang pemuda tukang buah yang membakar diri akibat gejolak kemarahan yang membuncah di dadanya dan tertahankan lagi, sementara salurannya tak ada. Ia merasa membentur tembok kokoh yang membuat semua jeritan dan tuntutan keadilan yang ia teriakkan menguap terbawa angin.

Tak disangka, peristiwa itu berbuntut panjang. Sontak solidaritas sosial menyebar di tengah rakyat Tunisia yang juga merasakan gumpalan kemarahan serupa. Maka intimidasi aparat tak lagi menakutkan mereka, bahkan kematian juga tidak lagi menjadi penghalang untuk protes dan melawan, bersama-sama dalam satu solidaritas yang mengagetkan penguasa. Seluruh negeri diselimuti kemarahan. Perlawanan menyebar laksana virus menular, hingga ujungnya berhasil membuat penguasa Tunisia terjungkal dari singgasananya.

Keberhasilan Tunisia dengan gegap gempita ditiru oleh rakyat Mesir, yang juga merasakan penindasan serupa. Rejim Husni Mubarak yang didukung oleh kekuatan AS, Israel dan Eropa tak urung juga tumbang. Tak lama kemudian Libya mendapat giliran. Rejim Muamar Gadafy makin tersudut, berada di ambang kebinasaan. Perlawanan yang ia lakukan tak lebih upaya memperlambat hitung mundur untuk kejatuhannya. Yaman juga sedang mengharu-biru, Bahrain, bahkan Saudi yang dikenal konservatif juga ketularan virus pergolakan sosial.

Siapa Memetik Buah Pergolakan ?

Dunia Arab sedang membara. Para rejim penguasa berada pada titik nadir control politik terhadap rakyatnya sendiri, sebaliknya rakyat dalam posisi paling kuat dalam rentang sejarah mereka. Keadaan ini laksana gadis molek yang menarik untuk dipinang oleh siapapun yang punya kepentingan, baik Amerika, Israel, Eropa, Nasionalisme Arab, Demokrasi, Sosialisme, Syiah, Al-Qaeda, dll.

Meski semua berminat untuk memetik buah pergolakan, tapi fakta menunjukkan bahwa terdapat sejumlah keprihatinan yang membuat kita - aktifis Islam - cukup tahu diri untuk tidak mengklaim apa yang tidak nyata. Mengklaim memetik buah revolusi, padahal tidak ada buktinya. Bahwa revolusi ini dikawal oleh ideology Nasionalisme, dengan bumbu Liberalisme, semangat kerakyatan atau kebangsaan - bukan keumatan - dan kesetiaan terhadap jargon HAM, sangat jauh untuk dianggap aktifis Islam telah mengawal dan memetik buahnya dengan baik.

Secara umum kaum Islamis tak memetik buah revolusi. Kalaupun ada buah yang 'kebetulan' bisa dipetik, itu bukan hasil dari sebuah strategi yang disusun dengan sengaja sebelumnya oleh para aktifis Islam. Tapi semata berkah yang datang tanpa diundang, sebagai karunia dari Allah.

Misalnya buah berupa keterbukaan, yang sebelumnya sangat represif. Keterbukaan yang memungkinkan semua orang boleh menyuarakan apa saja sepanjang tidak masuk ranah anarkis. Buah ini bisa dipetik oleh aktivis Islam dengan memanfaatkannya sebagai peluang menyampaikan materi dakwah sesukanya dan seluasnya karena tak lagi dianggap sebagai makar melawan rejim.

Tapi jangan salah, keterbukaan laksana pisau bermata dua. Buah ini juga dipetik dengan baik oleh aktivis Kristen untuk leluasa melakukan Kristenisasi, aliran sesat untuk menyusupkan aliran sesatnya, Syiah untuk menebar racun pemikiran anti Sahabat, dan semuanya. Tak akan jauh beda dengan apa yang dialami Indonesia setelah pergolakan sosial tahun 1998 berhasil menumbangkan rejim Soeharto, berganti menjadi era keterbukaan. Saat ini kita juga dipusingkan dengan maraknya aliran sesat, kristenisasi, syiah dan sebagainya.

Maknanya bahwa keterbukaan dan hilangnya sikap represif dari penguasa, bukan karunia khas yang hanya diturunkan dari langit untuk aktifis Islam. Ia merupakan buah kemenangan milik bersama, karena ketika memperjaungkannya juga bersama-sama, diikat oleh semangat nasionalisme. Al-jaza' min jinsil 'amal, bentuk imbalan itu sesuai dengan bentuk usaha.

Umat Islam, Basis Massa Pergolakan Rakyat


Satu hal pasti yang bisa kita ambil kesimpulannya dari pergolakan sosial di tanah Arab adalah bahwa umat Islam merupakan basis massa terbesar . Hal ini logis, tak memerlukan pengujian empiris, sebab mayoritas masyarakat Arab beragama Islam. Kalaupun perlu pengujian empiris, hanya sekedar untuk mencari jumlah prosentase yang akurat.

Sebetulnya tidak ada hal istimewa dari pergolakan rakyat ini. Kurang lebih sama dengan yang terjadi di Indonesia tahun 1998. Sama-sama tak bernafaskan sentimen Islam, tapi sentimen nasionalisme. Mesir diikat oleh nasionalisme Mesir, Tunisia juga diikat oleh sentimen nasionalisme Tunisia. Demikian juga Libya dan negara-negara Timur Tengah lain. Bedanya hanya karena dunia Arab dikenal konservatif, tak ada budaya demonstrasi dan protes masal tapi tiba-tiba bisa menumbangkan rejim hanya dengan demonstrasi. Dan berlangsung tiba-tiba dan sangat cepat.

Perobahan yang datang tiba-tiba inilah yang melahirkan banyak spekulasi tentang masa depan dunia Arab pasca tumbangnya rejim-rejim represif dan berobah menjadi lebih terbuka. Siapa yang akan mengambil manfaat terbesar dari situasi ini? Apakah kembali Amerika, Israel dan Eropa akan tetap menancapkan kukunya, ataukah ada perubahan konstelasi? Di posisi mana para aktifis yang selama ini dikenal berbenturan dengan penguasa? Lalu di mana Al-Qaeda dan aktifis jihad lain? Apa yang sedang mereka persiapkan?

Ataukah baru sekedar menjawab pertanyaan; apa yang bisa diambil pelajaran dari pergolakan ini? Apakah bisa umat Islam yang dengan spontan turun ke jalan melakukan perlawanan terhadap rejim zalim, bisa diajak turun sekali lagi untuk memperjuangkan sesuatu yang lebih khas Islam? Apakah kejadian ini bisa direkayasa ulang, ataukah hanya terjadi kali ini?

Maklum, karena apa yang umat Islam Arab suarakan dalam pergolakan rakyat ini hanyalah jargon kemanusiaan yang bukan khas Islam. Tapi jargon yang universal, misalnya keterbukaan, kebebasan bersuara, HAM, bahkan Demokrasi. Universal dalam makna diterima semua bangsa di dunia karena mainstream pemikiran dunia seperti itu, setidaknya untuk saat ini.

Oleh karenanya kita mesti realistis. Tidak perlu terlalu tinggi berharap bahwa pergolakan ini akan melahirkan Khilafah, bahkan untuk sekedar berharap menjadi salah satu anak tangga menuju tegaknya Khilafah. Karena bahan baku dan pondasi tegaknya Khilafah tidak mungkin dengan corak pergolakan nasionalisme dengan bumbu HAM dan Demokrasi seperti ini.

Makanya Al-Qaeda dalam memandang pergolakan sosial di dunia Arab juga cukup hati-hati. Mereka tak larut dalam euforia anggapan bahwa basis massa terbesarnya adalah umat Islam, oleh karenanya bisa dititipi agenda yang khas Islam. Al-Qaeda tak melihat sampai ke situ. Mereka hanya mendukung dalam bab keberanian menumbangkan rejim zalim, sebab tumbangnya kezaliman merupakan salah satu misi terpenting Islam, sesuatu yang selama ini disuarakan dengan konsisten oleh Al-Qaeda.

Bahwa menumbangkannya dengan dibingkai sentimen nasionalisme, bukan menjadi titik permasalahan yang karenanya Al-Qaeda tidak mau mendukung. Sebab titik tekannya pada tumbangnya rejim yang menindas umat Islam. Bahkan Al-Qaeda dalam merumuskan konsep perlawanannya juga menerima model seperti ini, mencapai hasil dengan perantaraan yang tidak ideal, atau bahkan memukul dengan tangan orang lain. Dalam teori Al-Qaeda, bukan mustahil beraliansi dengan China dalam kerangka menjatuhkan Amerika, sebab Amerika merupakan bahaya terdekat sementara China masih lebih jauh. Memukul yang lebih madharat.

Namun Al-Qaeda - demikian juga kita - sadar dengan spenuhnya tak ada jaminan bahwa setelah rejim Thaghut zalim tumbang maka penggantinya bukan Thaghut yang lain. Minimal kadar ke-thaghut-annya tak sepekat dan sekejam rejim Thagut sebelumnya, karena sudah berganti dengan era keterbukaan, kesetaraan, demokratisasi dan HAM.

Tantangan Sesungguhnya, Lahirnya Perlawanan Rakyat Khas Islam


Masalahnya adalah tumbangnya kezaliman belum bisa menjadi tolok ukur keberhasilan perjuangan umat Islam. Sebab umat Islam baru berhasil digerakkan untuk memperjuangkan sesuatu yang diterima oleh semua manusia, baik kafir atau muslim, baik musyrik atau mukmin, belum sesuatu yang khas Islam.

Perjuangan umat Islam akan dinilai berhasil jika sudah mampu memperjuangkan sesuatu yang khas Islam, yang biasanya ditolak oleh manusia anti Islam pada umumnya. Penolakan ini bukan karena Islam tak sesuai dengan nurani manusia, tapi karena nurani manusia telah dirusak oleh pemikiran, aliran dan budaya sesat sehingga menolak kebenaran Islam.

Sebagai contoh, jika umat Islam dapat digerakkan secara masal untuk menumbangkan syirik, berhala, kuburan keramat, nasionalisme, demokrasi, aliran sesat, kultus individu, Yahudi, Nasrani, Amerika, Israel dan sejenisnya maka umat sudah berada di jalur perlawanan yang khas. Bukan semata perlawanan yang ikut trend masyarakat dunia yang bercorak demokrasi, liberalisme dan HAM. Sebab perlawanan dan revolusi model begini tak ada kecaman dan suara sumbang dari masyarakat dunia.

Berbeda sekali dengan perlawanan khas Islam yang menghasilkan hujatan dari masyarakat dunia, bahkan dari kalangan umat Islam secara umum. Maka tolok ukur partisipasi umat islam adalah jika berhasil digalang dan digerakkan secara masal seperti yang terjadi di dunia Arab tapi dalam konteks perlawanan khas Islam. Inilah tantangan kita sesungguhnya.

Abu Mus'ab As-Suri, tokoh jihad kontemporer yang digelari sebagai Arsitek Jihad Global oleh pengamat Barat, mengkampanyekan seruan perlawanan global yang khas Islam. Perlawanan umat Islam yang berskala global dalam rangka mengentikan dan menumbangkan rejim kafir dunia, sebagai bentuk fokus pada musuh utama. Ia mengarang buku Dakwah Muqawamah Islamiyah 'alamiyah (Seruan Perlawanan Islam Global).

Inti gagasannya adalah mengajak sebanyak mungkin umat Islam untuk terlibat dalam perlawanan global (muqawamah 'alamiyah). Sebab saat ini perlawanan masih bersifat "elitis", hanya dilakukan oleh Al-Qaeda dan yang senafas dengannya, baik yang berada di ranah jihad, dakwah, nahi munkar, politik dan ekonomi. Senafas dalam semangat perlawanannya, bukan senafas dalam keharusan jihadnya.

Bukan hanya mengajak sebanyak mungkin muslim, tapi juga memberikan peta kontribusi untuk seluruh umat Islam. Seolah Abu Mus'ab As-Suri menyeru: ayo kita melawan, dengan potensi apapun yang kita punya, sebisanya, dan kapanpun, dalam satu gerak langkah bersama, untuk menumbangkan musuh bersama umat Islam.

Islam Identik dengan Perlawanan, bukan Persaingan

Islam bernafaskan perlawanan, bukan persaingan. Sebagaimana kekafiran juga dilandasi ideologi permusuhan bukan toleransi.

Sebagai contoh konsep Tauhid. Konsep ini punya misi menghapuskan seluruh bentuk syirik, tak memberi toleransi sedikitpun terhadapnya. Tidak ada kelonggaran bagi kemusyrikan untuk berkembang, tumbuh dan didakwahkan. Semuanya harus dimusnahkan.

Nabi Ibrahim as menjadi contoh terbaik tentang ideologi perlawanan dalam konteks Tauhid, bukan persaingan. Berhala dia hancurkan. Keyakinan syirik yang dipahami Namrudz dibantah dengan tegas hingga kalah telak, meski menghasilkan balasan secara fisik berupa pembakaran. Maknanya, Ibrahim as menang secara argumen Tauhid, tapi kalah secara kekuatan fisik sebab Namrudz didukung balatentara satu negara sedangkan Ibrahim as hanya seorang diri. Ini semua menegaskan satu hal; Tauhid bercorak perlawanan. Di mana tauhid tumbuh dan hidup sebagaimana mestinya, di sana syirik punah sebagai konsekwensi logis. Tak ada hidup berdampingan dengan pola persaingan sehat, layaknya dalam dunia bisnis.

Ideologi model begini sangat tidak populer di mata dunia. Mereka pasti menghujat dan melawan dengan segala daya upaya. Melawan dengan senjata Demokrasi, HAM dan Liberalisme. Celakanya, ketiga senjata itu mendominasi keyakinan dan pandangan umat manusia, tak terkecuali umat Islam.

Bahkan kota yang menjadi cikal bakal sejarah Tauhid, Makkah, yang pondasinya dibangun oleh Ibrahim as dan disempurnakan eksistensi dan perannya oleh Muhammad saw sama sekali tak membolehkan orang musyrik untuk tinggal di sana. Bahkan untuk sekedar melintas saja tidak boleh. Demikian juga Madinah, yang pondasi dan kematangan pertumbuhan kotanya dijaga oleh Muhammad saw, tak boleh dihuni sama sekali oleh orang musyrik.

Bukan hanya Makkah dan Madinah, seluruh jazirah Arab tidak boleh didiami oleh orang musyrik. Ini menandakan bahwa Tauhid yang dibawa Ibrahim as dan diteruskan oleh Muhammad saw bernafaskan perlawanan; menang atau kalah.

Ideologi perlawanan ternyata bukan hanya dalam ranah keyakinan (aqidah), tapi juga bidang ekonomi. Setelah Islam menang, segala bentuk riba diharamkan oleh Islam, dan tak mengijinkan riba beroperasi di wilayah Islam.

Begitu pula ranah sosial, misalnya perzinaan. Islam setelah menurunkan larangannya, tak mengijinkan sama sekali praktek itu tumbuh di tengah masyarakat muslim. Setali tiga uang, praktek mabuk-mabukan dengan cara apapun juga dilarang, tak ditoransi sama sekali.

Melahirkan Umat Perlawanan

Sekali lagi, tolok ukur keberhasilan aktivis Islam adalah jika mereka mampu menyuntikkan ideologi perlawanan kepada umat Islam. Atau menciptakan UMAT PERLAWANAN, bukan UMAT PERSAINGAN, menuju KEMERDEKAAN ISLAM.

Banyak aktivis Islam yang cepat puas ketika sudah berhasil mengamalkan Islam untuk dirinya sendiri atau di tengah realitas sosial umat Islam. Sebagai contoh, para aktivis ekonomi Islam, ketika mereka sudah mampu mendirikan Bank Islam atau Bank Syariah sebagai alternatif muamalat yang halal bagi umat, sudah merasa sudah mencapai tapal batas perjuangan.

Misalnya, aktivis ekonomi Islam Indonesia dengan puas bercerita tentang prestasinya yang mampu menggolkan konsep DUAL SYSTEM dalam lanskap ekonomi nasional. Yakni sistem ekonomi Islam dan sistem ekonomi konvensional (ribawi) berdiri sama tinggi di Indonesia, dari strata paling bawah hingga strata paling atas; bank sentral. Kepuasan ini wajar jika dibandingkan dengan Malaysia yang hanya menganut konsep WINDOW SYSTEM, yang bermakna sistem ekonomi Islam hanya sub-ordinat dari sistem ekonomi ribawi.

Padahal mau disebut dengan Dual System atau Window System, tetap saja intinya riba belum bisa di-delete dari tengah realitas sosial umat Islam yang mayoritas di negeri ini. Paradigmanya masih sekedar persaingan sehat. Sistem riba dilindungi legalitasnya, sebaliknya sisten anti-riba juga legal dan dilindungi. Keduanya boleh bersaing sepuasnya, asal sehat. Meski harus diakui, dibanding dengan sekian dekade lalu, sama sekali tak ada sistem ekonomi anti-riba. Maknanya, ada kemajuan yang nyata.

Fenomena cepat puas ini dilatarbelakangi pandangan bahwa perjuangan membela dan menegakkan Islam selalu dibingkai persaingan sehat alias fairplay. Tak ada semangat mengalahkan dan mematikan lawan, yang ada ialah semangat saling menghargai. Ini merupakan racun Demokrasi yang menyusup di alam bawah sadar para aktifis. Bahwa bagaimanapun keadaannya, umat Islam harus tetap memberi ruang gerak dan ruang berkembang bagi syirik, munkar, riba, pelacuran, narkoba, pornografi, kristenisasi, aliransesatisasi, dan sebagainya. Dakwah hanya di ranah persaingan, bukan menyingkirkan.

Mendidik Resiko Perlawanan


Cita-cita menegakkan Islam tak bisa mengesampingkan ideologi perlawanan. Dan pilihan ideologi perlawanan harus dibarengi dengan mendidik umat untuk sabar menanggung beban dan resiko perlawanan.

Rasulullah saw pernah marah kepada Khabab bin Art ra gara-gara minta didoakan agar intimidasi dan penyiksaan yang dilakukan kaum musyrik kepada para Sahabat diringankan. Rasulullah saw menjawab dengan ekspresi marah, bahwa orang-orang terdahulu ada yang disiksa karena keimanannya dengan disisir dengan sisir besi hingga habis dagingnya, dan ada yang digergaji badannya hidup-hidup hingga terbelah dua, tapi tak membuat mereka mundur dari keimanannya.

Rasulullah saw kemudian menjelaskan keyakinan akan janji Allah, bahwa perjuangan menegakkan Islam akan sampai pada ending orang berjalan dari Sana'a ke Hadramaut terjamin keamanannya oleh kekuasaan Islam sehingga tak ada yang perlu ia takuti kecuali Allah, atau takut kambingnya akan diterkan oleh serigala. Lalu Rasulullah saw menutup sabdanya dengan kalimat: Tapi kalian tergesa-gesa.

Maksudnya, tergesa-gesa ingin cepat meraih kemenangan sehingga merasakan hidup nyaman tanpa gangguan dan siksaan dari musuh Islam. Bahwa yakin akan janji kemenangan harus tertanam di hati , tapi bersabar menghadapi fase sulit dalam jalan panjang menegakkan Islam juga lebih penting dimiliki. Inilah inti dari nasehat Nabi saw dalam kasus tersebut.

Oleh karenanya, selain kita perlu mengkampanyekan keyakinan akan tegaknya sistem kekuasaan dengan manhaj kenabian (atau yang biasa disebut dengan Khilafah) di akhir zaman, kita juga harus lebih gencar lagi menceritakan resiko perlawanan. Sebab jika kita hanya asyik dengan mengiming-imingi umat awam dengan janji kemenangan, tanpa dibarengi dengan pendidikan kesabaran, bisa menjadi bumerang alias blunder. Ini bagian dari ketergesaan yang karenanya Rasulullah saw marah kepada Khabab bin Art radhiyallahu anhu. Titik blundernya, akan lahir generasi yang kerjaannya menunggu janji kemenangan Islam atau Khilafah, tapi gagap dengan resiko perlawanan. Generasi tidak peka zaman.

Ketika zaman sedang mengharu-biru dengan gelora perlawanan di seluruh jengkal bumi Islam, banyak yang terbunuh, cacat, luka, depresi, janda, kelaparan, dinistakan dan semua bentuk malapetaka lain, lalu kita hanya sibuk menganalisa kapan Khilafah akan tegak, ini adalah pekerjaan orang yang kurang bijak. Mengkampanyekan bahwa Islam akan menang di akhir zaman dengan nubuwat dari Rasulullah saw tidak harus hingar bingar. Tak perlu diblow-up berlebihan.

Tapi yang perlu diblow-up adalah bagaimana jalan menujunya, apa aqidah yang menjadi bekalnya, bagaimana manhajnya, apa resikonya, apa bekal ilmunya, apa bekal amalnya, siapa yang akan menjadi kawan, siapa yang menjadi lawan, dan seluk beluk lainnya. Kesibukan kita 90% harus dalam bidang ini, dan cukup 10% mengkampanyekan terminologi dan janji khilafah.

Peta Perlawanan

Muqawamah (perlawanan sosial) yang kita maksudkan, harus dipetakan dengan baik. Umat Islam pada seluruh strata dan bidang harus paham apa visi besar yang dituju. Lalu paham manhaj dalam mencapainya. Lalu ditunjukkan caranya, diberi contoh dan keteladanan. Lalu dirawat potensinya untuk selalu dalam nafas muqawamah.

Jelas tidak mungkin mengajak semua elemen umat Islam untuk datang ke medan jihad, meski kita memotivasi mereka untuk ingin berjihad dan mati syahid. Umat Islam harus ditunjukkan bagaimana cara melawan tapi yang dekat dengan dunia mereka, dan mungkin mereka lakukan. Bukan selalu diberi imajinasi jihad bersenjata, padahal jauh sekali dari dunia mereka.

Oleh karenanya, muqawamah yang bisa dilakukan adalah memberi nafas perlawanan dan mengalahkan untuk semua yang digeluti umat Islam. Dipahamkan daftar musuh yang dekat dengan mereka, seperti kristenisasi, aliran sesat, ahmadiyah, syiah, syirik, bid'ah, Liberalisme, Riba, mafia hukum, dan sebagainya.

Bila kita hanya menghadirkan Amerika dan Israel sebagai musuh, maka potensi perlawanan umat Islam tak tersalurkan dan terberdayakan dengan baik, karena sosok bernama Amerika dan Israel jauh di benak dan realita umat. Ini bukan cara bijak untuk mendidik UMAT PERLAWANAN, sebab hasrat mereka menjadi tertunda hingga saat yang tak mampu kita jawab.

Oleh karenanya, umat Islam harus digalang untuk memberantas Ahmadiyah, Syiah, kemunkaran, perjudian, narkoba, syirik dan bentuk-bentuk lawan lain - sesuatu yang dekat dengan keseharian mereka. Dengan melawan, umat akan mengalami benturan. Dengan benturan akan bisa menghayati pertarungan, lalu menghayati makna kesabaran. Lalu akan tumbuh solidaritas dan ukhuwah. Lalu menjalin makin solid menjadi kekuatan sosial yang nyata.

Dengan cara ini, tak ada satupun muslim yang tidak turut serta dalam muqawamah global. Bedanya hanya dalam ranah perlawanannya. Jika Al-Qaeda di ranah jihad, umat Islam Indonesia di ranah sosial yang nyata. Semuanya dibingkai paradigma; MELAWAN SEBISANYA ! Jangan biarkan apapun yang menganggu dan merusak Islam berkeliaran tanpa perlawanan dari umat.

Dengan cara ini, jalan menuju muqawamah global makin terbuka. Semoga.

Source : elhakimi.wordpress.com

Mukjizat Allah SWT dalam Perang di Jalur Gaza Palestina

Gaza, itulah nama hamparan tanah yang luasnya tidak lebih dari 360 km persegi. Berada di Palestina Selatan, “terjepit” di antara tanah yang dikuasai penjajah Zionis Israel, Mesir, dan laut Mediterania, serta dikepung dengan tembok di sepanjang daratannya.

Sudah lama Israel “bernafsu” menguasai wilayah ini. Namun, jangankan menguasai, untuk bisa masuk ke dalamnya saja Israel sangat kesulitan.

Sudah banyak cara yang mereka lakukan untuk menundukkan kota kecil ini. Blokade rapat yang membuat rakyat Gaza kesulitan memperoleh bahan makanan, obat-obatan, dan energi, telah dilakukan sejak 2006 hingga kini. Namun, penduduk Gaza tetap bertahan, bahkan perlawanan Gaza atas penjajahan Zionis semakin menguat.

Akhirnya Israel melakukan serangan “habis-habisan” ke wilayah ini sejak 27 Desember 2008 hingga 18 Januari 2009. Mereka”mengguyurkan” ratusan ton bom dan mengerahkan semua kekuatan hingga pasukan cadangannya.

Namun, sekali lagi, negara yang tergolong memiliki militer terkuat di dunia ini harus mundur dari Gaza.

Di atas kertas, kemampuan senjata AK 47, roket anti tank RPG, ranjau, serta beberapa jenis roket buatan lokal yang biasa dipakai para mujahidin Palestina, tidak akan mampu menghadapi pasukan Israel yang didukung tank Merkava yang dikenal terhebat di dunia. Apalagi menghadapi pesawat tempur canggih F-16, heli tempur Apache, serta ribuan ton “bom canggih” buatan Amerika Serikat.

Akan tetapi di sana ada “kekuatan lain” yang membuat para mujahidin mampu membuat “kaum penjajah” itu hengkang dari Gaza dengan muka tertunduk, walau hanya dengan berbekal senjata-senjata “kuno”.

Itulah pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada para pejuangnya yang taat dan ikhlas. Kisah tentang munculnya “pasukan lain” yang ikut bertempur bersama para mujahidin, semerbak harum jasad para syuhada, serta beberapa peristiwa “aneh” lainnya selama pertempuran, telah beredar di kalangan masyarakat Gaza, ditulis para jurnahs, bahkan disiarkan para khatib Palestina di khutbah-khutbah Jumat mereka.

Berikut ini adalah rangkuman kisah-kisah “ajaib” tersebut dari berbagai sumber untuk kita ingat dan renungkan.

Pasukan “Berseragam Putih” di Gaza


Ada “pasukan lain” membantu para mujahidin Palestina. Pasukan Israel sendiri mengakui adanya pasukan berseragam putih itu.

Suatu hari di penghujung Januari 2009, sebuah rumah milik keluarga Dardunah yang berada di antara Jabal Al Kasyif dan Jabal Ar Rais, tepatnya di jalan Al Qaram, didatangi oleh sekelompok pasukan Israel.

Seluruh anggota keluarga diperintahkan duduk di sebuah ruangan. Salah satu anak laki-laki diinterogasi mengenai ciri-ciri para pejuang al-Qassam.

Saat diinterogasi, sebagaimana ditulis situs Filisthin Al Aan (25/1/2009), mengutip cerita seorang mujahidin al-Qassam, laki-laki itu menjawab dengan jujur bahwa para pejuang al-Qassam mengenakan baju hitam-hitam. Akan tetapi tentara itu malah marah dan memukulnya hingga laki-laki malang itu pingsan.

Selama tiga hari berturut-turut, setiap ditanya, laki-laki itu menjawab bahwa para pejuang al-Qassam memakai seragam hitam. Akhirnya, tentara itu naik pitam dan mengatakan dengan keras, “Wahai pembohong! Mereka itu berseragam putih!”

Cerita lain yang disampaikan penduduk Palestina di situs milik Brigade Izzuddin al-Qassam, Multaqa al-Qasami, juga menyebutkan adanya “pasukan lain” yang tidak dikenal. Awalnya, sebuah ambulan dihentikan oleh sekelompok pasukan Israel. Sopirnya ditanya apakah dia berasal dari kelompok Hamas atau Fatah? Sopir malang itu menjawab, “Saya bukan kelompok mana-mana. Saya cuma sopir ambulan.”

Akan tetapi tentara Israel itu masih bertanya, “Pasukan yang berpakaian putih-putih dibelakangmu tadi, masuk kelompok mana?” Si sopir pun kebingungan, karena ia tidak melihat seorangpun yang berada di belakangnya. “Saya tidak tahu,” jawaban satu-satunya yang ia miliki.

Suara Tak Bersumber

Ada lagi kisah karamah mujahidin yang kali ini disebutkan oleh khatib masjid Izzuddin Al Qassam di wilayah Nashirat Gaza yang telah ditayangkan oleh TV channel Al Quds, yang juga ditulis oleh Dr Aburrahman Al Jamal di situs Al Qassam dengan judul Ayaat Ar Rahman fi Jihad Al Furqan (Ayat-ayat Allah dalam Jihad Al Furqan).

Sang khatib bercerita, seorang pejuang telah menanam sebuah ranjau yang telah disiapkan untuk menyambut pasukan Zionis yang melalui jalan tersebut.

“Saya telah menanam sebuah ranjau. Saya kemudian melihat sebuah helikopter menurunkan sejumlah besar pasukan disertai tank-tank yang beriringan menuju jalan tempat saya menanam ranjau,” kata pejuang tadi.

Akhirnya, sang pejuang memutuskan untuk kembali ke markas karena mengira ranjau itu tidak akan bekerja optimal. Maklum, jumlah musuh amat banyak.

Akan tetapi, sebelum beranjak meninggalkan lokasi, pejuang itu mendengar suara “Utsbut, tsabatkallah” yang maknanya kurang lebih, “tetaplah di tempat maka Allah menguatkanmu.” Ucapan itu ia dengar berulang-ulang sebanyak tiga kali.

“Saya mencari sekeliling untuk mengetahui siapa yang mengatakan hal itu kapada saya. Akan tetapi saya malah terkejut, karena tidak ada seorang pun yang bersama saya,” ucap mujahidin itu, sebagaimana ditirukan sang khatib.

Akhirnya sang mujahid memutuskan untuk tetap berada di lokasi. Ketika sebuah tank melewati ranjau yang tertanam, sesualu yang “ajaib” terjadi. Ranjau itu justru meledak amat dahsyat. Tank yang berada di dekatnya langsung hancur. Banyak serdadu Israel meninggal seketika. Sebagian dari mereka harus diangkut oleh helikopter. “Sedangkan saya sendiri dalam keadaan selamat,” kata mujahid itu lagi, melalui lidah khatib.

Cerita yang disampaikan oleh seorang penulis Mesir, Hisyam Hilali, dalam situs alraesryoon.com, ikut mendukung kisah-kisah sebelumnya. Abu Mujahid, salah seorang pejuang yang melakukan ribath (berjaga) mengatakan,

“Ketika saya mengamati gerakan tank-tank di perbatasan kota, dan tidak ada seorang pun di sekitar, akan tetapi saya mendengar suara orang yang bertasbih dan beritighfar. Saya berkali-kali mencoba untuk memastikan asal suara itu, akhirnya saya memastikan bahwa suara itu tidak keluar kecuali dari bebatuan dan pasir.”

Cerita mengenai “pasukan tidak dikenal” juga datang dari seorang penduduk rumah susun wilayah Tal Islam yang handak mengungsi bersama keluarganya untuk menyelamatkan diri dari serangan Israel.

Di tangga rumah ia melihat beberapa pejuang menangis. “Kenapa kalian menangis?” tanyanya.

“Kami menangis bukan karena khawatir keadaan diri kami atau takut dari musuh. Kami menangis karena bukan kami yang bertempur. Di sana ada kelompok lain yang bertempur memporak-porandakan musuh, dan kami tidak tahu dari mana mereka datang,” jawabnya.

Saksi Serdadu Israel

Cerita tentang “serdadu berseragam putih” tak hanya diungkap oleh mujahidin Palestina atau warga Gaza. Beberapa personel pasukan Israel sendiri menyatakan hal serupa.

Situs al-Qassam memberitakan bahwa TV Channel 10 milik Israel telah menyiarkan seorang anggota pasukan yang ikut serta dalam pertempuran Gaza dan kembali dalam keadaan buta.

“Ketika saya berada di Gaza, seorang tentara berpakaian putih mendatangi saya dan menaburkan pasir di mata saya, hingga saat itu juga saya buta,” kata anggota pasukan ini.

Di tempat lain ada serdadu Israel yang mengatakan mereka pernah berhadapan dengan “hantu”. Mereka tidak diketahui dari mana asalnya, kapan munculnya, dan ke mana menghilangnya.

Masih dari Channel 10, seorang Lentara Israel lainnya mengatakan, “Kami berhadapan dengan pasukan berbaju putih-putih dengan jenggot panjang. Kami tembak dengan senjata, akan tetapi mereka tidak mati.”

Cerita ini menggelitik banyak pemirsa. Mereka bertanya kepada Channel 10, siapa sebenarnya pasukan berseragam putih itu?

Sudah Meledak, Ranjau Masih Utuh

Di saat para mujahidin terjepit, hewan-hewan dan alam tiba-tiba ikut membantu, bahkan menjelma menjadi sesuatu yang menakutkan.

Sebuah kejadian “aneh” terjadi di Gaza Selatan, tepatnya di daerah AI Maghraqah. Saat itu para mujahidin sedang memasang ranjau. Di saat mengulur kabel, tiba-tiba sebuah pesawat mata-mata Israel memergoki mereka. Bom pun langsung jatuh ke lokasi itu.

Untunglah para mujahidin selamat. Namun, kabel pengubung ranjau dan pemicu yang tadi hendak disambung menjadi terputus. Tidak ada kesempatan lagi untuk menyambungnya, karena pesawat masih berputar-putar di atas.

Tak lama kemudian, beberapa tank Israel mendekati lokasi di mana ranjau-ranjau tersebut ditanam. Tak sekadar lewat, tank-tank itu malah berhenti tepat di atas peledak yang sudah tak berfungsi itu.

Apa daya, kaum Mujahidin tak bisa berbuat apa-apa. Kabel ranjau jelas tak mungkin disambung, sementara tank-tank Israel telah berkumpul persis di atas ranjau.

Mereka merasa amat sedih, bahkan ada yang menangis ketika melihat pemandangan itu. Sebagian yang lain berdoa, “allahumma kama lam tumakkinna minhum, allahumma la tumakkin lahum,” yang maknanya, “Ya Allah, sebagaimana engkau tidak memberikan kesempatan kami menghadapi mereka, jadikanlah mereka juga lidak memiliki kesempatan serupa.”

Tiba-tiba, ketika fajar tiba, terjadilah keajaiban. Terdengar ledakan dahsyat persis di lokasi penanaman ranjau yang tadinya tak berfungsi.

Setelah Tentara Israel pergi dengan membawa kerugian akibat ledakan lersebut, para mujahidin segera melihal lokasi ledakan. Sungguh aneh, ternyata seluruh ranjau yang telah mereka tanam itu masih utuh. Dari mana datangnva ledakan? Wallahu a’lam.

Masih dari wilayah Al Maghraqah. Saat pasukan Israel menembakkan artileri ke salah satu rumah, hingga rumah itu terbakar dan api menjalar ke rumah sebelahnya, para mujahidin dihinggapi rasa khawatir jika api itu semakin tak terkendali.

Seorang dari mujahidin itu lalu berdoa,”Wahai Dzat yang merubah api menjadi dingin dan tidak membahayakan untuk Ibrahim, padamkanlah api itu dengan kekuatan-Mu.”

Maka, tidak lebih dari tiga menit, api pun padam. Para niujahidin menangis terharu karena mereka merasa Allah Subhanuhu wa Ta’ala (SWT) telah memberi pertolongan dengan terkabulnya doa mereka dengan segera.

Merpati dan Anjing

Seorang mujahid Palestina menuturkan kisah “aneh” lainnya kepada situs Filithin Al Aan (25/1/ 2009). Saat bertugas di wilayah Jabal Ar Rais, sang mujahid melihat seekor merpati terbang dengan suara melengking, yang melintas sebelum rudal-rudal Israel berjatuhan di wilayah itu.

Para mujahidin yang juga melihat merpati itu langsung menangkap adanya isyarat yang ingin disampaikan sang merpati.

Begitu merpali itu melintas, para mujahidin langsung berlindung di tempat persembunyian mereka. Ternyata dugaan mereka benar. Selang beberapa saat kemudian bom-bom Israel datang menghujan. Para mujahidin itu pun selamat.

Adalagi cerita “keajaiban” mengenai seekor anjing, sebagaimana diberitakan situs Filithin Al Aan. Suatu hari, tatkala sekumpulan mujahidin Al Qassam melakukan ribath di front pada tengah malam, tiba-tiba muncul seekor anjing militer Israel jenis doberman. Anjing itu kelihatannya memang dilatih khusus untuk membantu pasukan Israel menemukan tempat penyimpanan senjata dan persembunyian para mujahidin.

Anjing besar ini mendekat dengan menampakkan sikap tidak bersahabat. Salah seorang mujahidin kemudian mendekati anjing itu dan berkata kepadanya, “Kami adalah para mujahidin di jalan Allah dan kami diperintahkan untuk tetap berada di tempat ini. Karena itu, menjauhlah dari kami, dan jangan menimbulkan masalah untuk kami.”

Setelah itu, si anjing duduk dengan dua tangannya dijulurkan ke depan dan diam. Akhirnya, seorang mujahidin yang lain mendekatinya dan memberinya beberapa korma. Dengan tenang anjing itu memakan korma itu, lalu beranjak pergi.

Kabut pun Ikut Membantu

Ada pula kisah menarik yang disampaikan oleh komandan lapangan Al Qassam di kamp pengungsian Nashirat, langsung setelah usai shalat dhuhur di masjid Al Qassam (17/1/2009).

Saat itu sekelompok mujahidin yang melakukan ribath di Tal Ajul terkepung oleh tank-tank Israel dan pasukan khusus mereka. Dari atas, pesawat mata-mata terus mengawasi.

Di saat posisi para mujahidin terjepit, kabut tebal tiba-tiba turun di malam itu. Kabut itu lelah menutupi pandangan mata tentara Israel dan membantu pasukan mujahidin keluar dari kepungan.

Kasus serupa diceritakan oleh Abu Ubaidah. salah satu pemimpin lapangan Al Qassam, sebagaimana ditulis situs almesryoon.com (sudah tidak bisa diakses lagi). la bercerita bagaimana kabut tebal tiba-tiba turun dan membatu para mujahidin untuk melakukan serangan.

Awalnya, pasukan mujahiddin tengah menunggu waktu yang tepat untuk mendekati tank-tank tentara Israel guna meledakkannya. “Tak lupa kami berdoa kepada Allah agar dimudahkan untuk melakukan serangan ini,” kata Abu Ubaidah.

Tiba-tiba turunlah kabut tebal di tempat tersebut. Pasukan mujahidin segera bergerak menyelinap di antara tank-tank, menanam ranjau-ranjau di dekatnya, dan segera meninggalkan lokasi tanpa diketahui pesawat mata-mata yang memenuhi langit Gaza, atau oleh pasukan infantri Israel yang berada di sekitar kendaraan militer itu. Lima tentara Israel tewas di tempat dan puluhan lainnya luka-luka setelah ranjau-ranjau itu meledak.

Selamat Dengan al-Qur’an

Cerita ini bermula ketika salah seorang pejuang yang menderita luka memasuki rumah sakit As Syifa’. Seorang dokter yang memeriksanya kaget ketika mengelahui ada sepotong proyektil peluru bersarang di saku pejuang tersebut.

Yang membuat ia sangat kaget adalah timah panas itu gagal menembus jantung sang pejuang karena terhalang oleh sebuah buku doa dan mushaf al-Qur’an yang selalu berada di saku sang pejuang.

Buku kumpulun doa itu berlobang, namun hanya sampul muka mushaf itu saja yang rusak, sedangkan proyektil sendiri bentuknya sudah “berantakan”.

Kisah ini disaksikan sendiri oleh Dr Hisam Az Zaghah, dan diceritakannya saat Festival Ikatan Dokter Yordan sebagaimana ditulis situs partai Al Ikhwan Al Muslimun (23/1/2009).

Dr. Hisam juga memperlihatkan bukti berupa sebuah proyektil peluru, mushaf Al Qur’an, serta buku kumpulan doa-doa berjudul Hishnul Muslim yang menahan peluru tersebut.

Abu Ahid, imam Masjid AnNur di Hay As Syeikh Ridzwan, juga punya kisah menarik. Sebelumnya, Israel telah menembakkan 3 rudalnya ke masjid itu hingga tidak tersisa kecuali hanya puing-puing bangunan. “Akan tetapi mushaf-mushaf Al Quran tetap berada di tampatnya dan tidak tersentuh apa-apa,” ucapnya seraya tak henti bertasbih.

“Kami temui beberapa mushaf yang terbuka tepat di ayat-ayat yang mengabarkan tentang kemenangan dan kesabaran, seperti firman Allah, ‘Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata, sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali,”(Al-Baqarah [2]: 155-156),” jelas Abu Ahid sebagaimana dikutip Islam Online (15/1/2009).

Harum Jasad Para Syuhada

Abdullah As Shani adalah anggota kesatuan sniper (penembak jitu) al-Qassam yang menjadi sasaran rudal pesawat F-16 Israel ketika sedang berada di pos keamanan di Nashirat, Gaza.

Jasad komandan lapangan al-Qassam dan pengawal khusus para tokoh Hamas ini “hilang” setelah terkena rudal. Selama dua hari jasad tersebut dicari, ternyata sudah hancur tak tersisa kecuali serpihan kepala dan dagunya. Serpihan-serpihan tubuh itu kemudian dikumpulkan dan dibawa pulang ke rumah oleh keluarganya untuk dimakamkan.

Sebelum dikebumikan, sebagaimana dirilis situs syiria-aleppo. com (24/1/2009), serpihan jasad tersebut sempat disemayamkan di sebuah ruangan di rumah keluarganya. Beberapa lama kemudian, mendadak muncul bau harum misk dari ruangan penyimpanan serpihan tubuh tadi.

Keluarga Abdullah As Shani’ terkejut lalu memberitahukan kepada orang-orang yang mengenal sang pejuang yang memiliki kuniyah (julukan) Abu Hamzah ini.

Lalu, puluhan orang ramai-ramai mendatangi rumah tersebut untuk mencium bau harum yang berasal dari serpihan-serpihan tubuh yang diletakkan dalam sebuah kantong plastik.

Bahkan, menurut pihak keluarga, 20 hari setelah wafatnya pria yang tak suka menampakkan amalan-amalannya ini, bau harum itu kembali semerbak memenuhi rungan yang sama.

Cerita yang sama terjadi juga pada jenazah Musa Hasan Abu Nar, mujahid Al Qassam yang juga syahid karena serangan udara Israel di Nashiriyah. Dr Abdurrahman Al Jamal, penulis yang bermukim di Gaza, ikut mencium bau harum dari sepotong kain yang terkena darah Musa Hasan Abu Nar. Walau kain itu telah dicuci berkali-kali, bau itu tetap semerbak.

Ketua Partai Amal Mesir, Majdi Ahmad Husain, menyaksikan sendiri harumnya jenazah para syuhada. Sebagaunana dilansir situs Al Quds Al Arabi (19/1/2009), saat masih berada di Gaza, ia menyampaikan, “Saya telah mengunjungi sebagian besar kota dan desa-desa. Saya ingin melihat bangunan-bangunan yang hancur karena serangan Israel. Percayalah, bahwa saya mencium bau harumnya para syuhada.”

Dua Pekan Wafat, Darah Tetap Mengalir

Yasir Ali Ukasyah sengaja pergi ke Gaza dalam rangka bergabung dengan sayap milisi pejuang Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam. Ia meninggalkan Mesir setelah gerbang Rafah, yang menghubungkan Mesir-Gaza, terbuka beberapa bulan lalu.

Sebelumnya, pemuda yang gemar menghafal al-Qur’an ini sempat mengikuti wisuda huffadz (para penghafal) al-Qur’an di Gaza dan bergabung dengan para mujahidin untuk memperoleh pelatihan militer. Sebelum masuk Gaza, di pertemuan akhir dengan salah satu sahabatnya di Rafah, ia meminta didoakan agar memperoleh kesyahidan.

Untung tak dapat ditolak, malang tak dapat diraih, di bumi jihad Gaza, ia telah memperoleh apa yang ia cita-citakan. Yasir syahid dalam sebuah pertempuran dengan pasukan Israel di kamp pengungsian Jabaliya.

Karena kondisi medan, jasadnya baru bisa dievakuasi setelah dua pekan wafatnya di medan pertempuran tersebut.

Walau sudah dua pekan meninggal, para pejuang yang ikut serta melakukan evakuasi menyaksikan bahwa darah segar pemuda berumur 21 tahun itu masih mengalir dan fisiknya tidak rusak. Kondisinya mirip seperti orang yang sedang tertidur.

Sebelum syahid, para pejuang pernah menawarkan kepadanya untuk menikah dengan salah satu gadis Palestina, namun ia menolak. “Saya meninggalkan keluarga dan tanah air dikarenakan hal yang lebih besar dari itu,” jawabnya.

Kabar tentang kondisi jenazah pemuda yang memiliki kuniyah Abu Hamzah beredar di kalangan penduduk Gaza. Para khatib juga menjadikannya sebagai bahan khutbah Jumat mereka atas tanda-tanda keajaiban perang Gaza. Cerita ini juga dimuat oleh Arab Times (7/2/ 2009)

Terbunuh 1.000, Lahir 3.000

Hilang seribu, tumbuh tiga ribu. Sepertinya, ungkapan ini cocok disematkan kepada penduduk Gaza. Kesedihan rakyat Gaza atas hilangnya nyawa 1.412 putra putrinya, terobati dengan lahirnya 3.700 bayi selama 22 hari gempuran Israel terhadap kota kecil ini.

Hamam Nisman, Direktur Dinas Hubungan Sosial dalam Kementerian Kesehatan pemerintahan Gaza menyatakan bahwa dalam 22 hari 3.700 bayi lahir di Gaza. “Mereka lahir antara tanggal 27 Desember 2008 hingga 17 Januari 2009, ketika Israel melakukan serangan yang menyebabkan meninggalnya 1.412 rakyat Gaza, yang mayoritas wanita dan anak-anak,” katanya.

Bulan Januari tercatat sebagai angka kelahiran tertinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya. “Setiap tahun 50 ribu kasus kelahiran tercatat di Gaza. Dan, dalam satu bulan tercatat 3.000 hingga 4.000 kelahiran. Akan tetapi di masa serangan Israel 22 hari, kami mencatat 3.700 kelahiran dan pada sisa bulan Januari tercatat 1.300 kelahiran. Berarti dalam bulan Januari terjadi peningkatan kelahiran hingga 1.000 kasus.

Rasio antara kematian dan kelahiran di Gaza memang tidak sama. Angka kelahiran, jelasnya lagi, mencapai 50 ribu tiap tahun, sedang kematian mencapai 5 ribu.
“Israel sengaja membunuh para wanita dan anak-anak untuk menghapus masa depan Gaza. Sebanyak 440 anak-anak dan 110 wanita telah dibunuh dan 2.000 anak serta 1.000 wanita mengalami luka-luka.
Sumber :www.blak-blakan.com

Inilah Rahasia Trik Navigasi Menakjubkan Penyu

Ilmuwan berhasil memecahkan misteri kemampuan navigasi penyu yang mampu menjangkau ribuan mil menuju pantai hanya untuk menetas. Bagaimana cara penyu mengetahui arah tujuan?

Loggerhead turtles (penyu tempayan) berkembang biak di tepi Laut Tengah, Afrika Barat, Brasil dan sepanjang pantai tenggara Amerika Serikat.

Dalam waktu 24 jam setelah menetas, penyu itu kembali ke laut untuk memulai perjalanan menakjubkan searah jarum jam di sekitar Samudera Atlantik berjarak ribuan mil. Hebatnya, penyu betina akan kembali ke pantai untuk melihat kelahiran bayi penyu.
“Bagian paling sulit adalah melakukan navigasi terbuka di laut dalam menentukan posisi bujur atau timur ke laut,” kata ilmuwan Nathan Putman dari University of North Carolina.

Ilmuwan sebelumnya telah mengetahui makhluk ini menggunakan perubahan medan magnet bumi untuk memberi tahu mereka sisi utara ke selatan sehingga mengarahkan diri sepanjang garis lintang. Namun ilmuwan belum tahu bagaimana penyu memahami sisi bujur dari timur ke barat.

Kini ilmuwan tidak bisa lagi meremehkan kemampuan penyu. Hewan ini ternyata menggunakan medan magnet bumi untuk menciptakan sistem pemetaan mental yang mencakup empat poin utama dalam kompas yaitu utara, timur, selatan dan barat.

Para peneliti percaya penyu menciptakan pemetaan magnetic di pemikiran mereka dengan mengkombinasi informasi tentang sudut medan magnet dan intensitas magnetik.

“Meskipun banyak binatang yang mampu mendeteksi kemiringan atau intensitas magnetic saat penentuan bujur, namun penyu tempayan mampu menganalisis kedua parameter magnetik yaitu bujur dan lintang,” kata Putman lagi dalam jurnal Current Biology.

Sumber : http://m.inilah.com/read/detail/1273212/inilah-rahasia-trik-navigasi-menakjubkan-penyu/

Tokoh Muslim Spektakuler “Khairuddin Barbarossa”-Mujahid Yang Dicemarkan

Di Barat, namanya tercatat sebagai bajak laut kejam berjenggot merah yang menguasai lautan luas. Tapi dalam sejarah Islam, namanya harum sebagai laksamana

penjaga wilayah Khilafah Utsmani Turki yang perkasa.

Barbarossa artinya janggut merah. Orang besar yang berjanggut merah dalam sejarah dunia ada tiga, yaitu kaisar Frederick I Romawi (1123-1190) dan kakak beradik Aruj dan Khairuddin dari Turki.

Islam pernah mengisi peradaban tingkat tinggi di Andalusia, kebudayaan, filsafat (sains) dan teknologi (terutama struktur dan arsitektur) lahir di wilayah semenanjung Iberia (Spanyol) tersebut. Thariq bin Ziyad yang membawa misi Islam diabadikan menjadi nama gunung di semenanjung tersebut, yaitu Jabal Thariq yang diucapkan orang barat menjadi Gibraltar (kini berada di bawah kekuasaan Inggris). Sebuah gunung di dekat selat yang menghubungkan samudera Atlantik dengan Laut Tengah. Bangsa barat (Eropa) tercengang dengan kemajuan Andalusia, Cordoba, Granada dan Sevilla setelah dipimpin Bani Abbasiyah pada tahun 756M. Umat Islam, Kristen dan Yahudi hidup rukun selama dua abad lebih di saat itu.

Selama era Perang Salib ini,

Eropa melancarkan misi Reconquista yaitu misi penaklukan kembali wilayah-wilayah Eropa. Satu persatu kota-kota dengan peradaban tinggi mulai jatuh, Lisboa, Merida, Cordoba, Valencia, Murcia, Sevilla dan puncaknya Granada jatuh di tahun 1492M. Bangsa Moor di wilayah Andalusia tersebut terpaksa hengkang ke Afrika utara karena misi Reconquista dilanjutkan dengan misi inkuisisi yaitu pembersihan kaum muslim, sebagian murtad dan sebagian lagi bersembunyi di pegunungan. Misi ini memuncak ketika raja Ferdinand II dari Aragon menikah dengan ratu Isabella dari Castille, dan selanjutnya dikenal sebagai Ferdinand V of Castille. Ferdinand merupakan seorang Khatolik yang fanatik. Kaum muslim dan Yahudi dibersihkan selama masa kepemimpinannya. Masjid Cordoba yang bertiang 1000 buah kini menjadi gereja, begitu pula Alhambra hanya tinggal kenangan. Reconquista diteruskan ke arah Afrika utara dan ke arah timur yang menjadi tujuan utama, yaitu tanah suci Jerusalem. Jatuhnya Andalusia ini sampai ke Turki yang saat itu dipimpin oleh Sulaiman I yang telah berhasil menaklukkan Byzantium.

Aruj adalah seorang pelaut biasa yang biasa berlayar di wilayah perairan Yunani dan Turki. Suatu hari kapalnya diserang kapal militer St. John of Jerusalem atau biasa disebut sebagai Knight of Rhodes, kejadian ini membuat adik bungsunya terbunuh. Sejak saat itu Aruj dan Khairuddin melakukan aksi bajak laut kepada semua kapal-kapal militer Kristen. Aksi ini sangat menggemparkan dan sangat ditakuti militer Kristen, dikenal sebagai bajak laut Barbarossa Brothers karena keduanya berjanggut merah. Makna negatif Barbarossa dipropagandakan hingga sekarang, misalnya perampok pada komik Asterix dan film Pirates of Carribean yang selalu sial, meskipun settingnya tidak sama (mungkin tawa anda sekarang menjadi kecut).

Misi dendam Aruj akhirnya berubah menjadi misi perjuangan Islam setelah mendengar jatuhnya Andalusia. Puluhan ribu bangsa Moor (bahkan yang mengungsi di pegunungan) berhasil ia selamatkan ke negeri-negeri Afrika utara seperti Maroko, Tunisia dan Aljazair, selain itu Aljazair dijadikan basis pertahanan lautnya.

Penguasa Aljazair tidak seramah sultan di Tunisia, Sultan Salim at Toumy malah mengusir Barbarossa ketika sedang bertempur dengan pasukan Kristen Spanyol. Aruj mengambil keputusan mempertahankan Aljazair dan akhirnya memimpin kota pelabuhan tersebut atas nama kesultanan Turki. Pada tahun 1518 Spanyol berhasil menghasut Amir kota Tlemcen (Tilmisan) untuk menentang Aruj, Aljazair ia serahkan kepada Khairuddin dan ia berangkat ke Tlemcen yang ternyata di sana ia malah berperang dengan saudara sendiri yang sesama Islam, pasukannya tercecer dan Aruj sempat lolos, namun banyak pasukannya tertangkap. Karena hubungannya dengan anak buahnya yang lebih dari sekadar kepentingan Aruj kembali bertempur dan gugur.

Gugurnya Aruj menjadikan pimpinan armada laut Turki pindah ke Khairuddin dan Spanyol mengira era Barbarossa telah berakhir di Laut Tengah. Spanyol mengirim 20.000 tentaranya ke Aljazair, pertempuran hebat terjadi, namun Khairuddin berhasil mengalahkan pasukan laut tersebut. Ia sadar terlalu banyak ancaman dari negeri sekelilingnya selain ancaman utama Spanyol, hingga akhirnya Khairuddin meminta melalui Aljazair supaya Amir Tunisia dan Tlemcen dialihkan kekuasaannya atas nama daulat Utsmani Turki, mereka pun setuju, hingga pada tahun 1519 Turki mengangkat Khairuddin sebagai beylerbey (Bakler Baik) atau wakil Turki di Aljazair dan memimpin pasukan Janissary, pasukan khusus militer Turki. Selama Khairuddin mempimpin, penyelamatan bangsa Moor di Andalusia semakin banyak dilakukan, tercatat 7 kali pelayaran dengan 36 kapal.

Kristen Eropa menjadi puyeng dengan gemilangnya Sulaiman I dari Turki, menguasai daratan dengan pasukan Janissary-nya dan menguasai Laut Tengah oleh Barbarossa, sang adik dari Aruj. Tahun 1529 di pulau Penon saat adzan berkumandang orang Spanyol menembakkan meriam ke menara masjid, terjadilah peperangan dan akhirnya setelah 20 hari pulau tersebut dikuasai Khairuddin. Di daratan Sulaiman I mengejar mimpinya menaklukkan Wina, Austria, sebanyak dua kali serangan diluncurkan namun keduanya gagal. Pasukan Turki yang kembali pulang sempat meninggalkan beberapa karung kopi yang kemudian mengubah aturan Paus Roma yang sebelumnya mengharamkan minuman yang diminum kaum muslim. Kemudian mereka menyebut itu sebagai cappuccino.

Di tahun yang sama Andrea Doria di Genoa berhasil merestorasi Republik Genoa dan bersekutu dengan Charles V Spanyol dan melanjutkan misi reconquita berperang dengan Sulaiman I dan Barbarossa yang menguasai perairan Laut Tengah. Kaum Eropa menyebut Barbarossa sebagai bajak laut, meskipun tidak ada bendera hitam dan tengkorak yang menjadi simbol, bahkan bendera yang diusung adalah berwarna hijau berisi kaligrafi doa Nashrun minallaah wa fathun qariib wa basysyiril mu’miniin ya Muhammad, empat nama khulafa ur rasyidin, pedang Zulfikar dan bintang segi enam Yahudi.

Charles V yang berusaha dengan menarik Knights of Rhodes ke pulau Malta pun gagal membendung penguasaan Barbarossa atas Laut Tengah. Turki kagum atas prestasi Barbarossa, diangkatlah menjadi panglima Laut (Kapudan Pasha) daulat Utsmani dan membenahi angkatan Laut Turki.

Pada tahun 1535 gabungan sekutu Charles V dan Andrea Doria yang berubah nama menjadi Knight of Malta menyerang dan merebut Tunisia dengan 25.000 lebih pasukannya dalam 500 kapal. Pertempuran tidak imbang dan Tunisia jatuh ke tangan Spanyol. Barbarossa meskipun kalah di tahun-tahun selanjutnya berhasil menguasai kepulauan Beleares dan merampas kapal-kapal Portugis dan Spanyol di selat Gibraltar.

Tahun 1538 sekutu gabungan Italia Spanyol berperang di Preveza, tepatnya di teluk Actium tempat pertempuran Octavian melawan Antonius dan Cleopatra dahulu kala. Preveza kala itu merupakan pelabuhan penting di Laut Tengah. Andrea memimpin 40 kapalnya dan Barbarossa dengan 20 kapal, tapi dengan kecerdikan Barbarossa atas informasi telik sandinya, pada pagi hari armada Barbarossa telah siap di mulut teluk Preveza dari tiga arah dan membombardir armada Andrea hingga mundur dari pertempuran. Barbarossa tak ingin berperang di laut lepas karena kapal-kapal armada laut Spanyol memiliki manuver yang lebih canggih.

Serangan ke Aljazair oleh sekutu Charles V dan Andrea Doria berlanjut tiga tahun kemudian dengan 200 kapal di luar musim berlayar yang biasanya karena kekhawatiran diserang Barbarossa dari belakang. Rakyat Aljazair di bawah pimpinan Hasan Agha bertempur mati-matian mempertahankan negerinya. Charles V tak mengira pertahanan dan strategir perang Aljazair yang matang, hingga armadanya kacau balau selain itu juga dihantam badai laut yang dahsyat. Andrea Doria dan Charles V berhasil selamat, dan kembali ke negerinya dengan kekalahan pahit.

Saat Prancis berperang dengan Spanyol, Prancis bersekutu dengan Turki, Barbarossa pun berangkat ke Marseilles untuk merebut Nice. Pulang dari Nice Barbarossa kemudian berangkat ke Genoa untuk membebaskan ajudan kepercayaannya, Turgut Reis.

Tahun 1565 Barbarossa berusaha menaklukkan Malta dari tangan Knight of St. John, di pertempuran ini Khairuddin gugur, kemudian dimakamkan di Istanbul serta didirikan masjid dan madrasah, hingga kini makam tersebut masih ada.

Sumber:http://www.facebook.com/notes/reichsleiter-adithree/tokoh-muslim-spektakuler-khairuddin-barbarossa-mujahid-yang-dicemarkan/135298396481582