Sabtu, 30 Juli 2011

Pluralisme, Klaim Kebenaran yang Berbahaya (2)

Oleh: Anis Malik Thoha

Semua agama, baik yang mati maupun yang hidup, yang kuno maupun modern, yang teistik maupun non-teistik, lahir dan hadir lengkap dengan klaim kebenaran. Terlepas apakah klaim ini valid atau tidak, rasional atau irasional.

Setidaknya ada tiga macam cara memandang klaim kebenaran, yaitu eksklusivisme, inklusivisme, dan pluralisme.

Eksklusivisme adalah kebenaran absolut hanya dimiliki agama tertentu secara eksklusif. Tidak memberikan alternatif lain, tidak memberikan konsesi sedikitpun, dan tidak mengenal kompromi.

Klaim ini direpresentasikan oleh agama-agama semitik: Yudaisme, Kristen, dan Islam, yang ditopang dengan konsep yuridis tentang keselamatan. Yudaisme mempunyai doktrin the chosen people (masyarakat terpilih). Kebenaran, keshalihan, dan keselamatan hanya berdasar atas etnisitas yang sempit, yaitu bangsa Yahudi. Katolik punya doktrin extra ecclesiam nulla salus (di luar gereja tidak ada keselamatan) dan Protestan dengan doktrin outside Christianity, no salvation (di luar Kristen tidak ada keselamatan). Sementara Islam dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa inna ad-diena ‘inda Allahi al-Islam (sesungguhnya agama di sisi Allah adalah Islam).

Klaim Inklusivisme lebih longgar. Hanya salah satu agama saja yang benar, tapi juga mencoba mengakomodasi konsep yuridis keselamatan untuk mencakup pengikut agama lain. Bukan karena agama mereka benar, tapi justru karena limpahan berkah dan rahmat dari kebenaran absolut yang ia miliki.

Teologi inklusif hanya muncul di lingkungan Kristen dalam waktu belakangan. Ini merupakan respons terhadap teologi pluralis yang mulai merebak pada pertengahan kedua abad ke-20, dan di sisi lain menganggap klaim eksklusif sudah ketinggalan zaman.

Ada interpretasi baru yang dianggap lebih segar. Konsep penebusan dosa yang dilakukan Yesus Kristus meliputi seluruh dosa warisan anak Adam. Semua ummat manusia terbuka untuk ampunan Tuhan, meskipun mereka pengikut agama lain. Teologi ini kemudian diadopsi secara resmi dalam Konsili Vatikan II (1962-1965).

Tapi klaim kebenaran model ini tidak konsisten. Jika keselamatan dapat dicapai tanpa adanya koneksi apapun dengan gereja dan doktrin Kristen, apa artinya bersikeras memberikan label Kristen? Kenapa berbagai praktik Kristenisasi masih terus dilakukan? Atau inklusivisme hanyalah slogan kosong dengan maksud tertentu?

Di lingkungan Islam, sebetulnya juga ada upaya serupa. Di Indonesia pada awal tahun 1990-an muncul jargon “Islam inklusif”. Namun setelah diteliti secara seksama, kandungan pemikiran yang mereka maksudkan ternyata serupa dengan model pluralisme seperti di bawah ini.

Pluralisme yang Berbahaya

Pluralisme muncul dan berkembang dalam setting sosial-politik humanisme sekuler Barat yang bermuara pada lahirnya tatanan demokrasi liberal. Salah satu konstituen utamanya adalah pluralisme agama (yang oleh sebagian sosiolog diidentifikasi sebagai civil religion).

Pluralisme ingin tampil sebagai klaim kebenaran yang humanis, ramah, santun, toleran, cerdas, mencerahkan, demokratis, dan promising. Hal ini antara lain dikatakan oleh tokoh pluralis yang paling bertanggung jawab, John Hick.

Semua agama, yang teistik maupun non-teistik, dapat dianggap sebagai ruang atau jalan yang bisa memberi keselamatan, kebebasan, dan pencerahan. Semuanya valid, karena pada dasarnya semuanya merupakan respons otentik yang beragam terhadap the Real (hakikat ketuhanan) yang sama.

Dalam kenyataannya, klaim itu menjadi klaim ‘kebenaran relatif’ yang absolut. Tidak saja ingin merelatifkan klaim kebenaran agama yang ada—sehingga semua agama secara relatif sama—tapi juga sebetulnya ingin mengungguli klaim-klaim tersebut. Hanya klaim pluralisme saja yang mutlak benar.

Dengan merelatifkan klaim-klaim kebenaran yang ada berarti secara implisit—dan ini jarang disadari oleh kaum pluralis—telah menafikan, atau minimal mendegradasikan, kebenaran hakiki klaim-klaim tersebut. Pluralisme juga telah bertindak sebagai wasit sepakbola yang mengontrol dan menjaga ketertiban jalannya permainan, termasuk mengeluarkan kartu merah.

Klaim pluralisme membawa implikasi yang berbahaya bagi manusia. Baik itu menyangkut isu-isu yang bersifat teoretis, epistemologis, dan metodologis, sebagian bersifat ideologis dan teologis, dan sebagian lagi berhubungan dengan isu yang lebih praktis, yaitu HAM (hak-hak asasi manusia) –khususnya kebebasan beragama.

Gagasan pluralisme sulit menjawab pertanyaan yang sangat krusial, yaitu apakah benar-benar mampu memberikan solusi yang ramah terhadap konflik antar agama, sebagaimana yang diklaim oleh para penggagas dan penganjurnya? Atau malah menjadi problem baru dalam fenomena pluralitas keagamaan?

Tidak Bisa Dipertahankan Lagi

Istilah pluralisme agama selama ini difahami dan didesain dalam bingkai sekuler, liberal, dan logika Barat yang menampik hal-hal yang berbau metafisis. Ini adalah akar dari semua masalah. Agama dianggap sebagai respons manusia, atau sering pula disebut sebagai pengalaman keagamaan. Kemungkinan datangnya agama dari Tuhan atau Dzat yang Maha Agung dinafikan mentah-mentah.

Tokoh seperti Joachim Wach, seorang ahli perbandingan agama kontemporer, bahkan mendefinisikan konsep pengalaman keagamaan sebagai agama itu sendiri. Lahirlah kesimpulan akan persamaan semua agama secara penuh tanpa ada yang lebih benar daripada yang lain. Sebuah kesimpulan yang justru menyulitkan para penggagas dan penganjurnya, terutama yang beragama Kristen, karena muncul pertanyaan: apakah Kristen sama persis dengan agama-agama primitif dan paganis (penyembah berhala) yang kanibalistik?

Klaim ini juga mengerangkeng agama sehingga hanya boleh beroperasi di wilayah yang sangat sempit dan privat–yakni hubungan manusia dengan Tuhannya. Muncul pertanyaan lagi, apakah hubungan pribadi dengan sesuatu yang sakral dan metafisikal ini mempengaruhi dan membentuk perilaku manusia, baik dalam kehidupan individual maupun sosial, atau tidak?

Kajian-kajian modern yang dilakukan para ahli menguatkan adanya pengaruh tersebut. Joachim Wach misalnya, menyimpulkan bahwa manusia kapan saja dan dimana saja selalu ingin mengekspresikan pengalaman keagamaan. Sementara ahli perbandingan agama Ninian Smart dan anthropolog Clifford Geertz menegaskan tentang komprehensivitas agama yang mencakup seluruh dimensi kehidupan manusia.

Fakta-fakta di atas menguatkan komprehensivitas, inklusivitas, dan totalitas agama. Cakupannya tidak hanya terbatas pada apa yang disebut institusi agama, melainkan juga seluruh falsafah hidup yang dikenal manusia.

Otomatis, konsep dikotomisasi realitas: agama-negara, sakral-profan, dan individu-publik, menjadi tak tepat dan tak akurat. Di Barat sendiri kini ada kajian-kajian ilmiah yang mengkritisi akurasi konsep ini. Hasilnya, dikotomisasi tidak mungkin bisa dipertahankan di depan bukti-bukti dan fakta-fakta objektif dari perkembangan sosio-politis kontemporer.

Di sisi lain, terminologi pluralisme di Barat telah mengalami perubahan yang sangat fundamental, sehingga sama dan sebangun dengan demokrasi, yakni penegasan tentang kebebasan, toleransi persamaan, dan koeksistensi. Namun, konsep yang secara teoretis sangat agung dan toleran ini, pada dataran praktis cenderung menunjukkan perilaku intoleran dan memberangus HAM. Kata Muhammad Imarah, “Barat telah memaksa yang lain untuk mengikutinya secara kultur maupun pemikiran… dan untuk melepaskan sejarah, kultur, dan referensi keagamaan dan intelektual mereka masing-masing.” Barat tidak ingin membiarkan yang lain menjadi dirinya sendiri.

Muncullah kesadaran bahwa konsep pluralisme tidak boleh hanya tunduk pada interpretasi tunggal (baca: Barat). Kata John O Voll, “Terdapat kesadaran yang semakin meningkat bahwa konsep ‘pluralisme’, yang merupakan fokus wacana-wacana masa kini, adalah tunduk pada pemahaman yang beragam.” John D’Arcy May juga menyatakan perlunya keragaman dalam membaca dan memaknai konsep ini.

Alhasil, konsep pluralisme yang menganggap semua agama sama saja, tak mungkin bisa dipertahankan. Juga tak mungkin bisa dipraktikkan dalam kehidupan nyata tanpa memberangus HAM.*

Penulis adalah dosen Ilmu Perbandingan Agama pada International Islamic University dan pengusur NU Malaysia

Mukjizat Alquran: Rahasia Besi

REPUBLIKA.CO.ID, Besi adalah salah satu unsur yang dinyatakan secara jelas dalam Alquran. Dalam Surat Al-Hadid, yang berarti "besi", kita diberitahu sebagai berikut:

"…Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia..." (QS Al-Hadid: 25)

Kata "anzalnaa" yang berarti "kami turunkan" khusus digunakan untuk besi dalam ayat ini, dapat diartikan secara kiasan untuk menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk memberi manfaat bagi manusia. Tapi ketika kita mempertimbangkan makna harfiah kata ini, yakni "secara bendawi diturunkan dari langit", kita akan menyadari bahwa ayat ini memiliki keajaiban ilmiah yang sangat penting.

ni dikarenakan penemuan astronomi modern telah mengungkap bahwa logam besi yang ditemukan di bumi kita berasal dari bintang-bintang raksasa di angkasa luar.

Logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan dalam inti bintang-bintang raksasa. Akan tetapi sistem tata surya kita tidak memiliki struktur yang cocok untuk menghasilkan besi secara mandiri. Besi hanya dapat dibuat dan dihasilkan dalam bintang-bintang yang jauh lebih besar dari matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat.

Ketika jumlah besi telah melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa yang disebut "nova" atau "supernova". Akibat dari ledakan ini, meteor-meteor yang mengandung besi bertaburan di seluruh penjuru alam semesta dan mereka bergerak melalui ruang hampa hingga mengalami tarikan oleh gaya gravitasi benda angkasa.

Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi melainkan kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa melalui meteor-meteor dan "diturunkan ke bumi", persis seperti dinyatakan dalam ayat tersebut: Jelaslah bahwa fakta ini tidak dapat diketahui secara ilmiah pada abad ke-7 ketika Alquran diturunkan.

Jumat, 29 Juli 2011

Ada Keterlibatan Mossad Dalam Teror Norwegia

Dinas Rahasia Israel (Mossad) yang terlibat dalam berbagai aksi teror dan penculikan dengan lembaga intelijen Barat khususnya, CIA dan Inggris, kini dinyatakan sebagai tersangka terlibat dalam kasus teror di Norwegia, berdasarkan sejumlah bukti.

Kantor berita IRNA (27/07/2011) mengutip keterangan situs Politalesk Norwegia menyatakan, "Sejumlah bukti dan fakta menunjukkan kemungkinan kuat keterlibatan Mossad dalam aksi teror Jumat pekan lalu di Norwegia.

Dalam laporan itu disebutkan, selain bukti-bukti tersebut, perundingan menyangkut persetujuan Partai Buruh Norwegia untuk mengakui kemerdekaan pemerintah Palestina dan pemberlakuan boikot terhadap Zionis, mendasari keputusan Mossad untuk mengeluarkan instruksi aksi teror yang menewaskan 68 orang itu.

Dalam serangan pertama, sebuah ledakan massif mengguncang gedung pemerintah, kantor Perdana Menteri Norwegia di Oslo dan pada serangan kedua, seorang bersenjata yang mengenakan seragam polisi, memuntahkan tembakan brutal ke arah para pemuda di pulau Utoeya.

Dua hari sebelumnya, Partai Buruh berkuasa Norwegia menyatakan akan membahas dukungan terhadap deklarasi kemerdekaan Palestina.

Anders Behring Breivik, 32 tahun, menyatakan bertanggung jawab atas kedua serangan tersebut. Aksinya itu hingga kini telah merenggut nyawa 68 orang.

Para pemuda yang berada di kamp milik Partai Buruh Norwegia di pulau Utoeya itu, dua hari sebelum terjadinya aksi teror Breivik, bertemu dengan Menlu Norwegia dan menuntut pemerintah untuk mendukung deklarasi kemerdekaan Palestina pada sidang Majelis Umum PBB, September mendatang.

Menlu Norwegia mereaksi tuntutan para pemuda itu dengan mengatakan, "Palestina berhak untuk menjadi sebuah negara merdeka dan pendudukan Israel juga harus diakhiri."

Tidak hanya itu, pejabat tinggi Norwegia itu juga menuntut perusakan tembok pemisah Israel.*

“Teroris Agama”, (Tak Ada) Agama “Teroris”!

Oleh: Ilham Q. Moehiddin

PASKA tumbangnya Uni Soviet dan berubah menjadi Federasi Rusia Bersatu, mata panah permusuhan dan fitnah kaum kapitalisme dan kaki tangan sekulerisme langsung mengarah pada Islam. Ideologi sosialisme yang masih diusung beberapa negara besar, macam Federasi Rusia Bersatu dan Republik Rakyat China, menjadi nomor dua, dan seketika Islam dianggap sebagai halangan berikutnya.

Segala sesuatu yang melekat pada Islam dan umat Muslim yang dahulu dilihat biasa-biasa saja, malah lazim dipraktekkan secara terbuka —sebab menjadi bagian dari hukum agama besar ini— kini menjadi momok yang sengaja diformat menakutkan bagi dunia barat.

Fundamentalisme Islam, yang dahulu adalah bagian dari praktek menjalankan agama secara tegas, langsung dicap sebagai biang terorisme. Padahal, fundamentalisme tidak hanya dikenal dalam Islam, agama terdahulu semisal Yahudi, Kristen, Hindu, Budha atau beberapa aliran kepercayaan juga memperaktekkan fundamentalisme.

Dahulu fundamentalisme belum serta-serta di masukkan dalam kamus sekulerisme sebagai mata rantai kekerasan. Namun saat ini, sekulerisme-kapitalisme --yang membelokkan arti kata fundamentalisme-- memasukkannya dalam bingkai kekerasan. Siasat-strategi sekulerisme-kapitalisme dalam Silent War (perang rahasia) yang sesungguhnya sedang berlangsung saat ini.

Islam sebagai agama yang dianut hampir seperdua penduduk dunia, dalam bingkai sekuleris-kapitalis adalah ancaman. Kata-kata ini tentu akan bermakna seperti yang dikehendaki paham sekuler, jika kita serta-merta meletakkannya dalam otak kita. Kita bisa menolak menerima persepsi atau paham sekuler-kapitalis, dan tetap berpegang pada pemahaman yang sudah kita ketahui.

Dalam siasat-strategi Silent War sekuler-kapitalis, Barat (Eropa sekuler) dan Zionis-Amerika memang memainkan makna-makna simbolis dan menggunakannya sebagai cap. Tentu saja, cap-cap yang disodorkan sekuler-kapitalis sengaja dimodifikasi sebagai sesuatu yang jahat.

Jihad dalam Islam secara harfiah adalah panggilan atau tekad untuk berkorban demi agama Allah SWT. Bentuk Jihad pun tergantung era di mana Muslim sebagai komunitas hidup. Jika dahulu jihad diserukan untuk membela kepentingan agama Allah, yang mengalami penekanan oleh entitas religius dan paham lain, berupa upaya membela diri, bebas dari gangguan.

Bentuknya pun bisa bermacam-macam, seperti menerima tawaran perang dari para penekan, membela diri dari serangan para penekan, membela negara, bahkan bekerja demi Allah SWT untuk kepentingan keluarga termasuk dalam konteks jihad.

Dari pemaknaan di atas, tidakkah jihad —atau dalam agama atau paham lain memiliki penyebutan berbeda— sama dan sering dilakukan pula? Dalam sejarah Kristen, para ksatria Templar pernah melakukan pembelaan atau jihad. Agama Kristen juga memilikinya yang dikenal sebagai Crusaider (terhadap kepentingan Vatican, dan mengikuti ambisi gereja-gereja Eropa untuk menguasai tanah suci Yerusallem). Dalam sejarah Yahudi pun, juga pernah membela diri dari kejaran tentara-tentara Kristen Nazi Hitler di daratan Eropa —kendati peristiwa genoside Yahudi ini, sejauh yang diyakini adalah akal-akalan belaka.

Namun intinya adalah, semua upaya pembelaan dalam bentuk pengorbanan terhadap sesuatu yang layak diperjuangkan, oleh orang kaum Muslimin dikenal sebagai jihad.

Sekulerisme-kapitalisme memformat secara negatif pemaknaan jihad ini sebagai bentuk dasar dari yang mereka sebut terorisme. Ironisnya, secara bodoh, orang-orang menerima hasil format tersebut sebagai pemahaman baru dan meninggalkan pemahaman hakiki yang dipegangnya ratusan tahun, tanpa berusaha menyadari bahwa apa yang mereka terima itu sebagai bentuk dari upaya mendiskreditkan kebenaran Islam.

Lalu, adakah kaitan dengan apa yang terjadi sekarang ini sebagai bentuk pembelaan diri sekelompok orang, yang oleh sekuler-kapitalis menyebutnya sebagai jihad? Penulis sepenuhnya tidak percaya dan menolak keras asumsi ini.

Sebab, sebuah entitas agama/kaum barulah akan melakukan tindakan membela diri bila entitas tersebut ‘diserang’ secara eksternal maupun internal. Contoh-contoh di atas memberikan bukti bahwa secara faktual betapa sebuah agama belum akan melakukan jihad jika secara eksistensial agama tersebut tidak diserang atau mendapat tekanan. Premis ini pun berlaku pada agama selain Islam.

Mungkin yang masih faktual untuk menggambarkan sebuah tindakan jihad di mana eksistensialisme sebuah agama telah diserang, adalah bentuk jihad kaum Katolik Irlandia Utara yang didukung sayap militer PIRA (Provisional Irish Republican Army, atau kerap dikenal sebagai IRA), yang hendak membebaskan diri dari tekanan kaum Ulyster Protestan yang didukung oleh Inggris Raya. Konflik berdarah yang masih terjadi hingga saat ini berawal dari serangan tiba-tiba terhadap Orange Order (Orde Oranye) oleh pihak IRA.

Serangan IRA itu adalah buntut dari tekanan politis dan represif tentara pemerintah Inggris yang memaksa agar wilayah Irlandia Utara segara masuk dalam yuridiksi Irlandia bentukan Inggris yang mayoritas Protestan. Orange Order merupakan organisasi persaudaraan penganut agama Kristen Protestan yang berbasis di Irlandia Utara dan Skotlandia. Orange Order diambil dari nama William of Orange yang mengalahkan pasukan Katolik James II dalam Perang Boyne, 1690. Sejak inilah kebencian antara katolik dan protestan berlarut-larut di zona itu.

Jihad juga boleh dilekatkan pada perjuangan penduduk Muslim Uighur di Urumqi provinsi Xinjiang, China, terhadap serbuan tentara pemerintah Republik China, atau jihad warga Budha Tibet terhadap tekanan Pemerintah China.

Pemerintah-negara yang melakukan tekanan bisa saja berkelit bahwa semua upaya negatif yang mereka lakukan itu karena alasan politis. Jika benar demikian, bagaimana pemerintah negara-negara tersebut menjawab fakta tentang hampir 10.000 korban jiwa Muslim tewas secara tragis menyusul serbuan tentara China di Urumqi?

Tekanan politis seperti apa yang membuat warga Kristen Irlandia Utara kehilangan ratusan ribu jiwa semenjak Irlandia Utara menuntut kemerdekaannya? Menurut CAIN, sejak sengketa Katolik Irlandia dengan Ulyster Protestan pada 1969 hingga tahun 2001, telah menyebabkan kematian 1.706 jiwa, 497 di antaranya warga sipil.

Jika kejadian-kejadian di atas masih dapat digolongkan sebagai bentuk jihad, lalu bagaimana melihat pergerakan kelompok-kelompok macam Al-Qaidah atau Jamaah Islamiyah? Dapatkah aksi-aksi mereka selama ini bisa dikatakan sebagai bentuk jihad?

Jika semua kelompok yang dituding pemerintah Amerika dalam daftar “teroris” mereka berlatar belakang agama tertentu, ini juga sulit diterima dan mestinya serta merta ditolak. Sebab dalam penamaan sesuatu, baik sebuah kelompok kerja, korporasi, atau sekadar benda, memang benar jika secara umum sebuah nama akan menggambarkan karateristik dari objeknya. Tapi sebuah nama pun bisa dijadikan kamuflase untuk mendorong opini publik memilih klaimnya sendiri-sendiri.

Sehingga, tak ada bedanya, antara Ksatria Templar, Zionis, Mason, Jamaah Islamiyah, dan Al-Qaidah. Kelima ini adalah bagian dadi kelompok sebuah agama, yang bekerja secara internasional.

Sebab sebuah kelompok terbentuk tidak saja membentukannya berdasarkan kesamaan agama, tetapi juga adanya kesamaan kepentingan, ideologi, misi-visi, nasib, tujuan dan lain sebagainya.

Bukankah kita terlampau lugu jika mengira sebuah kelompok yang dipimpin seorang lelaki berusia 60-an tahun, dengan sebuah kaki pincang, mampu membuat jaringan yang kuat dan mengglobal, sulit dilacak, bahkan cukup sulit ditembus intelijen negara sekelas Amerika Serikat yang berusaha melacak kelompok atau organisasi ini dengan segenap peralatan canggih dan sumberdaya manusia yang cakap, masih kesulitan dan meminta bantuan internasional. Kelompok dan pemimpin yang bisa terus eksis hingga detik kematiannya dalam sebuah serbuan di kota Abbottabad, sekitar 150 km utara Islamabad, Pakistan? Walau sampai detik ini pun pihak Amerika Serikat tidak berani merinci kejadian sebenarnya dari serbuan yang mereka sebut sebagai “operasi khusus” itu.

Artinya, doktrin sekuler-kapitalis yang masuk ke kepala kita bahwa satunya-satunya yang menggerakkan banyak negara dalam perang terhadap terorisme adalah sebuah “kelompok Islam” bernama Al-Qaidah dan seorang “lelaki Muslim” gaek bernama Usamah bin Ladin, benar-benar telah merasuk dan tertanam dalam benak setiap orang.

Sekarang kita dikejutkan oleh seorang pemuda Kristen fundamentalis, Anders Behring Breivik, mengatakan kepada hakim dalam sidang perdananya Senin (25/07/2011) bahwa aksi "teroris" yang dilakukannya bertujuan menyelamatkan Eropa dari Muslim. Setelah sebelumnya Breivik mengaku bertindak sendiri, pada akhirnya ia mengungkapkan di persidangan, bahwa masih ada "dua sel lagi" di dalam organisasi besar Freemasonry dimana dia menjadi anggota.* (bersambung)

Penulis adalah seorang jurnalis dan kolomnis

Kamis, 28 Juli 2011

Pluralisme, Klaim Kebenaran yang Berbahaya (1)

Oleh: Dr. Anis Malik Thoha

PROSES liberalisasi sosial politik, yang menandai lahirnya tatanan dunia abad modern, semakin marak. Disusul kemudian dengan liberalisasi atau globalisasi (baca: penjajahan model baru) ekonomi. Wilayah agama pun, pada gilirannya, dipaksa harus membuka diri untuk diliberalisasikan.

Sejak era reformasi gereja abad ke-15, wilayah yurisdiksi agama telah direduksi, dimarjinalkan, dan didomestikasikan sedemikian rupa. Hanya boleh beroperasi di sisi kehidupan manusia yang paling privat. Dan saat ini, agama tetap masih dianggap tidak cukup kondusif (atau bahkan mengganggu) bagi terciptanya tatanan dunia baru yang harmoni, demokratis, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan HAM seperti toleransi, kebebasan, persamaan, dan pluralisme. Seakan-akan semua agama adalah musuh demokrasi, kemanusiaan, dan HAM. Oleh karenanya agama harus mendekonstruksikan-diri (atau didekonstruksikan secara paksa) agar, menurut bahasa kaum liberal, merdeka dan bebas dari kungkungan teks-teks dan tradisi yang jumud serta sudah tak sesuai lagi dengan semangat zaman.

Proses liberalisasi sosial politik di Barat telah melahirkan tatanan politik yang pluralistik yang dikenal dengan “pluralisme politik”. Liberalisasi agama harus bermuara pada terciptanya suatu tatanan sosial yang menempatkan semua agama pada posisi yang sama dan sederajat, “sama benarnya dan sama relatifnya”. Orang menyebutnya sebagai “pluralisme agama”.

Pluralisme, Gagasan Protestanistik

Paham liberalisme pada awalnya muncul sebagai mazhab sosial politis. Oleh karenanya, wacana pluralisme yang lahir dari rahimnya, termasuk gagasan pluralisme agama, juga lebih kental dengan nuansa dan aroma politik. Maka tidak aneh jika gagasan pluralisme agama itu sendiri muncul dan hadir dalam kemasan pluralisme politik (political pluralism), yang merupakan produk dari liberalisme politik (political liberalism).

Jelas, faham liberalisme tidak lebih merupakan respons politis terhadap kondisi sosial masyarakat Kristen Eropa yang plural dengan keragaman sekte, kelompok, dan mazhab. Namun kondisi pluralistik semacan ini masih terbatas dalam masyarakat Kristen Eropa untuk sekian lama, baru kemudian pada abad kedua puluh berkembang hingga mencakup komunitas-komunitas lain di dunia.

Saat itu, hembusan angin pluralisme yang mewarnai pemikiran Eropa khususnya, dan Barat secara umum, rupanya belum mengakar kuat dalam kultur masyarakat. Beberapa sekte Kristen masih mengalami perlakuan dikriminatif dari gereja. Hal itu misalnya dialami sekte Mormon, yang tetap tidak diakui oleh gereja karena dianggap gerakan heterodoks. Diskriminasi ini berlangsung sampai akhir abad kesembilan belas, ketika muncul protes keras dari Presiden Amerika Serikat, Grover Cleveland (1837-1908).

Ada pula doktrin “di luar gereja tidak ada keselamatan”. Ini tetap dipegang teguh oleh Gereja Katolik hingga dilangsungkannya Konsili Vatikan II pada awal tahun 1960-an, yang mendeklarasikan doktrin keselamatan umum, bahkan bagi agama-agama selain Kristen.

Jadi, gagasan pluralisme agama sebenarnya merupakan upaya peletakan landasan teoritis dalam teologi Kristen untuk berinteraksi secara toleran dengan agama lain. Gagasan pluralisme agama adalah salah satu elemen gerakan reformasi pemikiran agama atau liberalisasi agama yang dilancarkan oleh Gereja Kristen pada abad ke-19. Gerakan ini kemudian dikenal dengan Liberal Protestantism. Pelopornya adalah Friedrich Schleiermacher.

Memasuki abad ke-20, gagasan pluralisme agama semakin kokoh dalam wacana pemikiran filsafat dan teologi Barat. Muncul tokoh gigih, seperti teolog Kristen liberal Ernst Troeltsch (1865-1923). Dalam sebuah makalahnya yang berjudul “Posisi Agama Kristen di antara Agama-agama Dunia” yang disampaikan dalam sebuah kuliah di Universitas Oxford (1923), Troeltsch melontarkan gagasan pluralisme agama secara argumentatif. Menurutnya, semua agama, termasuk Kristen, selalu mengandung elemen kebenaran dan tidak satu agama pun yang memiliki kebenaran mutlak. Konsep ketuhanan di muka bumi ini beragam dan tidak tunggal.

Ada lagi William E Hocking. Gagasannya ditulis dalam buku Re-thinking Mission (1932) dan Living Religions and A World Faith. Ia tanpa ragu-ragu memprediksi akan munculnya model keyakinan atau agama universal baru yang selaras dengan konsep pemerintahan global.

Gagasan serupa datang dari sejarawan Inggris ternama, Arnold Toynbee (1889-1975), dalam karyanya An Historian’s Approach to Religion (1956) dan Cristianity and World Religions (1957). Juga teolog dan sejarawan agama Kanada, Wilfred Cantwell Smith. Dalam buku Towards A World Theology (1981), Smith mencoba meyakinkan perlunya menciptakan konsep teologi universal atau global yang bisa dijadikan pijakan bersama bagi agama-agama dunia dalam berinteraksi dan bermasyarakat secara damai dan harmonis. Nampaknya karya tersebut memuat saripati pergolakan pemikiran dan penelitian Smith, dari karya-karya sebelumnya The Meaning and End of Religion (1962) dan Questions of Religious Truth (1967).

Dua dekade terakhir abad ke-20, gagasan pluralisme agama telah mencapai fase kematangan. Kemudian menjadi sebuah wacana pemikiran tersendiri pada dataran teologi dan filsafat agama modern. Fenomena sosial politik juga mengetengahkan realitas baru kehidupan antar agama yang lebih nampak sebagai penjabaran, kalau bukan dampak dari (atau bahkan suatu proses sinergi) gagasan pluralisme agama ini.

Dalam kerangka teoritis, pluralisme agama pada masa ini telah dimatangkan oleh beberapa teolog dan filosof agama modern. Konsepsinya lebih lihai, agar dapat diterima oleh kalangan antar agama. John Hick telah merekonstruksi landasan-landasan teoritis pluralisme agama sedemikian rupa, sehingga menjadi sebuah teori yang baku dan populer.

Hick menuangkan pemikirannya dalam buku An Interpretation of Religion: Human Responses to the Transcendent. Buku ini diangkat dari serial kuliahnya pada tahun 1986-1987, yang merupakan rangkuman dari karya-karya sebelumnya.

Ternyata, fenomena yang murni Protestanistik atau terjadi dalam kerangka gerakan reformasi Protestan secara khusus ini, masih mendominasi pemikiran orang-orang Protestan hingga akhir abad ke-19. Sedangkan Kristen Katolik cenderung tidak menerima gagasan pluralisme agama, dan tetap berpegang teguh pada doktrin ”di luar gereja tidak ada keselamatan”, hingga akhirnya Konsili Vatikan II berlangsung.

Wabah Pluralisme dalam Islam

Dalam wacana pemikiran Islam, wacana pluralisme agama masih merupakan hal baru dan tidak mempunyai akar ideologis atau bahkan teologis yang kuat. Gagasan pluralisme agama lebih merupakan perspektif baru yang ditimbulkan oleh proses penetrasi kultural Barat modern dalam dunia Islam.

Pendapat ini diperkuat oleh realitas bahwa gagasan pluralisme agama dalam wacana pemikiran Islam, baru muncul pada masa-masa pasca Perang Dunia II. Yaitu ketika mulai terbuka kesempatan besar bagi generasi-generasi muda Muslim untuk mengenyam pendidikan di universitas-universitas Barat sehingga mereka dapat berkenalan dan bergesekan langsung dengan budaya Barat.

Dalam waktu yang sama, gagasan pluralisme agama menembus dan menyusup ke wacana pemikiran Islam. Antara lain melalui karya-karya pemikir-pemikir mistik Barat Muslim seperti Rene Guenon (Abdul Wahid Yahya) dan Frithjof Schuon (Isa Nuruddin Ahmad).

Karya-karya mereka ini, khususnya Schuon dengan bukunya The Transcendent Unity of Religions, sangat sarat dengan pemikiran-pemikiran dan tesis-tesis atau gagasan-gagasan yang menjadi inspirasi dasar bagi tumbuh-kembangnya wacana pluralisme agama.

Barangkali Seyyed Hossein Nasr, seorang tokoh Muslim Syi’ah moderat, adalah tokoh yang paling bertanggung jawab dalam mempopulerkan gagasan pluralisme agama di kalangan “Islam tradisional”. Suatu ’prestasi’ yang kemudian mengantarkannya pada sebuah posisi ilmiah kaliber dunia yang sangat bergengsi selevel nama-nama besar seperti Ninian Smart, John Hick, dan Annemarie Schimmel.

Nasr mencoba menuangkan tesisnya tentang pluralisme agama dalam kemasan sophia perennis atau perennial wisdom (al-hikmat al-khalidah, atau “kebenaran abadi”). Yaitu sebuah wacana menghidupkan kembali kesatuan metafisikal (metaphysical unity) yang tersembunyi di balik ajaran dan tradisi-tradisi keagamaan yang pernah dikenal manusia semenjak Adam ‘alaihis-salam.

Menurut Nasr, memeluk atau meyakini satu agama dan melaksanakan ajarannya secara keseluruhan dan sungguh-sungguh, berarti juga memeluk seluruh agama, karena semuanya berporos kepada satu poros, yaitu kebenaran hakiki yang abadi.

Perbedaan antar agama dan keyakinan, menurut Nasr, hanyalah pada sombol-simbol dan kulit luar. Inti dari agama tetap satu. Dari sini dapat dilihat bahwa pendekatan Nasr ini sejatinya tidak jauh berbeda dengan pendekatan-pendekatan yang ada pada umumnya. Suatu hal yang membuat kita bertanya-tanya, apakah tesis Nasr ini mempunyai justifikasi yang solid dalam tradisi pemikiran Islam yang diklaimnya sebagai basis dari bangunan pemikirannya?

Saat ini wacana pluralisme agama modern muncul dengan berbagai trend dan bentuknya. Ini menggambarkan sebuah fakta secara telanjang bahwa betapa dominan dan hegemoniknya Barat, baik dari segi politik, ekonomi, peradaban, maupun kultur. Sebuah fakta yang untuk menjamin eksistensi dan kelestariannya, meniscayakan adanya semacam “legitimasi relijius”, atau apa yang disebut Peter L Berger sebagai sacred canopy (tirai suci). Dan itu harus sejalan dengan logika kemanusiaan modern yang berlandaskan pada asas toleransi dan kebebasan, atau lebih tepatnya, liberalisme.

Obsesi Barat ini kentara sekali dan sulit untuk ditutup-tutupi, sebagaimana nampak dari upaya-upaya serius yang dilakukannya untuk mensosialisasikan gagasan ini. Bahkan mereka tak segan melakukan tekanan politik, ekonomi, maupun militer terhadap negara-negara lain yang enggan menerapkan gagasan pluralisme. Semua harus mau bernaung di bawah jargon Tatanan Dunia Baru yang dicanangkan Amerika Serikat pada awal sembilan puluhan dari abad yang lalu.* (Bersambung tulisan KEDUA)

Penulis adalah dosen Ilmu Perbandingan Agama pada International Islamic University dan pengusur NU Malaysia

Ilmuwan Temukan Binatang Aneh Mirip Tikus Dan Gajah

BONI DODORI (Berita SuaraMedia) - Seekor mamalia berbulu dengan hidung mirip belalai muncul di hutan terpencil Afrika.

Tikus agak besar ini diperkirakan spesies baru.

Ahli konservasi yang mempelajari keanekaragaman hayati di hutan Boni-Dodori, pantai timur laut Kenya, telah mendirikan jebakan kamera di wilayah tersebut setelah seorang ilmuwan melihat binatangsengi (tikus gajah) yang tidak dikenal.

Dari gambar tersebut, peneliti mengenali warna merah marun di sisi bahu dan punggung spesies itu. Hewan ini juga berciri pantat yang lebih rendah dengan warna hitam.

Secara garis besar, ilmuwan menilai bahwa makhluk ini lebih besar dibandingkan tikus berbelalai biasa.

Diperkirakan, objek itu miliki berat 600 gram, sepanjang 550 milimeter dan memiliki ekor 250 milimeter.

Tim ilmuwan yang berasal dari Zoological Society of London (ZSL) dan Kenya Wildlife Service (KWS) ini menganalisa DNA binatang itu untuk mengkonfirmasi apakah benar termasuk spesies baru.

Jika terbukti, hewan ini menjadi spesies ke-18 dari sengi yang masuk di keluarga Macroscelididae di mana semuanya berasal dari Afrika.

“Nenek moyang kita sering salah memahami hewan ini"

"Strategi perkawinan monogami dan moncong karismatik mereka yang fleksibel membuat spesies ini sangat menawan,” kata peneliti dari California Academy of Science Galen Rathbun. (ar/dt/dlm) www.suaramedia.com

Senin, 25 Juli 2011

Otak Butuh Jeda 20 Menit untuk Mempelajari Hal Baru

Jika dalam waktu hampir bersamaan otak manusia menerima banyak informasi atau perintah sekaligus, sangat mungkin salah satunya akan terlupakan. Agar dapat mengingat dengan baik, otak butuh jeda 20 menit sebelum menerima informasi lain.

Otak manusia, khususnya laki-laki tidak didesain untuk multitasking atau melakukan beberapa hal dalam waktu bersamaan. Karena itu saat sedang memproses informasi sebelumnya, otak sulit menerima informasi atau perintah baru sehingga cenderung mudah untuk melupakannya.

Seorang ahli saraf dari Harvard Medical School, Prof Edwin Robertson, D.Phil menegaskan hal itu terjadi bukan karena kapasitas memori otak yang terbatas. Daya ingat otak cukup besar, namun seperti halnya komputer kinerjanya akan melambat jika menjalankan banyak program sekaligus.

Dalam penelitiannya di jurnal Nature Neuriscience, Prof Robertson mengatakan otak butuh waktu sekitar 20 menit untuk benar-benar mengolah dan menyimpan sebuah informasi dalam ingatan.

Dikutip dari Menshealth, Senin (25/07/2011), masuknya informasi lain pada masa itu bisa mempengaruhi daya ingat.

Karena itu jika tidak ingin ada satupun informasi atau perintah yang terlupakan, ia menyarankan ada jeda 20 menit sebelum otak menerima perintah atau berusaha mengingat hal lain. Makin sedikit jeda yang diberikan, risiko untuk lupa makin besar.

Sebuah studi yang dipublikasikan sebelumnya bahkan menyarankan agar otak diberi jeda selama 2 jam saat menerima banyak informasi agar tidak mudah lupa. Namun dengan jadwal aktivitas dan pekerjaan yang sangat padat, jeda 2 jam dinilai terlalu lama dan membuat orang malah jadi tidak produktif.

Selain memberi jeda bagi otak, cara lain untuk meningkatkan daya ingat adalah memilih waktu paling rileks untuk menerima informasi. Oleh karena itu, banyak murid sekolah yang merasa lebih mudah mengingat materi pelajaran jika membacanya kembali menjelang tidur.

Daya ingat otak hanya akan meningkat dalam kondisi yang benar-benar rileks, namun tertawa terbahak-bahak tidak termasuk kondisi rileks yang dimaksud. Sebuah penelitian di University of Missouri menunjukkan, responden jadi lebih sulit menghafal perkalian setelah dipertontonkan video lucu. *Hidayatullah.com-

Sebab-Sebab Datangnya Adzab Allah SWT

Segala puji bagi Allah yang di tangan-Nya perbendaharaan langit dan bumi, bagi-Nyalah kepemilikan dan bagiNyalah segala pujian dan Dia menyaksikan segala sesuatu. Dia memiliki hikmah dalam segala keputusannya baik dalam syari’atNya maupun dalam taqdir yang ditetapkanNya. Dia melakukan apa saja yang dikehendakiNya dan menghukum dengan yang Dia inginkan. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, tidak ada syarikat bagiNya, Dzat yang Maha melindungi dan Maha terpuji. Dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hambaNya dan utusanNya, penutup para nabi dan merupakan pimpinan para nabi dan merupakan hamba yang paling mulia. Semoga Allah memberikan shalawat kepada Nabi dan kepada keluarganya dan para sahabatnya serta para pengikutnya yang setia dengan baik hingga hari kiamat.
Kemudian dari pada itu,

Sesungguhnya Allah telah berfirman seraya menjelaskan kesempurnaan kekuasaanNya dan kesempurnaan hikmahNya dan bahwasanya segala perkara adalah di bawah kekuasaan-Nya dan Dialah yang mengatur bagi hamba-hamba-Nya apa yang dikehendakiNya- berupa keamanan dan ketenangan, ketakutan, kemakmuran, kesulitan, kemudahan, kesempitan, sedikit, banyak….dan seterusnya, Allah berfirman

(يَسْأَلُهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ (الرحمن:29

Semua yang ada di langit dan di bumi selalu minta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan. (QS. 55:29)

Allah memutuskan perkara-perkara yang berlaku pada makhluknya, hukum-hukum-Nya berlaku pada hamba-hambaNya terkadang sesuai dengan kebijaksanaan-Nya dan karunianya, dan terkadang sesuai dengan kebijaksanaan-Nya dan keadilan-Nya, Dan Tuhanmu tidak akan berbuat dzalim kepada siapapun

(وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا هُمُ الظَّالِمِينَ) (الزخرف:76)

Dan tidaklah Kami menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (QS. 43:76)

Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin…
Kita beriman kepada Allah dan taqdirNya. Beriman kepada taqdir Allah merupakan salah satu rukun iman. Kita beriman bahwasanya apa saja yang kita rasakan berupa kebaikan dan kelapangan semua itu merupakan nikmat Allah yang Allah karuniakan kepada kita yang mewajibkan kita untuk bersyukur kepada Dzat sumber karunia dan pemilik karunia tersebut dengan taat kepadaNya, yaitu dengan menjauhi laranganNya dan menjalankan perintahNya. Karena jika kita taat kepada Allah maka kita telah bersyukur atas karunia Allah dan jika demikian maka kita berhak untuk meraih apa yang dijanjikan Allah kepada kita, yaitu karunia Allah kepada kita dengan memberi tambahan kenikmatan. Allah berfirman

(وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ) (النحل:53)

Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), (QS. 16:53)

(وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ) (ابراهيم:7)

“Dan (ingatlah juga), takala Rabbmu mema’lumkan:”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. 14:7)

Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin…
Kita di Negara Saudi Arabia ini, alhamdulillah kita berada di atas kehidupan yang aman, nyaman dan tentram, namun ingatlah bahwa keamanan dan ketentraman ini tidak akan berkesinambungan selamanya kecuali dengan ketaatan kepada Allah…tidak akan berkesinambungan selamanya hingga kita taat kepada Allah…hingga kita menyeru manusia kepada kebaikan dan mencegah mereka dari melakukan perkara-perkara kemungkaran…hingga kita menolong mereka para penegak amar ma’ruf nahi mungkar di tengah umat Islam karena merekalah yang mencegah umat ditimpa dengan sebab-sebab hukuman dan adzab, oleh karena itu wajib bagi kita untuk menolong mereka. Wajib bagi kita agar masuk dalam barisan mereka.

Jika mereka bersalah maka wajib bagi kita untuk mengetahui kesalahan mereka dan hendaknya kita mengingatkan mereka dari kesalahan tersebut dan membimbing mereka kepada petunjuk yang benar, bukan malah kita menjadikan kesalahan-kesalahan mereka alasan untuk menjatuhkan dan menjauhkan mereka dari tugas yang mulia ini, ini adalah metode yang tidak baik.

Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin…

Sesungguhnya musibah-musibah yang menimpa kaum muslimin berupa penderitaan, kesulitan dan kesempitan baik pada harta maupun keamanan, baik yang menyangkut pribadi ataupun sosial, sesungguhnya disebabkan oleh maksiat-maksiat yang mereka lakukan dan sikap mereka yang meninggalkan perintah-perintah Allah serta meninggalkan penegakkan syari’at Allah, bahkan mereka mencari-cari hukum di antara masyarakat dengan hukum selain dari syari’at Allah Yang telah menciptakan seluruh makhluk dan Yang paling sayang terhadap mereka daripada kasih sayang ibu-ibu dan bapak-bapak mereka dan Yang paling mengetahui kemaslahatan dan kebaikan bagi mereka daripada diri mereka sendiri

Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin…

Sesungguhnya saya mengulangi kalimat saya ini karena urgensinya dan karena banyak orang yang berpaling darinya. Sesungguhnya saya katakan bahwa musibah dan malapetaka yang menimpa kaum muslimin berupa penderitaan, kesulitan dan kesempitan baik pada harta maupun keamanan, baik yang menyangkut pribadi ataupun sosial, sesungguhnya disebabkan oleh maksiat-maksiat yang mereka lakukan dan sikap mereka yang meninggalkan perintah-perintah Allah serta meninggalkan penegakkan syari’at Allah, bahkan mereka mencari-cari hukum di antara masyarakat dengan hukum selain dari syari’at Allah Yang telah menciptakan seluruh makhluk dan Yang paling sayang terhadap mereka daripada kasih sayang ibu-ibu dan bapak-bapak mereka dan yang paling mengetahui kemaslahatan dan kabaikan bagi mereka daripada diri mereka sendiri

Allah berfirman

(وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ) (الشورى:30)

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”. (QS. 42:30)

(مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولاً وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيداً) (النساء:79)

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. (QS. 4:79)

Kebaikan apa saja yang kita rasakan baik berupa kenikmatan ataupun keamanan sesungguhnya Allah-lah yang telah mengaruniakannya kepada kita permulaan dan di penghujung. Dialah yang telah memberikan kita karunia kepada kita (berupa kemudahan untuk bisa beribadah kepadaNya-pen) maka kita pun bisa melakukan hal-hal yang menyebabkan datangnya kebaikan-kebaikan. Dialah yang telah menyempurnakan kenikmatan bagi kita.

Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin…
Sesungguhnya kebanyakan orang-orang sekarang menyandarkan musibah-musibah yang mereka alami, apakah musibah yang menyangkut harta dan perekonomian atau yang menyangkut keamanan dan politik, mereka menyandarkan musibah-musibah ini hanya kepada sebab-sebab alami, materi, atau kepada sebab pergolakan politik, atau sebab perekonomian, atau kepada sebab perselisihan tentang daerah perbatasan antara dua Negara.

Tidak diragukan lagi hal ini disebabkan kurangnya pemahaman mereka dan lemahnya iman mereka dan kelalaian mereka dari mentadabburi Al-Qur’an dan sunnah-sunnah Rasulullah.

Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin…
Sesungguhnya dibalik semua sebab-sebab material, alami tersebut adalah sebab syar’i, yang merupakan sebab timbulnya seluruh musibah dan malapetaka, yang lebih kuat, lebih besar, dan lebih berpengaruh daripada sebab-sebab materi di atas. Namun terkadang sebab-sebab materi merupakan sarana timbulnya musibah dan bencana sesuai dengan konsekwensi dari sebab-sebab syar’iyah berupa bencana dan hukuman. Allah berfirman;

(ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ) (الروم:41)

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. 30:41)

Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin…, wahai ummat Nabi Muhammad…
Bersyukurlah atas kenikmatan-kenikmatan yang Allah karuniakan kepada kalian, yang kalian telah rasakan dan bersenang-senang dengan kenikmatan-kenikmatan tersebut. Kalian wahai umat pengikut nabi Muhammad adalah umat yang paling baik daripada umat-umat nabi yang lain, kalian telah dimuliakan oleh Allah. Sesungguhnya Allah tidaklah menjadikan hukuman kepada ummat ini akibat kemaksiatan-kemaksiatan yang dilakukan oleh mereka dan dosa-dosa mereka sebagaimana hukuman yang telah Allah timpakan kepada umat-umat terdahulu. Allah tidak menimpakan kebinasaan yang menyeluruh yang menghancurkan seluruh umat sekaligus sebagaimana yang telah Allah timpakan kepada kaum ‘Aad tatkala mereka dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kamu ‘Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tanggul-tanggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).[2] Allah tidak menimpakan hukuman kepada umat ini sebagaimana hukuman yang Allah timpakan kepada kaum Tsamud, yang ditimpa suara yang sangat keras dan mengguntur dan gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan ditempat tinggal mereka[3], tidak juga sebagaimana hukuman yang Allah timpakan kepada kaum Nabi Luth yang Allah kirimkan kepada mereka hujan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi batu dari langit dan Allah menjadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (dibalik).[4]

Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin…
Sesungguhnya Allah dengan kebijaksanaan-Nya dan rahmat-Nya kepada ummat ini, Allah menjadikan hukuman kepada mereka akibat dosa-dosa dan kemaksiatan yang dikerjakan mereka berupa penguasaan sebagian mereka terhadap yang lain sesama kaum muslimin. Allah berfirman:

(قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَاباً مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعاً وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْآياتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ وَكَذَّبَ بِهِ قَوْمُكَ وَهُوَ الْحَقُّ قُلْ لَسْتُ عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ لِكُلِّ نَبَأٍ مُسْتَقَرٌّ وَسَوْفَ تَعْلَمُونَ) (الأنعام:67)

“Katakanlah:”Dia yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian) kamu kepada keganasan sebagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya). Dan kaummu mendustakannya (azab) padahal azab itu benar adanya. Katakanlah:”Aku ini bukan orang yang diserahi mengurus urusanmu”. Untuk tiap-tiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui.” (QS. 6:65-67)

Ibnu Katsir menyabutkan dalam buku tafsir beliau hadits-hadits yang banyak yang berkaitan dengan ayat yang pertama. Di antaranya adalah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Al-Bukhori dari Jabir bin Abdillah –semoga Allah meridhoinya-, beliau berkata, “Tatkala turun firman Allah“Katakanlah:”Dia yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu”, Nabi berkata, أَعُوْذُ بِوَجْهِكَ “Aku berlindung dengan wajah-Mu ya Allah darinya adzab ini” “atau dari bawah kaki kalian”, Nabi berkata, Nabi berkata, أَعُوْذُ بِوَجْهِكَ “Aku berlindung dengan wajah-Mu ya Allah darinya adzab ini” atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian) kamu kepada keganasan sebagian yang lain”, Nabi berkata هَذِه أَهْوَنُ أَوْ أَيْسَر “Yang ini lebih ringan atau lebih mudah”.

Dan hadits yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari Sa’ad bin Abi Waqqos, beliau berkata,

أَقْبَلْنَا مَعَ رَسُوْلِ الله حَتَّى مَرَرْنَا عَلَى مَسْجِدِ بَنِي مُعَاوِيَة فَدَخَلَ رَسُوْلُ الله فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ فَصَلَّيْنَا مَعَهُ فَنَجَى رَبَّهُ طَوِيْلاً ثُمَّ قَالَ: “سَأَلْتُ رَبِّي ثَلاَثًا سَأَلْتُهُ أَلاَّ يُهْلِكَ أُمَّتِي بِالْغَرْقِ فَأَعْطَانِيْهَا وَسَأَلْتُهُ أَلاَّ يُهْلِكَ أُمَّتِي بِالسَّنَةِ بِالْغَرْقِ فَأَعْطَانِيْهَا وَسَأَلْتُهُ أَلاَّ يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ فَمَنَعَنِيْهَا

“Kami pergi bersama Rasulullah hingga kami melewati sebuah mesjid bani Mu’awiyah maka Rasulullah pun masuk dalam mesjid tersebut kemudian beliau sholat dua rakaat, maka kamipun sholat bersama beliau. Beliaupun lama bermunajat kepada Allah, setelah itu beliau berkata (kepada kami), “Aku meminta kepada Robku tiga perkara. Aku meminta kepadaNya agar Dia tidak membinasakan umatku dengan menenggelamkan mereka maka Dia mengabulkan permintaanku. Dan aku meminta kepadaNya agar Dia tidak membinasakan umatku dengan musim kemarau yang berkepanjangan (yaitu sebagaimana yang menimpa kaum Fir’aun) maka Dia mengabulkan permintaanku. Dan aku meminta kepadaNya agar tidak menjadikan mereka saling betentangan (berperang satu dengan yang lainnya) maka Dia tidak mengabulkan permintaanku”

Dan dari Khobab bin Al-Arth, beliau berkata,

وَافَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ فِيْ لَيْلَةٍ صَلاَّهَا كُلَّهَا حَتَّى كَانَ مَعَ الْفَجْرِ فَسَلَّمَ رَسُوْلُ اللهِ مِنْ صَلاَتِهِ فَقُلْتُ “يَا رَسُوْلَ اللهِ لَقَدْ صَلَّيْتَ اللَّيْلَةَ صَلاَةً مَا رَأَيْتُكَ صَلَّيْتَ مِثْلَهَا”، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ:”أَجَل، إِنَّهَا صَلاَةُ رَغَبٍ وَرَهَبٍ سَأَلْتُ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ فِيْهَا ثَلاَثَ خِصَالٍ فَأَعْطَانِيْ اثْنَتَيْنِ وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً. سَأَلْتُ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ أَلاَّ يُهْلِكَنَا بِمَا أَهْلَكَ بِهِ الأُمَمَ قَبْلَنَا. سَأَلْتُ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ أَلاَّ يُظْهِرَ عَلَيْنَا عَدُوًّا مِنْ غَيْرِنَا فَأَعْطَانِيْهَا. سَأَلْتُ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ أَلاَّ شِيَعًا وَيُذِيْقَ بَعْضَنَا بَأْسَ بَعْضٍ فَمَنَعَنِيْهَا”

“Aku mendapati Rasulullah pada suatu malam dimana Rasulullah sholat semalam penuh hingga menjelang terbit fajar, Rasulullahpun salam (selesai) dari sholat malamnya. Akupun berkata, “Ya Rasulullah malam ini engkau sholat yang tidak pernah sebelumnya aku melihat engkau sholat seperti ini”. Rasulullah berkata, “Benar, ini adalah sholat yang berisi harapan dan ketakutan. Aku telah meminta Robbku dalam sholatku tiga perkara, lalu Dia mengabulkan dua permintaanku dan tidak mengabulkan yang satu. Aku meminta kepada Robbku agar Ia tidak membinasakan kita sebagaimana Dia telah membinasakan umat-umat sebelum kita maka Allah-pun mengabulkannya. Dan aku meminta kepada Robbku agar tidak menjadikan musuh dari selain golongan kita (selain dari kaum muslimin) menguasai kita maka Diapun mengabulkannya. Dan aku memohon kepada Robku agar tidak Dia menjadikan kita dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu kepada keganasan sebagian yang lain maka Dia tidak mengabulkannya. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, An-Nasai, dan At-Thirmidzi

Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin…
Sesungguhnya kalian beriman dan mempercayai kebenaran ayat-ayat ini dan kalian beriman dan membenarkan hadits-hadits yang sohih (benar datangnya) dari Rasulullah namun kenapakah kalian tidak merenungkannya…??, kenapa kalian tidak merenungkan kandungannya….??, kenapa kalian tidak menyandarkan musibah dan malapetaka yang menimpa kalian kepada kekurangan dan kelemahan agama kalian hingga kalian kembali kepada Robb kalian dan kalianpun menyelamatkan jiwa kalian dari sebab-sebab kebinasaan dan kehancuran??

Bertakwalah kepada Allah, takutlah kepada Allah wahai hamba-hamba Allah, lihatlah kepada kondisi kalian, bertaubatlah kepada Allah dan luruskanlah jalan kalian menuju kepadaNya. Ketahuilah bahwasanya seluruh musibah yang menimpa kalian wahai umat Muhammad dan seluruh fitnah dan bencana yang kalian alami sesungguhnya berasal dari diri kalian sendiri, berasal karena sebab dosa-dosa kalian. Maka hendaklah kalian bertaubat dari setiap dosa yang kalian lakukan, kembalilah kepada jalan Allah dan berlindunglah kalian kepada Allah dari fitnah, ujian, dan bencana. Bencana dunia yang menyangkut jiwa berupa pembunuhan dan luka serta terpecah-pecahnya kalian, atau berupa bencana yang mengenai harta benda seperti kurangnya harta dan porak-prandanya harta benda. Demikian juga bencana yang berkaitan dengan agama yang menimpa hati berupa syubhat-syubhat dan syahwat (hawa nafsu) yang telah merintangi umat ini dari agama Allah dan menjauhkan umat dari jalan salaf mereka sehingga menjerumuskan umat ini kedalam jurang api neraka. Sesungguhnya fitnah (bencana) yang menimpa hati lebih besar dan lebih bahaya dan lebih buruk akibatnya daripada bencana yang berkaitan dengan dunia yang jika terjadi maka akibatnya hanyalah kerugian materi dunia….dan dunia bagaimanapun juga akan musnah cepat atau lambat. Adapun cobaan yang menimpa agama maka akibatnya adalah kerugian di dunia dan akhirat. Allah berfirman

“Katakanlah:”Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat”.Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata”. (QS. 39:15)

Ya Allah kami memohon kepadaMu dan kami sedang menunggu pelaksanaan kewajiban kami (yaitu sholat jum’at) agar Engkau menjadikan kami termasuk orang-orang yang bisa mengambil pelajaran dari ayat-ayat Engkau dan termasuk orang-orang yang sadar dan mengambil ibroh tatkala turun hukuman-Mu (berupa bencana dan musibah).

Ya Allah jadikanlah kami termasuk orang-orang yang beriman dengan keimanan yang sebenar-benarnya yang mereka menyandarkan musibah yang melanda mereka kepada sebab yang hakiki yaitu sebab syar’i yang telah Engkau jelaskan dalam Kitab-Mu dan melalui lisan Rasul-Mu Muhammad.

Ya Allah karuniakanlah bagi umat ini dan bagi para pemimpin-pemimpin mereka agar kembali taubat kepada Engkau dengan taubat yang sebenar-benarnya baik lahir maupun batin, baik dalam perkataan maupun perbuatan hingga kembali umat ini menjadi baik, karna kebaikan para pemimpin merupakan kebaikan bagi umat yaitu kebaikan mereka merupakan sebab kebaikan bagi umat.

Ya Allah kami memohon kepadaMu agar Engkau meluruskan pemerintah dan para penguasa kaum muslimin dan menganugerahkan kepada mereka kesadaran dengan apa yang telah menimpa ummat serta memberikan taufik dan petunjuk kepada mereka menuju kepada apa yang Engkau cintai dan ridhai.

Ya Allah kami memohon kepadaMu agar Engkau menjauhkan mereka dari penasehat-penasehat yang buruk, sesungguhnya Engkau Maha kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah anugrahkan kepada mereka penasehat-penasehat yang terbaik yang menunjukkan kepada mereka jalan kebaikan serta mendorong dan menganjurkan mereka untuk melekukannya.

Ya Allah siapa saja yang tidak menasehati mereka dan tidak berbuat baik terhadap rakyat mereka maka jauhkanlah ia dari para penguasa dan gantikanlah bagi mereka penasehat yang lebih baik. Wahai penguasa alam semesta, wahai Dzat Yang memiliki kemuliaan dan keagungan.

Khutbah yang kedua

Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak dan baik yang penuh barokah sebagaimana yang dicintai Rob kami dan diridhaiNya. Saya bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah saja, tidak ada syarikat bagiNya. Hanya baginyalah segala pujian di dunia dan di akhirat.

Kemudian daripada itu,

Wahai hamba-hamba Allah bertakwalah dan takutlah kalian kepada Allah, waspadalah kalian dari sikap melalaikan syari’at Allah….hati-hatilah kalian dari sikap lalai terhadap ayat-ayat Allah….hati-hatilah kalian dari sikap lalai dari mentadabburi kitabullah (Al-Qur’an)…hati-hatilah kalian terhadap sikap lalai dari mengenal sunnah-sunnah Rasulullah. Sesungguhnya pada Al-Qur’an dan sunnah-sunnah Nabi terdapat sumber kebahagiaan kalian di dunia dan di akhirat jika kalian memegang teguh kepada sunnah-sunnah Nabi dengan membenarkan segala berita dari Rasulullah dan melaksanakan perintah-perintah Rasulullah.

Wahai hamba-hamba Allah…

Sebagian orang ragu dan meragukan orang lain tentang perkara bahwa maksiat-maksiat merupakan sebab timbulnya musibah dan bencana, hal ini dikarenakan kelemahan iman mereka dan kurangnya mereka merenungkan kandungan isi Al-Qur’an. Saya akan bacakan kepada mereka dan yang sejenis mereka firman Allah

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتاً وَهُمْ نَائِمُونَ َأوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحىً وَهُمْ يَلْعَبُونَ أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ (لأعراف:99-96

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain?

Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga) Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. (QS.Al A’raaf 96-99)

Sebagian salaf mengatakan, “Jika engkau melihat Allah memberikan kenikmatan kepada seseorang sedangkan engkau melihat orang ini terus melakukan kemaksiatan maka ketahuilah bahwa ini adalah tipuan Allah kepadanya, dan orang tersebut masuk dalam kategori firman Allah

(سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لا يَعْلَمُونَ وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ) (القلم:44)

Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui. dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh. (QS. 68:44)

Wahai kaum muslimin…, wahai hamba-hamba Allah…

Demi Allah sesungguhnya kemaksiatan sangat mempengaruhi keamanan Negara, sangat berpengaruh terhadap ketentaraman bangsa dan perekonomiannya, serta mempengaruhi hati-hati rakyat.

Sesungguhnya kemaksiatan-kemaksiatan benar-benar menyebabkan tercerai-berainya kaum muslimin antara satu dengan yang lain…

Sesungguhnya kemaksiatan-kemaksiatan menyebabkan seorang muslim memandang saudaranya sesama muslim seakan-akan saudaranya tersebut berada di atas agama yang lain selain agama Islam.

Namun jika kita benar-benar membenahi dan meluruskan diri kita masing-masing demikian juga membenahi keluarga kita, tetangga kita, penduduk bangsa yang mampu kita benahi diantara mereka, kemudian kita saling seru-menyeru kepada kebaikan dan saling mencegah dari melakukan kemungkaran, kita membantu dan memperkuat siapa saja yang menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar dengan bijaksana dan nasehat yang baik, maka dengan demikian barulah timbul persatuan dan keselarasan. Allah berfirman

(وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ) (آل عمران:105)

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat, (QS. 3:105)

Saya mengajak diri saya sendiri dan kalian wahai saudara-saudaraku untuk bersatu di jalan Allah dan saling bergandengan tangan dalam menegakkan syari’at Allah, saling menasehati satu dengan yang lainnya di antara kita, berdialog dengan siapa saja yang memang butuh untuk diajak dialog namun dengan metode yang terbaik dan dengan hujjah (argumentasi) dari Al-Qur’an dan As-Sunnah serta dengan argumentasi akal, tidak membiarkan para pelaku kebatilan tetap dalam kebatilan mereka karena mereka berhak untuk kita jelaskan kepada mereka kebenaran yang hakiki kemudian kita memotivasi mereka untuk melaksanakannya serta kita jelaskan juga kepada mereka kebatilan mereka dan kita memperingatkan mereka dari kebatilan tersebut.

Adapun kita adalah umat yang tercerai berai, tidak menengok antara satu kepada yang lain, tidak memperhatikan antara satu dengan yang lainnya….maka seseungguhnya barangsiapa yang tidak peduli dengan urusan kaum muslimin maka sesungguhnya ia bukan termasuk mereka.

Wahai kaum muslimin….
Sungguh saya ulang sekali lagi, saya katakan sesungguhnya wajib bagi kita –yang alhamdulillah adalah orang-orang muslim yang beriman kepada Allah- , wajib bagi kita untuk melihat musibah-musibah dan bencana dengan kacamata syari’at yang seiring Al-Qur’an dan As-Sunnah. Karena sesungguhnya kita kalau kita melihat bencana dan musibah dengan kacamata materi maka selain kita yaitu orang-orang kafir mereka lebih kuat dari kita jika ditinjau dari kekuatan materi, mereka lebih besar. Dengan kekuatan materi tersebutlah mereka menguasai kita dan memperbudak kita. Namun jika memandang dengan kacamata syari’at dari sudut pandang Al-Qur’an dan Sunnah Nabi maka kita akan meninggalkan sebab yang menimbulkan segala bencana dan musibah ini (yaitu kemaksiatan dan dosa). Dan jika kita kembali keapada Allah, bertaubat kepadaNya dan kita menolong agama Allah maka sesungguhnya Allah telah berkata dalam Al-Qur’an dan Dialah yang paling benar perkataannya dan yang paling mampu;

وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ

(Demi Allah) seungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (yaitu)orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (QS. Al Hajj 40-41)

Allah tidak berkata, “Orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi maka mereka mendirikan tempat-tempat dilaksanakannya kefasikan dan hal-hal yang melalaikan dan sia-sia”, tetapi Allah berfirman “(yaitu)orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”

Amatilah wahai saudaraku sesama muslim…bagaimana Allah berfirman

وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ “(Demi Allah) seungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa”. Allah menta’kid (yaitu memperkuat dan menekankan makna) pertolongan dalam ayat ini dengan penguat tekstual yaitu sumpah yang dita’dirkan, huruf lam yang menunjukan akan penekanan dan huruf nun untuk penekanan. Dan Allah juga menekankan kebenaran pertolongan Allah juga dengan penguat-penguat secara maknawi, yaitu firman Allah إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ “Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa”. Maka dengan kekuatan-Nya dan keperkasaan-Nya Allah menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Perhatikanlah bagaimana Allah menutup dua ayat di atas dengan firmanNya وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ “dan kepada Allah-lah kembali segala urusan ”. Sesungguhnya manusia terkadang berfikir dengan cara fakir yang keliru dengan berkata “Bagaimana kita bisa menang menghadapi kaum kafir, padahal mereka lebih kuat dari kita dan lebih sombong?”, maka Allah menjelasakan bahwasanya seluruh perkara adalah hak prerogative-Nya semata, tidak ada yang turut campur, dan bahwasanya Allah Maha kuasa atas segala sesuatu. Kita semua mengetahui akibat yang ditimbulkan gempa bumi dahsyat yang gempa tersebut terjadi hanya dengan perkataan Allah كُنْ فَيَكُوْنُ “Jadilah! maka terjadilah”. Kemudian timbullah kerusakan dan porak-pranda yang sangat besar yang merata, yang semua itu terjadi hanya dalam waktu sekejap yang tidak bisa dilakukan oleh kekuatan kaum kafir manapun.

Demi Allah, kalau kita benar-benar menolong agama Allah maka kita akan selalu menang dan mengalahkan musuh-musuh kita di dunia ini. Namun sungguh sangat disayangkan sesungguhnya banyak diantara kita yang menjadi antek-antek dan pembantu-pembantu musuh-musuh Allah dan musuh-musuh Rasulullah (baik sadar maupun tidak disadari, secara langsung maupun tidak-pen). Mereka memperhatikan apa yang dilakukan oleh kaum kafir tersebut dari perkara-perkara yang menyelisihi dan menentang Allah dan RasulNya lalu merekapun mengikuti perlakuan orang-orang kafir tersebut. Bahkan terkadang mereka pergi ke negeri-negeri kaum kafir lalu mereka membawa buah hati mereka yaitu putra putri mereka dan keluarga mereka ke negeri-negeri kaum kafir tersebut yang tidak terdengar di situ kecuali gaung dan gema lonceng-lonceng gereja…tidak terdengar di situ kumandang adzan…tidak terdengar di situ dzikir kepada Allah…dan tidak nampak di situ kecuali tempat-tempat dilakukannya hal-hal yang sia-sia dan melalaikan…

Maka kita mohon kepada Allah agar mengembalikan orang yang sesat dari umat ini kepada jalan yang benar, agar menjadikan kita saling bergandengan tangan dalam melaksanakan kebenaran, saling tolong-menolong dalam mengerjakan kebajikan dan ketakwaan hingga kita mengembalikan apa-apa yang telah sirna berupa kemuliaan dan ketinggiannya, sesungguhnya Allah yang Menguasai hal itu dan Maha mampu mewujudkannya.

Ya Allah terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui

Ya Allah terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui

Ya Allah terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui

Ya Allah berilah rahmat kepada Nabi dan kepada keluarganya sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat-Mu kepada nabi Ibrahim dan kepada keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha terpuji dan Maha agung. Ya Allah berilah barokah kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarganya sebagaimana Engkau memberikan barokah kepada Nabi Ibrahim dan kepada keluarganya sesungguhnya Engkau Maha terpuji dan Maha agung.

Penerjemah: Abu ‘Abdilmuhsin Firanda Andirja, Lc

(muslim.or.id)

[1] Diterjemahkan dari khutbah jum’at yang disampaikan oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin pada tanggal 12 Muharram 1411 Hijriah.

[2] lihat QS. 69:6-7

[3] lihat QS 54:31 dan QS 7: 78

[4] lihat QS 11: 82

Dahsyatnya Kekuatan Adzan


Oleh Ustaz Muhammad Arifin Ilham

Waktu bergerak dan terus berputar. Malam berganti dan siang kembali menjelang. Begitu seterusnya, hingga fase alam dunia ini berakhir. Tentu, tidak ada yang bisa menahan gerak sunatulah-Nya ini. "Sungguh dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang berilmu." (QS Ali Imran [3]: 190).

Tiap kali terjadi pergantian dari malam ke siang atau sebaliknya, maka bagi mereka yang beriman kepada Allah, pasti akan menyambutnya dengan panggilan shalat. Saat peralihan dari malam ke siang bukankah kita disambut dengan shalat Subuh. Saat peralihan dari siang ke malam kita disambut dengan shalat Zhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. Bahkan, pada tengah malam saat penghuni bumi terlelap dalam tidurnya, mereka para perindu-Nya berdiri menegakkan shalat, rukuk, dan sujud kehadirat Allah Rabbul 'Izzah.
Orang yang beriman pasti merindukan suara azan yang bersahutan dari berbagai masjid dan mushala. Karena, tidak ada alunan suara yang berhenti memenuhi ruang semesta di negeri ini selain azan. Selama 24 jam, azan akan terus berkumandang bahkan menjelajah ke seluruh seantero bumi ini. Dari Papua hingga Aceh, terus berlanjut hingga berbagai negara dan benua. Belum selesai kumandang azan Zhuhur di Amerika, Azan Subuh sudah kembali menyapa Papua. Tanpa kita sadari, para muazin di seluruh penjuru dunia ini, tak henti-hentinya bersahutan mengumandangkan azan.

Suara azan Zhuhur seolah meredam teriknya sinar sang surya. Suara azan Ashar bercampur dengan sinar mentari yang menghangat dan tiupan angin yang sepoi. Suara azan Maghrib yang lantang, mengajak melepas penatnya hari. Suara azan Isya, membawa kehangatan ketika malam mulai beranjak dingin. Sementara suara azan Subuh memecah keheningan dan membangunkan kesadaran.

Semua panggilan azan ini bertujuan mengingatkan penghuni bumi yang beriman kepada Allah untuk tegak dengan shalatnya. Mengingat Allah sebanyak-banyaknya dan mengajak manusia untuk tidak terlelap dan lupa pada kesibukan dan keasyikan dunia. Menyeru manusia untuk tidak tersesat dalam kegelapan dunia dan kepengepan akhirat.

Perhatikanlah lafaz-lafaz azan yang sering kita kumandangkan itu. Betapa tingginya kekuatan azan dan betapa indah kata-katanya. Kata-kata itu dengan seluruh kekuatannya terus-menerus mengingatkan kita akan palsunya segala klaim keduniawian. Di bumi dan di langit hanya ada satu Tuhan yang pantas disembah dan diikuti ajaran-Nya.

Ketahuilah, azan bukan semata panggilan muazin, tetapi panggilan Allah kepada hamba-hamba pilihan-Nya. Coba simak ulang lafaz azan. Ternyata yang dipanggil "Hayya 'alash shalah" adalah yang bersyahadat. Artinya, mereka yang telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah; tidak ada ajaran yang dapat membahagiakan kecuali ajaran yang dibawa utusan-Nya, Nabi Muhammad SAW. Mereka yang tidak bersyahadat tidak dipanggil.

Sementara panggilan itu dalam rangka "al-falaah," meraih kesuksesan dunia akhirat. Inilah yang membuat orang-orang beriman selalu bahagia mendengar dan memenuhi panggilan setiap kumandang azan.
Redaktur: Siwi Tri Puji B, republika.co.id

7 Kunci Sukses Orang Jepang

Vlog - Keberhasilan Jepang selama ini tak terlepas dari Hal berikut ini yang membuat mereka menjadi salah satu Negara yang paling maju.
Berikut 7 Kunci Sukses Masyarakat Jepang:

1. Hemat
Hal ini sangat berbanding terbalik dengan kita, tau gak kalo tempat perbelanjaan di jepang misalnya supermarket melakukan pemotongan harga atau Diskon setiap setengah jam sebelum supermarket itu tutup. Supermarket di jepang tutup Pukul 20.00 Malam

2. Berinovasi
Jepang bukan Negara yang melakukan penemuan penemuan baru, tapi mereka bisa melakukan Inovasi terbaru, misalnya mampu berinovasi dengan merakit mobil lebih cepat dari Negara manapun, dan mampu membuat suatu hal menjadi menarik dan diminati banyak orang

3. Culture Membaca
Hampir disetiap sudut di Jepang orang orang sibuk membaca Buku, baik sambil makan, minum, di dalam kereta Api dan lain lain. mereka selalu membaca buku, koran dan lain lain

4. Kerja Keras (Working Hard)
PLTN, Adalah salah satu bukti kerja keras mereka. membangun PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) Bukanlah suatu hal yang mudah, salah sedikit saja bisa berakibat fatal dan banyak memakan korban jiwa. bukan hanya itu saja Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun)

5. Loyalitas
Masyarakat di Jepang sangat setia dengan pekerjaan yang mereka lakukan, kalo sudah bekerja didalam sebuah perusahaan, mereka bisa bertahan sampai pensiun. jadi bisa dibilang sangat jarang orang orang di jepang pindah pindah pekerjaan

6. Menghormati Orang Tua & Melestarikan Budaya
"Maaf" dan "Tidak" adalah dua kata yang berbeda namun memiliki arti yang sangat penting bagi orang jepang. orang orang jepang bisa mengakui kesalahan mereka apabila mereka salah, Budaya Minta "Maaf" sudah melekat bagi mereka. dan orang jepang juga tidak pernah menolak apapun dengan berkata "Tidak" merea selalu menerima tawaran apapun untuk mereka

7. Mandiri
dan yang terakhir adalah Mandiri. dari kecil orang orang di Jepang sudah dididik untuk mandiri dan ketika mereka duduk di bangku SMP dan SMA Rata rata mereka tidak meminta biaya kepada orang tua mereka

Minggu, 24 Juli 2011

Teroris Kristen Norwegia Ikut Freemasonry

Hidayatullah.com--Anders Behring Breivik yang telah ditetapkan sebagai tersangka pelaku aksi terorisme di pusat kota Oslo dan pulau Utoya, mengaku bahwa ia adalah pelaku aksi keji itu.

Lewat pengacaranya, Breivik mengatakan, tindakan terornya itu perlu dilakukan.

"Dia mengaku tindakannya ini keji, namun menurutnya tindakan ini perlu," kata Geir Lippestad, sebagaimana dikutip BBC (24/7).

Breivik akan menjelaskan tindakan kejahatannya itu dalam sidang hari Senin (25/7) besok.

Aksi teror di dua tempat berbeda di Norwegia itu telah direncanakan sejak lama oleh Breivik, pemuda dari kelas sosial menengah yang menggandrungi Freemasonry.

Sebagaimana telah disampaikan oleh polisi kepada publik sebelumnya, Breivik memiliki pandangan politik sayap kanan yang sangat anti-Islam. Di dalam akun Facebooknya yang telah diblokir, Breivik menunjukkan ketertarikannya pada Freemasonry.

Fotonya yang mengenakan jaket anti air dan menyandang senjata api otomatis, muncul dalam video anti-Muslim berdurasi 12 menit yang diberinya judul "Knights Templar 2083". Video itu bisa dilihat di YouTube.

Knights Templar merupakan "ksatria" dari gerakan Freemasonry. Seragam kebesaran mereka antara lain mantel dengan gambar salib besar di bagian depannya.

Sebagaimana diketahui, gerakan freemason di seluruh dunia, dikenal dengan sikapnya yang sangat anti-Islam.

Sebuah dokumen sepanjang 1.500 halaman yang ditulis dalam bahasa Inggris dan diduga dibuat oleh Breivik diposkan di internet dengan nama samaran Andrew Berwick juga muncul di internet beberapa jam sebelum serangan mengerikan ini terjadi, memberi indikasi serangan tersebut sudah direncanakan lama sebelumnya.

Dokumen serta video tersebut berkali-kali merujuk pada peran para Ksatria Templar serta isu multikulturalisme serta izin imigrasi terhadap etnis Muslim.

Norwegia menghadapi masalah dari kelompok-kelompok neo-Nazi di masa lalu namun kebanyakan orang mengira kelompok semacam ini kini sangat terbatas pengikutnya dan tidak lagi merupakan ancaman besar, kata wartawan BBC Richard Galpin yang berada di dekat pulau Utoya yang sampai kini masih ditutup oleh garis polisi.

Di Eropa, beberapa tahun belakangan kelompok sayap kanan Kristen fundamentalis yang sangat anti-Islam semakin menampakkan eksistensi mereka. Secara umum mereka dikenal dengan gerakan neo-Nazi.

Di Inggris, ada nama British National Party. Gerakan dan partai politik yang populer dengan ideologi anti-Islamnya ini dikenal sebagai bagian dari gerakan neo-Nazi yang mendengung-dengungkan bahwa Inggris dan Eropa adalah tanah Kristen yang tidak boleh dikuasai Islam. Mereka menggunakan isu Islam dan Muslim dalam kampanye poitik. Mereka mengampayekan pembatasan imigran dari negara-negara Muslim, seperti dari Turki.

Sejawat mereka di Swiss dan Jerman pada tahun 2010 gencar melakukan aksi menentang pembangunan masjid dan menaranya. Di Prancis dan Belgia, rekan mereka mengkampanyekan pelarangan burqa atau cadar.*

Makanan Penyebab Do'a Ditolak & Membuat Amalan Menguap Sia-Sia

Ternyata, amalan dan ibadah yang telah dilakukan sungguh-sungguh bisa menguap begitu saja, hanya karena pelakunya mengkonsumsi barang haram

Banyak orang tak menyadari bahwa makanan haram memiliki hubungan dengan terkabulnya doa seseorang di hadapan Allah SWT. Bahkan para ulama, generasi awal, sangat bersungguh-sungguh mencegah agar tidak mengkonsumusi makanan haram dan menggunakan harta haram. Itu semua disebabkan karena hal-hal yang diharamkan, kalau sampai ”tertelan” dapat menyebabkan timbulnya dampak yang amat buruk terhadap pelakunya.

Berikut ini, pengaruh menggunakan dan memakan barang haram, bagi keimanan pelaku, ”nasib” amalan, dan lainnya. Semoga kita terjauhkan dari keburukan itu semuanya.

Penyebab Tidak Diterima Amalan


Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam (SAW) bersabda,”Ketahuilah, bahwa suapan haram jika masuk dalam perut salah satu dari kalian, maka amalannya tidak diterima selama 40 hari.” (Riwayat At Thabrani).

Haji dari Harta Haram Tertolak

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam (SAW) bersabda,”Jika seorang keluar untuk melakukan haji dengan nafaqah haram, kemudian ia mengendarai tunggangan dan mengatakan,”Labbaik, Allahumma labbaik!” Maka, yang berada di langit menyeru,” Tidak labbaik dan kau tidak memperoleh kebahagiaan! Bekalmu haram, kendaraanmu haram dan hajimu mendatangan dosa dan tidak diterima. (Riwayat At Thabrani).

Sedekah dari Harta Haram Tertolak

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam (SAW) bersabda, ”Barang siapa mengumpulkan harta haram, kemudian menyedekahkannya, maka tidak ada pahala dan dosanya untuknya.” (Riwayat Ibnu Huzaimah).

Tidak Terkabulnya Doa

Sa’ad bin Abi Waqash bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam (SAW), ”Ya Rasulullah, doakan saya kepada Allah agar doa saya terkabul.” Rasulullah menjawab, ”Wahai Sa’ad, perbaikilah makananmu, maka doamu akan terkabulkan.” (Riwayat At Thabrani).

Disebutkan juga dalam hadits lain bahwa Rasulullah bersabda, ”Seorang lelaki melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut, mukanya berdebu, menengadahkan kedua tangannya ke langit dan mengatakan,’Wahai Rabbku! Wahai Rabbku!’ Padahal makanannya haram dan mulutnya disuapkan dengan yang haram, maka bagaimanakah akan diterima doa itu?” (Riwayat Muslim).

Mengikis Keimanan Pelakunya

Rasulullah Shallallahu Alaih Wasallam (SAW) Bersabda,”Tidaklah peminum khamr, ketika ia meminum khamr termasuk seorang Mukmin.” (Riwayat Bukhari Muslim)

Jelas, peminum khamr saat dia minum khamr, maka keimanannya terkikis saat itu.


Mencampakkan Pelakunya ke Neraka

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam (SAW) bersabda,”Tidaklah tumbuh daging dari makanan haram, kecuali nereka lebih utama untuknya.” (Riwayat At Tirmidzi)

Mengeraskan Hati Pelaku

Imam Ahmad pernah ditanya, apa yang harus dilakukan, agar hati mudah menerima kebenaran, maka beliau menjawab,”Dengan memakan makanan halal.” Hal ini termaktub dalam Thabaqat Al Hanabilah (1/219).

At Tustari, seorang mufassir juga pernah mengatakan, ”Barang siapa ingin disingkapkan tentang tanda-tanda orang-orang jujur (shiddiqun), hendaknya tidak makan, kecuali yang halal dan mengamalkan Sunnah.” sebagaimana dikutip dalam Ar Risalah Al Mustarsyidin (hal. 216).

Pendapat di atas bisa dimaklumi, setelah dilihat nash-nash sebelumnya, bahwa mengkonsumsi makanan haram memasukkan pelakunya kapada pelaku maksiat yang mendapatkan ancaman neraka dan saat itu pula keimanannya tergerus. Tentu dalam kondisi demikian, bisa membuat hati pelakunya semakin keras dan enggan menerima kebenaran. Nah, mulai sekarang, pilihkan usaha/pekerjaan yang sebisa mungkin menghasilkan penghasilan yang hanya halal agar doa doa kita terus diterima Allah.[tho/ hidayatullah.com]

Sabtu, 23 Juli 2011

Kesalahan Pemimpin Yang Mematikan

Kesuksesan sebuah usaha bisa dilacak dari pemimpinnya. Edwin H. Friedman mengatakan, "Kepemimpinan bisa dianggap sebagai kapasitas untuk menentukan diri sendiri dengan orang lain dengan cara yang jelas dan memperluas visi masa depan." Penting untuk mengenali apa yang positif dan efektif di masing-masing pemimpin, tapi juga penting untuk menyadari hambatan yang mungkin dihadapi. Kepemimpinan yang sukses berkembang dari waktu ke waktu, dan hanya bisa ditingkatkan dengan pengetahuaun bagaimana mendiagnosa dan memperlakukan pemimpin. Artikel ini mengambil perumpamaan tujuh kesalahan yang mematikan:

Kesalahan pertama adalah dengan menganggap bahwa karyawan mengetahui sasaran dan tujuan perusahaan. Bahkan jika perusahaan Anda telah menerapkan rencana stratejik yang luar biasa, tapi tidak ada artinya kecuali dipahami dan dihadapi di semua level. Pemimpin yang efektif harus meluangkan waktu untuk melatih dan mengajarkan karyawannya sasaran perusahaan. Pemimpin juga bertanggung-jawab dalam menentukan tujuan. Tujuan dan sasaran harus seringkali diulang setiap kali sebuah tujuan ditetapkan dalam perusahaan. Dengan berulangkali menetapkan tujuan dan sasaran di dalam pikiran, karyawan akan mendapatkan pengetahuan dan pemahaman apa yang dipegang oleh perusahaan.

Kesalahan kedua adalah pendekatan seleksi dan perekrutan dan memilih dengan sembarangan. Studi menunjukkan dalam hal skenario terbaik, karyawan yang berkualitas, dengan pekerjaan yang sesuai, waktu yang digunakannya hanya 14%nya saja. Tanpa meluangkan waktu yang tepat untuk merekrut karyawan, perusahaan beresiko membuang waktu, upaya dan uang untuk seseorang yang tidak memiliki kualitas di posisi penting. Praktek perekrutan yang bermutu di semua level meningkatkan kinerja keseluruhan. Wawancara yang selektif dan cek latar belakang bisa membantu karyawan membentuk gambaran perilaku sebelumnya dengan akurat, tapi screening pra-perekrutan untuk karyawan potensial adalah prediksi yang lebih akurat untuk perilaku mendatang.

Kesalahan ketiga dalam kepemimpinan adalah beranggapan orang-orang Anda terlatih. Gagal mengembangkan bakat karyawan melalui pelatihan yang tepat adalah pemborosan sumberdaya. Banyak perusahaan menghabiskan lebih banyak waktu untuk bernegosiasi dan membayar kontrak perawatan peralatan merek daripada melatih stafnya. Namun mereka mengklaim karyawan mereka adalah aset utama mereka. Dengan berinvestasi pada karywan, perusaaan menginvestasikan kesuksesan masa depan mereka. Pelatihan memastikan kesuksesan karyawan. Tanpa pelatihan dan pengembangan yang tepat, perusahaan akan membuat karyawan gagal.

Gagal mengevaluasi dan mengukur adalah kesalahan ke-empat. Mudah untuk jatuh ke dalam kebiasaan "bisnis seperti biasa". Dibutuhkan sedikit upaya untuk melakukan tugas dengan mengingatnya di luar kepala atau melakukan sesuatu dengan cara yang sama hanya karena mereka selalu melakukannya dengan cara demikian. Anda harus menilai kegiatan bisnis secara terus-menerus. Apakah mereka dibutuhkan dan relevan? Jika demikian, maka kegiatan ini harus di lacak untuk menilai keefektifan serta efisiensinya. Mampu mengukur kesuksesan Anda akan mempermudah untuk menentukan tujuan, dan memotivasi karyawan dengan data yang konkrit.

Jika Anda menganggap Anda melakukan pekerjaan dengan baik dan pelanggan Anda senang, Anda melakukan kesalahan nomor lima. Menganggap pelanggan puas hanya karena Anda tidak menerima keluhan bukan barometer yang akurat. Bisnis Anda harus memiliki mekanisme untuk mendorong feedback pelanggan. Situs jejaring sosial, komunikasi elektronik dan opsi website memberikan berbagi kemudahan bagi pelanggan untuk memberikan feedback yang berarti. Dengan menerapkan saran yang bernilai dari pelanggan akan direfleksikan sebagai peningkatan dalam kesuksesan perusahaan Anda.

Kesalahan keenam adalah, gagal memberikan feedback yang sesuai. Kekhawatiran akan terjadinya konflik bisa menyebabkan pemimpin menghindari menyebutkan perilaku yang tidak bisa diterima atau membutuhkan akuntabilitas. Baik apakah melalui tinjauan kinerja atau pembicaraan saat kegiatan sehari-hari, feedback yang konstruktif dan berarti dibutuhkan untuk menghasilkan kinerja yang baik dan membantu pengembangan karir karyawan. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Salary, dengan 2,000 karyawan dan 330 profesional HR, dua per tiga perusahaan yakin tinjauan kinerja mereka efektif, tapi hanya 39 persen karyawan yang setuju. Untuk memberikan feedback yang efektif, mulai berkomunikasi dari awal dengan karyawan terkait dengan harapan dan kinerjanya. Tinjauan akhir tahun selalu menandai kejadian masa lalu. Ini jauh lebih aktif dan memotivasi untuk terus berkomunikasi dengan karyawan. Ini juga akan memungkinkan terjadinya kesalahan atau mis-komunikasi yang harus diperbaiki lebih awal dan meninggalkan penyelesaian yang lebih sedikit di kemudian hari.

Kesalahan terakhir adalah: tidak memasarkan (gagal memahami hubungan antara marketing dan sales). Bahkan bisnis dengan tenaga sales yang bagus sekaligus harus secara aktif memasarkan diri mereka. Pemasaran dan disiplinnya dari humas, riset, dan advertising adalah hal penting. Disiplin ini menemukan strategi untuk mengidentifikasi pasar baru, berkomunikasi pada prospek dan klien, dan untuk menetapkan brand dan pesan di seluruh konstituen Anda. Gagal untuk secara aktif mengejar strategi ini menghamat kemampuan usaha Anda untuk berkompetisi.

Ke-tujuh kesalahan kepemimpinan ini masih belum cukup, berikut sebuah tambahan untuk Anda.

Kesalahan ke delapan adalah memperlakukan karyawan sebagai komoditi. Perusahaan manapun yang pernah mengalami biaya yang tinggi untuk turnover karyawan memahami alat ini: biaya penggantian, hilangnya produktivitas dan menurunnya moral. Memperlakukan karyawan seperti komoditi dan mereka akan meresponnya dengan meninggalkan Anda secepatnya untuk mendapatkan penawaran yang terbaik. Ini sangat penting untuk keuntungan dan produktivitas perusahaan untuk menjaga keterlibatan dan motivasi karyawan. Jika karyawan berkembang dan puas mereka akan menghasilkan pekerjaan yang bermutu.

Kepemimpinan yang efektif bisa dicapai melalui upaya dan pemahaman. Para pemimpin yang sukses sangat menyadari kekurangan dan kelemahan mereka dan bertindak membuat kekuatan dari kelemahan mereka. Pemimpin menentukan kerangka kerja sebagai dasar perusahaan yang dikendalikan. Dengan pengetahuan atas kesalahan umum ini, pemimpin bisa melengkapi dirinya dengan lebih baik untuk melakukan pengukuran pencegahan untuk masa depan yang lebih baik.

Seorang pemimpin perlu menyempurnakan ketrampilan dan kepemimpinannya agar terhindar dari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu. Bagaimana caranya?

Para ahli manajemen sepakat bahwa memimpin perusahaan tidak sekedar mengelola angka-angka. Merumuskan strategi organisasi, konsentrasi meraih laba, dan people manajemen justru menjadi faktor penting dalam menentukan sukses tidaknya seorang pemimpin.

Ada lima unsur utama yang menentukan keberhasilan sebuah kepemimpinan organisasi, yakni produk berkualitas atau memiliki kekhasan tersendiri, momentum yang tepat, modal yang memadai, sumber daya manusia yang berkualitas, serta manajemen yang efektif. Kelima unsur tersebut, menurut Steven Brown dalam buku 13 Fatal Errors Managers Mistakes and How You Can Avoid Them, bersifat mutlak dan saling terkait.

Artinya, tanpa manajemen yang efektif, seorang pemimpin tidak akan bisa mengambil keputusan yang tepat mengenai spesifikasi produk dan momentum yang tepat untuk memperkenalkannya ke pasar. Perusahaan yang manajemennya amburadul juga tidak bisa mendapatkan modal yang memadai, apalagi mempertahankannya. Lebih dari itu, people hanya bisa dilatih dan dikembangkan dengan lebih baik jika manajemen yang memayunginya dalam kondisi baik pula.

Setiap pemimpin yang berpandangan ke depan semestinya memahami bahwa sumber daya yang tak ternilai dalam setiap perusahaan adalah potensi manusianya. Sebagai pemimpin, ia bertanggungjawab untuk mengembangkan bakat yang sangat luas tersebut. Sebegitu pentingnya unsur sumber daya manusia, seorang eksekutif puncak di sebuah perusahaan besar di Amerika pernah berujar: "Ambilah semua harta saya, asal bukan organisasinya. Maka dalam lima tahun kedepan saya akan bisa memperoleh semuanya kembali."

Masalahnya, tidak semua pemimpin mampu mengelola perusahaannya dengan benar. Menurut catatan Steven Brown yang telah bertahun-tahun bertugas sebagai konsultan, setidaknya ada beberapa kesalahan fatal yang dilakukan oleh seorang pemimpin. Kesalahan tersebut adalah:

Gagal Mengembangkan Orang

Salah satu tujuan utama manajemen adalah kelangsungan bisnis itu sendiri, meski ada perubahan waktu danorang-orang yang mengelolanya. Itu artinya, jika suatu saat perusahaan yang anda bangun akhirnya menjadi runtuh setelah anda tinggalkan, maka anda layak merasa bersalah dan gagal dalam mengembangkan estafet kepemimpinan.

Sering terjadi, karena berbagai alasan, tidak percaya kemampuan seseorang, misalnya seorang pemimpin merasa perlu melakukan segala sesuatunya sendiri. Tidak ada pelimpahan wewenang dan kekuasaan. Akibatnya, selain disibukkan oleh urusan yang sebenarnya tidak perlu, pemimpin tadi secara tidak sadar telah melewatkan kesempatan untuk menciptakan kader-kader pemimpin baru.

Jika anda ragu mengenai perlunya membangun people sekuat mungkin, ilustrasi berikut bisa menjadi gambaran. Seseorang memulai sebuah usaha, dan usaha itu terus bertahan selama ia masih bekerja. Lalu, perusahaan itu perlahan-lahan lenyap setelah para penggantinya menggantikan selama kurang lebih setengah jangka waktu kerja suatu generasi.

Mengendalikan Hasil, Bukan Mengendalikan Cara

Cara berpikir seseorang tentu berbeda-beda. Ini pula yang menjadi sebab mengapa beberapa orang bisa lebih produktif ketimbang yang lain. Kebanyakan pemimpin sering memukul rata mengenai unjuk kerja karyawannya. Terlebih lagi untuk pekerjaan-pekerjaan yang sangat mudah terlihat hasilnya, seperti bidang penjualan.

Padahal setiap karyawan, seperti tadi sudah disinggung memiliki cara pandang dan perasaan yang berbeda-beda untuk suatu masalah. Karena itu untuk menghindari persepsi yang keliru itu, seorang pemimpin mesti melihat dalam sebuah kerangka rangkaian yang utuh, yakni melalui pikiran, perasaan atau akal budi, kegiatan dan lama-lama menjadi kebiasaan, lalu memberikan hasil. Jika rangkaian tersebut dipergunakan, maka pemimpin akan dengan mudah melakukan perubahan drastis dalam membangun produktifitas karyawan.

Bergabung dengan Kelompok yang Keliru

Poin utama pada masalah ini adalah bagaimana seorang pemimpin mengembangkan sikap, terutama tentang kesetiaan. Seorang pemimpin sering dijadikan sebagai pejuang bagi orang-orang yang melawan kebajikan, tujuan dan sasaran perusahaan.

Jika hal itu terjadi, anda harus menolak sekalipun yang mengajak anda adalah seorang pemimpin sejawat anda atau sekumpulan beberapa karyawan.

Seragam dalam Mengelola Orang

Pemimpin yang mengelola anak buahnya dengan cara yang sama atau satu teknik saja, seringkali mengalami kekecewaan. Pemimpin yang baik mestinya peka terhadap perbedaan dan kepribadian masing-masing staf.

Oleh karena itu, pemimpin harus menyadari dan memanfaatkan perbedaan tersebut sebagai sebuah kekuatan.

Melupakan Pentingnya Laba

Tujuan utama sebuah organisasi adalah menjaga kelangsungan organisasi tersebut. Untuk tujuan tersebut, perusahaan mestilah meraih laba untuk membiayai kelangsungan tersebut. Seringkali terjadi, di perusahaan masing-masing divisi merasa lebih penting ketimbang divisi yang lain. Hal ini bisa membuat seorang pemimpin tidak fokus dan akhirnya melupakan pentingnya laba.

Terpaku Pada Persoalan, Lupa Tujuan

Salah satu alasan mengapa seorang pemimpin tidak efektif adalah karena ia terpaku pada masalah-masalah sederhana, misalnya kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan anak buahnya atau orang lain.

Daripada membuang-buang energi untuk mencari-cari kesalahan orang lain, tentu lebih baik jika seorang pemimpin melakukan pendekatan lain. Misalnya dengan mencari tahu, apa yang mempengaruhi prestasi seseorang.

Bersikap Sebagai Sesama, Bukan Pemimpin

Usai jam kantor, banyak pemimpin perusahaan yang ingin bersikap sebagai orang biasa seperti sesama karyawan yang lain. Kemudian esok paginya ia akan bersikap sebagai pemimpin lagi. Banyak karyawan yang tidak bisa menerima sikap seperti itu. Seorang pemimpin memang harus memilih: menjadi pemimpin atau menjadi sesama karyawan. Tidak ada jalan tengah dalam situasi seperti itu.

Alasannya sederhana, kalau tindakan seorang pemimpin terhadap karyawan sembrono, maka sebenarnya ia tidak hanya tidak menghormati karyawannya. Lebih dari itu ia juga telah mengajarkan kepada karyawan untuk tidak menghormati atasannya. Seorang pemimpin tidak boleh terjebak pada perannya sebagai sahabat, psikiater atau pastor. Tugas pemimpin adalah bagaimana mengelola kehidupan sebuah perusahaan.

Gagal Menentukan Standar

Banyak pemimpin yang tidak menyukai konsep menentukan standar. Bahkan mungkin mereka ingin menghindari pembicaraan tentang hal itu, karena mereka menilai standar sebagai cara untuk menghukum mereka yang gagal memproduksi atau yang tidak kompromistis.

Orang yang beranggapan demikian sebenarnya tidak memahami salah satu kunci perusahaan yang dikelola dengan baik. Perusahaan memang tidak usah memaksa orang untuk tunduk kepada sederetan panjang peraturan, tetapi ia harus mempunyai sasaran untuk membangun kebanggan pribadi dan perusahaan.

Gagal Melatih Orang