Jumat, 27 April 2012
Inilah Para Tokoh Perintis Penerjemahan Alquran
* Salman Al-Farisi
Sahabat Rasulullah SAW ini merupakan orang yang pertama kali menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa lain. Dalam sejarah disebutkan ia menerjemahkan surat Al-Fatihah secara lisan ke dalam bahasa Persia atas permintaan orang-orang Muslim Persia. Namun terjemahan Al-Farisi ini belum mencakup keseluruhan surah dalam Alquran, hanya surah Al-Fatihah.
* Petrus Agung (1092-1156)
Kepala biara Gereja Cluny, Prancis ini adalah tokoh Barat yang pertama kali menggagas upaya penerjemahan Alquran. Dengan bantuan seorang theolog abad pertengahan berkebangsaan Inggris, Robertus Ketenensis (1110-1160), dan muridnya Hermannus Dalmatin (1110-1160), ia menerjemahkan teks Alquran ke dalam bahasa Latin yang diberi judul 'Lex Mahumet pseudoprophete' pada tahun 1143 M.
* Louis (Ludovico) Maracci (1612-1700)
Terjemahan Alquran berbahasa Latin yang paling masyhur dan banyak menjadi rujukan adalah milik Louis (Ludovico) Maracci, seorang pastur berkebangsaan Italia. Terjemahan Alquran karya Maracci ini menyertakan teks Arab dan ulasan panjang yang berisi penolakan terhadap Islam.
* Andre du Ryer (1580-1660)
Orientalis berkebangsaan Prancis ini merupakan tokoh yang pertama kali membuat terjemahan Alquran berbahasa Prancis. Ia menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Prancis langsung dari teks aslinya bahasa Arab. Pengalamannya tinggal lama di Istanbul dan Mesir membuatnya menguasai bahasa Arab dengan baik. Karyanya ini diberi nama L'Alcoran de Mahomet.
* Salomon Schweigger (1551-1622)
Pendeta Gereja Noremberg ini adalah orang yang pertama kali melakukan penerjemahan Alquran ke dalam bahasa Jerman. Ia menerjemahkan Alquran tersebut dari sebuah terjemahan Alquran berbahasa Italia. Terjemahan karya Schweigger ini diberi nama Alcoranus Mahometicus.
* Andrea Arrivabene (1534-1570)
Versi terjemahan Alquran dalam bahasa Italia pertama kali dibuat oleh Andrea Arrivabene. Karya terjemahan yang diberi nama L'Alcorano di Macometto ini merupakan hasil menerjemahkan karya terjemahan Petrus Agung.
* Hendrik Jan Glasemaker
Ia merupakan orang pertama yang diketahui membuat terjemahan Alquran dalam bahasa Belanda. Ia menerjemahkan Alquran bersumberkan pada sebuah terjemahan Alquran versi bahasa Prancis. Terjemahan karya Glasemaker ini diberi judul Mahomets Alkoran.
* Alexander Ross (1590-1654)
Ia adalah orang yang pertama kali menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Inggris. Alquran terjemahan Ross ini dibuat pada tahun 1649 dengan mengadopsinya dari terjemahan Alquran berbahasa Prancis, L'Alcoran de Mahomet.
republika
Jumat, 20 April 2012
Muslim yang Benar, Tunduk pada Syariah!
Oleh: Shalih Hasyim
ALLAH Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى) menciptakan manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan sosial.
Jadi gharizah tadayyun adalah permanen, kecenderungan kepada kekafiran adalah susulan. Dalam sebuah hadits disampaikan, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Batasan agama yang lurus menurut arahan Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى) dan Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) di atas menggunakan terma fitrah, sedangkan agama yang lain menggunakan istilah Yahudi, Nasrani dan Majusi. Maka, makna fitrah yang benar adalah Islam itu sendiri. Agama yang melekat dalam diri manusia sejak di alam rahim ibu. Sebelum menjadi janin, manusia sudah bersyahadat di hadapan Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى). Ketika lahir diingatkan ulang kalimat tersebut di telinga kanan dengan suara adzan dan di telinga kiri dengan suara iqamat.
Agar dalam kehidupan yang penuh ujian nanti, tidak sampai tergoda/tergelincir/terperosok ke dalam jurang kehancuran (darul bawar), dan meninggalkan Islam. Baik, diuji dengan jabatan, kekayaan dan ilmu. Jadi, karunia yang paling mahal dalam kehidupan ini adalah lazzatur ruh (keezatan spiritual), lazzatul Iman wal Islam (kenikmatan beriman dan berislam). Sekalipun kita menggenggam kekayaan dunia tujuh turunan, kekuasaan yang tanpa pensiun, ilmu yang tinggi (sundhul langit, Bhs Jawa), kehidupan yang memiliki pengaruh yang besar, popularitas, tetapi tidak ditemani oleh islam akan membuat kita kecewa seumur hidup.
Sedangkan, sekalipun kita tinggal di gubug reot, di balik jeruji, di rumah kontrakan, kehidupan pas-pasan, jika islam bersama kita, justru disitulah rahasia kemuliaan, dan kebahagiaan kita. Islam dan Dinullah Nama Muslim bukanlah nama yang diberikan oleh orangtua kita, bukan pula warisan nama yang diberikan oleh nenek moyang kita, bukan pula nama yang dibuat oleh Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم). Yang memberi nama seseorang sebagai muslim adalah Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى). Allah memberi standar (ukuran), criteria (sifat) , status (posisi) orang tertentu yang memenuhi kelayakan sebagai muslim. Tentu, muslim di sini adalah muslim hakiki, lahir dan batin, hissiyyan wa ma’nawiyyan (penampakan lahiriyah dan batiniyah).
Jadi, muslim adalah sebuah nama yang agung, yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Mulia. Sejak sebelum Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) diutus di muka bumi ini. Sesungguhnya inti dinul Islam adalah pandai bergaul (ad-Dinu huwal mua’amalah). Indikator kecintaan Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى) kepada hamba-Nya adalah hamba tersebut dicintai orang-orang terdekatnya. Dalam tata bahasa Arab, muslim adalah isim fa’il (pelaku) yang berasal dari kata - aslama-yuslimu-islaman – yang bermakna berserah diri. Dari akar kata aslama melahirkan kata turunan (derivat) – at-Taslim (berserah diri), as-Silmu (damai), salima minal mustaqdzirat (steril dari motivasi yang kotor), as Salamu (kesejahteraan), as-Salamah (keselamatan lingkungan).
Dari turunan terma Al-Islam telah tergambar sistem kehidupan secara utuh. Yaitu sistem aqidah dan ibadah, sistem sosial, sistem akhlak, sistem ekonomi, sistem penyelamatan lingkungan. Jadi seorang muslim adalah orang yang telah menyerahkan jiwa dan raganya, pikiran, hati dan perilakunya untuk mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى). Dan ia yakin dengan cara demikian ia akan merasakan kehidupan yang damai, bisa berbuat dengan tulus, makmur, sejahtera, bisa menyelamatkan lingkungan social dari berbagai bencana. Seorang muslim menjalankan segala aspek kehidupannya dengan merujuk referensi Islam. Dalam skala kehidupan individu, keluarga, masyarakat, bangsa. Sejak kelahirannya (fiqh aqiqah) hingga kematiannya (fiqh janazah). Menyangkut system ideologi, politik, sosial budaya, pendidikan, ekonomi, pertahanan kemanan dll.
Islam, Dinul Kaun Sudah kita maklumi, segala sesuatu yang ada di alam semesta ini tunduk kepada suatu peraturan tertentu dan menginduk kepada undang-undang tertentu. Matahari, bulan dan bintang-bintang semuanya patuh kepada suatu peraturan yang permanen (tetap), tidak dapat bergeser atau menyeleweng darinya sedikitpun meskipun seujung rambut (hukum alam). Bumi berputar mengelilingi sumbunya. Ia tidak dapat beranjak dari masa, gerak dan jalan yang telah ditetapkan baginya. Air, udara, cahaya dan panas semuanya tunduk kepada suatu sistem yang khas (unik). Benda-benda yang tidak bernyawa, tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang tunduk kepada sesuatu ketentuan yang pasti, tidak lahir dan tidak mati kecuali menurut ketentuan itu. Hingga manusia pun apabila kita perhatikan secara cermat keadaannya, niscaya ia tunduk kepada peraturan-peraturan (sunnah) Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى) dengan sepenuhnya. Ia tidak bernafas dan tidak merasai kebutuhannya akan air, makanan, cahaya panas, kecuali menurut undang-undang Allah yang mengatur kehidupannya, juga hati manusia dan gerakannya, peredaran darah nafasnya, keluar masuknya tunduk kepada undang-undang ini jua.
Semua anggota badannya, seperti otak, perut besar, paru-paru, urat saraf, urat daging, dua tangan, dua kaki, lidah, dua mata, hidung, dan telinga semua berserah diri kepada-Nya. “Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.” (QS. Ar Ra’d (13) : 15). Miniatur Madinah Ketika din (agama) Allah yang bernama Islam itu telah disempurnakan dan dilaksanakan di suatu tempat, maka tempat itu diberi nama “Madinah”. Jadi Din itu tidak bisa dipisahkan dari Daulah (susunan kekuasaan). Kekuasaan sebagai alat tetangga seagama dulu kemudian membangun rumah). اَلْمَرء عَلَى ديْن خَليْله فَلْيَنْظُر الىَ مَنْ يُخاَللُ “Seseorang itu tergantung pada din sahabatnya maka perhatikanlah kepada siapa ia menjalin teman akrab.” (HR. Ahmad). مَثَلُ ماَبَعَثَنيَ اللهُ به منَ الْهُدَى وَالْعلْم كَمَثَل الْغيْث الْكَثيْر أَصاَبَ أَرْضاُ فَكَانَ منْهاَ نَقيةٌ قَبلَت الْماَءَ فأَنْبَتَتْ الْكلأ وَالْعُشْبَ الْكَثيْرَ وَكاَنَتْ منْهاَ أَجاَدبَ أَمْسَكَت الْماءَ فَنَفَعَ اللهُ بهاَ النَاسُ فَشَربُوْا وَسَقَوْا وَزَرَعُوْا وَأَصَابَتْ منْهاَ طَائفَةٌ أُخْرَى انمَا هيَ قَيْعاَنٌ لاَ تَمْسكُ ماَءٌ وَلاَ تُنْبتُ كلَأً فَدلكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فيْ ديْن الله وَنَفَعَهُ ماَ بَعَثَنيَ اللهُ به فَعَلمَ وَعلمَ وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بدلكَ رَأْساً وَ لًمْ يَقْبَلْ هُدَى الله الَديْ أُرْسلْتُ به “Perumpamaan hidayah dan ilmu yang dengannya aku diutus oleh Allah, seperti tamsil hujan lebat mengguyur bumi. Maka ada tanah yang bagus menerima air kemudian menumbuhkan tanaman hijau dan rumput yang banyak. Dan ada tanah keras yang bisa menahan air, kemudian Allah berikan manfaatnya bagi manusia, sehingga mereka bisa mengambil air minum, menyirami, dan bercocok tanam. Dan ada lagi hujan yang mengguyur bumi yang licin, tidak menyerap air dan tidak menumbuhkan tanaman. Itulah tamsil orang yang memahami agama Allah dan petunjuk yang aku diutus Allah dengannya memberi manfaat baginya, maka ia tahu dan mengajarkannya kepada orang lain, dan tamsil orang yang tidak peduli dengan agama Allah dan tidak menerima hidayah Allah dengannya aku diutus.” (HR. Bukhari, Shahih Al Bukhari 1/28). Di tempat bernama “Madinah” dihuni oleh orang-orang yang memiliki keterikatan yang kuat dengan nilai-nilai Dinul Islam. Yakni, Sumber Daya Insani yang mukmin (menomorsatukan Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى), menjadikan al-Quran sebagai dustur (undang-undangnya), memiliki kebersihan hati, peka terhadap penderitaan orang lain, mengidolakan para nabi, syuhada, shiddiqun, sholihun, muttaqin, mujahid dan mushlih. Dari komunitas tersebut, secara otomatis akan lahir kultur yang islamiyah (agamis), da-abus shalihin, berkarakter sesuai dengan aturan kalimatullah dan khalqullah, ‘ilmiyah (terdidik), ustadziyah ‘alamiyyah (kepeloporan internasional), tamaddun (maju dan bermartabat). Dari akar kata Din dan Madinah ini, juga dibentuk akar kata baru “madana”, yang berarti membangun, mendirikan kota, memajukan, memakmurkan, mensejahterahkan secara lahir dan batin, memurnikan dan memartabatkan. Maka, seseorang yang memeluk Islam secara benar, ia pasti akan mensucikan, memartabatkan dan memakmurkan dirinya baik secara hissiy (material) dan ma’nawiy (immaterial). “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.” (QS. Al-Anfal (8) : 24). Kalimat ‘yuhyiikum’ dalam ayat diatas maksudnya adalah ‘yuhyin-nufus’ (menghidupkan jiwa), yuhyil-qulub (menghidupkan hati), yauhyidh-dhamir (menghidupkan suara dhamir). Jadi, berislam adalah memberdayakan fitrah kita. Senang kepada makruf (kebaikan yang dikenali hati) dan membenci mungkar (keburukan yang diingkari hati). Mendorong pemeluknya untuk hidup maju secara lahir dan batin serta bermartabat. Inilah yang dimaksud nikmat berlimpah. Sebaliknya, berpaling dari Islam akan mengantarkan kepada kerumitan hidup di dunia, dan siksa di akhirat lebih menyakitkan dan memberatkan. “Bagi mereka azab dalam kehidupan dunia dan sesungguhnya azab akhirat adalah lebih keras dan tak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari (azab) Allah.” (QS. Ar-Ra’du (13) : 34). “Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi.” (QS. Al-Isra (17) : 20). Dari akar kata madana lahir kata benda tamaddun yang secara literal (teks) berarti peradaban (civilization), berarti juga kota berlandaskan kebudayaan (city base culture) atau kebudayaan kota (culture of the city). Di kalangan penulis Arab, perkataan tamaddun digunakan – kalau tidak salah – untuk pertama kalinya oleh Jurji Zaydan dalam sebuah judul buku Tarikh al-Tamaddun al-Islami (Sejarah Peradaban Islam), terbit tahun 1902-1906. Sejak itu perkataan Tamaddun digunakan secara luas dikalangan umat Islam. Di dunia Melayu tamaddun digunakan untuk pengertian peradaban. Adapun kata hadharah digunakan oleh orang Arab sekarang untuk makna peradaban, namun kata tersebut tidak banyak diterima ummat Islam non-Arab yang kebanyakan lebih menyukai istilah tamaddun. Seorang muslim adalah orang yang berlepas diri dari kemusyrikan (selingkuh kepada-Nya) dan kekafiran (ingkar kepada Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى). Mereka tidak memelihara (hubungan) kerabat terhadap orang-orang mukmin dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. dan mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui. (QS. At Taubah (9) :10- 11). Ayat ini menegaskan bahwa muslim adalah orang yang telah mentauhidkan Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى) dan tidak menyekutukan-Nya, selalu mengingat-Nya dan tidak melupakan-Nya, mendekati-Nya dan tidak menjauhi-Nya, mensyukuri nikmat-Nya dan tidak mengingkari-Nya (mu’taqodat). Maka, Muslim yang benar adalah ia anti kemusyrikan, kekafiran, anti hukmul jahiliyyah, dhannul jahiliyyah, syakwal jahiliyyah, hamiyyatul jahiliyyah, tabarrujul jahiliyyah, da’wal jahiliyyah dan memproklamirkan kalimat tauhid “ La Ilaha Illalla” dan pasti mendukung Syariat Allah Subhanahu Wata ‘ala. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Abu Malik al-Asyja’i bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam (صلى الله عليه و سلم) bersabda: مَنْ قاَلَ لاَ الَهَ الا الله وَكَفَرَ بما يعبد من دون الله حَرَم اللهُ دَمُهُ وَماَلُهُ وَحساَبُهُ عَلَى الله “Barangsiapa mengikrarkan laa ilaaha illallah dan dia mengingkari segala perhitungannya terserah Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى)تعالى).” (HR. Muslim). Karenanya, jika ada orang Muslim menentang syariah –bahkan—memusuhinya, boleh jadi dia belum paham kemuslimannya dan tidak tahu konsekwensi syahadat yang telah dia katakan tiap saat ketika shalat. Marilah kita habiskan umur kita agar syariat-Nya mendominasi kehidupan. Ini adalah amanah vertikal dan horisontal (tugas-tugas keagamaan), wazhifah diniyyah. Agar melahirkan kehidupan individu yang bahagia secara lahir dan batin (hayatan thayyiban), keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah, dan qaryah mubarakah, ahlul qura (perkampungan yang diberkahi), baladan amina, ummul qura (negeri yang aman), global state, kumpulan berbagai Negara yang makmur, penuh ampunan Tuhan, ummul qura wa man haulaha (baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur), dunia yang damai (rahmatan lil ’alamin).* Penulis adalah kolumnis hidayatullah.com, tinggal di Kudus, Jawa Tengah
ALLAH Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى) menciptakan manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan sosial.
Jadi gharizah tadayyun adalah permanen, kecenderungan kepada kekafiran adalah susulan. Dalam sebuah hadits disampaikan, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Batasan agama yang lurus menurut arahan Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى) dan Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) di atas menggunakan terma fitrah, sedangkan agama yang lain menggunakan istilah Yahudi, Nasrani dan Majusi. Maka, makna fitrah yang benar adalah Islam itu sendiri. Agama yang melekat dalam diri manusia sejak di alam rahim ibu. Sebelum menjadi janin, manusia sudah bersyahadat di hadapan Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى). Ketika lahir diingatkan ulang kalimat tersebut di telinga kanan dengan suara adzan dan di telinga kiri dengan suara iqamat.
Agar dalam kehidupan yang penuh ujian nanti, tidak sampai tergoda/tergelincir/terperosok ke dalam jurang kehancuran (darul bawar), dan meninggalkan Islam. Baik, diuji dengan jabatan, kekayaan dan ilmu. Jadi, karunia yang paling mahal dalam kehidupan ini adalah lazzatur ruh (keezatan spiritual), lazzatul Iman wal Islam (kenikmatan beriman dan berislam). Sekalipun kita menggenggam kekayaan dunia tujuh turunan, kekuasaan yang tanpa pensiun, ilmu yang tinggi (sundhul langit, Bhs Jawa), kehidupan yang memiliki pengaruh yang besar, popularitas, tetapi tidak ditemani oleh islam akan membuat kita kecewa seumur hidup.
Sedangkan, sekalipun kita tinggal di gubug reot, di balik jeruji, di rumah kontrakan, kehidupan pas-pasan, jika islam bersama kita, justru disitulah rahasia kemuliaan, dan kebahagiaan kita. Islam dan Dinullah Nama Muslim bukanlah nama yang diberikan oleh orangtua kita, bukan pula warisan nama yang diberikan oleh nenek moyang kita, bukan pula nama yang dibuat oleh Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم). Yang memberi nama seseorang sebagai muslim adalah Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى). Allah memberi standar (ukuran), criteria (sifat) , status (posisi) orang tertentu yang memenuhi kelayakan sebagai muslim. Tentu, muslim di sini adalah muslim hakiki, lahir dan batin, hissiyyan wa ma’nawiyyan (penampakan lahiriyah dan batiniyah).
Jadi, muslim adalah sebuah nama yang agung, yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Mulia. Sejak sebelum Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) diutus di muka bumi ini. Sesungguhnya inti dinul Islam adalah pandai bergaul (ad-Dinu huwal mua’amalah). Indikator kecintaan Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى) kepada hamba-Nya adalah hamba tersebut dicintai orang-orang terdekatnya. Dalam tata bahasa Arab, muslim adalah isim fa’il (pelaku) yang berasal dari kata - aslama-yuslimu-islaman – yang bermakna berserah diri. Dari akar kata aslama melahirkan kata turunan (derivat) – at-Taslim (berserah diri), as-Silmu (damai), salima minal mustaqdzirat (steril dari motivasi yang kotor), as Salamu (kesejahteraan), as-Salamah (keselamatan lingkungan).
Dari turunan terma Al-Islam telah tergambar sistem kehidupan secara utuh. Yaitu sistem aqidah dan ibadah, sistem sosial, sistem akhlak, sistem ekonomi, sistem penyelamatan lingkungan. Jadi seorang muslim adalah orang yang telah menyerahkan jiwa dan raganya, pikiran, hati dan perilakunya untuk mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى). Dan ia yakin dengan cara demikian ia akan merasakan kehidupan yang damai, bisa berbuat dengan tulus, makmur, sejahtera, bisa menyelamatkan lingkungan social dari berbagai bencana. Seorang muslim menjalankan segala aspek kehidupannya dengan merujuk referensi Islam. Dalam skala kehidupan individu, keluarga, masyarakat, bangsa. Sejak kelahirannya (fiqh aqiqah) hingga kematiannya (fiqh janazah). Menyangkut system ideologi, politik, sosial budaya, pendidikan, ekonomi, pertahanan kemanan dll.
Islam, Dinul Kaun Sudah kita maklumi, segala sesuatu yang ada di alam semesta ini tunduk kepada suatu peraturan tertentu dan menginduk kepada undang-undang tertentu. Matahari, bulan dan bintang-bintang semuanya patuh kepada suatu peraturan yang permanen (tetap), tidak dapat bergeser atau menyeleweng darinya sedikitpun meskipun seujung rambut (hukum alam). Bumi berputar mengelilingi sumbunya. Ia tidak dapat beranjak dari masa, gerak dan jalan yang telah ditetapkan baginya. Air, udara, cahaya dan panas semuanya tunduk kepada suatu sistem yang khas (unik). Benda-benda yang tidak bernyawa, tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang tunduk kepada sesuatu ketentuan yang pasti, tidak lahir dan tidak mati kecuali menurut ketentuan itu. Hingga manusia pun apabila kita perhatikan secara cermat keadaannya, niscaya ia tunduk kepada peraturan-peraturan (sunnah) Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى) dengan sepenuhnya. Ia tidak bernafas dan tidak merasai kebutuhannya akan air, makanan, cahaya panas, kecuali menurut undang-undang Allah yang mengatur kehidupannya, juga hati manusia dan gerakannya, peredaran darah nafasnya, keluar masuknya tunduk kepada undang-undang ini jua.
Semua anggota badannya, seperti otak, perut besar, paru-paru, urat saraf, urat daging, dua tangan, dua kaki, lidah, dua mata, hidung, dan telinga semua berserah diri kepada-Nya. “Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.” (QS. Ar Ra’d (13) : 15). Miniatur Madinah Ketika din (agama) Allah yang bernama Islam itu telah disempurnakan dan dilaksanakan di suatu tempat, maka tempat itu diberi nama “Madinah”. Jadi Din itu tidak bisa dipisahkan dari Daulah (susunan kekuasaan). Kekuasaan sebagai alat tetangga seagama dulu kemudian membangun rumah). اَلْمَرء عَلَى ديْن خَليْله فَلْيَنْظُر الىَ مَنْ يُخاَللُ “Seseorang itu tergantung pada din sahabatnya maka perhatikanlah kepada siapa ia menjalin teman akrab.” (HR. Ahmad). مَثَلُ ماَبَعَثَنيَ اللهُ به منَ الْهُدَى وَالْعلْم كَمَثَل الْغيْث الْكَثيْر أَصاَبَ أَرْضاُ فَكَانَ منْهاَ نَقيةٌ قَبلَت الْماَءَ فأَنْبَتَتْ الْكلأ وَالْعُشْبَ الْكَثيْرَ وَكاَنَتْ منْهاَ أَجاَدبَ أَمْسَكَت الْماءَ فَنَفَعَ اللهُ بهاَ النَاسُ فَشَربُوْا وَسَقَوْا وَزَرَعُوْا وَأَصَابَتْ منْهاَ طَائفَةٌ أُخْرَى انمَا هيَ قَيْعاَنٌ لاَ تَمْسكُ ماَءٌ وَلاَ تُنْبتُ كلَأً فَدلكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فيْ ديْن الله وَنَفَعَهُ ماَ بَعَثَنيَ اللهُ به فَعَلمَ وَعلمَ وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بدلكَ رَأْساً وَ لًمْ يَقْبَلْ هُدَى الله الَديْ أُرْسلْتُ به “Perumpamaan hidayah dan ilmu yang dengannya aku diutus oleh Allah, seperti tamsil hujan lebat mengguyur bumi. Maka ada tanah yang bagus menerima air kemudian menumbuhkan tanaman hijau dan rumput yang banyak. Dan ada tanah keras yang bisa menahan air, kemudian Allah berikan manfaatnya bagi manusia, sehingga mereka bisa mengambil air minum, menyirami, dan bercocok tanam. Dan ada lagi hujan yang mengguyur bumi yang licin, tidak menyerap air dan tidak menumbuhkan tanaman. Itulah tamsil orang yang memahami agama Allah dan petunjuk yang aku diutus Allah dengannya memberi manfaat baginya, maka ia tahu dan mengajarkannya kepada orang lain, dan tamsil orang yang tidak peduli dengan agama Allah dan tidak menerima hidayah Allah dengannya aku diutus.” (HR. Bukhari, Shahih Al Bukhari 1/28). Di tempat bernama “Madinah” dihuni oleh orang-orang yang memiliki keterikatan yang kuat dengan nilai-nilai Dinul Islam. Yakni, Sumber Daya Insani yang mukmin (menomorsatukan Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى), menjadikan al-Quran sebagai dustur (undang-undangnya), memiliki kebersihan hati, peka terhadap penderitaan orang lain, mengidolakan para nabi, syuhada, shiddiqun, sholihun, muttaqin, mujahid dan mushlih. Dari komunitas tersebut, secara otomatis akan lahir kultur yang islamiyah (agamis), da-abus shalihin, berkarakter sesuai dengan aturan kalimatullah dan khalqullah, ‘ilmiyah (terdidik), ustadziyah ‘alamiyyah (kepeloporan internasional), tamaddun (maju dan bermartabat). Dari akar kata Din dan Madinah ini, juga dibentuk akar kata baru “madana”, yang berarti membangun, mendirikan kota, memajukan, memakmurkan, mensejahterahkan secara lahir dan batin, memurnikan dan memartabatkan. Maka, seseorang yang memeluk Islam secara benar, ia pasti akan mensucikan, memartabatkan dan memakmurkan dirinya baik secara hissiy (material) dan ma’nawiy (immaterial). “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.” (QS. Al-Anfal (8) : 24). Kalimat ‘yuhyiikum’ dalam ayat diatas maksudnya adalah ‘yuhyin-nufus’ (menghidupkan jiwa), yuhyil-qulub (menghidupkan hati), yauhyidh-dhamir (menghidupkan suara dhamir). Jadi, berislam adalah memberdayakan fitrah kita. Senang kepada makruf (kebaikan yang dikenali hati) dan membenci mungkar (keburukan yang diingkari hati). Mendorong pemeluknya untuk hidup maju secara lahir dan batin serta bermartabat. Inilah yang dimaksud nikmat berlimpah. Sebaliknya, berpaling dari Islam akan mengantarkan kepada kerumitan hidup di dunia, dan siksa di akhirat lebih menyakitkan dan memberatkan. “Bagi mereka azab dalam kehidupan dunia dan sesungguhnya azab akhirat adalah lebih keras dan tak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari (azab) Allah.” (QS. Ar-Ra’du (13) : 34). “Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi.” (QS. Al-Isra (17) : 20). Dari akar kata madana lahir kata benda tamaddun yang secara literal (teks) berarti peradaban (civilization), berarti juga kota berlandaskan kebudayaan (city base culture) atau kebudayaan kota (culture of the city). Di kalangan penulis Arab, perkataan tamaddun digunakan – kalau tidak salah – untuk pertama kalinya oleh Jurji Zaydan dalam sebuah judul buku Tarikh al-Tamaddun al-Islami (Sejarah Peradaban Islam), terbit tahun 1902-1906. Sejak itu perkataan Tamaddun digunakan secara luas dikalangan umat Islam. Di dunia Melayu tamaddun digunakan untuk pengertian peradaban. Adapun kata hadharah digunakan oleh orang Arab sekarang untuk makna peradaban, namun kata tersebut tidak banyak diterima ummat Islam non-Arab yang kebanyakan lebih menyukai istilah tamaddun. Seorang muslim adalah orang yang berlepas diri dari kemusyrikan (selingkuh kepada-Nya) dan kekafiran (ingkar kepada Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى). Mereka tidak memelihara (hubungan) kerabat terhadap orang-orang mukmin dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. dan mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui. (QS. At Taubah (9) :10- 11). Ayat ini menegaskan bahwa muslim adalah orang yang telah mentauhidkan Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى) dan tidak menyekutukan-Nya, selalu mengingat-Nya dan tidak melupakan-Nya, mendekati-Nya dan tidak menjauhi-Nya, mensyukuri nikmat-Nya dan tidak mengingkari-Nya (mu’taqodat). Maka, Muslim yang benar adalah ia anti kemusyrikan, kekafiran, anti hukmul jahiliyyah, dhannul jahiliyyah, syakwal jahiliyyah, hamiyyatul jahiliyyah, tabarrujul jahiliyyah, da’wal jahiliyyah dan memproklamirkan kalimat tauhid “ La Ilaha Illalla” dan pasti mendukung Syariat Allah Subhanahu Wata ‘ala. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Abu Malik al-Asyja’i bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam (صلى الله عليه و سلم) bersabda: مَنْ قاَلَ لاَ الَهَ الا الله وَكَفَرَ بما يعبد من دون الله حَرَم اللهُ دَمُهُ وَماَلُهُ وَحساَبُهُ عَلَى الله “Barangsiapa mengikrarkan laa ilaaha illallah dan dia mengingkari segala perhitungannya terserah Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى)تعالى).” (HR. Muslim). Karenanya, jika ada orang Muslim menentang syariah –bahkan—memusuhinya, boleh jadi dia belum paham kemuslimannya dan tidak tahu konsekwensi syahadat yang telah dia katakan tiap saat ketika shalat. Marilah kita habiskan umur kita agar syariat-Nya mendominasi kehidupan. Ini adalah amanah vertikal dan horisontal (tugas-tugas keagamaan), wazhifah diniyyah. Agar melahirkan kehidupan individu yang bahagia secara lahir dan batin (hayatan thayyiban), keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah, dan qaryah mubarakah, ahlul qura (perkampungan yang diberkahi), baladan amina, ummul qura (negeri yang aman), global state, kumpulan berbagai Negara yang makmur, penuh ampunan Tuhan, ummul qura wa man haulaha (baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur), dunia yang damai (rahmatan lil ’alamin).* Penulis adalah kolumnis hidayatullah.com, tinggal di Kudus, Jawa Tengah
Rabu, 18 April 2012
Bertauhid dan Menegakkan Pondasi Keislaman! [1]
oleh: Shalih Hayim
SEBAGAIMANA yang telah kita ketahui bahwasanya sebelum seseorang membangun sebuah bangunan, maka hendaknya yang pertama kali ia bangun adalah fondasinya. Hal ini sangat penting karena kokok tidaknya sebuah bangunan diantaranya ditentukan oleh kokoh tidaknya fondasi bangunan tersebut.
Karena itu, sebelum arsitek membangun gedung pencakar langit yang menjulang tinggi ke angkasa, maka langkah awal yang dilakukan adalah membangun fondasinya terlebih dahulu. Dia harus membangunnya dengan benar dan kokoh. Jika fondasinya kuat, maka bangunannya pun akan kuat menanggung beban diatasnya, demikian juga sebaliknya, jika pondasinya rapuh, maka bangunan tersebut dapat dipastikan tidak akan bertahan lama.
Demikian halnya dengan Islam. Islam memiliki fondasi sendiri. Sebelum seseorang menegakkan keislaman pada dirinya, maka hendaknya yang pertama kali dia bangun adalah membangun fondasi keislaman. Jika fondasi keislaman seseorang benar dan kuat, maka dia akan menjadi seorang muslim yang benar di mata Allah, tahan uji dan tahan banting. Dia akan menjadi seorang hamba Allah yang memiliki kegigihan dan keistiqomahan yang luar biasa. Begitu juga sebaliknya, jika fondasi keislaman seseorang tidak benar dan rapuh, maka keislamannya pun tidak kuat dan tidak akan bertahan lama. Maka sebagai Muslim, kita harus mengenal dasar dalam bangunan Islam atau disebut ma’rifatu ashlil Islam (Mengenal Pondasi Keislman).
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
“ dan di antara manusia ada orang yang mengabdi kepada Allah dengan berada di tepi (jurang), Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam Keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, maka berbaliklah ia ke belakang. Makarugilahia di duniadan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.“ [QS: al Hajj : 11]
Ayat ini menggambarkan perumpamaan orang yang memiliki fondasi keislaman yang rapuh. Ia membangun fondasi pengabdiannya kepada Allah di tepi jurang, di tanah yang mudah longsor. Sedangkan ujian dan bencana ibarat hujan lebat. Maka ujian/bencana yang datang akan menghantam keyakinannya laksana hujan lebat yang menghantam bangunan tersebut. Yang menyebabkan bangunan itu akan mudah hancur karena tanahnya longsor.
Ujian,cobaan dan bencana yang datang akan menyebabkan ia berpaling dari Islam. Hal ini menujukkan bahwa fondasi keislaman adalah hal yang sangat penting bagi siapa saja yang ingin menjadi seorang muslim yang benar di mata Allah. Fondasi keislaman tersebut mutlak diperlukan. Lalu pertanyaannya“ apa fondasi keislaman itu? Dan apa alasannya bahwa perkara itu disebut sebagai fondasi keislaman ? ”
Para ulama sepakat bahwa inti ajaran Islam/pondasi keislaman itu ada dua, yaitu :
1. Syahadat Tauhid, maksudnya adalah mendatangkan kalimat “Lailahaillallah“, dengan merealisasikan syarat-syarat dan rukun-rukunnya serta komitmen dengan isi kandungannya. Fondasi pertama ini menuntut seseorang memegang teguh ajaran tauhid. Fondasi pertama ini diambil dari kalimat “ashadu an la ila ha illallah.”
2. Syahadat Risalah. Maksudnya adalah mendatangkan kalimat “Muhammad Rosulullah“, dengan merealisasikan syarat-syaratnya. Fondasi kedua ini menuntut seseorang untuk mengikuti apa yang dibawa oleh Rosulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam. Fondasi kedua ini diambil dari kalimat “asydu anna Muhammadan Rosulullah“. Adapun alasan kenapa dua perkarat ersebut disebut Ashlul Islam / fondasi keislaman adalah karena alasan-alasan berikut ini : Hal ini disepakati oleh para nabi. Ajaran tauhid ini disepakati oleh semua utusan-Nya. Dan ni adalah inti ajaran mereka. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala Q.S. Al Anbiya : 25 Allah SWT mengatakan:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum engkau melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak adaTuhan (yang hak disembah) selainAku, maka sembahlah aku saja."
Jadi, berdasarkan ayat ini semua utusan-Nya mendapat ajaran yang sama dari Allah, yaitu La ilaha illallah. Ajaran yang disepakati oleh para Nabi inilah yang disebut dengan “ashlul islam”/ pokok dasar islam. Karena Tauhid ini menjadi inti perjanjian para Nabi dan Rosul. Sedangkan Allah tidak mengambil perjanjian kepada para nabi kecuali perkara yang sangat penting. Tauhid ini menjadi isi perjanjian para Nabi dengan Allah. Bahwasanya para nabi mendapat tugas untuk mengemban risalah ini. Tentang perjanjian ini Allah berfirman Q.S Al Ahzab : 7
وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّينَ مِيثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ
وَأَخَذْنَا مِنْهُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا
“dan (ingatlah) ketika Kami mengambil Perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka Perjanjian yang teguh.“
Ayat ini menjelaskan tentang perjanjian Allah dengan para nabi. Sedangkan isi perjanjiannya itu adalah tentang perintah menyampaikan dan menegakkan ajaran Tauhid sebagaimana yang dijelaskan kembali oleh Allah QS: As Syura: 13
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ
”Allah telah mensyari'atkan bagi kalian dari Dien ini apa yang telah di wasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah Dien ini, dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.”
Jadi, inti perjanjian para Nabi dan Rosul dengan Allah adalah perintah menegakkan “La ilaha illallah”. Perjanjian inilah yang disebut dengan istilah “The Greatest Commandemant“ yang artinya Wasiat Tuhan yang paling tinggi. Perjanjian ini juga disebut dengan istilah “mitsaqan ghalidha” yang artinya perjanjian yang sangat kokoh. Karena tauhid ini menjadi inti perjanjian para Nabi maka tauhid ini disebut Ashlul Islam.
Karena ajaran Tauhid adalah ajaran Yang didakwahkan dan diperjuangkan oleh semua Rosul. Bahkan Tauhid ini menjadi poros dari roda dakwah para nabi dan rosul yang mana maknanya adalah ibadah kepada Allah saja dan menjauhi Thaghut (syetan, pemimpin yang tidak menegakkan syariat, apa saja yang disembah selain Allah Subhanahu Wata'ala QS: An Nahl : 36 .Allah SWT berfirman :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“ dansungguh, telah Kami utuspadatiap-tiapumatituseorangRasul, (masing-masingRosulberkatakpdumatnya): " Sembahlah Allah (saja), danjauhiThaghut."
Yang menjadi poros dari roda dakwah dan perjuangan para nabi berdasarkan ayat ini adalah La ilaha illallah. Karena hal ini, ia dinamakan ashlul islam/fondasi keislaman.
Tauhid adalah kewajiban yang pertama kali ditetapkan oleh-Nya atas manusia.
Tauhidullah adalah hak Allah atas hamba-hambanya. Kewajiban pertama yang ditetapkan atas manusia adalah syahadat lailahaillallah [mentauhidkan Allah] dan syahadat Risalah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim dari Ibnu Umar
امِرْتُ اَنْ اُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا اَنْ لاَ اله الا الله, وَاَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, وَيُقِيْمُوا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ, وَاِذاَ فَعَلُوا ذَالِكَ عَصَمُوا مِنِّى دِمَاءَهُمْ وَاَمْوَالَهُم اِلاَّ بِحَقِّ لاسْلاَمِ وَحِسَابُهُم عَلىَ اللهِ تَعَالىَرواه البخاري ومسلم
"Saya di perintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa La ilaha illallah dan Muhammad adalah Rosulullah, mereka mendirikan sholat, dan menunaikan zakat. Dan apabila mereka telah melaksanakannya, mereka telah menjaga darah dan harta mereka dariku kecuali dengan hak Islam. Dan perhitungannya atas Allah Ta’ala.“ [HR: Bukhari dan Muslim].
Demikian pula hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari sahabat Ibnu Abbas ra. bahwa Rosulullah mengutus Muadz bin Jabal untuk menjadi Ambassador dakwah di Negeri Yaman, sebelum Rosul mengirim duta dakwah tersebut, beliau berpesan kepadanya:
اِنَّكَ َتَأتِى قَوْمًا مِنْ اَهْلِ الكِتَابِ, فَليَكُنْ اَوَّلَ مَاتَدْعُوْهُمْ اِلَيْهِ شَهَادَةُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهِ, وَفِي رِوَايَةٍ اِلىَ اَنْ يُوَحِّدُوا اللهَ
“Sesungguhnyakamuiniakanmendatangaikaumdariahlikitab, maka hendaklah yang pertama kali kamu serukan kepada mereka ‘ syahadat la ilahaillallah’, dan dalam riwayat lain disebutkan, supaya mereka mentauhidkan Allah.”
Tauhid adalah hal yang pertama kali harus diketahui dan di amalkan oleh manusia. Sebelum seseorang mengetahui perkara yang lainnya, maka yang pertama kali harus ia ketahui adalah “La ilahaillallah“. Ilmu yang pertama kali harus diketahui oleh manusia adalah tauhid. Tentang hal ini Allah berfirman dalam Surat Muhammad: 19
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
“Maka ketahuilah, bahwasanya la ilaha illallah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, baik laki-laki maupun perempuan.“ * [berlanjut ke tulisan kedua]
Penulis adalah kolumnis hidayatullah.com, tinggal di Kudus, Jawa Tengah
Rep: Administrator
Red: Cholis Akbar
Muslimah Yang Melahirkan Generasi Emas
Sesungguhnya, dalam menjalani berbagai perannya, peran wanita dapat dipetakan menjadi tiga peran penting yaitu sebagai sebagai pribadi muslimah, sebagai istri, dan sebagai ibu. Pada masing-masing peran, dibutuhkan ilmu yang dapat menjaganya dari berbagai bentuk penyimpangan. Berikut penjelasan ketiga hal tersebut:
1. Sebagai Pribadi Muslimah
Seorang muslimah akan selalu terikat dengan berbagai aturan agama yang menyangkut dirinya sebagai seorang yang beragama Islam seperti kewajiban untuk merealisasikan rukun iman dan rukun Islam serta aturan lain yang merupakan konsekuensi dari kedua hal tersebut ataupun kewajiban yang terkait dengan kedudukannya sebagai seorang wanita seperti larangan dan kewajiban pada masa haid, kewajiban menutup aurot, dan sebagainya. Seluruh hal tersebut memerlukan ilmu sehingga kewajiban menuntut ilmu juga dibebankan kepda kaum wanita sebagaimana dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut,
طَلَبُ اْلعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Mencari ilmu itu merupakan kewajiban bagi seorang muslim.” (Hadits shahih riwayat Ibnu Adi dan Baihaqi dari Anas radhiyallahu ‘anhu )
Al Hafizh Al Sahawi rahimahullah berkata, “Sebagian penulis menambahkan kata-kata muslimatin pada akhir hadits. Kata-kata ini tidak pernah disebutkan satu kali pun dalam berbagai sanad hadits tersebut, sekalipun secara makna memang benar.”
Bertolak dari hal ini Ibnu Hazm rahimahullah berkomentar, “Menjadi kewajiban bagi wanita untuk pergi dalam rangka mendalami ilmu agama sebagaimana hal ini menjadi kewajiban bagi kaum laki-laki. Setiap wanita diwajibkan untuk mengetahui ketentuan-ketentuan agama berkenaan dengan permasalahan bersuci, shalat, puasa dan makanan, minuman, serta pakaian yang dihalalkan dan yang diharamkan sebagaimana kaum laki-laki, tanpa ada perbedaan sedikitpun di antara keduanya. Mereka juga harus mempelajari berbagai tutur kata dan sikap yang benar baik dengan belajar sendiri maupun dengan diperkenankan untuk bertemu seseorang yang dapat mengajarinya. Menjadi kewajiban para penguasa untuk mengharuskan rakyatnya agar menjalankan kewajiban ini”. (Al Ihkam fii Ushulil Ahkam 1/413 dalam Para Ulama Wanita Pengukir Sejarah, hlm. 7).
Al Hafizh Ibnul Jauzi rahimahullah juga berkata, “Sering aku menganjurkan kepada manusia agar mereka menuntut ilmu syar’i karena ilmu laksana cahaya yang menyinari. Menurutku kaum wanita lebih dianjurkan dibanding kaum laki-laki karena jauhnya mereka dari ilmu agama dan hawa nafsu begitu mengakar dalam diri mereka. Kita lihat seorang putri yang tumbuh besar tidak mengerti cara bersuci dari haid, tidak bisa membaca Al Qur’an dengan baik dan tidak mengerti rukun-rukun Islam atau kewajiban istri terhadap suami. Akhirnya mereka mengambil harta suami tanpa izinnya, menipu suami dengan anggapan boleh demi keharmonisan rumah tangga serta musibah-musibah lainnya.” (Ahkamun Nisa’ hlm. 6 dalam Majalah Al Furqon edisi 11 tahun VII).
2. Sebagai Istri
Seorang istri memiliki kewajiban untuk menaati suaminya dalam hal-hal yang bukan merupakan kemaksiatan terhadap Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا طَاعَةَ فِى مَعْصِيَةِ اللهِ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى المَََْعْرُوْفِ
“Tidak (boleh) taat (terhadap perintah) yang di dalamnya terdapat maksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam kebajikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka tidaklah seorang istri dapat mengetahui apakah suatu urusan merupakan kemaksiatan atau bukan kecuali dengan ilmu syar’i.
Selain itu, di akhir zaman ini, ketika keburukan banyak bertebaran di muka bumi yang membuat banyak orang hanyut dalam lumpur dosa, maka seorang istri yang sholihah harus membekali dengan ilmu syar’i agar dapat menjaga keistiqomahan dirinya dan suaminya serta keluarganya. Dengan nasihat yang baik dan kelemahlembutan yang dimiliki seorang wanita, seorang suami akan mampu menemukan ketenangan dan kekuatan yang akan menjaga dirinya dan keluarganya dari perbuatan-perbuatan dosa misalnya berbuat syirik dan bid’ah, berzina, mencari nafkah yang haram, mengambil riba, dan perkara-perkara maksiat lainnya. Karena agama adalah nasihat sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الـدِيْـنُ النَصِيْحَةُ
“Agama adalah nasihat” (HR. Muslim)
Nasihat akan lebih dapat diterima oleh hati manusia jika diiringi dengan sikap lemah lembut. Allah Ta’ala berfirman dalam rangka memberi perintah kepada Nabi Musa ‘alaihissalam dan saudaranya (Harun) ketika berdakwah kepada Fir’aun,
اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى٭ فَقُولَا لَهُ قَوْلاً لَّيِّناً لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى٭
“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (Qs. Thaahaa : 43-44)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda dalam sebuah hadits yang terdapat dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
يَا عَائِشَة إِنَّ الرِّفْقَ مَا كَانَ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَنُزِعَ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ
“Wahai ‘Aisyah, tidaklah kelembutan terdapat pada sesuatu melainkan ia akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu melainkan akan memburukkannya.”
3. Sebagai ibu
Sebuah syair Arab mengungkapkan hal berikut,
الأُمُّ مَدْرَسَةٌ إِذَا أَعْدَدْتَهَا أَعْدَدْتَ شَعْبًا طَيِّبَ الْأَعْرَاقِ
“Seorang ibu tak ubahnya bagai sekolah. Bila kita mempersiapkan sekolah itu secara baik, berarti kita telah mempersiapkan suatu bangsa dengan generasi emas.”
Beban perbaikan dan pembentukan masyarakat yang Islami juga menjadi tanggung jawab wanita. Hal ini dikarenakan jumlah wanita yang lebih banyak dari laki-laki dan seorang anak tumbuh dari bimbingan seorang wanita. Maka, tidak bisa tidak seorang wanita harus membekali dirinya dengan ilmu syar’i khususnya mengenai pendidikan anak karena pendidikan anak menjadi tugas utama yang dibebankan kepada kaum wanita.
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Hendaknya seorang wanita membaguskan pendidikan anak-anaknya karena anak-anaknya adalah generasi penerus di masa yang akan datang. Dan yang mereka contoh pertama kali adalah para ibu. Jika seorang ibu mempunyai akhlak, ibadah, dan pergaulan yang bagus, mereka akan tumbuh terdidik di tangan seorang ibu yang bagus. Anak-anaknya ini akan mempunyai pengaruh positif dalam masyarakat. Oleh karena itu, wajib bagi para wanita yang mempunyai anak untuk memperhatikan anak-anaknya, bersungguh-sungguh dalam mendidik mereka, memohon pertolongan jika suatu saat tidak mampu memperbaiki anaknya baik lewat bantuan bapak atau jika tidak ada bapaknya lewat bantuan saudara-saudaranya atau pamannya dan sebagainya”. (Daurul Mar’ah fi Ishlah Al Mujtama’ hlm. 25-26 dalam Majalah Al Furqon edisi 12 tahun VIII)
Seorang ibu yang cerdas dan shalihah tentu saja akan melahirkan keturunan yang cerdas dan sholih pula, bi idzinillah. Lihatlah hal itu dalam diri seorang shahabiyah yang mulia, Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anha, ibunda Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu yang merupakan pembantu setia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain cerdas, ia juga penyabar dan pemberani. Ketiga sifat mulia inilah yang menurun kepada Anas dan mewarnai perangainya di kemudian hari. (Ibunda Para Ulama, hlm.25)
Dengan kecerdasannya, ia ‘hanya’ meminta sebuah mahar yang ringan diucapkan namun terasa berat konsekuensinya, yaitu keislaman Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu yang meminangnya saat itu. Dengan kesabarannya pula, ia mampu menyimpan rapat-rapat kesedihannya karena kematian putranya demi menenangkan suaminya.
Potret Semangat Para Salafush Shalih dalam Menuntut Ilmu
Demikian pentingnya peran para wanita. Dalam setiap lini kehidupannya, pasti membutuhkan ilmu syar’i. Hal ini pula yang dimengerti betul oleh para shahabiyah pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga mereka meminta waktu khusus pada beliau untuk mengkaji masalah-masalah agama.
Dari Abu Sa’id Al Khudriy radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan bahwa ada seorang wanita menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah, kaum laki-laki telah memborong waktumu. Oleh karenanya peruntukkanlah untuk kami sebuah waktu khusus yang engkau tetapkan sendiri. Pada waktu itu kami akan mendatangimu lalu engkau ajarkan kepada kami ilmu yang telah Allah ajarkan kepadamu.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Berkumpullah kalian pada hari ini dan ini di tempat ini.” Kaum wanita pun berkumpul, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mendatangi mereka dan mengajari mereka ilmu yang telah Allah ajarkan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Semangat kaum wanita muslimah dalam mencari ilmu telah mencapai puncaknya hingga mereka menuntut adanya majelis ilmu yang khusus diperuntukkan untuk mengajari mereka. Padahal sebenarnya mereka telah mendengarkan kajian Rasulullah di masjid serta nasihat-nasihat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Demikian juga keadaan para wanita Anshar pada masa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata, “Sebaik-baik wanita adalah wanita dari kaum Anshar. Rasa malu tidak menghalangi diri mereka untuk mendalami ilmu agama.” (HR. Muslim)
Kita jumpai pula bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menganjurkan kaum wanita untuk menghadiri berbagai majelis ilmu guna menambah bekal keilmuan mereka.
Dari Ummu ‘Athiyah al Anshariyyah ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kami untuk menghadiri sholat hari raya ‘Idul Fithri dan hari raya ‘Idul Adha, baik awatiq (gadis yang sudah baligh atau hampir baligh), maupun wanita-wanita yang sedang haid dan juga gadis-gadis pingitan. Adapun wanita yang sedang haid, mereka hendaknya tidak berada di tempat shalat. Saat itu mereka menyaksikan kebaikan dan doa yang dipanjatkan oleh kaum muslimin. Ummu Athiyah berkata, “Wahai Rasulullah, salah seorang di antara kami tidak memiliki jilbab?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaknya muslimah yang lain meminjami jilbab untuknya.” (HR. Bukhari dan Muslim) (Para Ulama Wanita Pengukir Sejarah, hlm. 8-10)
Sejarah telah mencatat, ulama tidak hanya berasal dari kalangan laki-laki saja. Ada banyak ulama wanita yang masyhur dan bahkan menjadi rujukan bagi ulama dari kalangan laki-laki. Lihat saja ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, wanita cerdas yang namanya akan terus dibaca oleh kaum muslimin dalam banyak hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. ‘Aisyah pula yang merupakan sebaik-baik teladan para wanita dalam menuntut ilmu, baik itu ilmu agama maupun ilmu umum. Az Zuhri mengatakan, “Andai ilmu ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha itu dikumpulkan lalu dibandingkan dengan ilmu seluruh wanita, niscaya ilmu yang dimiliki oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha itu lebih unggul”. (Al Haitsami berkata dalam al Majma’ (9/243), “Hadits ini diriwayatkan oleh Ath Thabarani sedangkan rawi-rawinya adalah orang yang bisa dipercaya.” Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al Hakim 4/139. Lihat: Para Ulama Wanita Pengukir Sejarah, hlm. 20)
Begitu juga dengan masa setelah para shahabat (yaitu masa tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan seterusnya). Setiap zaman selalu menorehkan tinta emas nama-nama para ulama wanita hingga masa sekarang ini. Di antara mereka, adalah putri-putri ulama besar di jamannya. Sebut saja putri Sa’id bin Musayyib (tabi’in), putri Imam Malik, Ummu ‘Abdillah binti Syaikh Muqbil bin Hadi, dan lainnya.
Apakah ilmu yang mereka dapatkan itu merupakan ilmu warisan dari ayah-ayah mereka yang seorang ulama? Jawabannya, tentu tidak. Ilmu bukanlah harta benda yang dapat diwariskan begitu saja.
Alangkah bagusnya apa yang diceritakan oleh Al Farwi, “Kami pernah duduk di majelis Imam Malik. Pada saat itu putra beliau keluar masuk majelis dan tidak mau duduk untuk belajar. Maka Imam Malik menghadap kami seraya berkata, “Masih ada yang meringankan bebanku yaitu bahwa masalah ilmu ini tidak bisa diwariskan.” (Majalah al Furqon edisi 12 tahun VI)
Tentu saja ilmu yang mereka dapatkan tidak datang begitu saja. Ada usaha dan pengorbanan yang besar untuk meraihnya. Mari kita simak kegigihan para salaf dahulu dalam menuntut ilmu.
Hasan Al Bashri berkata, “Apabila engkau mendapati seseorang yang mengalahkanmu dalam urusan dunia, maka kalahkanlah dia dalam urusan akhirat.”
Imam Ahmad berwasiat kepada putranya, “Aku telah menginfakkan diriku untuk perjuangan”. Ketika Imam Ahmad ditanya kapan seseorang dapat beristirahat? Maka beliau menjawab, “Ketika pertama kali menginjakkan kakinya di surga.”
Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata, “Dahulu generasi salaf menuntut ilmu karena Allah, maka mereka pun menjadi terhormat dan menjadi para imam panutan. Kemudian datanglah suatu kaum yang menuntut ilmu yang pada mulanya bukan karena Allah dan berhasil memperolehnya. Namun kembali kepada jalan yang lurus dan mengintrospeksi dirinya sendiri dan akhirnya ilmu itu sendiri yang mendorong dirinya menuju keikhlasan di tengah jalan. Sebagaimana dinyatakan oleh Mujahid dan lainnya, “Dahulu kami menuntut ilmu tanpa niat yang tinggi. Namun, kemudian Allah menganugerahi niat tersebut sesudah itu.” Sebagian ulama menyatakan, “Kami hendak menuntut ilmu untuk selain Allah. Namun ternyata ia hanya bisa dilakukan karena Allah”. (Panduan Akhlak Salaf , hlm. 7)
Para salaf yang lain juga benar-benar bersemangat memperhatikan permasalahan niat ini. Sufyan Ats Tsauri berkata, “Saya tidak pernah mengobati sesuatu melebihi terapiku terhadap niat.”
Tidak hanya hati saja yang mereka jaga kesungguhan dan ketulusannya ketika menuntut ilmu, tubuh mereka pun ditempa sedemikian rupa sehingga menjadi raga yang kuat menghadapi rintangan dalam perjalanan menuntut ilmunya. Perhatikanlah kisah Hajjaj bin Sya’ir ini, “Ibuku pernah menyiapkan untukku seratus roti kering dan aku menaruhnya di dalam tas. Beliau mengutusku ke Syubbanih (salah seorang ahli hadits) di Madain. Aku tinggal di sana selama seratus hari. Setiap hari aku membawa seratus roti dan mencelupkannya ke sungai Dajlah kemudian aku memakannya. Setelah roti habis aku kembali ke ibuku.” (102 Kiat Agar Semangat Belajar Agama Membara, hlm. 274).
Penutup
Mungkin saja kita tidak bisa setara dengan para salafush sholih dalam semangat mereka menuntut ilmu. Akan tetapi, segala upaya harus kita kerahkan agar semangat menuntut ilmu itu selalu terhujam kuat di dalam hati kita.
Allah berfirman,
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (Qs. At Taghaabun : 16)
Maka tidak ada lagi alasan “Saya cuma ibu rumah tangga” atau “Saya sudah jadi seorang istri” atau “Saya tinggal di tempat yang jauh dari majelis ilmu” untuk menghindari kewajiban menuntut ilmu. Dengan berkembangnya teknologi di masa sekarang ini –misalnya internet, radio, rekaman kajian (kaset, CD, VCD, DVD), buku-buku Islam, dan majalah Islami- cukup memudahkan kita para wanita untuk tetap dapat menuntut ilmu tanpa harus datang dan duduk langsung dalam sebuah majelis ilmu jika keadaan memang tidak memungkinkan.
Semoga dengan sedikit pemaparan di atas, semangat para wanita untuk menuntut ilmu dapat tumbuh subur, sehingga dengan ijin Allah Ta’ala kita dapat songsong kembali kejayaan umat Islam di atas manhaj salafush sholih.
Wallahu Ta’ala A’lam.
Penulis: Ummu Nabiilah Siwi Nur Danayanti
Muroja’ah: Ust. Aris Munandar
Referensi:
Abdul Azis bin Nashir Al Jalil, Panduan Akhlaq Salaf (Terjemahan dari Aina Nahnu min Akhlaqis Salaf), At Tibyan, Solo.
Abu Anisah bin Luqman al Atsari, Tugas Mulia Seorang Ibu, Majalah Al Furqon edisi 12 tahun VIII.
Abu Maryam Fathi Sayyid, Para Ulama Wanita Pengukir Sejarah (Terjemahan dari Shafahat Musriqah min Sirah al ‘Alimat al Muslimat), Samodra Ilmu, Yogyakarta.
Abul Qa’qa’ Muhammad bin Shalih Alu ‘Abdillah, 102 Kiat Agar Semangat Belajar Agama Membara (Terjemahan dari Kaifa Tatahammas fi Thalabil ‘Ilmi Syar’i Aktsar min 100 Thariqatan lit Tahammus li Thalabil ‘Ilmi Syar’i), Elba, Surabaya.
Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi, 10 Faidah Seputar Dunia Wanita, Majalah Al Furqon edisi 11 tahun VII.
Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf, Wanita-wanita Pengukir Sejarah Islamiah, Majalah Al Furqon edisi 12 tahun VI.
Sufyan bin Fuad Baswedan, Ibunda Para Ulama, Wafa Press, Klaten.
***
(muslimah.or.id)
Selasa, 17 April 2012
Misteri Pembangunan Stonehenge Zaman Pra Celtic
Old Sarum merupakan situs asli Salisbury, gundukan pemakaman puncak bukit yang angker dan lokasi berdirinya Stonehenge. Stonehenge, Old Sarum, dan Salisbury Cathedral, semuanya terletak dalam garis lurus.
Stonehenge, monumen peninggalan zaman megalit di Eropa yang terkenal dengan ke-misteriusan-nya, sampai saat ini masih banyak arkeolog yang memperdebatkan pendapat mereka bahwa situs ini tidak mungkin dibangun bangsa Celtic. Dalam pandangan mereka, bangsa Celtic berusia lebih muda dari situs ini, dan itu menjadi alasan bahwa bangsa Pra-Celtic sudah lebih dulu membangunnya.
Anthony Johnson mengungkapkan analisa dalam bukunya ‘Solving Stonehenge: The Key to an Ancient Enigma‘ secara rinci memberikan petunjuk tersembunyi di monumen terkenal, tentang pembangunan Stonehenge dari zaman Megalitikum. Survei John Wood yang sangat akurat, tetapi sering diabaikan sejak tahun 1740. Survey ini merupakan catatan yang paling penting tentang Stonehenge.
Stonehenge Lebih Tua Dari Bangsa Celtic
Arkeolog percaya bahwa pembangunan Stonehenge dimulai sekitar 5000 tahun yang lalu, secara bertahap selama berabad-abad. Pertama, membangun parit melingkar dan batu kapur lunak yang mendasarinya. Sekitar 4000 tahun yang lalu, pembangun dilanjutkan dengan menambahkan delapan puluh lingkaran Bluestones, berat masing-masing sekitar empat ton yang diambil dari Pegunungan Prescelly 240 mil di barat daya Wales.
Kemudian ditambahkan 50 ton batu sarsen yang dibawa dari Marlborough Downs sekitar 20 mil ke utara. Ambang pintu batu horizontal yang diangkat dan ditempatkan di atas sarsens, ditahan oleh Mortices dan Tenons (vertikal). Pembangunan ini selesai sekitar 3.500 tahun lalu oleh orang-orang sekarang yang dikenal sebagai ‘Beaker’.
Stonehenge
Sejak abad 17, Antiquarians mulai tertarik pada Stonehenge dan situs misterius lainnya. John Aubrey (1626-1697) dan William Stukely (1687-1765) percaya bahwa struktur Stonehenge mungkin dibangun di bawah arahan Druid, para imam Celtic tinggal di Inggris ketika Roma tiba. Penulis Colin Burgess juga menyatakan bahwa Stonehenge pada kenyataannya telah dibangun oleh nenek moyang bangsa Celtic. Arkeolog dan sejarawan telah menunjukkan bahwa pembangunan Stonehenge sangat mustahil dibangun Celtic, karena bangsa Celtic dan imam Druid baru tiba di Kepulauan Inggris sekitar 2.500 tahun yang lalu, dan Stonehenge sebenarnya telah dibangun oleh manusia zaman Pra-Celtic. Stonehenge dan pemakaman di dekatnya merupakan bagian dari struktur besar megalitik yang dibangun dari batu kasar di Inggris selatan. Struktur serupa juga ditemukan di seluruh Kepulauan Inggris, Perancis dan bagian lain didaratan Eropa termasuk pulau Mediterania Malta, Turki, Israel, dan tempat lain di Amerika. Tidak jauh dari Stonehenge terdapat Avebury, batu lingkaran terbesar yang dikenal dunia dengan sebagian kota dibangun di atasnya. Sayangnya banyak dari struktur Avebury dibongkar. Fitur Avebury berbobot empat puluh ton tanpa palang, parit melingkar dan beberapa batu berdiameter 1,396 kaki setinggi 20 kaki. Di Perancis barat terdapat komplek besar batu berbaris yang disebut Carnac sekitar 3000 batu, mungkin berusia 6500 tahun yang lalu. Megalitikum dan struktur bawah tanah di Malta, seperti Kuil Ggantiza di Xaglara pulau Gozo-Malta berusia lebih dari 6000 tahun dan pernah beratap, diplester dan bahkan dicat.
Di Amerika, selain struktur Mound Builder, reruntuhan besar Meksiko dan Amerika Selatan, struktur yang menyerupai bangunan di Inggris telah ditemukan di Amerika seperti di New Hampshire dan New York. Beberapa arkeolog Maverick menyatakan bahwa peninggalan tersebut mungkin dibangun oleh suku yang disebut Red Paint People, sekitar 3000 tahun yang lalu. Mereka memiliki kapal bahkan mereka mungkin telah menyeberangi Atlantik dan berhubungan dengan rekan-rekan mereka di Eropa. Sebagian besar megalit Eropa berada didekat laut yang menunjukkan bahwa mereka dibangun oleh pelaut. Sejarah Bangsa Pra Celtic Sebelum Membangun Stonehenge Druid tidak mungkin membangun Stonehenge dan struktur yang ada di Inggris dan Perancis, bertumpu pada asumsi bahwa bangsa Celtic merupakan imigran yang relatif baru di Eropa barat. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa komponen tertentu dari budaya Celtic klasik (seperti kuda dan kereta yang muncul di Barat hanya sekitar 2.500 tahun yang lalu, dan di Eropa Tengah sekitar 2.800 tahun lalu). Celtic menyebar disepanjang bagian timur seperti Turki, dan keturunan modern mereka adalah Irlandia, Skotlandia, Bretons, Welsh, dan Cornish. Mereka orang-orang yang suka berperang, biasanya berkulit terang dan tinggi. Romawi pernah menuduh mereka melakukan pengorbanan manusia yang sadis, dan mungkin benar tetapi bukti kuat sangat sedikit. Bangsa Celtic diyakini menyembah roh yang ditemukan di alam dan memiliki pohon Oak, membuat Mistletoe menjadi tempat suci, kemudian orang-orang Romawi mengatakan bahwa mereka percaya pada reinkarnasi. Bangsa Druid menjalani pelatihan yang panjang dan sulit, mereka mungkin mengenakan jubah putih. Agama Druid dapat bertahan di Irlandia pada abad ke-17, dan sebagian mereka sampai hari ini menyebut diri mereka sebagai bangsa ‘Druid’. Tidak ada bukti perang ataupun penaklukan, sulit bagi arkeolog untuk menjelaskan bagaimana mereka bisa berdamai dengan bahasa mereka, agama, dan budaya sebelumnya. Ahli genetika menyatakan bahwa orang Inggris modern terkait dengan DNA, termasuk bangsa Spanyol yang berasal dari sisa-sisa manusia pra-Celtic di Inggris.
Bahasa-bahasa Celtic merupakan bagian dari kelompok bahasa Indo-Eropa modern termasuk Jerman, Spanyol, Perancis dan sebagainya. Hanya Basque dari daerah perbatasan barat Spanyol/Perancis yang tidak terkait dengan bahasa Celtic. Yunani kuno dan Italia juga berbahasa Indo-Eropa, seperti juga bahasa Persia kuno Persia (Iran) dan bahasa Sansekerta di India. Sejarah konvensional mengatakan bahwa penduduk asli (penutur bahasa-bahasa Dravida masih ada) ditaklukkan dengan menginvasi bangsa Arya dari barat laut. Tidak ada bukti tentang hal ini, peradaban tertua di wilayah tersebut (sampai reruntuhan bawah laut ditemukan di lepas pantai India) berusia 5000 tahun berbudaya Indus-Sarasvati dengan kota-kota seperti Harappa dan Mohenjo-daro. Karena mereka tidak memiliki kuda dan kereta seperti budaya ‘Arya‘, diasumsikan bahwa mereka ditaklukkan, begitupun tidak ada bukti perang atau penaklukan, dan teknologi baru di sini maupun di Eropa Barat tidak disebarkan lewat perang. Bahkan, seni mereka digambarkan melalui swastika dan phalluses seperti seni lama Hindu, dan salah satu segel kuno mereka menggambarkan seorang pria dalam posisi yoga. Mereka memiliki perahu sungai dan mungkin juga kapal laut yang berdagang dengan bangsa Sumeria. Mereka juga berlatih dalam pemujaan dewi dan memiliki lukisan kerbau melompat seperti budaya Minoan Crete. Budaya mereka tampaknya telah mengalami penurunan akibat bencana alam. Jadi, menurut arkeolog bahwa bangsa Celtic dan Indo-Eropa berada di wilayah Stonehenge selama ini. Para imam Druid dan nenek moyang bangsa Celtic sudah ada saat Stonehenge dibangun, dan menjadi pusat keagamaan di wilayah Eropa.
Stonehenge
Sejak abad 17, Antiquarians mulai tertarik pada Stonehenge dan situs misterius lainnya. John Aubrey (1626-1697) dan William Stukely (1687-1765) percaya bahwa struktur Stonehenge mungkin dibangun di bawah arahan Druid, para imam Celtic tinggal di Inggris ketika Roma tiba. Penulis Colin Burgess juga menyatakan bahwa Stonehenge pada kenyataannya telah dibangun oleh nenek moyang bangsa Celtic. Arkeolog dan sejarawan telah menunjukkan bahwa pembangunan Stonehenge sangat mustahil dibangun Celtic, karena bangsa Celtic dan imam Druid baru tiba di Kepulauan Inggris sekitar 2.500 tahun yang lalu, dan Stonehenge sebenarnya telah dibangun oleh manusia zaman Pra-Celtic. Stonehenge dan pemakaman di dekatnya merupakan bagian dari struktur besar megalitik yang dibangun dari batu kasar di Inggris selatan. Struktur serupa juga ditemukan di seluruh Kepulauan Inggris, Perancis dan bagian lain didaratan Eropa termasuk pulau Mediterania Malta, Turki, Israel, dan tempat lain di Amerika. Tidak jauh dari Stonehenge terdapat Avebury, batu lingkaran terbesar yang dikenal dunia dengan sebagian kota dibangun di atasnya. Sayangnya banyak dari struktur Avebury dibongkar. Fitur Avebury berbobot empat puluh ton tanpa palang, parit melingkar dan beberapa batu berdiameter 1,396 kaki setinggi 20 kaki. Di Perancis barat terdapat komplek besar batu berbaris yang disebut Carnac sekitar 3000 batu, mungkin berusia 6500 tahun yang lalu. Megalitikum dan struktur bawah tanah di Malta, seperti Kuil Ggantiza di Xaglara pulau Gozo-Malta berusia lebih dari 6000 tahun dan pernah beratap, diplester dan bahkan dicat.
Di Amerika, selain struktur Mound Builder, reruntuhan besar Meksiko dan Amerika Selatan, struktur yang menyerupai bangunan di Inggris telah ditemukan di Amerika seperti di New Hampshire dan New York. Beberapa arkeolog Maverick menyatakan bahwa peninggalan tersebut mungkin dibangun oleh suku yang disebut Red Paint People, sekitar 3000 tahun yang lalu. Mereka memiliki kapal bahkan mereka mungkin telah menyeberangi Atlantik dan berhubungan dengan rekan-rekan mereka di Eropa. Sebagian besar megalit Eropa berada didekat laut yang menunjukkan bahwa mereka dibangun oleh pelaut. Sejarah Bangsa Pra Celtic Sebelum Membangun Stonehenge Druid tidak mungkin membangun Stonehenge dan struktur yang ada di Inggris dan Perancis, bertumpu pada asumsi bahwa bangsa Celtic merupakan imigran yang relatif baru di Eropa barat. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa komponen tertentu dari budaya Celtic klasik (seperti kuda dan kereta yang muncul di Barat hanya sekitar 2.500 tahun yang lalu, dan di Eropa Tengah sekitar 2.800 tahun lalu). Celtic menyebar disepanjang bagian timur seperti Turki, dan keturunan modern mereka adalah Irlandia, Skotlandia, Bretons, Welsh, dan Cornish. Mereka orang-orang yang suka berperang, biasanya berkulit terang dan tinggi. Romawi pernah menuduh mereka melakukan pengorbanan manusia yang sadis, dan mungkin benar tetapi bukti kuat sangat sedikit. Bangsa Celtic diyakini menyembah roh yang ditemukan di alam dan memiliki pohon Oak, membuat Mistletoe menjadi tempat suci, kemudian orang-orang Romawi mengatakan bahwa mereka percaya pada reinkarnasi. Bangsa Druid menjalani pelatihan yang panjang dan sulit, mereka mungkin mengenakan jubah putih. Agama Druid dapat bertahan di Irlandia pada abad ke-17, dan sebagian mereka sampai hari ini menyebut diri mereka sebagai bangsa ‘Druid’. Tidak ada bukti perang ataupun penaklukan, sulit bagi arkeolog untuk menjelaskan bagaimana mereka bisa berdamai dengan bahasa mereka, agama, dan budaya sebelumnya. Ahli genetika menyatakan bahwa orang Inggris modern terkait dengan DNA, termasuk bangsa Spanyol yang berasal dari sisa-sisa manusia pra-Celtic di Inggris.
Bahasa-bahasa Celtic merupakan bagian dari kelompok bahasa Indo-Eropa modern termasuk Jerman, Spanyol, Perancis dan sebagainya. Hanya Basque dari daerah perbatasan barat Spanyol/Perancis yang tidak terkait dengan bahasa Celtic. Yunani kuno dan Italia juga berbahasa Indo-Eropa, seperti juga bahasa Persia kuno Persia (Iran) dan bahasa Sansekerta di India. Sejarah konvensional mengatakan bahwa penduduk asli (penutur bahasa-bahasa Dravida masih ada) ditaklukkan dengan menginvasi bangsa Arya dari barat laut. Tidak ada bukti tentang hal ini, peradaban tertua di wilayah tersebut (sampai reruntuhan bawah laut ditemukan di lepas pantai India) berusia 5000 tahun berbudaya Indus-Sarasvati dengan kota-kota seperti Harappa dan Mohenjo-daro. Karena mereka tidak memiliki kuda dan kereta seperti budaya ‘Arya‘, diasumsikan bahwa mereka ditaklukkan, begitupun tidak ada bukti perang atau penaklukan, dan teknologi baru di sini maupun di Eropa Barat tidak disebarkan lewat perang. Bahkan, seni mereka digambarkan melalui swastika dan phalluses seperti seni lama Hindu, dan salah satu segel kuno mereka menggambarkan seorang pria dalam posisi yoga. Mereka memiliki perahu sungai dan mungkin juga kapal laut yang berdagang dengan bangsa Sumeria. Mereka juga berlatih dalam pemujaan dewi dan memiliki lukisan kerbau melompat seperti budaya Minoan Crete. Budaya mereka tampaknya telah mengalami penurunan akibat bencana alam. Jadi, menurut arkeolog bahwa bangsa Celtic dan Indo-Eropa berada di wilayah Stonehenge selama ini. Para imam Druid dan nenek moyang bangsa Celtic sudah ada saat Stonehenge dibangun, dan menjadi pusat keagamaan di wilayah Eropa.
Minggu, 15 April 2012
Daftar Anggota “Komite 300” dalam Keluarga Rothschild
Oleh: John Coleman Komite 300 merupakan produk dari Council of 300 dari the British East India Company (BEIC). The East India Company didirikan oleh keluarga kerajaan Inggris pada tahun 1600. Perusahaan tersebut menghasilkan keuntungan besar dalam perdagangan opium narkoba dengan China dan menjadi perusahaan terbesar di dunia pada masanya. Dewasa ini, melalui banyak otoritas kekuatan, Komite 300 menguasai dunia dan merupakan kekuatan pendorong yang berada di belakang agenda jahat penciptaan "Tata Dunia Baru", di bawah "Pemerintahan global yang totaliter ". Tidak perlu untuk menggunakan kata "mereka" atau "musuh" kecuali sebagai singkatan. Kita tahu siapa "mereka", mereka adalah musuh. Komite 300 dengan "aristokrasi" nya, kepemilikannya atas sistem perbankan Federal Reserve AS (bank Sentral AS), perusahaan asuransi, perusahaan raksasa, yayasan, jaringan komunikasi, dipimpin secara hirarki oleh para pelaku konspirasi – merekalah musuh. Eksistensi perkumpulan rahasia hidup dengan memperdayakan kita. Order of the Gartert Setiap hirarki dengan lingkaran dalam di bagian atas, mengelabui mereka yang berada di bawahnya dengan kebohongan, seperti mengklaim agenda mulia, dengan demikian membodohi mereka dan menggiringnya serta melibatkan mereka ke dalam jaringan yang sudah dipersiapkan. Lingkaran dalam Komite 300 adalah Ordo Garter (the Order of the Garter), yang dipimpin oleh Ratu Elizabeth, Windsor II. Sangat menarik untuk diperhatikan bahwa nama tersebut sebenarnya merupakan nama baru mereka, aslinya adalah dari nama Jerman Saxe-Coburg-Gotha yang selama Perang Dunia I diganti menjadi Windsor karena sentimen anti-Jerman. Musuh jelas bisa diidentifikasi sebagai Komite 300 dan organisasi-organisasi yang dikedepankannya, seperti Royal Institute for International Affairs (Chatham House), the Club of Roma, NATO, PBB, the Black Nobility, Institut Tavistock, CFR dan semua organisasi yang berafiliasi kepadanya, think tank dan lembaga penelitian dikontrol oleh Hubungan Masyarakat Institut Stanford dan Tavistock dan yang terakhir adalah pembentukan kekuatan militer. elizabeth-beatrix-denmark black-nobility Komite 300 adalah perkumpulan rahasia paling utama terdiri dari sekelompok kelas penguasa yang tak tersentuh, termasuk Ratu Inggris (Elizabeth II), Ratu Belanda, Ratu Denmark dan keluarga kerajaan Eropa. Para Aristokrat ini memutuskan membentuk Komite 300 saat kematian Ratu Victoria, ibu pemimpin the Venetian Black Guelphs, dengan tujuan agar dapat mengontrol seluruh dunia, maka perlu bagi anggota aristokrat untuk "terjun ke dalam bisnis" dengan non-bangsawan yang sangat luar biasa dalam memimpin bisnis perusahaan yang berskala global, maka dengan demikian pintu untuk memperoleh kekuasaan tertinggi terbuka, kepada mereka Ratu Inggris suka menyebutnya sebagai "rakyat jelata" (the commoners"). Melalui kartel perbankan gelap, mereka mengambil keuntungan, dimana mereka memiliki saham dalam the Federal Reserve Bank (Bank Sentral Amerika Serikat), yang sebenarnya merupakan perusahaan swasta dimana keberadaannya melanggar Konstitusi Amerika Serikat serta merupakan sumber berbagai masalah. Kemerosotan moral bangsa Amerika disebabkan karena kemitraan jahat, benar-benar tercemar rusak dan berkubang dalam uang opium, kemudian menjadi apa yang kita kenal sekarang sebagai the Eastern Liberal Establishment. Para anggotanya, di bawah bimbingan dan arahan yang cermat Kerajaan Inggris, dan kemudian, politik luar negerinya melaksanakan perpanjangan tangan Royal Institute for International Affairs (RIIA), sekarang dikenal sebagai Chatham House, di Inggris (di seberang Lapangan Santo James, Astors), memimpin Amerika Serikat dari atas ke bawah melalui tingkat atas secara rahasia, serupa dengan pemerintahan, menyatu erat dengan Komite 300, perkumpulan rahasia paling utama. Itulah rahasia, pemerintah paling berkuasa sekarang lebih dikendalikan Amerika Serikat daripada sebelumnya. Continued.. Saya berasumsi penjelasan ini diambil dari buku John Coleman "Conspirator's Hierarchy- The Committee of 300." Di bawah ini kekeliruan mengenai waktu pemusnahan massal. Sepuluh Tujuan Utama: c300-nwoMenciptakan sebuah Pemerintahan Tunggal Dunia – Tata Dunia Baru dengan mempersatukan gereja dan sistem moneter di bawah arahan Komite 300. Tidak banyak orang yang menyadari bahwa Pemerintahan Tunggal Dunia telah dimulai saat mereka mendirikan “gereja" di tahun 1920/1930-an, karena mereka menyadari bahwa kebutuhan dalam meyakini agama melekat pada umat manusia dan oleh karena itu harus disediakan sarana untuk menyalurkannya, jadi dengan mendirikan lembaga "gereja" dimaksudkan untuk menyalurkan keyakinan umat manusia sesuai dengan arah yang mereka inginkan. Menghancurkan semua identitas nasional dan kebanggaan nasional. Menghancurkan agama dan lebih khusus agama Kristen, kecuali satu, agama ciptaan mereka sendiri seperti yang disebutkan di atas. brezezinskiMasing-masing mengontrol setiap orang melalui cara-cara pengendalian pikiran (mind control) dan tekonotronik (techonotronic) sebagaimana disebut oleh Zbignew Brzezinksi, yang akan menciptakan seorang manusia seperti robot dan sebuah sistem teror yang akan membuat teror Felix Dzerzinhski’s Red Terror terlihat seperti anak-anak yang sedang bermain. c300-drugsMengakhiri semua industrialisasi dan produksi tenaga listrik nuklir yang dihasilkannya dalam apa yang mereka sebut sebagai "pertumbuhan nol-masyarakat pasca-industri." Dikecualikan adalah industri komputer dan jasa. Sisa industri Amerika Serikat akan diekspor ke negara-negara seperti Meksiko dimana tenaga kerja budak tersedia berlimpah. Tenaga kerja setelah kehancuran industri akan menjadi pecandu opium atau heroin dan kokain, atau menjadi statistik dalam proses eliminasi (pembunuhan) yang kita kenal sekarang sebagai Global 2000. Pengabsahan Narkoba/obat bius dan pornografi. c300-cullingPengurangan jumlah penduduk (depopulasi) di kota-kota besar sesuai dengan uji coba yang telah dilakukan oleh rezim Pol Pot di Kamboja. Sangat menarik untuk dicatat bahwa rencana genosida Pol Pot disusun di Amerika Serikat oleh salah satu yayasan penelitian the Club of Rome. Juga menarik bahwa Komite sedang berusaha untuk mengembalikan para tukang jagal Pol Pot ke Kamboja. c300-censorshipMenyembunyikan semua kemajuan ilmiah kecuali yang dianggap menguntungkan oleh Komite. Terutama yang ditargetkan adalah energi nuklir untuk tujuan damai. Teristimewa Komite membenci percobaan fusi yang saat ini dihina dan diejek oleh Komite serta panakawan persnya. Perkembangan peleburan/fusion torch ini akan memukul konsepsi Komite mengenai "terbatasnya sumber daya alam". Sebuah fusion torch, jika digunakan dengan benar, akan menciptakan sumber daya alam yang berlimpah tetapi hingga kini belum dipergunakan, bahkan dari bahan-bahan yang paling biasa. Penggunaan fusion torch banyak sekali dan akan menguntungkan umat manusia dalam segala hal, tetapi fakta ini belum juga sedikitpun diberitahukan kepada maysarakat. c300-global2000Mencetuskan cara-cara perang terbatas di negara-negara maju, dan melalui kelaparan dan penyakit di negara-negara Dunia Ketiga, menyebabkan kematian 3 milyar orang pada tahun 2000, yaitu orang-orang yang mereka sebut sebagai "useless eaters." Komite 300 menugaskan Cyrus Vance untuk menulis sebuah makalah tentang subjek depopulasi dan mencari cara-cara terbaik untuk melaksanakan genosida tersebut. carterMakalah dimaksud kemudian dikeluarkan dengan judul "Global 2000 Report", kemudian diterima dan disetujui untuk ditindak-lanjuti oleh Presiden Carter, untuk dan atas nama Pemerintah Amerika Serikat, seterusnya diterima oleh Edwin Muskie yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri. Menurut ketentuan dalam Laporan Global 2000, penduduk Amerika Serikat akan dikurangi 100 juta pada tahun 2050. edwin-muskiDengan menciptakan PHK massal dimaksudkan untuk melemahkan akhlak bangsa dan untuk mengacaukan pekerja di tingkat buruh. Dengan berkurangnya pekerjaan dalam kaitannya dengan aturan pertumbuhan nol industri yang diciptakan oleh the Club of Rome, laporan menggambarkan kelak pekerja yang sudah dirusak cyrus-vanceakhlaknya dan dilemahkan semangatnya akan lari kepada alkohol dan narkoba. Generasi muda akan didorong melalui musik rock dan narkoba untuk memberontak status quo, dengan begitu akan meremehkan keluarga dan akhirnya menghancurkannya. Mengenai ini, Komitee memesan Institut Tavistock untuk mempersiapkan sebuah cetak biru, bagaimana cara meraih tujuan mereka. Tavistock mengarahkan Standford Research untuk menjalankan pekerjaan dibawah pengarahan Prof. Willis Harmon. Kerja ini kemudian dikenal dengan "Aquarian Conspiracy" The Membership List (Type in Name at Wikipedia) Abdullah II King of Jordan - [link to en.wikipedia.org] Roman Abramovich - [link to en.wikipedia.org] Josef Ackermann - [link to en.wikipedia.org] Edward Adeane - [link to en.wikipedia.org] Marcus Agius - [link to en.wikipedia.org] Martti Ahtisaari - [link to en.wikipedia.org] Daniel Akerson - [link to en.wikipedia.org] Albert II King of Belgium - [link to en.wikipedia.org] Alexander Crown Prince of Yugoslavia - [link to en.wikipedia.org] Giuliano Amato - [link to en.wikipedia.org] Carl A. Anderson - [link to en.wikipedia.org] Giulio Andreotti - [link to en.wikipedia.org] Andrew Duke of York - [link to en.wikipedia.org] Anne Princess Royal - [link to en.wikipedia.org] Nick Anstee - [link to en.wikipedia.org] Timothy Garton Ash - [link to en.wikipedia.org] William Waldorf Astor - [link to en.wikipedia.org] Pyotr Aven - [link to en.wikipedia.org] Jan Peter Balkenende - [link to en.wikipedia.org] Steve Ballmer - [link to en.wikipedia.org] Ed Balls - [link to en.wikipedia.org] Jose Manuel Barroso - [link to en.wikipedia.org] Beatrix Queen of the Netherlands - [link to en.wikipedia.org] Marek Belka - [link to en.wikipedia.org] C. Fred Bergsten - [link to en.wikipedia.org] Silvio Berlusconi - [link to en.wikipedia.org] Ben Bernanke - [link to en.wikipedia.org] Nils Bernstein - [link to da.wikipedia.org] Donald Berwick - [link to en.wikipedia.org] Carl Bildt - [link to en.wikipedia.org] Sir Winfried Bischoff - [link to en.wikipedia.org] Tony Blair - [link to en.wikipedia.org] Lloyd Blankfein - [link to en.wikipedia.org] Leonard Blavatnik - [link to en.wikipedia.org] Michael Bloomberg - [link to en.wikipedia.org] Frits Bolkestein - [link to en.wikipedia.org] Hassanal Bolkiah - [link to en.wikipedia.org] Michael C Bonello - [link to en.wikipedia.org] Emma Bonino - [link to en.wikipedia.org] David L. Boren - [link to en.wikipedia.org] Borwin Duke of Mecklenburg - [link to en.wikipedia.org] Charles Bronfman - [link to en.wikipedia.org] Edgar Bronfman Jr. - [link to en.wikipedia.org] John Bruton - [link to en.wikipedia.org] Zbigniew Brzezinski - [link to en.wikipedia.org] Robin Budenberg - [link to en.wikipedia.org] Warren Buffett - [link to en.wikipedia.org] George HW Bush - [link to en.wikipedia.org] David Cameron - [link to en.wikipedia.org] Camilla Duchess of Cornwall - [link to en.wikipedia.org] Fernando Henrique Cardoso - [link to en.wikipedia.org] Peter Carington - [link to en.wikipedia.org] Carl XVI Gustaf King of Sweden - [link to en.wikipedia.org] Carlos Duke of Parma - [link to en.wikipedia.org] Mark Carney - [link to en.wikipedia.org] Cynthia Carroll - [link to en.wikipedia.org] Jaime Caruana - [link to en.wikipedia.org] Sir William Castell - [link to en.wikipedia.org] Anson Chan - [link to en.wikipedia.org] Margaret Chan - [link to en.wikipedia.org] Norman Chan - [link to en.wikipedia.org] Charles Prince of Wales - [link to en.wikipedia.org] Richard Chartres - [link to en.wikipedia.org] Stefano Delle Chiaie - [link to en.wikipedia.org] Dr John Chipman - [link to en.wikipedia.org] Patokh Chodiev - [link to en.wikipedia.org] Christoph Prince of Schleswig-Holstein - [link to en.wikipedia.org] Fabrizio Cicchitto - [link to en.wikipedia.org] Wesley Clark - [link to en.wikipedia.org] Kenneth Clarke - [link to en.wikipedia.org] Nick Clegg - [link to en.wikipedia.org] Bill Clinton - [link to en.wikipedia.org] Abby Joseph Cohen - [link to en.wikipedia.org] Ronald Cohen - [link to en.wikipedia.org] Gary Cohn - [link to en.wikipedia.org] Marcantonio Colonna di Paliano Duke of Paliano - [link to en.wikipedia.org] Constantijn Prince of the Netherlands - [link to en.wikipedia.org] Constantine II King of Greece - [link to en.wikipedia.org] David Cooksey - [link to en.wikipedia.org] Brian Cowen - [link to en.wikipedia.org] Sir John Craven - [link to en.wikipedia.org] Andrew Crockett - [link to en.wikipedia.org] Uri Dadush - [link to en.wikipedia.org] Tony D'Aloisio - [link to en.wikipedia.org] Alistair Darling - [link to en.wikipedia.org] Sir Howard Davies - [link to en.wikipedia.org] Etienne Davignon - [link to en.wikipedia.org] David Davis - [link to en.wikipedia.org] Benjamin de Rothschild - [link to en.wikipedia.org] David Rene de Rothschild - [link to en.wikipedia.org] Evelyn de Rothschild - [link to en.wikipedia.org] Leopold de Rothschild - [link to en.wikipedia.org] Joseph Deiss - [link to en.wikipedia.org] Oleg Deripaska - [link to en.wikipedia.org] Michael Dobson - [link to en.wikipedia.org] Mario Draghi - [link to en.wikipedia.org] Jan Du Plessis - [link to en.wikipedia.org] William C. Dudley - [link to en.wikipedia.org] Wim Duisenberg - [link to en.wikipedia.org] Edward Duke of Kent - [link to en.wikipedia.org] Edward Earl of Wessex - [link to en.wikipedia.org] Elizabeth II Queen of the United Kingdom - [link to en.wikipedia.org] John Elkann - [link to en.wikipedia.org] Vittorio Emanuele Prince of Naples - [link to en.wikipedia.org] Ernst August Prince of Hanover - [link to en.wikipedia.org] Martin Feldstein - [link to en.wikipedia.org] Matthew Festing - [link to en.wikipedia.org] François Fillon - [link to en.wikipedia.org] Heinz Fischer - [link to en.wikipedia.org] Joschka Fischer - [link to en.wikipedia.org] Stanley Fischer - [link to en.wikipedia.org] Niall FitzGerald - [link to en.wikipedia.org] Franz Duke of Bavaria - [link to en.wikipedia.org] Mikhail Fridman - [link to en.wikipedia.org] Friso Prince of Orange-Nassau - [link to en.wikipedia.org] Bill Gates - [link to en.wikipedia.org] Christopher Geidt - [link to en.wikipedia.org] Timothy Geithner - [link to en.wikipedia.org] Georg Friedrich Prince of Prussia - [link to en.wikipedia.org] Dr Chris Gibson-Smith - [link to en.wikipedia.org] Mikhail Gorbachev - [link to en.wikipedia.org] Al Gore - [link to en.wikipedia.org] Allan Gotlieb - [link to en.wikipedia.org] Stephen Green - [link to en.wikipedia.org] Alan Greenspan - [link to en.wikipedia.org] Gerald Grosvenor 6th Duke of Westminster - [link to en.wikipedia.org] Jose Angel Gurria - [link to en.wikipedia.org] William Hague - [link to en.wikipedia.org] Sir Philip Hampton - [link to en.wikipedia.org] Hans-Adam II Prince of Liechtenstein - [link to en.wikipedia.org] Harald V King of Norway - [link to en.wikipedia.org] Stephen Harper - [link to en.wikipedia.org] François Heisbourg - [link to fr.wikipedia.org] Henri Grand Duke of Luxembourg - [link to en.wikipedia.org] Philipp Hildebrand - [link to en.wikipedia.org] Carla Anderson Hills - [link to en.wikipedia.org] Richard Holbrooke - [link to en.wikipedia.org] Patrick Honohan - [link to en.wikipedia.org] Alan Howard - [link to en.wikipedia.org] Alijan Ibragimov - [link to en.wikipedia.org] Stefan Ingves - [link to en.wikipedia.org] Walter Isaacson - [link to en.wikipedia.org] Juan Carlos King of Spain - [link to en.wikipedia.org] Kenneth M. Jacobs - [link to en.wikipedia.org] DeAnne Julius - [link to en.wikipedia.org] Jean-Claude Juncker - [link to en.wikipedia.org] Peter Kenen - [link to en.wikipedia.org] John Kerry - [link to en.wikipedia.org] Mervyn King - [link to en.wikipedia.org] Glenys Kinnock - [link to en.wikipedia.org] Henry Kissinger - [link to en.wikipedia.org] Malcolm Knight - [link to en.wikipedia.org] William H. Koon II - [link to www.knightstemplar.org] Paul Krugman - [link to en.wikipedia.org] John Kufuor - [link to en.wikipedia.org] Giovanni Lajolo - [link to en.wikipedia.org] Anthony Lake - [link to en.wikipedia.org] Richard Lambert - [link to en.wikipedia.org] Pascal Lamy - [link to en.wikipedia.org] Jean-Pierre Landau - [link to en.wikipedia.org] Timothy Laurence - [link to en.wikipedia.org] James Leigh-Pemberton - [link to en.wikipedia.org] Leka Crown Prince of Albania - [link to en.wikipedia.org] Mark Leonard - [link to en.wikipedia.org] Peter Levene - [link to en.wikipedia.org] Lev Leviev - [link to en.wikipedia.org] Arthur Levitt - [link to en.wikipedia.org] Michael Levy - [link to en.wikipedia.org] Joe Lieberman - [link to en.wikipedia.org] Ian Livingston - [link to en.wikipedia.org] Lee Hsien Loong - [link to en.wikipedia.org] Lorenz of Belgium Archduke of Austria-Este - [link to en.wikipedia.org] Louis Alphonse Duke of Anjou - [link to en.wikipedia.org] Gerard Louis-Dreyfus - [link to en.wikipedia.org] Mabel Princess of Orange-Nassau - [link to en.wikipedia.org] Peter Mandelson - [link to en.wikipedia.org] Sir David Manning - [link to en.wikipedia.org] Margherita Archduchess of Austria-Este - [link to en.wikipedia.org] Margrethe II Queen of Denmark - [link to en.wikipedia.org] Guillermo Ortiz Martinez - [link to en.wikipedia.org] Alexander Mashkevitch - [link to en.wikipedia.org] Stefano Massimo Prince of Roccasecca dei Volsci - [link to en.wikipedia.org] Fabrizio Massimo-Brancaccio Prince of Arsoli and Triggiano - [link to en.wikipedia.org] William Joseph McDonough - [link to en.wikipedia.org] Mack McLarty - [link to en.wikipedia.org] Yves Mersch - [link to en.wikipedia.org] Michael Prince of Kent - [link to en.wikipedia.org] Michael King of Romania - [link to en.wikipedia.org] David Miliband - [link to en.wikipedia.org] Ed Miliband - [link to en.wikipedia.org] Lakshmi Mittal - [link to en.wikipedia.org] Glen Moreno - [link to en.wikipedia.org] Moritz Prince and Landgrave of Hesse-Kassel - [link to en.wikipedia.org] Rupert Murdoch - [link to en.wikipedia.org] Charles Napoleon - [link to en.wikipedia.org] Jacques Nasser - [link to en.wikipedia.org] Robin Niblett - [link to en.wikipedia.org] Vincent Nichols - [link to en.wikipedia.org] Adolfo Nicolas - [link to en.wikipedia.org] Christian Noyer - [link to en.wikipedia.org] Sammy Ofer - [link to en.wikipedia.org] Alexandra Ogilvy Lady Ogilvy - [link to en.wikipedia.org] David Ogilvy 13th Earl of Airlie - [link to en.wikipedia.org] Jorma Ollila - [link to en.wikipedia.org] Nicky Oppenheimer - [link to en.wikipedia.org] George Osborne - [link to en.wikipedia.org] Frederic Oudea - [link to en.wikipedia.org] Sir John Parker - [link to en.wikipedia.org] Chris Patten - [link to en.wikipedia.org] Michel Pebereau - [link to en.wikipedia.org] Gareth Penny - [link to en.wikipedia.org] Shimon Peres - [link to en.wikipedia.org] Philip Duke of Edinburgh - [link to en.wikipedia.org] Dom Duarte Pio Duke of Braganza - [link to en.wikipedia.org] Karl Otto Pohl - [link to en.wikipedia.org] Colin Powell - [link to en.wikipedia.org] Mikhail Prokhorov - [link to en.wikipedia.org] Guy Quaden - [link to en.wikipedia.org] Anders Fogh Rasmussen - [link to en.wikipedia.org] Joseph Alois Ratzinger (Pope Benedict XVI) - [link to en.wikipedia.org] David Reuben - [link to en.wikipedia.org] Simon Reuben - [link to en.wikipedia.org] William R. Rhodes - [link to en.wikipedia.org] Susan Rice - [link to en.wikipedia.org] Richard Duke of Gloucester - [link to en.wikipedia.org] Sir Malcolm Rifkind - [link to en.wikipedia.org] Sir John Ritblat - [link to en.wikipedia.org] Stephen S. Roach - [link to en.wikipedia.org] Mary Robinson - [link to en.wikipedia.org] David Rockefeller Jr. - [link to en.wikipedia.org] David Rockefeller Sr. - [link to en.wikipedia.org] Nicholas Rockefeller - [link to www.nicholasrockefeller.org] Javier Echevarria Rodriguez - [link to en.wikipedia.org] Kenneth Rogoff - [link to www.imf.org] Jean-Pierre Roth - [link to en.wikipedia.org] Jacob Rothschild - [link to en.wikipedia.org] David Rubenstein - [link to en.wikipedia.org] Robert Rubin - [link to en.wikipedia.org] Francesco Ruspoli 10th Prince of Cerveteri - [link to en.wikipedia.org] Joseph Safra - [link to en.wikipedia.org] Moises Safra - [link to en.wikipedia.org] Peter Sands - [link to en.wikipedia.org] Nicolas Sarkozy - [link to en.wikipedia.org] Isaac Sassoon - [link to en.wikipedia.org] James Sassoon - [link to en.wikipedia.org] Sir Robert John Sawers - [link to en.wikipedia.org] Marjorie Scardino - [link to en.wikipedia.org] Klaus Schwab - [link to en.wikipedia.org] Karel Schwarzenberg - [link to en.wikipedia.org] Stephen A. Schwarzman - [link to en.wikipedia.org] Sidney Shapiro - [link to en.wikipedia.org] Nigel Sheinwald - [link to en.wikipedia.org] Sigismund Grand Duke of Tuscany Archduke of Austria - [link to en.wikipedia.org] Simeon of Saxe-Coburg and Gotha - [link to en.wikipedia.org] Olympia Snowe - [link to en.wikipedia.org] Sofia Queen of Spain - [link to en.wikipedia.org] George Soros - [link to en.wikipedia.org] Arlen Specter - [link to en.wikipedia.org] Ernest Stern - [link to www.sourcewatch.org] Dennis Stevenson - [link to en.wikipedia.org] Tom Steyer - [link to en.wikipedia.org] Joseph Stiglitz - [link to en.wikipedia.org] Dominique Strauss-Kahn - [link to en.wikipedia.org] Jack Straw - [link to en.wikipedia.org] Peter Sutherland - [link to en.wikipedia.org] Mary Tanner - [link to en.wikipedia.org] Ettore Gotti Tedeschi - [link to it.wikipedia.org] Mark Thompson - [link to en.wikipedia.org] Dr. James Thomson - [link to en.wikipedia.org] Hans Tietmeyer - [link to en.wikipedia.org] Jean-Claude Trichet - [link to en.wikipedia.org] Paul Tucker - [link to en.wikipedia.org] Herman Van Rompuy - [link to en.wikipedia.org] Alvaro Uribe Velez - [link to en.wikipedia.org] Alfons Verplaetse - [link to en.wikipedia.org] Kaspar Villiger - [link to en.wikipedia.org] Maria Vladimirovna Grand Duchess of Russia - [link to en.wikipedia.org] Paul Volcker - [link to en.wikipedia.org] Otto von Habsburg - [link to en.wikipedia.org] Hassanal Bolkiah Mu'izzaddin Waddaulah Sultan of Brunei - [link to en.wikipedia.org] Sir David Walker - [link to en.wikipedia.org] Jacob Wallenberg - [link to en.wikipedia.org] John Walsh - [link to en.wikipedia.org] Max Warburg - [link to en.wikipedia.org] Axel Alfred Weber - [link to en.wikipedia.org] Michael David Weill - [link to en.wikipedia.org] Nout Wellink - [link to en.wikipedia.org] Marina von Neumann Whitman - [link to en.wikipedia.org] Willem-Alexander Prince of Orange - [link to en.wikipedia.org] William Prince of Wales - [link to en.wikipedia.org] Dr Rowan Williams - [link to en.wikipedia.org] Shirley Williams - [link to en.wikipedia.org] David Wilson - [link to en.wikipedia.org] James Wolfensohn - [link to en.wikipedia.org] Neal S. Wolin - [link to en.wikipedia.org] Harry Woolf - [link to en.wikipedia.org] R. James Jr. Woolsey - [link to en.wikipedia.org] Sir Robert Worcester - [link to en.wikipedia.org] Sarah Wu Robert Zoellick - [link to en.wikipedia.org]
Kamis, 12 April 2012
Potongan ‘Kitab Kematian’ Ditemukan di Museum Australia
Beberapa bagian potongan papirus, sebuah teks dari pemakaman Mesir kuno yang dikenal sebagai ‘Kitab Kematian’ telah ditemukan di dalam arsip Museum Queensland di Brisbane, Australia.
"Kami sangat terkejut--kami memiliki sebuah benda sangat penting dalam koleksi kami," kata CEO Museum, Ian Galloway kepada pers Australia.
Benda bersejarah itu ditemukan saat adanya sebuah kunjungan oleh Egyptologist British Museum John Taylor.
Saat menjelang pameran pengumpulan koleksi Mesir kuno di Australia—terdapat selembar papirus kuno rapuh yang telah lama dilestarikan oleh seorang kurator museum Queensland.
Mesir kuno telah membuat naskah pemakaman yang dikenal sebagai buku kematian--diisi dengan mantra sehingga mereka merasa dibantu di akhirat, serta gambar yang menggambarkan almarhum membuat perjalanan menuju akhirat. Kitab-kitab gulungan papirus biasanya ditempatkan di ruang peti mati atau pemakaman almarhum. Semakin kaya orang yang meninggal tersebut, semakin panjang Kitab Kematian-nya.
Setelah diperiksa secara teliti koleksi tersebut, ia menegaskan bahwa memo kuno dari Kitab Kematian itu adalah dari Amenhotep, seorang pejabat Mesir kuno 1420 SM.
Beberapa bagian dari naskah ini telah ditemukan pada abad ke-19, meskipun ada bagian yang hilang. Beberapa diantaranya kini digelar di Museum Inggris, dengan segmen lainnya di Museum Seni Metropolitan New York dan Museum of Fine Arts di Boston.
"Ini bukan papirus dari orang sembarangan. Ini adalah salah satu pejabat tinggi dari Mesir pada puncak kemakmuran Mesir kuno," ujar Taylor kepada sejumlah wartawan di Brisbane.
Menurut Galloway, ada seorang wanita yang telah menyumbangkan potongan-potongan tersebut kepada museum hampir 100 tahun lalu. Sejumlah staf kini sedang mencoba untuk melacak keturunannya.
Potongan papirus ini akan di scan dan Taylor berharap untuk memulai menambah gambar digital bersama-sama dengan porsi dalam koleksi Museum Inggris.
"Setelah lebih dari 100 tahun kita merekonstruksi naskah yang benar-benar penting ini secara keseluruhan," katanya. (Erabaru/cbcnews/sua)
Selasa, 10 April 2012
Militer Dinasti Mamluk
Militer Dinasti Mamluk (ilustrasi).
Tidak seperti kebanyakan dinasti Islam yang pada umumnya musnah dengan berakhirnya keturunan para pendirinya, Kesultanan Delhi berakhir setelah mengalami lima kali pergantian kepemimpinan. Salah satu dinasti yang pernah memimpin Kesultanan Delhi ini adalah para keturunan Qutbuddin Aybak, seorang budak dari Turki. Mereka memerintah selama 84 tahun (1206-1290). Dinasti ini disebut juga dengan Dinasti Mamluk. Dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Khilafah, diterangkan bahwa kemunculan Kesultanan Delhi berawal dari kampanye militer yang dilakukan oleh Sultan Gur, Mu'izzuddin Muhammad bin Sam, yang juga terkenal dengan sebutan Mu'izzuddin Guri atau Muhammad Guri. Dengan bantuan panglima militernya, Qutbuddin Aybak, Sultan Guri berhasil merebut kembali daerah Gazni dari tangan orang-orang Ghuzz (Turki) pada 1173. Mu'izzuddin kemudian menaklukkan wilayah Multan dan Uch pada 1175 dengan harapan dapat dijadikan sebagai jalan untuk merebut kembali wilayah Punjab yang pernah dikuasai Dinasti Gaznawi. Namun, penaklukan Multan, yang semula akan dijadikan sebagai pintu gerbang masuk ke wilayah Hindustan, tidak berlangsung mulus karena mendapat perlawanan keras Mularaja II dari Gujarat pada 1178 yang mengakibatkan kekalahan di pihak Mu'izzuddin. Setelah kekalahan tersebut, Mu'izzuddin kemudian mengalihkan perhatiannya ke wilayah utara dan berhasil menaklukkan Peshawar (1179), Sialkot (1185), dan Lahore (1186). Dengan takluknya daerah-daerah tersebut, berakhirlah kekuasaan Gaznawi di wilayah India dan digantikan Dinasti Guri. Setelah berhasil merebut wilayah Punjab dari Dinasti Gaznawi, Mu'izzuddin kemudian meluaskan wilayahnya ke timur Punjab yang saat itu dikuasai oleh para pangeran dari marga Rajput. Wilayah timur Punjab berhasil direbut Mu'izzuddin setelah pasukannya berhasil mengalahkan pasukan Prativiraja pada tahun 1192. Kemenangan tersebut menjadi dasar peletakan yang paling menentukan secara politik bagi berdirinya kerajaan Islam di India. Di samping itu, kemenangan ini benar-benar memberikan dukungan moral bagi semua pasukan Muslim untuk semakin percaya diri terhadap kekuatan yang dimilikinya dalam menghadapi kerajaan-keraajaan kecil di wilayah utara India. Kemudian, secara berturut-turut, ia berhasil menaklukkan Raja Chauhan, penguasa Ajmer dan Delhi, dan disusul dengan penaklukan Benares dan Kanauj dari tangan Raja Jayachandra. Redaktur: Chairul Akhmad
Tidak seperti kebanyakan dinasti Islam yang pada umumnya musnah dengan berakhirnya keturunan para pendirinya, Kesultanan Delhi berakhir setelah mengalami lima kali pergantian kepemimpinan. Salah satu dinasti yang pernah memimpin Kesultanan Delhi ini adalah para keturunan Qutbuddin Aybak, seorang budak dari Turki. Mereka memerintah selama 84 tahun (1206-1290). Dinasti ini disebut juga dengan Dinasti Mamluk. Dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Khilafah, diterangkan bahwa kemunculan Kesultanan Delhi berawal dari kampanye militer yang dilakukan oleh Sultan Gur, Mu'izzuddin Muhammad bin Sam, yang juga terkenal dengan sebutan Mu'izzuddin Guri atau Muhammad Guri. Dengan bantuan panglima militernya, Qutbuddin Aybak, Sultan Guri berhasil merebut kembali daerah Gazni dari tangan orang-orang Ghuzz (Turki) pada 1173. Mu'izzuddin kemudian menaklukkan wilayah Multan dan Uch pada 1175 dengan harapan dapat dijadikan sebagai jalan untuk merebut kembali wilayah Punjab yang pernah dikuasai Dinasti Gaznawi. Namun, penaklukan Multan, yang semula akan dijadikan sebagai pintu gerbang masuk ke wilayah Hindustan, tidak berlangsung mulus karena mendapat perlawanan keras Mularaja II dari Gujarat pada 1178 yang mengakibatkan kekalahan di pihak Mu'izzuddin. Setelah kekalahan tersebut, Mu'izzuddin kemudian mengalihkan perhatiannya ke wilayah utara dan berhasil menaklukkan Peshawar (1179), Sialkot (1185), dan Lahore (1186). Dengan takluknya daerah-daerah tersebut, berakhirlah kekuasaan Gaznawi di wilayah India dan digantikan Dinasti Guri. Setelah berhasil merebut wilayah Punjab dari Dinasti Gaznawi, Mu'izzuddin kemudian meluaskan wilayahnya ke timur Punjab yang saat itu dikuasai oleh para pangeran dari marga Rajput. Wilayah timur Punjab berhasil direbut Mu'izzuddin setelah pasukannya berhasil mengalahkan pasukan Prativiraja pada tahun 1192. Kemenangan tersebut menjadi dasar peletakan yang paling menentukan secara politik bagi berdirinya kerajaan Islam di India. Di samping itu, kemenangan ini benar-benar memberikan dukungan moral bagi semua pasukan Muslim untuk semakin percaya diri terhadap kekuatan yang dimilikinya dalam menghadapi kerajaan-keraajaan kecil di wilayah utara India. Kemudian, secara berturut-turut, ia berhasil menaklukkan Raja Chauhan, penguasa Ajmer dan Delhi, dan disusul dengan penaklukan Benares dan Kanauj dari tangan Raja Jayachandra. Redaktur: Chairul Akhmad
Senin, 09 April 2012
Kelompok Dajjal dan Makar Mereka terhadap Ajaran Isa
Nabi Isa hadir ditengah umatnya yang sudah rusak akibat dipimpin oleh pemimpin-pemimpin agama yang haus kedudukan dan cinta dunia. Mereka sering merubah dan menambahkan ajaran-ajaran Taurat sesuai kehendak mereka. Mereka adalah golongan yang sangat anti dan benci terhadap ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi Isa. Dikarenakan dakwahnya yang murni untuk mengembalikan pokok-pokok ajaran Nabi Musa as ke dalam ajaran yang benar.
“Mereka merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya..” (Al-Maaidah : 41)
“Lalu Yesus berkata kepada orang banyak dan kepada pengikut-pengikut-Nya, “Rabbi-rabbi dan orang-orang Farisi mendapat kekuasaan untuk menafsirkan hukum Musa. Sebab itu taati dan turutilah semuanya yang mereka perintahkan. Tetapi jangan melakukan apa yang mereka lakukan, sebab mereka tidak menjalankan apa yang mereka ajarkan. Mereka menuntut hal-hal yang sulit dan memberi peraturan-peraturan yang berat, tetapi sedikit pun mereka tidak menolong orang menjalankannya. Semua yang mereka lakukan hanyalah untuk dilihat orang saja. Mereka sengaja memakai tali sembahyang yang lebar-lebar dan memanjangkan rumbai-rumbai jubah mereka!Mereka suka tempat yang terbaik pada pesta-pesta, dan kursi istimewa di rumah-rumah ibadat.” (Matius 23:1-6)
Penolakan dan pembangkangan mereka kepada Isa adalah tiada lain karena misinya untuk mengembalikan ajaran Taurat yang benar. Mereka tak mau beriman kepadanya dengan dalih Isa tidak sesuai dengan sosok ‘Messiah’ yang mereka impi-impikan. Padahal, jika dilihat dalam Kitab para Nabi sebelumnya, kita akan mendapati bahwa Nabi Isa adalah Nabi yang telah dijanjikan untuk Bani Israel.
Merekapun merasa terancam dengan kehadiran Nabi Isa dan para pengikutnya. Mereka takut jika gerakan pembaruan yang dijalankan oleh Isa dan para pengikutnya akan semakin luas dan mendapat banyak pengikut dari orang-orang Bani Israel. Dengan dakwah yang sudah semakin menyebar, kecemasan mereka semakin akut. Merekapun berkumpul untuk merencanakan makar terhadap Isa. Mereka berusaha dengan cara apapun untuk menghalangi dakwah Nabi Isa.
Usaha mereka untuk menghalangi dakwah Isa selalu gagal. Setiap kali mereka ingin menghalang-halangi dakwahnya, Allah selalu memberinya pertolongan dengan ilham dan wahyu yang diberikan kepadanya. Hingga nampaklah keputusasaan dari wajah-wajah mereka. Mereka tak lagi mampu menutupi cahaya yang menerangi Isa dan sahabat-sahabatnya. Akhirnya, Merekapun melakukan makar seperti yang dilakukan oleh nenek moyang mereka dahulu, yaitu dengan mencoba membunuhnya.
Mereka melakukan penyiksaan terhadap pengikut-pengikut Isa dengan kejam. Ada yang dicambuk, disalib, ditimpuki, dan disiksa di jalan-jalan yang ramai. Mereka sangat benci dengan dakwah yang dilakukan oleh sahabat-sahabat Isa. Hal yang paling ditakutkan oleh mereka adalah jika dakwah reformis Isa berhasil mengajak seluruh kalangan Bani Israel. Dan pastinya, hal itu pada kedudukan mereka sebagai rabbi-rabbi dalam masyarakat. Karenanya, merekapun melakukan pembasmian kepada mereka yang masih beriman dengan kenabian Isa. Sekitar 2000 orang pengikut Nabi Isa tewas secara massal oleh gerakan Antikristus yang diprakarsai oleh golongan Parisi. Aksi biadab itu dilakukan setelah Nabi Isa diangkat ke langit.[4]
Mereka melakukan penghancuran agama yang dibawa Nabi Isa dengan dua cara yaitu membunuh dan menyakiti siapa saja yang mengikutinya. Kemudian mereka juga berupaya untuk merusak agama yang dibawanya dari dalam. Mereka memasukkan ajaran-ajaran yang bersebrangan dengan ajaran yang diikuti oleh pengikut awal Nabi Isa. Seperti ajaran yang mengatakan bahwa Isa adalah anak Allah dan ajaran palsu lainnya.
Nabi Isa sendiri sudah berpesan kepada murid-muridnya bahwa kelak akan muncul nabi-nabi palsu yang akan memakai “namanya” untuk menyesatkan banyak orang. Mereka berpura-pura menjadi pengikut setia Nabi Isa padahal mereka sendiri adalah musuh-musuh Isa yang ingin menghancurkan ajaran-ajarannya,
“Hati-hatilah terhadap nabi-nabi palsu. Mereka datang kepada kalian berkedok domba, tetapi mereka sebenarnya seperti serigala yang buas”. (Matius : 7-15)
Nabi palsu itu menggunakan kesempatan dengan tak adanya Isa dalam lingkungan orang-orang yang beriman. Merekapun masuk ke dalam lingkungan orang-orang yang beriman dengan kedok sebagai seorang yang sangat cinta dan taat kepada Isa. Mereka lalu mengaku-ngaku telah mendapat wahyu dari Isa dan menyebarkannya kepada mereka. Namun, wahyu-wahyu itu justru bersebrangan dengan dengan ajaran-ajaran Nabi Isa yang awal.
Kemudian dikatakan diayat selanjutnya bahwa satu-satunya cara untuk mengenali nabi-nabi palsu itu adalah dengan melihat perbuatan dan ajaran-ajaran yang diajarkannya.
“Kalian akan mengenal mereka dari hasil perbuatannya. Belukar berduri tidak mengeluarkan buah anggur, dan semak berduri tidak menghasilkan buah ara. Dari pohon yang subur diperoleh buah yang baik, dan dari pohon yang tidak subur buah yang buruk. Pohon yang subur tidak dapat menghasilkan buah yang buruk, dan pohon yang tidak subur tidak dapat menghasilkan buah yang baik. Setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, ditebang dan dibakar. Begitu pula dengan nabi-nabi palsu. Kalian akan mengenal mereka dari hasil perbuatannya.” (Matius : 7 : 15-20)
Nabi-nabi palsu itu seperti tanaman yang buruk dan akan menghasilkan buah yang buruk. Mereka adalah orang-orang yang tersesat dari ajaran Nabi Isa dan pastinya, mereka akan mengajarkan ajaran-ajaran yang sesat. Jikalau mereka mengikuti ajaran Nabi Isa, pastinya mereka akan membenarkan ajaran-ajaran Nabi Isa. Tapi, mereka justru merubah dan merusak ajarannya sehingga menyesatkan pengikut-pengikutnya. Orang-orang seperti mereka tidak perlu diikuti tapi lebih baik dihindari. Karenanya, satu-satunya cara untuk mengenali nabi-nabi palsu yang telah merusak dan menghancurkan ajaran asli Nabi Isa adalah dengan mengenali ajaran-ajarannnya.
Mereka menjadi pengikut setia Isa dengan niat yang sangat buruk. Mereka berupaya untuk memperlihatkan diri mereka sebagai seorang Guru, namun mereka sendiri melawan ajaran-ajaran Isa yang fundamental. Yakni dengan mengajarkan bahwa Isa adalah anak Allah. Mereka juga mengajarkan ajaran Isa kepada para penyembah berhala padahal Isa tidak diutus kecuali kepada Bani Israel.
“Kedua belas rasul itu kemudian diutus oleh Yesus dengan mendapat petunjuk-petunjuk ini, “Janganlah pergi ke daerah orang-orang yang bukan Yahudi. Jangan juga ke kota-kota orang Samaria. Tetapi pergilah kepada orang-orang Israel, khususnya kepada mereka yang sesat.”(Matius :10:6)
Mereka sengaja membuat ajaran-ajaran Nabi Isa bertentangan dengan ajaran Nabi Musa dengan maksud untuk membengkokkan ajaran yang ditinggalkan Isa kepada para sahabatnya. Dengan begitu, takkan ada lagi orang-orang dari Bani Israel yang akan menajawab seruan dakwah pengikut Nabi Isa. Orang-orang Bani Israel akan mengira bahwa ajaran Isa sebagai bid’ah karena bertentangan dengan ajaran Musa as.
Sebenarnya, ajaran-ajaran Injil dimasa Isa masih terjaga dan belum bengkok. Ajaran-ajarannya masih berkutat pada dua pokok yaitu sembahlah Allah dan kembalilah pada ajaran Taurat yang benar.
“Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus.”(Maryam : 36)
Namun, seiring berjalannya waktu, ada sebagian orang yang sengaja ingin merusak ajaran-ajaran yang ditinggalkan oleh Nabi Isa. Mereka mengaku-ngaku mendapat wahyu dari Allah padahal mereka tak pernah mendapatkannya. Anehnya, wahyu-wahyu tersebut bertentangan dengan ajaran Nabi Musa dan nabi-nabi setelahnya. Terlebih lagi mereka dikenal sebagai kelompok yang dulunya sering menganiyaya pengikut-pengikut awal Isa. Diantara ajaran-ajaran mereka adalah mengajarkan ketuhanan Nabi Isa.
Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar. (Maryam : 37)
Nabi Isa sendiri sudah memperingatkan kaumnya bahwa kelak akan muncul guru-guru palsu yang akan memasukan ajaran bid’ah dan sesat ke dalam ajarannya,
“Pada masa yang lampau di antara umat Allah telah muncul nabi-nabi palsu. Begitu juga di antaramu akan muncul guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan ajaran-ajaran yang tidak benar, yang membinasakan orang. Dan mereka akan menyangkal Penguasa yang sudah membebaskan mereka. Dengan demikian mereka mendatangkan kebinasaan atas diri sendiri, yang akan menimpa mereka dengan cepat.” (2Petrus 2:1)
“Meskipun begitu, banyak orang akan mengikuti cara hidup guru-guru palsu itu yang dikuasai oleh hawa nafsu mereka. Dan perbuatan guru-guru itu akan membuat banyak orang menghina Jalan Benar yang menuju kepada Allah”. (2Petrus 2:2)
Guru-guru palsu itu adalah sekelompok dari Bani Israel yang telah menyimpang dari ajaran Musa dan nabi-nabi setelahnya. Mereka sudah dikuasai oleh nafsu dunia dan gila kedudukan sebagai pendeta-pendeta dalam masyarakat Israel. Ketika Isa datang untuk mengembalikan ajaran Taurat yang sudah dikorup, mereka mulai merasa terancam dengan kehadirannya. Mereka tahu bahwa Isa akan membenarkan ajaran-ajaran Musa dan mengembalikan risalah-risalah itu ke dalam cahaya (Injil). Merekapun berupaya agar kedudukan mereka tak hilang dari masyarakat.
Yakni dengan berpura-pura menjadi pengikut setia Nabi Isa dan masuk ke dalam lingkungan orang-orang yang beriman. Mereka masuk dan mengambil peran dalam penyebaran dakwah Isa sebagai bukti bahwa mereka benar-benar pengikut setianya. Akhirnya, setelah mereka berhasil masuk dan menjadi Guru bagi orang-orang yang beriman, merekapun memasukan ajaran-ajaran palsu ke dalam ajaran Isa. Dengan begitu, mereka benar-benar telah berhasil merusak agama yang dibawa Isa dan menyesatkan orang-orang yang beriman.
“Apakah kamu tidak melihat orang-orang yang telah diberi bahagian dari Al Kitab (Taurat)? Mereka membeli (memilih) kesesatan (dengan petunjuk) dan mereka bermaksud supaya kamu tersesat (menyimpang) dari jalan (yang benar).” (Annisa: 45)
Ketika Nabi Isa masih hadir ditengah murid-muridnya, mereka tak mempunyai kuasa untuk membengkokkan ajaran Isa. Mereka sudah sering membantah Isa dengan perkataan dan diskusi-diskusi yang sengaja disiasati untuk mengecohnya. Mereka hampir putus asa untuk menghalangi dakwah Isa hingga akhirnya, mereka memutuskan untuk membunuhnya. Namun Allah mempunyai siasat lain. Dia membalas makar yang dibuat oleh musuh-musuhnya,
“Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.” (Annisa : 157)
Mereka mengira bahwa mereka telah membunuh Isa, padahal mereka tidak membunuhnya. Bahkan ketika mereka menyalibnya, sebagian dari mereka masih ragu-ragu mengenai siapa yang telah mereka salib. Apakah dia benar-benar Isa atau bukan. Allah sengaja melakukan itu sebagai balasan kepada mereka yang berbuat makar kepadanya. Allah swt bersabda mengenai makar yang dibuat oleh musuh-musuhnya,
“Dan sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar padahal di sisi Allah-lah (balasan) makar mereka itu. Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya.” (Ibrahim : 46)
Mereka mempunyai rencana-rencana yang jahat bahkan jika digambarkan, rencana jahat mereka sangat besar dan dahsyat hingga dapat melenyapkan gunung-gunung. Namun Allah adalah dzat yang Maha Tahu apa-apa yang terjadi di bumi ataupun di langit. Dia tahu segala makar yang dibuat oleh musuh-musuhnya. Mereka mengira jika makar mereka takkan dibalas oleh siapapun padahal Allah adalah dzat yang membalas makar-makar mereka.
“Dan Allah lebih mengetahui (daripada kamu) tentang musuh-musuhmu. Dan cukuplah Allah menjadi Pelindung (bagimu). Dan cukuplah Allah menjadi Penolong (bagimu).” (Annisa : 45)
Belum puas mereka menghalangi dakwah Nabi Isa dengan percobaan pembunuhan, kemudian mereka membuat makar lainnya. Mereka berupaya untuk merubah-rubah ajaran Nabi Isa yang benar dan membengkokkannya menjadi ajaran yang berbau pagan. Mereka ingin agar tak ada lagi kelompok-kelompok yang membawa ajaran kebenaran ke dalam masyarakat Bani Israel. Hal itu akan membuat mereka kembali dalam posisi mereka yang tinggi sebagai pendeta-pendeta palsu dalam masyarakat. Mereka akan mampu menguasai masyarakat Israel karena tak ada lagi golongan yang mendakwahkan ajaran yang benar dari Taurat dan Injil. Mereka memasukan ajaran-ajaran dusta dan kebohongan yang tidak pernah diajarkan oleh Isa demi kepentingan mereka sendiri,
“Perhatikanlah, betapakah mereka mengada-adakan dusta terhadap Allah? Dan cukuplah perbuatan itu menjadi dosa yang nyata (bagi mereka)”. (Annisa : 50)
Mereka mempunyai tujuan untuk membuat Bani Israel yang tadinya percaya kepada kerasulan Isa menjadi ragu-ragu dan menolak ajarannya. Dengan begitu, mereka yang selama ini mempunyai kedudukan dalam masyarakat Bani Israel akan dengan mudah menyesatkan orang-orang Israel.
“Karena mereka serakah, maka guru-guru palsu itu akan menceritakan kepadamu cerita-cerita yang dikarang sendiri untuk mendapat keuntungan dari kalian. Tetapi pengadilan untuk menjatuhkan hukuman ke atas mereka sudah lama disiapkan, dan kebinasaan yang sudah ditentukan untuk mereka sedang menantikan mereka.” (2Petrus 2:3)
Mereka memasukkan ajaran-ajaran bid’ah dan palsu ke dalam ajaran Nabi Isa dengan tujuan untuk menyesatkan orang-orang yang beriman. Mereka sengaja melakukan hal itu demi keuntungan dan kedudukan mereka sendiri. Mereka telah menjamin kedudukan mereka sendiri sebagai rabi-rabi (Pendeta) dalam masyarakat Bani Israel. Seperti yang kita ketahui, ketika Isa datang kepada mereka untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Musa yang benar, mereka justru menolaknya dan mengejeknya. Mereka disebut oleh Isa sebagai kelompok Parisi, yakni mereka yang duduk diatas kursi kenabian Musa, namun mereka sendiri menentang ajaran Nabi Isa.
“Kalian adalah ular, kalian adalah keturunan ular berbisa, bagaimana kamu bisa lari dari kurungan neraka?. Karenanya kuutuskan kepada kalian rasul-rasul dan orang-orang salih, dan ahli tulis, yang sebagaian dari mereka telah kalian bunuh dan salib, dan sebagian lagi kalian cambuki di sinagog-sinagog kalian, dieksekusi dari kota ke kota. Bahwa atas perbuatan kalianlah semua darah para Nabi telah ditumpahkan di atas bumi, dari darah Abel yang tak berdosa hingga darah Zakariyya bin Barakiah, yang kalian bunuh antara sanctuari dan altar. Sungguh, kukatakan kepadamu, semua ini akan terjadi pada generasi ini. (Matius ayat 23:33-36)
“Celakalah kamu, Juru Tulis dan Parisi, munafik! Karena kamu membangun kuburan-kuburan para Nabi dan menghiasi kuburan orang-orang soleh. Berkata, ‘jika kita pernah hidup di masa-masa bapak-bapak kami, kami tidak akan ikut dalam menumpahkan darah para Nabi. Demikianlah kamu menyaksikan atas dirimu sendiri, karena kamu sesungguhnya adalah anak-anak dari mereka yang membunuh para Nabi”. (Matius 23:29-31)
Ajaran-ajaran tersebut dapat kita lihat dalam Kitab yang dikarang sendiri oleh mereka. Kitab tersebut bernama Talmud. Yaitu sebuah kitab yang isinya ditulis oleh mereka sendiri dan demi kepentingan mereka sendiri. Salah satu ajarannya ada yang mengatakan bahwa Nabi Isa bukanlah Rasul Allah melainkan seorang penyihir. Kitab Talmud juga juga berisi ajaran-ajaran sihir yang menjadi pembenaran ajaran Kabbalah. Inti dari Kitab itu adalah hukum-hukum lisan yang mereka warisi dari pendeta-pendeta mereka.
Mereka telah berhasil membuat Bani Israel kembali ke dalam lembah kesesatan. Padahal Allah ingin mengeluarkan mereka dari kegelapan dengan mengutus Nabi Isa yang kelak menjadi Penyelamat mereka.
“Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa), dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina),” (Annisa : 156)
“Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.” (Ashaff :8)
Mereka berupaya untuk memadamkan cahaya Allah dengan memasukan ajaran-ajaran palsu demi kepentingan mereka sendiri. Mereka yakin jika makar yang mereka buat akan menjadikan agama yang dibawa Isa hancur. Namun, mereka tak sadar bahwa Allah adalah dzat yang Maha Tahu atas setiap makar yang dibuat musuh-musuhnya. Dia menghancurkan segala usaha jahat mereka dengan mengutus seorang Nabi lagi. Dia ingin menyempurnakan cahayanya dengan mengutus seorang Nabi yang kelak akan membenarkan kenabian Isa dan menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi setelah Isa diangkat ke langit. Hal ini sudah diwahyukan kepada Nabi Isa ketika dia akan diangkat ke langit menuju Tuhannya yang Maha Tinggi.
“Tetapi sekarang Aku akan pergi kepada Dia yang mengutus Aku; dan tidak seorang pun dari kalian bertanya ke mana Aku pergi. Sekarang malah hatimu menjadi sedih, karena Aku mengatakan hal itu kepadamu. Tetapi Aku mengatakan yang benar kepadamu: Lebih baik untuk kalian, kalau Aku pergi; sebab kalau Aku tidak pergi, Penolong itu tidak akan datang kepadamu. Tetapi kalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. Kalau Ia datang, Ia akan menyatakan kepada dunia arti sebenarnya dari dosa, dari apa yang benar, dan dari hukuman Allah. Ia akan menyatakan bahwa tidak percaya kepada-Ku adalah dosa;”(Yohanes 16:5-9)
Nabi Isa mengatakan bahwa kelak setelah dia pergi, akan datang seorang Penolong yang akan menolong agama yang dibawanya. Penolong itu akan mengajarkan hal-hal dosa dan hal-hal yang dibenarkan. Penolong itu juga akan mengatakan bahwa tidak percaya akan kerasulan dirinya adalah perbuatan dosa. Dia akan menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang dibuat oleh orang-orang Yahudi dan menunjukkan jalan yang benar kepada orang-orang yang beriman. Penolong itu tiada lain adalah Rasulullah, Muhammad saw.
“Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: “Hai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata”.” (Asshaff : 6)
Nabi Muhammad saw tidak hanya datang untuk mengajak umatnya menyembah Allah swt. Tetapi, dia juga diberi wahyu untuk membenarkan kerasulan Nabi Isa as dan membeberkan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi setelah kenaikannya. Dia menjelaskan perkara-perkara yang diperselisihi oleh orang Yahudi dan Kristen dengan penjelasan yang jelas. Yang dengannya, orang-orang Yahudi dan Kristen dapat melihat kebenaran yang selama ini mereka perselisihkan. Kebenaran itu adalah Al-Qur’an yang menjadi hujjah dan alasan untuk mereka.
“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (Al-Fath : 28)
Perkataan sebagian Ahli Agama Kristen abad 3 yang mengatakan bahwa Isa anak Allah adalah dusta yang sudah melampaui batas. Padahal Allah adalah dzat yang maha suci dan dia tidaklah sama dengan semua mahluknya. Selain Allah, semua yang ada di langit dan di bumi adalah hamba. Kita semua adalah ciptaannya dan tak pantas Allah mengambil ciptaannya sendiri sebagai tuhan selainnya.
“Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.” (Maryam : 93)
Adalah kehendak Allah jika dia menciptakan Isa tanpa ayah. Itu adalah bukti kekuasaan Allah yang besar terhadap setiap ciptaannya. Bukankah Allah berkuasa untuk menciptakan Adam tanpa ayah dan ibu. Dia menciptakan Adam dari tanah liat lalu meniupkan ruh dan maka jadilah dia manusia. Sama halnya dengan penciptaan Adam, penciptaan Isapun melewati proses yang telah dilalui oleh nenek moyangnya.
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.” (Ali Imron : 59)
Allah swt bersabda perihal penciptaan Nabi Adam as,
“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud (menghormatinya).”(Al-Hijr : 29)
Allah adalah dzat yang Maha Pencipta. Semua ciptaannya adalah miliknya, dan hanya dialah yang berhak untuk menciptakan dan membentuknya. Hanya dialah yang berhak untuk mengatur dan menetapkan ajalnya. Selain Allah adalah mahluk. Dan, setiap yang diciptakan, pasti tidak mempunyai kuasa untuk menentang atau menolak kehendak yang menciptakannya.
Karenanya, kelahiran Nabi Isa as yang tanpa memiliki ayah adalah kehendak Allah yang tak bisa diganggu gugat. Dialah yang menciptakannya dan dia juga yang akan mematikannya. Hal itu sangatlah mudah bagi Allah karena dialah yang menciptakan semua mahluk di alam semesta ini.
“Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Qur’an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata: “Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa”. Ia (Jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci”. Maryam berkata: “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!” Jibril berkata: “Demikianlah. Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.” Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.” (Maryam : 16-22)
Jika Allah sudah berkata jadi, maka hal itu pasti akan terjadi. Kehendak Allah untuk menjadikan Nabi Isa lahir tanpa seorang ayah adalah perkara yang kecil dan tak sulit baginya. Semua mahluk, baik yang ada di bumi ataupun dilangit adalah ciptaan Allah. Dia menciptakan semua mahluk sesuai keinginannya. Jika dia sudah berkata jadi!, maka jadilah.
“Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia. (Maryam : 35)
Berapa banyak orang-orang yang menyatakan dirinya Tuhan kemudian diadzab oleh Allah. Mereka dihukum dengan kesombongannya yang sudah melampaui batas. Mereka mengaku sebagai Tuhan lalu melakukan kesewenang-wenangan dengan menyiksa siapa saja yang tidak percaya dengan ketuhanannya.
“Dan barang siapa di antara mereka mengatakan: “Sesungguhnya aku adalah tuhan selain daripada Allah”, maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahanam, demikian Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang lalim.” (Al-Anbiyaa : 29)
Karenanya, sangat mustahil seorang Nabi yang diutus Tuhannya mengajak kaumnya sendiri untuk menyembah dirinya sendiri. Seorang Nabi diutus tidak lain untuk mengajak kaumnya menyembah Tuhan yang mengutusnya. Tuhan yang memberinya wahyu dan hikmah untuk menjelaskan ayat-ayatnya kepada umatnya. Apakah logis jika Tuhan menyuruh Nabinya sendiri untuk menyembah dirinya. Tentulah hal itu bertabrakan dengan logika manusia yang sederhana.
“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.” Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (Ali Imron : 79)
Jika nenek moyangnya Nabi Isa saja, Ibrahim, menyembah Allah, Tuhan yang satu. Bagaimana mungkin dia merubah ajaran-ajaran agama monotheis nenek moyangnya dan menggantinya dengan ajaran Politheis. Sangatlah tidak mungkin Nabi Isa menyuruh umatnya untuk menyembahnya. Allah swt pernah bertanya tentang hal itu ketika Nabi Isa telah diangkat ke langit.
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?” Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib”. (Al-Maaidah 116)
“Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan) nya yaitu: “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.”(Al-Maaidah 117)
“Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al-Maaidah 118)
(4)Burke, John J., Characteristics Of The Early Church, p.101, Read Country Books 2008
Ibnu Haromain