Senin, 24 Februari 2014

JUJUR DAN AMANAH DALAM ISLAM

Jujur adalah sifat penting bagi Islam. Salah satu pilar Aqidah Islam adalah Jujur. Jujur adalah berkata terus terang dan tidak bohong. Orang yang bohong atau pendusta tidak ada nilainya dalam Islam.

Bahkan bisa jadi orang pendusta ini digolongkan sebagai orang yang munafik. Orang-orang munafik tergolong orang kafir. Nauzubillah. Allah berfirman :

Diantara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian,” pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.

Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. [QS.2 Al-Baqarah :8-10]


Kalau seandainya ummat Islam seorang pendusta, tidak jujur, tentunya ketika ia menyatakan beriman, maka imannya sangat rapuh untuk dipercaya, karena orangnya tidak amanah atau dapat dipercaya karena telah dianggap pendusta.

|

Memang kita diciptakan manusia ini dua jalan.

Jalan kejahatan dan
Jalan kebaikan.

Firman Allah ta’ala:

Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. [QS. As-syam :8]

Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. [QS. Al-Balad :10-11]

Yang dimaksud dengan “Dua jalan” ialah jalan kebajikan dan jalan kejahatan. Jalan kejahatan adalah jalan yang mudah dan enak dikerjakan, tetapi jalan kebaikan dan kebajikan adalah jalan yang sulit, mendaki lagi sukar.

Kalau kita memilih jalan kebaikan, kebajikan. Inilah jalan yang diridhoi Allah subhanahu wata’ala, dan orang yang berada dijalan ini akan mendapat ganjaran dari allah subhanahu wata’ala. Tetapi jalan kebaikan ini tidak mudah, sulit lagi sukar.

Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?

(yaitu) melepaskan budak dari perbudakan,atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau kepada orang miskin yang sangat fakir. [QS. Al-Balad :12-16]

Demikianlah jalan kebaikan yang harus orang-orang mu’min tempuh dan selalu bersabar berada dijalannya sama seperti kita puasa dibulan ramadhan ini tetap sabar dalam menjalankan ibadah dan segala kebaikan dan kebajikan yang kita amalkan selama dalam bulan Ramadhan.

Perbuatan baik dijalan yang baik tersebut diantaranya juga bersikap jujur. Jujur dalam segala perbuatan dan perbuatan kita. Karena orang yang terbiasa tidak jujur akan selalu menjadi serentetan kebohongan berikutnya yang lambat laun menjadi kebiasaan, dan dicaplah sebagai pembohong atau pendusta, nauzubillah.

Hadits nabi membawa pesan nabi salallohu alaihi wasalam tentang kejujuran adalah:

Selalulah kamu jujur, karena sesungguhnya jujur itu mengantarkan kamu pada kebaikan dan kebaikan itu sesungguhnya mengantarkan pada surga.

Sedangkan dusta akan mengantarkan pada keburukan dan dosa, dan sesungguhnya dosa itu akan mengantarkan pada neraka. [Hadits: Mutafaqun Alaih]

Oleh sebab itu hendaklah kita akan senantiasa jujur. Dan dikatakan kita sebagai orang yang jujur. Orang jujur ada kemungkinan akan teguh dalam memegang amanah. Sedangkan orang yang pendusta atau tidak jujur sama sekali tidak bisa memegang amanah.

Jujur dan amanah adalah serangkaian sifat yang perlu kita sikapi. Sebagaimana rasulullah adalah seorang yang mempunyai sifat jujur, terpercaya [Amanah]. Oleh sebab itu kita patut menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladan yang baik.

Sebagaimana Firman allah ta’ala:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
[QS. Al-Ahzab :21]

|
Pengertian Amanah Dalam Islam

Amanah adalah segala sesuatu yang dibebankan Allah kepada manusia untuk dilaksanakan yang tercakup di dalamnya

Khilafah ilahiyah (khalifat allah, ibad allah),
Khilafah takwiniah (al-taklif al-syar’iah) dalam kaitannya dengan hablun min allah dan hablun min al-nas.

Dalam ajaran Al-Qur’an manusia adalah makhluk yang memikul beban (mukallaf). Pembebanan (taklif) meliputi hak dan kewajiban. Setiap beban yang diterima manusia harus dilaksanakan sebagai amanah.

Amanah mempunyai akar kata yang sama dengan kata iman dan aman, sehingga mu’min berarti yang beriman, yang mendatangkan keamanan, juga yang memberi dan menerima amanah. Orang yang beriman disebut juga al-mu’min, karena orang yang beriman menerima rasa aman, iman dan amanah.

Bila orang tidak menjalankan amanah berarti tidak beriman dan tidak akan memberikan rasa aman baik untuk dirinya dan sesama masyarakat lingkungan sosialnya. Dalam sebuah hadis dinyatakan “Tidak ada iman bagi orang yang tidak berlaku amanah”.

Dalam kontek hablun min allah, amanah yang dibebankan Allah kepada manusia adalah Tauhid artinya pengakuan bahwa hanya Allah yang harus disembah, hanya Allah yang berhak mengatur kehidupan manusia dan hanya Allah yang harus menjadi akhir tujuan hidup manusia, sehingga pelanggaran terhadap tauhid adalah syirik dan orang musyrik adalah orang khianat kepada Allah.

Termasuk dalam kontek ini pula adalah mengimani seluruh aspek yang termuat dalam rukun iman dan melaksanakan ubudiyah yang termaktub dalam rukun islam.

Manusia diperintah Allah untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya (QS. 4 : 58), hal ini berkaitan dengan tatanan berinteraksi sosial (muamalah) atau hablun min al-nas.

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan [menyuruh kamu] apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.

Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. An-Nisa :58)

Sifat dan sikap amanah harus menjadi kepribadian atau sikap mental setiap individu dalam komunitas masyarakat agar tercipta harmonisasi hubungan dalam setiap gerak langkah kehidupan.

Dengan memiliki sikap mental yang amanah akan terjalin sikap saling percaya, positif thinking, jujur dan transparan dalam seluruh aktifitas kehidupan yang pada akhirnya akan terbentuk model masyarakat yang ideal yaitu masyarakat aman, damai dan sejahtera.

Pengertian Amanah

Amanah secara etimologis (pendekatan kebahasaan/lughawi) dari bahasa Arab dalam bentuk mashdar dari (amina- amanatan) yang berarti jujur atau dapat dipercaya. Sedangkan dalam bahasa Indonesia amanah berarti pesan, perintah, keterangan atau wejangan.

Amanah menurut pengertian terminologi (istilah) terdapat beberapa pendapat, diantaranya menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Amanah adalah sesuatu yang harus dipelihara dan dijaga agar sampai kepada yang berhak memilikinya.

Sedangkan menurut Ibn Al-Araby, amanah adalah segala sesuatu yang diambil dengan izin pemiliknya atau sesuatu yang diambil dengan izin pemiliknya untuk diambil manfaatnya.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa amanah adalah menyampaikan hak apa saja kepada pemiliknya, tidak mengambil sesuatu melebihi haknya dan tidak mengurangi hak orang lain, baik berupa harga maupun jasa.

Amanah merupakan hak bagi mukallaf yang berkaitan dengan hak orang lain untuk menunaikan nya karena menyampaikan amanah kepada orang yang berhak memilikinya adalah suatu kewajiban.

Ahmad Musthafa Al-Maraghi membagi amanah kepada 3 macam, yaitu :

1.

Amanah manusia terhadap Tuhan, yaitu semua ketentuan Tuhan yang harus dipelihara berupa melaksankan semua perintah Tuhan dan meninggalkan semua laranganNya.

Termasuk di dalamnya menggunakan semua potensi dan anggota tubuh untuk hal-hal yang bermanfaat serta mengakui bahwa semua itu berasal dari Tuhan.

Sesungguhnya seluruh maksiat adalah perbuatan khianat kepada Allah Azza wa Jalla.

2.

Amanah manusia kepada orang lain, diantaranya mengembalikan titipan kepada yang mempunyainya, tidak menipu dan berlaku curang, menjaga rahasia dan semisalnya yang merupakan kewajiban terhadap keluarga, kerabat dan manusia secara keseluruhan.

Termasuk pada jenis amanah ini adalah

Pemimpin berlaku adil terhadap masyarakatnya,
Ulama berlaku adil terhadap orang-orang awam dengan memberi petunjuk kepada mereka untuk memiliki i’tikad yang benar,
Memberi motivasi untuk beramal yang memberi manfaat kepada mereka di dunia dan akhirat,
Memberikan pendidikan yang baik, menyuruh berusaha yang halal serta memberikan nasihat-nasihat yang dapat memperkokoh keimanan agar terhindar dari segala kejelekan dan dosa serta mencintai kebenaran dan kebaikan.

Amanah dalam katagori ini juga adalah seorang suami berlaku adil terhadap istrinya berupa salah satu pihak pasangan suami-istri tidak menyebarkan rahasia pasangannya, terutama rahasia yang bersifat khusus yaitu hubungan suami istri.

3.

Amanah manusia terhadap dirinya sendiri, yaitu berbuat sesuatu yang terbaik dan bermanfaat bagi dirinya baik dalam urusan agama maupun dunia, tidak pernah melakukan yang membahayakan dirinya di dunia dan akhirat.

Amanah merupakan faktor utama terciptanya kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa, sebab dengan sikap amanah semua komponen bangsa akan berlaku jujur, tanggung jawab dan disiplin dalam setiap aktifitas kehidupan.

Mewabahnya korupsi, monopoli dan oligapoli dalam berbagai lapangan kerja dan sektor ekonomi baik ekonomi mikro maupun ekonomi makro, baik yang dikelola pemerintah maupun swasta, hilangnya saling percaya, tumbuhnya saling mencurigai (negative thinking), menjamurnya mental hipokrit, apriori terhadap tugas dan kewajiban dan sifat-sifat tercela lainnya sebagai akibat dari hilangnya amanah.

|
Pentingnya Amanah dalam Kehidupan


Berbicara tentang orang-orang yang akan menentukan masa depan bangsa ini, tak lepas dari membicarakan masalah amanah. Di tengah berbagai konflik yang ada, mampukah mereka menjalankan amanah itu?

Kata “amanah” adalah suatu kata yang besar dalam Islam. Bila dilihat berdasarkan syariat, amanah ini pengertiannya sangat luas dan mendalam. Mulai dari “Menyimpan rahasia hingga “menjalankah sesuatu yang menjadi perjanjian atau tugas”.

Amanah adalah akhlak dari para Nabi dan Rasul. Mereka adalah orang-orang yang paling baik dalam menjaga amanah. Tidak heran bila Rasulullah dikenal sebagi orang yang paling terpercaya, terutama dalam menjalankan amanah.

Ada empat elemen penting dalam konsep amanah, yaitu:

Menjaga hak Allah SWT
Menjaga hak sesama manusia
Menjauhkan dari sifat abai dan berlebihan, artinya amanah memang harus disampaikan dalam kondisi tepat, tidak ditambahi atau dikurangi
Mengandung sebuah pertanggung jawaban

Perlu dicatat, amanah sangat berkaitan dengan akhlak yang lain, seperti kejujuran, kesabaran, atau keberanian. Karena untuk menjalankan amanah, perlu keberanian yang tegas. Amanah sebagai salah satu unsur dalam Islam, membuktikan bawah salah satu fungsi agama adalah memberikan nilai pada kehidupan. Apalagi, amanah dititipkan pada hal-hal kecil, bukan hanya hal-hal besar saja.

Islam mengajarkan bahwa tidak ada iman bagi orang yang tidak amanah dan tak ada agama bagi orang yang tak berjanji. Ini berarti amanah adalah bagian dari iman. Sehingga mereka yang tidak menjaga amanah, termasuk pada golongan orang-orang yang tidak beriman. Selain itu, agama juga mengajarkan kita untuk berjanji dan menepatinya karena itu bagian dari kehidupan.

Lebih lanjut, berbicara amanah juga merujuk pada golongan manusia yang termasuk para pemimpin. Bagaimanapun juga, kita semua merupakan pemimpin, setidaknya bagi diri sendiri dan keluarga. Sehingga, nanti kita pasti akan ditanya dan dimintai pertanggungjawaban tentang kepempinan kita. Hal ini tercantum dalam Alquran surat Al Anfaal ayat 27:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.

Dari ayat di atas, kita bisa lihat bahwa Allah benar-benar dengan tegas melarang sifat khianat. Rasulullah pun dengan tegas mendidik orang untuk menjalankan amanah, bahkan sedari kecil.

Misalnya, ada satu kisah tentang seorang anak kecil bernama Abdullah. Pada suatu hari, dia disuruh ibunya menyampaikan setandan anggur kepda Rasulullah. Tapi di jalan, mungkin karena kehausan, beberapa anggur dimakan oleh Abdullah.

Ketika anggur itu diberikan, Rasulullah mengetahui hal itu dan seketika itu juga Rasulullah menjewer telinga Abdullah sambil mengucapkan kalimat, “Hai pengkhianat” sebanyak tiga kali.

Dalam hal ini, kita bisa lihat, bahwa menjaga amanah itu sangat penting dan memiliki konsekuensi yang besar untuk orang-orang yang mengabaikan amanah. Begitu besarnya, hingga bumi, langit, dan gunung pun takut melanggarnya. Hal ini tercantum dalam Alquran surat Al Ahzab ayat 72:

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.

|

Bila mereka saja takut, bukankah kita seharusnya lebih takut? Karena kitalah yang akhirnya dititipi amanah itu dan nantinya akan ditanya tentang pertanggungjawabannya.

Disarikan dari ceramah Jumat 4 Desember 2009 oleh Dr. TA Sanny

Demikian yang dapat saya sampaikan lebih dan kurang saya mohon ma’af wabilahi taufiq wal hidayah wasalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarokaatuh.

Minggu, 02 Februari 2014

Makar kepada Al Islam dari Semua Penjuru

HM Aru Syeif Assadullah
Pemred Tabloid Suara Islam


Yang hendak dikemukakan dalam artikel ringkas ini sebuah fakta yang kini mengisi kehidupan manusia sejagat raya, yakni munculnya pertentangan bahkan perang antarpuak, bangsa-negara, ideologi-agama. Fakta ini muncul dalam kehidupan manusia sepanjang bisa dicatat oleh sejarah.

Fenomena paling mengemuka --sejak kehadiran Islam-- semua puak, ideologi-agama yang satu sama lain selalu bertikai, namun tatkala berhadapan dengan Islam, semua puak, ideologi-agama akan bersatu-padu melawan Islam. Dan Islam pun menghadapi makar dari segala penjuru.


Catatan sejarah, sejak Islam lahir abad ke-7, pemeluk Islam segera meluas di seantero jagat, dengan dominan menguasai sebagian benua Eropa, dan Afrika, serta kawasan Hindhustan, Asia Tengah, bahkan China, juga dianut puak Melayu di Nusantara termasuk Indonesia.

Islam diketahui memberi pencerahan pemikiran di tiap-tiap dominasi suatu wilayah. Bangsa Frank (sebutan orang Islam terhadap bangsa-bangsa Eropa) tidak terkecuali mendapat inspirasi pencerahan pemikiran karena sentuhan dan kehadiran Islam. Diyakini lahirnya revolusi Prancis, Renaissance justru didorong oleh kehadiran Islam. Doktrin Kristiani yang dijalankan gereja menolak penemuan-penemuan para ilmuwan Yunani dalam berbagai bidang, sebaliknya justru mendapat apresiasi di dalam ajaran Islam. Orang Frank mendapat pencerahan dari Islam namun mereka tidak mau mengikuti ajaran Islam, kecuali yang tinggal di Spanyol, tapi kemudian dibasmi setelah Islam dikalahkan. Beberapa puak di kawasan Balkan juga menjadi kecuali dan menjadi penganut Islam sampai hari ini.

Kepeloporan Islam di benua Eropah justru dibalas oleh perasaan dendam orang-orang Frank terhadap Islam, sehingga mengobarkan Perang Salib pada tahun 1100-an yang diprakarsai tokoh-tokoh gereja, diantaranya Paus Urbanus yang bertahta di Vatikan. Syndrom Perang Salib sampai hari ini masih menguasai orang Barat, termasuk orang Frank yang kini bermukim dan bernama Amerika Serikat (AS). Adalah George Walker Bush Presiden AS yang kembali menyebut-nyebut Perang Salib (Crusade) tatkala membalas serangan-- yang dia umumkan-- dilakukan Osamah Bin Laden dengan menghancurkan Menara Kembar WTC September 2001, lalu AS segera menyerbu Afghanistan dan Saddam Husein (Irak).

Permusuhan terhadap Islam dan pengikutnya bukan hanya dilakukan orang Frank yang identik dengan Kristen itu. Tapi permusuhan juga dilancarkan pengikut agama dan ideologi lain, seperti Hindhu yang tercermin apa yang dilakukan di India dengan menindas umat Islam, peperangan tak henti-henti di Kashmir, juga penghancuran masjid Babri dengan dalih menjadi lokasi Kuil Dewa Rama; Orang Budha, tercermin penindasan orang Islam Rohingya di perbatasan Myanmar-Bangladesh, juga di Thailand Selatan. Hampir semua agama, ideologi dan semua “isme” dalam semua aliran, niscaya selalu bertabrakan melawan Islam. Namun seperti disebut di muka, walau berbagai aliran itu saling konfrontasi di antara mereka, namun tatkala berhadapan dengan Islam, mereka bersatu-padu melawan Islam. Mengapa demikian?

Inilah yang diyakini umat Islam, fenomena seperti itu sebuah keniscayaan belaka, karena Al Islam membawa missi Al Haq, sehingga dengan sendirinya dilawan anasir kebatilan dalam bentuk dan wadah apapun.

Catatan faktual bisa dibentangkan dalam skala mondial. Betapa amat sangat sengit permusuhan internal antar pemeluk Kristen, yakni pemeluk Katholik dan Protestan di Daratan Inggris Raya, sehingga memisahkan Inggris dan Irlandia, dan saling teror sepanjang abad, dengan korban jiwa ratusan ribu bahkan jutaan jiwa. Namun, tatkala menghadapi Islam dalam berbagai kepentingan, maka pemeluk Katholik dan Protestan pun--termasuk di Indonesia--bersatu-padu menghadapi Islam. Orang Frank di seluruh Eropa menutup mata ketika orang Serbia (sesama Kristen) membantai sangat kejam ratusan ribu jiwa rakyat Muslim Bosnia. Orang Amerika Serikat yang konon mengagungkan Hak Asasi Manusia (HAM) pun membiarkan saja pembantaian Muslim Bosnia pada 1992-1993, sampai terungkap adanya ladang pembantaian di Srebrenika, yang terdeteksi dari satellite, sedikitnya 50.000 Muslim Bosnia dibantai dan dikubur secara massal. AS pun dengan malu-malu ikut campur menghentikan kebiadaban Serbia itu.

Berlaku di Indonesia

Fenomena konspirasi semua golongan yang selalu menentang bahkan makar kepada Islam, berlaku di Indonesia dan tercermin di dalam tata kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan sekalipun. Mengapa bisa terjadi, bukankan jumlah rakyat Indonesia--kini 250-an juta jiwa--mayoritas mutlak 88% beragama Islam ? Barangkali fenomena di Indonesia ini sekadar mengekspresikan perasaan minority complex yang merasa terancam dari mayoritas. Karena itu sikap perlawanan gabungan itu selalu dilancarkan para penganut Kristen khususnya Protestan dan Katholik yang bergabung melawan Islam. Belakangan golongan lain ikut berkonspirasi menentang aspirasi Islam, misalnya golongan Aliran Kepercayaan atau Kebatinan. Di era reformasi sejak 1998, golongan dan agama lain pun berani unjuk gigi menentang, aspirasi Islam, misalnya Hindhu Bali khususnya setelah peristiwa peledakan Bom Bali I. Ethnis China yang minoritas--Khong Hu Cu-- pun mulai berani menentang kepentingan aspirasi Islam.

Perhatikan dengan cermat dalam berbagai kasus pembahasan Rancangan Undang-Undang di DPR yang berbau atau berkaitan dengan aspirasi Islam, maka gabungan berbagai aliran dan agama serta keyakinan itu pun memvorsir kekuatan menjadi satu melawan aspirasi Islam. Anehnya gabungan kekuatan melawan aspirasi Islam itu, kendatipun ihwalnya tidak mencederai atau merugikan kelompok bersangkutan. Pokoknya jika sesuatu itu sedang diperjuangkan oleh kelompok Islam maka harus dilawan habis-habisan. Apalagi jika sesuatu hal itu menyangkut dan mencederai bahkan merugikan kelompok yang bersangkutan, maka tindakan perlawan all-out pun segera dilancarkan.

Contohnya ketika RUU Pendidikan pertamakali dibahas di DPR pada 1989, fraksi PDI yang dimotori orang Kristen (Nico Haryanto), Katolik (Suko Waluyo) dengan gigih menolak RUU Pendidikan itu karena mencantumkan pasal yang mewajibkan bagi setiap sekolah umum harus menyediakan guru agama sesuai dengan agama peserta didik (siswa). Mereka menjerit menolaknya, karena sekolah-sekolah Kristen-Katholik--walau sekolah umum SD-SMP-SMA--tetapi mereka tidak menyediakan guru agama Islam sebaliknya walau murid-murid sekolah itu kebanyakan beragama Islam, tetap saja malah diajarkan pelajaran agama Nasrani. Itulah missi Kristenisasi mereka. Perdebatan di DPR itu dimenangkan kalangan Islam. Namun, di tingkat PP (Peraturan Pelaksanaan) di Kementerian Depdiknas, praktik sekolah-sekolah Kristen tidak mengajarkan pelajaran agama sesuai agama peserta didik itu tidak pernah dilarang apalagi mendapat sanksi.

Media massa cetak maupun elektronika TV ikut memenangkan opini yang tengah diperjuangkan gabungan golongan yang melawan aspirasi Islam itu. Hal ini bisa dimengerti, karena media massa itu dimiliki golongan-golongan anti Islam itu. Umat Islam tengah memperjuangkan pembubaran aliran sesat Ahmadiyah, juga Syiah, maka gabungan golongan anti Al Islam itu pun ramai-ramai menyokong Ahmadiyah dan Syiah.

Umat Islam di Bogor menentang pembangunan Gereja Yasmin, yang terang-terangan melanggar hukum positif, namun gabungan golongan itu pun ramai-ramai mendukung Gereja Yasmin bahkan menjadi propaganda anti Islam ke seluruh dunia. Yang paling mencolok niscaya aspirasi Islam tentang kewajiban Muslimah mengenakan jilbab--yang tidak merugikan golongan lain-- dan marak dikenakan para pelajar putri sejak 1980, maka gabungan menentang jilbab pun marak di negeri ini sejak 1980 hingga hari ini.

Penolakan jilbab dalam berbagai ekspresi dilakukan kendati dengan cara-cara yang sangat irrasional. Kasus terakhir kini berlaku di Bali, yang diketahui sebagai propinsi mayoritas memeluk Hindhu Bali. Jika Pemda di Bali belakangan pasca Bom Bali I+II menerapkan kebijakan diskriminatif terhadap pemeluk Islam saat beribadah di dalam masjid, misalnya tidak diizinkan memakai pengeras suara, hal ini, bisa dicari dalihnya sebagai mengganggu masyarakat di sekitar. Tapi menolak jilbab ? Sulit dipungkiri hal itu hakikatnya sebagai kebijakan anti aspirasi Islam.

Hal serupa pengumuman berbau politis oleh Kapolri Jendral (Pol) Sutarman sesaat setelah pelantikannya menjadi Kapolri, ia mengumumkan anggota Polwan ia ijinkan mengenakan jilbab. Esok harinya di layar TV terpampang sejumlah anggota Polwan dengan antusias memperkenalkan jilbabnya yang segera disambut simpati umat Islam secara meluas. Kapolri pun dipuji-puji sebagai aspiratif dan didukung umat Islam. Namun selang beberapa hari, Wakapolri Jendral (Pol) Oegroseno mengumumkan pembatalan pengumuman Kapolri, jilbab dilarang di lingkungnan Polwan karena belum ada Juklaknya. Betapa mudahnya mempermainkan aspirasi Islam dalam berbagai kepentingan.

Pemakaian jilbab bagi seorang Muslimah, hakikatnya merupakan jantung pelaksanaan ajaran Islam bagi seorang wanita. Keberadaan jilbab tentu saja vital, karena itu orang-orang anti Islam melecehkannya dengan tujuan “menyerang” Islam secara terang-terangan dan agresif. Inilah yang dilakukan orang-orang Barat di Jerman, Prancis dan sejumlah Negara di Eropa, termasuk di Amerika Serikat. Kenapa orang Hindhu Bali juga melakukan pelecehan vital ini ? Barangkali mereka sudah memperhitungkan “gangguan” mereka terhadap Islam paska Bom Bali I+II, dengan seenaknya bisa dilancarkan tanpa respons perlawanan dari orang Islam. Apakah orang Islam akan diam saja, hak-haknya diinjak-injak golongan lain ? Saatnya bertindak. Jika tidak perilaku anti Islam ini makin merajalela. Sesuatu yang sangat ironis di negeri Muslim : Indonesia![]

Sabtu, 01 Februari 2014

Brunei Darussalam Perketat Hukuman Syariat Islam

Sultan Brunei mengumumkan hukuman lebih tegas sesuai syariat Islam bagi setiap tindak pidana di negeri itu. Hukuman yang dimaksud termasuk hukuman mati dengan cara dirajam bagi para pelaku perzinahan.

Sultan Hassanal Bolkiah yang tercatat sebagai salah satu pria terkaya di dunia, mengumumkan Undang-undang Syariat Islam yang baru dalam pidatonya hari ini. Undang-undang baru ini akhirnya diberlakukan setelah mengalami penggodokan selama beberapa tahun terakhir.

“Diberlakukan untuk enam bulan ke depan dan secara bertahap,” ujar Sultan Bolkiah seperti dilansir AFP, Selasa (22/10/2013).

Berdasarkan rincian kasus-kasus tertentu, hukuman berat yang akan diberlakukan termasuk hukuman rajam bagi para pezina. Juga hukuman potong anggota tubuh bagi kasus pencurian dan hukuman cambuk bagi bermacam tindak pelanggaran mulai dari aborsi hingga mengkonsumsi alkohol.

“Insya Allah, dengan penerapan hukum ini, kewajiban kita kepada Allah sudah terpenuhi,” ucap Sultan yang kini berusia 67 tahun ini.

Penerapan hukum syariat Islam pertama kali dikenalkan di Brunei pada tahun 1996 lalu. Namun sudah sejak lama, negara penghasil minyak ini menerapkan peraturan konservatif, seperti pelarangan penjualan dan mengkonsumsi alkohol di depan publik. 


http://news.fimadani.com/read/2013/10/22/brunei-darussalam-perketat-hukuman-syariat-islam/