Tahukah anda bahwa pusat kecerdasan manusia ternyata tidaklah terpusat
di
otak. Memang benar otak adalah tempat berfikir dan belajar tetapi ia
bukanlah
satu-satunya penyebab seseorang memiliki kemampuan intelegensi atau
kecerdasan,
ada sebab lain. Otak memang berperan besar dalam kehidupan manusia,
namun ia
juga memiliki kekurangan dan kelemahan. Baru-baru ini bersiar kabar
banyaknya tingkat kelahiran anak dengan kondisi tidak memiliki organ
otak. Bagaimana bisa? Tentu saja bisa, dan islam punya penjelasannya.
Asal Mula diciptakan Akal
Berikut dikisahkan bagaimana proses penciptaa akal ketika masa Nabi Adam as.
Diawal penciptaan manusia, Nabi Adam sudah menjabarkan bahwa manusia sangat
membutuhkan akal untuk menunjang eksistensi kehidupannya. Sosok Adam
digambarkan sangat beradab sekali, memiliki ilmu yang tinggi dan ia bukan
makhluk purba. Ia berasal dari surga yang berperadaban maju.
Dalam gambarannya ia adalah makhluk yang teramat cerdas, sangat dimuliakan oleh
Allah, memiliki kelebihan yang sempurna dibandingkan makhluk yang lain
sebelumnya dan diciptakan dalam bentuk yang terbaik. Sesuai dengan Surah Al
Israa' 70, yang berbunyi:
“ ...dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan (Al Israa' 17:70) ”
Dan dalam rangka meyakinkan para pendahulunya yaitu para malaikat untuk
percaya bahwa manusia adalah mahluk Allah yang pantas menjadi khalifah di muka
bumi, maka Allah memerintahkan malaikat untuk menyebutkan nama-nama benda
langit. Para malaikat tidak sanggup menjawab firman Allah untuk menyebut
nama-nama benda yang berada di depan mereka dan mengakui ketidaksanggupan
mereka dengan mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui sesuatupun kecuali apa
yang diajarkan-Nya.
Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama benda itu
kepada para malaikat dan setelah diberitahu oleh Adam, berfirmanlah Allah
kepada mereka bahwa hanya Allah lah yang mengetahui rahasia langit dan bumi
serta mengetahui segala sesuatu yang nampak maupun tidak nampak.
Dengan
demikian, jelaslah bahwa bagaimanapun manusia membutuhkan peran akal
dalam
menjalankan kehidupannya di dunia, karena dengan akal manusia bisa
mengenal dan
memahami seluruh ciptaan-Nya. Akal dibutuhkan manusia untuk menunjang
proses menuju mahluk yang mulia, namun otak bukanlah sebab utama manusia
itu akan menjadi mahluk mulia di mata Allah swt. Sebagaimana sabda
Rasulullah saw tentang akal manusia sebagai berikut;
Nabi
saw. bersabda; "Allah menciptakan akal, dan Dia berfirman kepadanya;
"Menghadaplah......!" Akal-pun menghadap. Firman-Nya;"Hadaplah ke
belakang!" Akal lantas membelakangi. Allah Swt berfirman; "Demi
Keagungan dan Keluhuran-Ku, AKU tidak akan meletakkanmu kecuali buat
orang-orang yang Kucintai diantara mahluk-Ku."
Dan Allah juga menciptakan kebodohan, berfirman kepadanya; "Menghadaplah......!" Akal-pun menghadap.
Firman-Nya;"Hadaplah ke belakang!" Akal lantas membelakangi. Allah Swt
berfirman; "Demi Keagungan dan Keluhuran-Ku, AKU tidak akan meletakkanmu
kecuali buat orang-orang yang Kubenci diantara mahluk-Ku.
Lalu mengapa sebagian orang beranggapan bahwa ukuran kecerdasan hanya dilihat
dari intelektual akalnya saja. Cerdas disini harusnya kita maknai dengan seseorang
yang memiliki kemampuan mengelola sumber intelektual, emosional dan spiritual
dalam dirinya. Bentuk penjabarannya adalah, sumber intelegensi berfungsi
sebagai sumber data, berkaitan dengan identitas suatu benda atau hal yang
menyangkut bentuk, warna, ukuran, waktu dan lain sebagainya. Sementara sumber
emosional adalah kemampuan seseorang dalam mengatur emosi, yang mencakup
kemampuannya mengendalikan diri dalam mengungkapkan ekspresi, ia menjadi orang
yang bisa bersikap sederhana, rendah hati, fokus, terarah, dan bersikap santun.
Sedangkan sumber kecerdasan spiritual adalah
dimana seseorang itu ketika berbicara, maka setiap orang akan
mengetahui dengan jelas arah pemikirannya dan memiliki visi dan misi yang
jelas, memiliki pesan dan hikmah yang mendalam sehingga setiap orang yang
menyimak setiap kalimat yang diucapkan akan dengan mudah menangkap apa inti
pesan yang dimaksud.Itulah bentuk manusia cerdas yang seharusnya kita sama-sama
setuju untuk mengatakan bahwa jenis manusia seperti ini yang paling banyak di
butuhkan saat ini. Bukan sekedar kelihaiannya mengelola data, tetapi secara
keseluruhan ia adalah figur manusia yang bisa memberi manfaat lahir dan bathin
kepada orang lain.
Sebuah fakta mengejutkan dunia,
baru-baru ini bersiar kabar tentang kelahiran seorang anak di Inggris
bernama Alex Simpson yang lahir dengan kelainan bawaan atau penyakit
langka yang disebut
hydranencephaly yaitu penyakit dengan tidak
memiliki otak. Apa? Betul sekali, bahkan anak ini kini sudah mencapai
usia 10 tahun, padahal menurut diagnosa dokter, kecil kemungkinan ada
anak manusia yang bisa bertahan hidup dengan kondisi hanya sebagian otak
yang ada pada dirinya, kemungkinan hanya bisa bertahan kurang dari satu
tahun, tapi lihatlah sungguh ALlah swt sudah menunjukkan kebesaran-Nya,
bahwa anggapan para dokter adalah salah. Bahwa Manusia akan tetap bisa
bertahan hidup dan menjadi manusia seperti umumnya meski ia tidak
memiliki otak. Lalu bagaimana cara ia hidup? Itu adalah bagian dari
tanda-tanda kebesaran Allah yang Maha Agung;
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka
tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka
sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar.
Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala
sesuatu?” [QS. Al- Fushshilat]
KECERDASAN HAKIKI UMAT MUSLIM
Rahasia sumber kecerdasan manusia yang sebenarnya adanya di Hati, ia adalah sang BIG BOSS yang
memberi perintah kepada otak untuk melakukan apapun yang diinginkan. Ketika
hati memberi perintah, maka otak sama sekali tidak bisa menolak dan menghindar,
perintah itu harus segera dilaksanakan. Ada satu hadist yang menunjuk dengan
jelas besarnya peran hati manusia yaitu Hadist Nabi Muhammad saw junjungan
kita:
...اَلاَوَاِنَّ فِى الْجَسَدِ مُدْغَةً اِذَاصَلُحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ
وَاِذَافَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ آلآوَهِيَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam tubuh itu ada segumpal darah, bila ia telah baik
maka baiklah sekalian badan. Dan bila ia rusak, maka rusaklah sekalian badan.
Dan bila ia rusak maka binasalah sekalian badan, itulah yang dikatakan hati”.
Ini artinya segumpal darah inilah yang menentukan nilai hidup seseorang,
bahkan termasuk otak/akalnya/tingkat kecerdasannya. Apakah seseorang itu
memiliki akal yang baik atau tidak itu sangat ditentukan oleh kualitas hatinya.
Semakin baik kualitas hati, maka semakin baik pula tingkat kecerdasan yang dimiliki.
Sebelum para ilmuwan barat mempublikasikan temuan mereka tentang kelebihan
akal, ribuan tahun lalu Al Quran juga sudah mengabarkan tentang sumber utama
kecerdasan manusia. Kitab suci ini sudah menjelaskan bahwa setelah lapis demi
lapis mineral tubuh kasar manusia terbentuk dan tersusun rapih lalu sampailah
kepada unsur ketiga yaitu roh (unsur Lahut/Malakut) yang di-install Allah SWT
ke dalam hati termasuk didalamnya adalah kemampuan penglihatan, pendengaran,
dan pemahaman sebagaimana ditegaskan lagi di dalam Alquran Surat Ali Imran
berikut ini:
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam tubuh/jasad nya ruh Nya
dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati , tetapi kamu
sedikit sekali bersyukur.”
Jadi disamping telah menyiapkan unsure material, Allah juga melengkapinya
dengan unsure ruh ke dalam hati yang memiliki kemampuan merasa, mendengar,
melihat dan memahami. Inilah yang disebut sumber kecerdasan sejati. Seorang
manusia bisa melakukan proses belajar dan mengambil hikmah, itu karena ia
memiliki hati yang bisa merasa dan memahami dan mengambil pelajaran dari setiap
peristiwa. Berikut penjelasan dari masing-masing unsur kecerdasan tersebut;
1. Penglihatan
Adapun
kemampuan penglihatan yang di maksud disini adalah sangat tajamnya
mata hati, bukan bola mata yang ada di pelupuk, mata hati ini adalah
salah satu
unsure halus yang mana ia mampu membaca berbagai sisi kehidupan, mampu
membaca tanda-tanda
kebesaran allah, mampu memberi arti, mampu
memahami, dan mampu melihat cahaya kebenaran. Kemampuan ini Allah
tanamkan di dalam
lubuk hati manusia yang paling dalam agar manusia dapat menjaga dirinya
dari
kegelapan dan kehinaan dunia. Orang dengan kemampuan melihat yang
mendalam ini akan mampu membedakan jalan keburukan dan jalan kebenaran.
Ia mampu melihat seluruh isi dunia ini dengan mata hati yang jauh lebih
luas dan jauh ke depan.
2. Pendengaran
Lalu
kemampuan pendengaran yang dimaksud diatas adalah, kemampuan
mendengarkan kepada ajakan menuju kebaikan, mampu mendengar panggilan
suara
mata hati yang berbisik pada kebajikan, mampu membedakan ajakan pada
kebaikan
atau pada keburukan (bisikan iblis), mau mendengarkan merdunya lantunan
ayat suci al
quran dengan khusuk dan membuatnya semakin tunduk pada ALlah swt, dan
mau mendengarkan dan menerima nasihat, semua ini adalah anugerah
yang dikaruniakan allah kepada hambanya agar ia selalu terjada.
3. Hati
Hanya
dalam hati yang tenang, manusia bisa berinteraksi dengan Allah swt
dengan khusuk, dalam hati yang bersih dan penuh rahmat dan hidayah ALlah
swt bisa membuka cakrawala keilmuan, menggali dan menemukan kebenaran,
mengambil hikmah, menuju cahaya keimanan menuju mahluk-Nya yang mulia.
Hati adalah pintu segala kesucian hidup dan ia akan selalu menjadi
tempat bersemayamnya nikmat keimanan.
Sangat besarnya peran hati, namun bukan berarti otak tidak memiliki keistimewaan
dan tidak dibutuhkan oleh seorang muslim. Peran akal sangat dibutuhkan manusia,
hanya saja manusia juga harus mau mengajak akal kepada kebaikan dan keimanan,
karena Akal/otak ini tidak bisa berdiri sendiri, ia masih membutuhkan bimbingan
dan tempaan. Didalam hati
yang sabar dan tulus ikhlas maka akal akan tunduk kepada hati.
HAKIKAT AKAL/OTAK BAGI MANUSIA
Para peneliti sudah membuktikan bahwa selama ini peran otak bagi manusia masih
sedikit, seperti yang sudah mereka jabarkan baru mencapai 10 persen dari total
keseluruhan fungsi yang ada, yaitu mencakup penyimpanan data. System kerja otak
dalam kaitannya dengan fungsi hati adalah; otak bertugas untuk mengenal semua
benda dan materi yang ada dihadapannya melalui visualisasikan organ mata untuk
mengetahui spesifikasi benda meliputi nama, bau, rasa, suara, warna, ukuran,
tempat dan waktu. Semua data yang bersifat tampilan benda itu bisa disebut foto
spek untuk sementara disimpan dalam memori otak. Otak menyimpan semua data
detail benda yang dilihatnya tadi, lalu disimpan dalam sebuah lemari khusus
dimana sewaktu-waktu ketika hati membutuhkan sesuatu yang berkaitan dengan
benda tersebut, maka otak akan menampilkan kembali data yang dimaksud dan
kadang juga otak memiliki beberapa data pembanding lain yang bisa dijadikan
acuan bagi hati untuk menentukan mana yang akan menjadi pilihan.
Kita ambil contoh saja seperti ini, suatu waktu kita ingin membeli sebuah tas,
dengan spesifikasi tertentu, maka seketika otak akan berusaha mengingat-ingat
dimana ia pernah menemukan tas dengan spek yang dimaksud tersebut, lalu
muncullah beberapa alternative tas dalam benak kita, dimana pada suatu momen
kita pernah melihat benda tersebut tergantung di etalase, lalu otak kembali
mencari jejak pada momen apa saat itu, misalnya pada saat hari raya, lalu
dikaitkan lagi pada waktu itu sedang berpergian dengan siapa, menggunakan
pakaian warna apa dan seterusnya hingga akhirnya otak bisa menunjukkan kepada
hati bahwa ia pernah melihat tas yang dimasud di lokasi A.
Lalu hati akan lebih
memastikan lagi dengan menggunakan intuisinya mengenai kesesuaian spek yang di
berikan otak dengan spek yang diinginkan (hati adalah sumber keinginan), jika
sesuai maka hati akan memberikan perhatian khusus dengan cara meminta otak
untuk lebih banyak lagi memberikan akurasi data, jika memang sudah dipastikan
maka hati akan memutuskan untuk melakukan perjalan ke lokasi yang dimaksud dan
meminta otak untuk mengatur jadwal keberangkatan. Itulah bentuk pembagian
fungsi dan peran kedua organ tersebut.
Dalam hal kapasitas memori, hati mampu menyimpan semua memori dari sejak lahir
hingga jasad terkubur dalam tanah. Ibarat server yang besar, hati mampu
menyimpan data dalam jumlah besar pula. Tidak ada yang luput satu pun, semua
tersimpan dengan baik, mulai dari data kejahatan maupun kebaikan. Berbeda
dengan otak/akal, kapasitas memori otak memang terbatas, itulah sebabnya
manusia kadang mudah lupa dan khilaf. Dan itu juga sebabnya, di alam barzah
nanti, bagian tubuh yang akan menjadi saksi atas setiap amal perbuatan kita
adalah hati, bagian ini yang akan dimintakan pertanggung jawaban kelak, bukan
akal. Akal sudah hancur bersama leburnya jasad di dalam kubur.
Semua proses belajar dan berpikir memang dilakukan di otak, tetapi hatilah yang
mengjadi pusat pengambilan keputusan. Ketika hati melakukan kesalahan dalam
pengambilan keputusan, maka hati yang akan menanggung akibatnya, diantaranya ia
akan merasa gelisah, takut, marah, dan kecewa. Anda lihat sendiri kan, sedikit
kesalahan yang dilakukan akal maka akan membuat kacau suasana hati, bukan membuat
kacau kerja otak. Otak masih tetap melakukan pekerjaannya tanpa terganggu pada
suasana hati, masih tetap beraktifitas, tetapi jika hati sudah merasakan sakit,
hanya sedikit yang bisa dilakukan otak, yaitu mencari jalan keluar yang
bersifat sementara, misalnya minum obat atau curhat dengan teman. Sakit hati
akan kembali muncul ketika pengaruh obat hilang, dan pada akhirnya suasana hati
harus ditata kembali pada kondisi normal agar bisa segera mencari pemecahan
masalah melalui kerja otak, sehingga permasalahan bisa dipecahkan dalam keadaan
tenang.
Disamping itu, kitab suci Al quran dan hadist juga tidak pernah merujuk
kehebatan akal/otak adalah sumber kebahagian dan ketenangan. Namun, banyak
sekali ayat yang merujuk kepada kemampuan mengelola hati/jiwa. Hampir semua
ayat menekankan manusia untuk banyak-banyak menjaga hati, banyak-banyak
berdzikir dan bertasbih dengan hati, bukan dengan mengembangkan otak/akal.
Hampir semua ayat mengajak manusia untuk menjauhkan hati dari sifat tercela,
banyak-banyak mengamalkan amalan hati dan lain sebagainya dianjurkan bagi
muslimin untuk banyak mengembangkan dan bertindak dengan hati, bukan dengan
akal. Ini artinya apa?
Ini artinya hati adalah raja bagi diri manusia, ia
adalah sang pemimpin yang seharusnya menjadi bagian yang paling banyak kita
perhatikan dan kita jaga, akal hanyalah salah satu bagian pendukung fungsi
hati. Sesuai amanah yang sudah ditetapkan dalam kitab suci kaum muslim,
harusnya seorang muslim banyak mengamalkan ilmu hati, bukan otak. Tidak ada
amalan yang dianjurkan untuk bisa memuliakan otak, tetapi ada banyak amalan
yang bisa dilaksanakan untuk memuliakan hati. Berikut berbagai firman terkait
dengan hati:
قَلْبُ
الْمُؤْمِنِيْنَ بَيْتُ ال MENURUT para sufi:
“Hati seorang mukmin itu adalah rumah Allah”.
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّ
“Beruntunglah orang yang mensucikan hatinya dan mengingat Tuhan-Nya, maka
didirikannya shalat”. (Q.S. 87 Al-A’la: 14-15)
مَاكَذَبَ الْفُؤَادُ مَارَآى
“Tidak dusta apa yang telah dilihat oleh mata hati”. (Q.S. An-Najm: 11)
لِكُلِّ شَيْءٍ صَقَلَةٌ وَصَقَلَةُ الْقَلْبُ ذِكْرُاللهُ
“Segala sesuatu ada alat pembersihnya dan alat pembersih hati yaitu
mengingat Allah”.
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّهَا
“Beruntunglah orang yang telah mensucikan hatinya dan merugilah orang yang
telah mengotorinya”. (Q.S. 91 As-Syamsi: 9-10)
Dengan demikian jelaslah bahwa hati sebagai pemilik dan penguasa jasad/fisik
manusia adalah satu-satunya sebab seseorang akan mendapatkan julukan manusia
yang cerdas yang beriman, karena hanya dengan segenap hati, akal/unsur
intelegensi bisa banyak belajar dan mengenal banyak hal, dan dengan hati yang
tenang maka unsur emosional bisa terkendali dan terarah, dan dengan hati yang
khusuk maka unsur spiritual bisa mengambil hikmah dan tauladan. Dan hanya dalam
hati yang tenang, ia bisa mengenal dirinya.
Lalu mengapa ilmuwan barat terlalu banyak mengekspos kehebatan otak dan mereka
sangat terobsesi dengan berbagai riset otak? Dan bahkan banyak muslim yang
mengamini dan mengikuti jejak mereka untuk ikut mengagung-agungkan kemampuan
otak?
Karena ilmuwan barat tidak punya pedoman hidup se detail dan sesempurna Al
quran dan hadist, maka mereka tentunya sangat menyembah kemampuan akal/otak
sebagai salah satu sumber kemampuan dasar manusia yang paling utama. Mereka
tidak percaya kepada hati, karena didalam hati mereka tidak ada cahaya iman
yang dipancarkan Allah ke dalam lubuk sanubarinya, kebanyakan hati mereka
adalah kosong dan hampa. Berbeda dengan hati seorang muslim, sekecil apapun itu
pasti selalu ada lilin yang menerangi hatinya dan tidak pernah kegelapan. Dan
ketika seorang muslim mau mengikuti jejak berpikir ilmuwan barat, itu sebagai
sebab dari kurangnya ia mengamalkan hati, bagian dari kurangnya iman. Satu hal
penting yang harus kita ingat adalah bahwa kebanyakan para ilmuwan barat
menganut faham atheism, yaitu sebuah faham yang menolak keberadaan Tuhan Sang
Maha Pencipta. Jadi wajar mereka menyembah akal/otaknya.
IMAN PARA SAHABAT NABI
Sesungguhnya perjuangan yang bisa mengantarkan generasi pendahulu umat ini
menuju kejayaan bukan akibat kekarnya tubuh mereka, lengkapnya persenjataan
mereka, atau harta mereka yang melimpah ruah di mana-mana. Akan tetapi karena
Allah ta’ala melihat hati-hati mereka dan Allah menemukan bahwa hati mereka
adalah hati-hati yang bersih dari syirik dan ketergantungan hati kepada
selain-Nya, itulah hati sebaik-baik golongan manusia yang pernah hidup di jagat
raya ini. Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Sesungguhnya Allah melihat hati para
hamba. Dan Allah dapati hati Muhammad adalah sebaik-baik hati manusia maka
Allah pun memilihnya untuk diri-Nya dan Allah bangkitkan dia sebagai pembawa
risalah-Nya. Kemudian Allah melihat hati hamba-hamba yang lain setelah hati
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian Allah dapati bahwa hati para
sahabatnya adalah sebaik-baik hati manusia. Maka Allah pun menjadikan mereka
sebagai pembantu nabi-Nya dan berperang bersama beliau untuk membela
agama-Nya…” (HR. Ahmad di dalam Musnadnya)
Apakah yang membedakan tubuh kita dengan tubuh para sahabat? Mereka punya kaki,
tangan dan indera sebagaimana yang kita miliki. Mereka mengeluarkan harta untuk
berinfak dan kita pun mengeluarkannya. Mereka mengerjakan shalat, dan kita pun
mengerjakannya seperti mereka. Mereka makan dan minum sebagaimana kita juga
butuh makan dan minum. Namun, ketahuilah saudaraku, ternyata apa yang tertancap
di dalam dada kita tidak sehebat dan sekokoh yang tertancap di dalam dada para
sahabat. Mereka memiliki keimanan laksana gunung. Umar bin Khattab
radhiyallahu’anhu mengatakan, “Seandainya iman yang dimiliki Abu Bakar
ditimbang dengan iman segenap penduduk bumi (selain para nabi, pen), niscaya
timbangannya lebih berat daripada timbangan iman mereka.” (HR. Al Baihaqi dalam
Syu’abul Iman). Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu mengatakan, “Barangsiapa
di antara kalian yang ingin meniti sebuah jalan maka ikutilah jalan yang
ditempuh oleh para ulama yang sudah meninggal itu yaitu para sahabat Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka adalah manusia-manusia terbaik dari umat
ini. Hati mereka lebih baik, dan ilmu mereka lebih dalam, serta paling sedikit
membeban-bebani diri. Suatu kaum yang telah dipilih oleh Allah untuk menemani
Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mentransfer agama-Nya, maka tirulah
akhlak dan jalan hidup mereka. Sebab mereka berada di atas petunjuk yang
lurus.” (HR. Al Baghawi dalam Syarh As Sunnah)