Selasa, 21 Oktober 2014

Profil Abu Bakar Ba'asyir



Nama Lengkap : Abu Bakar Ba'asyir

Profesi : -

Agama : Islam

Tempat Lahir : Jombang, Jawa Timur

Tanggal Lahir : Rabu, 17 Agustus 1938

Zodiac : Leo

Warga Negara : Indonesia

BIOGRAFI

Nama Abu Bakar Ba'asyir tentu tak asing bagi orang-orang yang berkecimpung di dunia Islam, politik, dan hukum. Besarnya pengaruh beliau di negara ini tidak bisa dipungkiri lagi, banyak yang pro dan kontra. Berbagai badan intelijen serta PBB yang mengklaim bahwa beliau adalah pemimpin Jamaah Islamiyah (JI), suatu aliran agama Islam yang sangat liberal dan memiliki hubungan dengan Al-Qaeda, yang disinyalir merupakan penanggung jawab berbagai aksi terorisme berbasis agama Islam.

Menerima tuduhan,diadili, dan menjadi buronan sepertinya bukan hal yang aneh bagi pria keturunan Arab ini. Tahun 1983, Abu Bakar Ba'asyir ditangkap bersama dengan Abdullah Sungkar oleh pemerintah Orde Baru karena asas tunggal Pancasila dan melarang santrinya melakukan hormat bendera karena hal itu termasuk perbuatan syirik. Keduanya pun divonis 9 tahun penjara. Namun pada tahun 1985, kedua tokoh itu melarikan diri ke Malaysia saat mereka dikenai tahanan rumah. Di Malaysia, pada tahun 1985 sampai 1999 aktivitas beliau hanya berdakwah menurut ajaran Al Quran dan Hadits setiap sebulan sekali dalam sebuah forum tanpa organisasi. Tetapi pemerintah Amerika Serikat memasukkan nama Ba'asyir sebagai salah satu teroris karena keterkaitannya dengan jaringan Al-Qaeda.

Sekembalinya dari Malaysia, Ba'asyir langsung aktif di Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) yang merupakan salah satu dari Organisasi Islam baru yang bergaris keras dengan tujuan menegakkan Syariah Islam di Indonesia. Pada bulan Februari 2002, Menteri Senior Singapura, Lee Kuan Yew, menyatakan bahwa Indonesia, terutama kota Solo sebagai sarang teroris dengan salah satu pentolannya adalah Abu Bakar Ba'asyir.

Pada tanggal 19 April 2002, Abu Bakar Ba'asyir menolak eksekusi atas putusan Mahkamah Agung (MA) untuk menjalani hukuman pidana selama 9 tahun atas dirinya dalam kasus penolakannya terhadap Pancasila sebagai asas tunggal pada tahun 1982 karena menganggap Amerika Serikat mendalangi eksekusi yang sudah kadaluwarsa itu. Kemudian pada bulan April 2002, beliau meminta perlindungan hukum kepada pemerintah atas dasar putusan kasasi MA tahun 1985, sebab dasar hukum untuk penghukuman Ba'asyir, yaitu UU Nomor 11/PNPS/1963 mengenai Pemberantasan Tindak Pidana Subversi sudah tidak berlaku lagi dan pemerintah pun sudah memberi amnesti serta abolisi kepada tahanan dan narapidana politik dari masa itu. 8 Mei 2002, Kejaksaan Agung membatalkan rencana eksekusi terhadap Abu Bakar Ba'asyir. Sebaliknya, Kejagung menyarankan kepada Kepala Kejaksaan Negeri Sukoharjo (Jawa Tengah) untuk meminta amnesti bagi Ba'asyir kepada Presiden Megawati Soekarnoputri.

8 Agustus 2002, Majelis Mujahidin Indonesia mengadakan kongres I di Yogyakarta untuk membentuk struktur kepemimpinan di mana Ustadz Abu Bakar Ba'asyir dipilih sebagai ketua Mujahidin sementara. Setelah sekian lama, pada akhir tahun 2002 akhirnya beliau kembali ke pesantren Ngruki untuk mengajar. Tapi kabar kontroversial kembali menyeruak kala pada bulan September 2002 Majalah TIME menulis berita dengan judul "Confessions of an Al Qaeda Terrorist" di mana ditulis bahwa Abu Bakar Ba'asyir disebut-sebut sebagai perencana pemboman di Mesjid Istiqlal. TIME mendasarkan tulisan pada dokumen CIA, dan pengakuan Umar Al-Faruq, seorang pemuda warga Yaman berusia 31 tahun yang ditangkap di Bogor pada Juni 2002. Seluruh isi artikel tersebut disangkal oleh Abu Bakar Ba'asyir. Oktober 2002, Abu Bakar Ba'asyir mengadukan Majalah TIME, menurutnya berita itu masuk dalam trial by the press dan berakibat pada pencemaran nama baiknya. Proses hukum dan usaha penjelasan pada masyarakat mengenai kasus ini berlangsung sepanjang tahun 2002.

18 Oktober 2002, Ba'asyir ditetapkan tersangka oleh Kepolisian RI sebagai salah seorang tersangka pelaku pengeboman di Bali. Kemudian tanggal 3 Maret 2005 Ba'asyir dinyatakan bersalah dan dihukum 2,5 tahun penjara atas konspirasi serangan bom Bali 2002, tetapi tidak bersalah atas tuduhan terkait dengan bom 2003.

17 Agustus 2005, masa tahanannya dikurangi 4 bulan 15 hari hingga akhirnya bebas pada 14 Juni 2006. Tapi pada tanggal 9 Agustus 2010 Abu Bakar Ba'asyir kembali ditahan oleh Kepolisian RI di Banjar Patroman atas tuduhan membentuk satu cabang Al-Qaeda di Aceh.

Ba'asyir akhirnya dijatuhi hukuman penjara 15 tahun pada 16 Juni 2011 oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan setelah dinyatakan terlibat dalam pendanaan latihan teroris di Aceh dan mendukung terorisme di Indonesia.



Riset dan analisis oleh Swasti Prawidya Mukti
PENDIDIKAN

Pondok Pesantren Gontor, Ponorogo, Jawa Timur (1959)
Fakultas Dakwah Universitas Al-Irsyad, Solo, Jawa Tengah (1963)

KARIR

Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam Solo
Selanjutnya adalah menjabat Sekretaris Pemuda Al-Irsyad Solo
Ketua Gerakan Pemuda Islam Indonesia (1961)
Ketua Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam
memimpin Pondok Pesantren Al Mu’min (1972)
Ketua Organisasi Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) tahun 2002.
Mendirikan Pesantren Al-Mu’min di Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah, bersama dengan Abdullah Sungkar (1972)

Minggu, 12 Oktober 2014

OTAK BUKAN SUMBER KECERDASAN MUSLIM YANG UTAMA

Tahukah anda bahwa pusat kecerdasan manusia ternyata tidaklah terpusat di otak. Memang benar otak adalah tempat berfikir dan belajar tetapi ia bukanlah satu-satunya penyebab seseorang memiliki kemampuan intelegensi atau kecerdasan, ada sebab lain. Otak memang berperan besar dalam kehidupan manusia, namun ia juga memiliki kekurangan dan kelemahan. Baru-baru ini bersiar kabar banyaknya tingkat kelahiran anak dengan kondisi tidak memiliki organ otak. Bagaimana bisa? Tentu saja bisa, dan islam punya penjelasannya.

Asal Mula diciptakan Akal

Berikut dikisahkan bagaimana proses penciptaa akal ketika masa Nabi Adam as. Diawal penciptaan manusia, Nabi Adam sudah menjabarkan bahwa manusia sangat membutuhkan akal untuk menunjang eksistensi kehidupannya. Sosok Adam digambarkan sangat beradab sekali, memiliki ilmu yang tinggi dan ia bukan makhluk purba. Ia berasal dari surga yang berperadaban maju.

Dalam gambarannya ia adalah makhluk yang teramat cerdas, sangat dimuliakan oleh Allah, memiliki kelebihan yang sempurna dibandingkan makhluk yang lain sebelumnya dan diciptakan dalam bentuk yang terbaik. Sesuai dengan Surah Al Israa' 70, yang berbunyi:

“ ...dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan (Al Israa' 17:70) ”

 Dan dalam rangka meyakinkan para pendahulunya yaitu para malaikat untuk percaya bahwa manusia adalah mahluk Allah yang pantas menjadi khalifah di muka bumi, maka Allah memerintahkan malaikat untuk menyebutkan nama-nama benda langit. Para malaikat tidak sanggup menjawab firman Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka dan mengakui ketidaksanggupan mereka dengan mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui sesuatupun kecuali apa yang diajarkan-Nya.

Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama benda itu kepada para malaikat dan setelah diberitahu oleh Adam, berfirmanlah Allah kepada mereka bahwa hanya Allah lah yang mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui segala sesuatu yang nampak maupun tidak nampak.

Dengan demikian, jelaslah bahwa bagaimanapun manusia membutuhkan peran akal dalam menjalankan kehidupannya di dunia, karena dengan akal manusia bisa mengenal dan memahami seluruh ciptaan-Nya. Akal dibutuhkan manusia untuk menunjang proses menuju mahluk yang mulia, namun otak bukanlah sebab utama manusia itu akan menjadi mahluk mulia di mata Allah swt. Sebagaimana sabda Rasulullah saw tentang akal manusia sebagai berikut;

Nabi  saw. bersabda; "Allah menciptakan akal, dan Dia berfirman kepadanya; "Menghadaplah......!" Akal-pun menghadap. Firman-Nya;"Hadaplah ke belakang!" Akal lantas membelakangi. Allah Swt berfirman; "Demi Keagungan dan Keluhuran-Ku, AKU tidak akan meletakkanmu kecuali buat orang-orang yang Kucintai diantara mahluk-Ku."

Dan Allah juga menciptakan kebodohan,  berfirman kepadanya; "Menghadaplah......!" Akal-pun menghadap. Firman-Nya;"Hadaplah ke belakang!" Akal lantas membelakangi. Allah Swt berfirman; "Demi Keagungan dan Keluhuran-Ku, AKU tidak akan meletakkanmu kecuali buat orang-orang yang Kubenci diantara mahluk-Ku.

Lalu mengapa sebagian orang beranggapan bahwa ukuran kecerdasan hanya dilihat dari intelektual akalnya saja. Cerdas disini harusnya kita maknai dengan seseorang yang memiliki kemampuan mengelola sumber intelektual, emosional dan spiritual dalam dirinya. Bentuk penjabarannya adalah, sumber intelegensi berfungsi sebagai sumber data, berkaitan dengan identitas suatu benda atau hal yang menyangkut bentuk, warna, ukuran, waktu dan lain sebagainya. Sementara sumber emosional adalah kemampuan seseorang dalam mengatur emosi, yang mencakup kemampuannya mengendalikan diri dalam mengungkapkan ekspresi, ia menjadi orang yang bisa bersikap sederhana, rendah hati, fokus, terarah, dan bersikap santun.

Sedangkan sumber kecerdasan spiritual adalah dimana seseorang itu ketika berbicara, maka setiap orang akan mengetahui dengan jelas arah pemikirannya dan memiliki visi dan misi yang jelas, memiliki pesan dan hikmah yang mendalam sehingga setiap orang yang menyimak setiap kalimat yang diucapkan akan dengan mudah menangkap apa inti pesan yang dimaksud.Itulah bentuk manusia cerdas yang seharusnya kita sama-sama setuju untuk mengatakan bahwa jenis manusia seperti ini yang paling banyak di butuhkan saat ini. Bukan sekedar kelihaiannya mengelola data, tetapi secara keseluruhan ia adalah figur manusia yang bisa memberi manfaat lahir dan bathin kepada orang lain.

Sebuah fakta mengejutkan dunia, baru-baru ini bersiar kabar tentang kelahiran seorang anak di Inggris bernama Alex Simpson yang lahir dengan kelainan bawaan atau penyakit langka yang disebut hydranencephaly yaitu penyakit dengan tidak memiliki otak. Apa? Betul sekali, bahkan anak ini kini sudah mencapai usia 10 tahun, padahal menurut diagnosa dokter, kecil kemungkinan ada anak manusia yang bisa bertahan hidup dengan kondisi hanya sebagian otak yang ada pada dirinya, kemungkinan hanya bisa bertahan kurang dari satu tahun, tapi lihatlah sungguh ALlah swt sudah menunjukkan kebesaran-Nya, bahwa anggapan para dokter adalah salah. Bahwa Manusia akan tetap bisa bertahan hidup dan menjadi manusia seperti umumnya meski ia tidak memiliki otak. Lalu bagaimana cara ia hidup? Itu adalah bagian dari tanda-tanda kebesaran Allah yang Maha Agung;

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” [QS. Al- Fushshilat]


KECERDASAN HAKIKI UMAT MUSLIM

Rahasia sumber kecerdasan manusia yang sebenarnya adanya di Hati, ia adalah sang BIG BOSS yang memberi perintah kepada otak untuk melakukan apapun yang diinginkan. Ketika hati memberi perintah, maka otak sama sekali tidak bisa menolak dan menghindar, perintah itu harus segera dilaksanakan. Ada satu hadist yang menunjuk dengan jelas besarnya peran hati manusia yaitu Hadist Nabi Muhammad saw junjungan kita:

...اَلاَوَاِنَّ فِى الْجَسَدِ مُدْغَةً اِذَاصَلُحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَاِذَافَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ آلآوَهِيَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam tubuh itu ada segumpal darah, bila ia telah baik maka baiklah sekalian badan. Dan bila ia rusak, maka rusaklah sekalian badan. Dan bila ia rusak maka binasalah sekalian badan, itulah yang dikatakan hati”.


Ini artinya segumpal darah inilah yang menentukan nilai hidup seseorang, bahkan termasuk otak/akalnya/tingkat kecerdasannya. Apakah seseorang itu memiliki akal yang baik atau tidak itu sangat ditentukan oleh kualitas hatinya. Semakin baik kualitas hati, maka semakin baik pula tingkat kecerdasan yang dimiliki.

Sebelum para ilmuwan barat mempublikasikan temuan mereka tentang kelebihan akal, ribuan tahun lalu Al Quran juga sudah mengabarkan tentang sumber utama kecerdasan manusia. Kitab suci ini sudah menjelaskan bahwa setelah lapis demi lapis mineral tubuh kasar manusia terbentuk dan tersusun rapih lalu sampailah kepada unsur ketiga yaitu roh (unsur Lahut/Malakut) yang di-install Allah SWT ke dalam hati termasuk didalamnya adalah kemampuan penglihatan, pendengaran, dan pemahaman sebagaimana ditegaskan lagi di dalam Alquran Surat Ali Imran berikut ini:

“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam tubuh/jasad nya ruh Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati , tetapi kamu sedikit sekali bersyukur.”


Jadi disamping telah menyiapkan unsure material, Allah juga melengkapinya dengan unsure ruh ke dalam hati yang memiliki kemampuan merasa, mendengar, melihat dan memahami. Inilah yang disebut sumber kecerdasan sejati. Seorang manusia bisa melakukan proses belajar dan mengambil hikmah, itu karena ia memiliki hati yang bisa merasa dan memahami dan mengambil pelajaran dari setiap peristiwa. Berikut penjelasan dari masing-masing unsur kecerdasan tersebut;

1. Penglihatan

Adapun kemampuan penglihatan yang di maksud disini adalah sangat tajamnya mata hati, bukan bola mata yang ada di pelupuk, mata hati ini adalah salah satu unsure halus yang mana ia mampu membaca berbagai sisi kehidupan, mampu membaca tanda-tanda kebesaran allah, mampu memberi arti, mampu memahami, dan mampu melihat cahaya kebenaran. Kemampuan ini Allah tanamkan di dalam lubuk hati manusia yang paling dalam agar manusia dapat menjaga dirinya dari kegelapan dan kehinaan dunia. Orang dengan kemampuan melihat yang mendalam ini akan mampu membedakan jalan keburukan dan jalan kebenaran. Ia mampu melihat seluruh isi dunia ini dengan mata hati yang jauh lebih luas dan jauh ke depan.

2. Pendengaran
Lalu kemampuan pendengaran yang dimaksud diatas adalah, kemampuan mendengarkan kepada ajakan menuju kebaikan, mampu mendengar panggilan suara mata hati yang berbisik pada kebajikan, mampu membedakan ajakan pada kebaikan atau pada keburukan (bisikan iblis), mau mendengarkan merdunya lantunan ayat suci al quran dengan khusuk dan membuatnya semakin tunduk pada ALlah swt, dan mau mendengarkan dan menerima nasihat, semua ini adalah anugerah yang dikaruniakan allah kepada hambanya agar ia selalu terjada.

3. Hati
Hanya dalam hati yang tenang, manusia bisa berinteraksi dengan Allah swt dengan khusuk, dalam hati yang bersih dan penuh rahmat dan hidayah ALlah swt bisa membuka cakrawala keilmuan, menggali dan menemukan kebenaran, mengambil hikmah, menuju cahaya keimanan menuju mahluk-Nya yang mulia. Hati adalah pintu segala kesucian hidup dan ia akan selalu menjadi tempat bersemayamnya nikmat keimanan.

Sangat besarnya peran hati, namun bukan berarti otak tidak memiliki keistimewaan dan tidak dibutuhkan oleh seorang muslim. Peran akal sangat dibutuhkan manusia, hanya saja manusia juga harus mau mengajak akal kepada kebaikan dan keimanan, karena Akal/otak ini tidak bisa berdiri sendiri, ia masih membutuhkan bimbingan dan tempaan. Didalam hati yang sabar dan tulus ikhlas maka akal akan tunduk kepada hati.

HAKIKAT AKAL/OTAK BAGI MANUSIA

Para peneliti sudah membuktikan bahwa selama ini peran otak bagi manusia masih sedikit, seperti yang sudah mereka jabarkan baru mencapai 10 persen dari total keseluruhan fungsi yang ada, yaitu mencakup penyimpanan data. System kerja otak dalam kaitannya dengan fungsi hati adalah; otak bertugas untuk mengenal semua benda dan materi yang ada dihadapannya melalui visualisasikan organ mata untuk mengetahui spesifikasi benda meliputi nama, bau, rasa, suara, warna, ukuran, tempat dan waktu. Semua data yang bersifat tampilan benda itu bisa disebut foto spek untuk sementara disimpan dalam memori otak. Otak menyimpan semua data detail benda yang dilihatnya tadi, lalu disimpan dalam sebuah lemari khusus dimana sewaktu-waktu ketika hati membutuhkan sesuatu yang berkaitan dengan benda tersebut, maka otak akan menampilkan kembali data yang dimaksud dan kadang juga otak memiliki beberapa data pembanding lain yang bisa dijadikan acuan bagi hati untuk menentukan mana yang akan menjadi pilihan.

Kita ambil contoh saja seperti ini, suatu waktu kita ingin membeli sebuah tas, dengan spesifikasi tertentu, maka seketika otak akan berusaha mengingat-ingat dimana ia pernah menemukan tas dengan spek yang dimaksud tersebut, lalu muncullah beberapa alternative tas dalam benak kita, dimana pada suatu momen kita pernah melihat benda tersebut tergantung di etalase, lalu otak kembali mencari jejak pada momen apa saat itu, misalnya pada saat hari raya, lalu dikaitkan lagi pada waktu itu sedang berpergian dengan siapa, menggunakan pakaian warna apa dan seterusnya hingga akhirnya otak bisa menunjukkan kepada hati bahwa ia pernah melihat tas yang dimasud di lokasi A.

Lalu hati akan lebih memastikan lagi dengan menggunakan intuisinya mengenai kesesuaian spek yang di berikan otak dengan spek yang diinginkan (hati adalah sumber keinginan), jika sesuai maka hati akan memberikan perhatian khusus dengan cara meminta otak untuk lebih banyak lagi memberikan akurasi data, jika memang sudah dipastikan maka hati akan memutuskan untuk melakukan perjalan ke lokasi yang dimaksud dan meminta otak untuk mengatur jadwal keberangkatan. Itulah bentuk pembagian fungsi dan peran kedua organ tersebut.

Dalam hal kapasitas memori, hati mampu menyimpan semua memori dari sejak lahir hingga jasad terkubur dalam tanah. Ibarat server yang besar, hati mampu menyimpan data dalam jumlah besar pula. Tidak ada yang luput satu pun, semua tersimpan dengan baik, mulai dari data kejahatan maupun kebaikan. Berbeda dengan otak/akal, kapasitas memori otak memang terbatas, itulah sebabnya manusia kadang mudah lupa dan khilaf. Dan itu juga sebabnya, di alam barzah nanti, bagian tubuh yang akan menjadi saksi atas setiap amal perbuatan kita adalah hati, bagian ini yang akan dimintakan pertanggung jawaban kelak, bukan akal. Akal sudah hancur bersama leburnya jasad di dalam kubur.

Semua proses belajar dan berpikir memang dilakukan di otak, tetapi hatilah yang mengjadi pusat pengambilan keputusan. Ketika hati melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan, maka hati yang akan menanggung akibatnya, diantaranya ia akan merasa gelisah, takut, marah, dan kecewa. Anda lihat sendiri kan, sedikit kesalahan yang dilakukan akal maka akan membuat kacau suasana hati, bukan membuat kacau kerja otak. Otak masih tetap melakukan pekerjaannya tanpa terganggu pada suasana hati, masih tetap beraktifitas, tetapi jika hati sudah merasakan sakit, hanya sedikit yang bisa dilakukan otak, yaitu mencari jalan keluar yang bersifat sementara, misalnya minum obat atau curhat dengan teman. Sakit hati akan kembali muncul ketika pengaruh obat hilang, dan pada akhirnya suasana hati harus ditata kembali pada kondisi normal agar bisa segera mencari pemecahan masalah melalui kerja otak, sehingga permasalahan bisa dipecahkan dalam keadaan tenang.

Disamping itu, kitab suci Al quran dan hadist juga tidak pernah merujuk kehebatan akal/otak adalah sumber kebahagian dan ketenangan. Namun, banyak sekali ayat yang merujuk kepada kemampuan mengelola hati/jiwa. Hampir semua ayat menekankan manusia untuk banyak-banyak menjaga hati, banyak-banyak berdzikir dan bertasbih dengan hati, bukan dengan mengembangkan otak/akal. Hampir semua ayat mengajak manusia untuk menjauhkan hati dari sifat tercela, banyak-banyak mengamalkan amalan hati dan lain sebagainya dianjurkan bagi muslimin untuk banyak mengembangkan dan bertindak dengan hati, bukan dengan akal. Ini artinya apa?

Ini artinya hati adalah raja bagi diri manusia, ia adalah sang pemimpin yang seharusnya menjadi bagian yang paling banyak kita perhatikan dan kita jaga, akal hanyalah salah satu bagian pendukung fungsi hati. Sesuai amanah yang sudah ditetapkan dalam kitab suci kaum muslim, harusnya seorang muslim banyak mengamalkan ilmu hati, bukan otak. Tidak ada amalan yang dianjurkan untuk bisa memuliakan otak, tetapi ada banyak amalan yang bisa dilaksanakan untuk memuliakan hati. Berikut berbagai firman terkait dengan hati:


قَلْبُ الْمُؤْمِنِيْنَ بَيْتُ ال MENURUT para sufi:

“Hati seorang mukmin itu adalah rumah Allah”.

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّ
“Beruntunglah orang yang mensucikan hatinya dan mengingat Tuhan-Nya, maka didirikannya shalat”. (Q.S. 87 Al-A’la: 14-15)

مَاكَذَبَ الْفُؤَادُ مَارَآى
“Tidak dusta apa yang telah dilihat oleh mata hati”. (Q.S. An-Najm: 11)

لِكُلِّ شَيْءٍ صَقَلَةٌ وَصَقَلَةُ الْقَلْبُ ذِكْرُاللهُ
“Segala sesuatu ada alat pembersihnya dan alat pembersih hati yaitu mengingat Allah”.

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّهَا
“Beruntunglah orang yang telah mensucikan hatinya dan merugilah orang yang telah mengotorinya”. (Q.S. 91 As-Syamsi: 9-10)


Dengan demikian jelaslah bahwa hati sebagai pemilik dan penguasa jasad/fisik manusia adalah satu-satunya sebab seseorang akan mendapatkan julukan manusia yang cerdas yang beriman, karena hanya dengan segenap hati, akal/unsur intelegensi bisa banyak belajar dan mengenal banyak hal, dan dengan hati yang tenang maka unsur emosional bisa terkendali dan terarah, dan dengan hati yang khusuk maka unsur spiritual bisa mengambil hikmah dan tauladan. Dan hanya dalam hati yang tenang, ia bisa mengenal dirinya.

Lalu mengapa ilmuwan barat terlalu banyak mengekspos kehebatan otak dan mereka sangat terobsesi dengan berbagai riset otak? Dan bahkan banyak muslim yang mengamini dan mengikuti jejak mereka untuk ikut mengagung-agungkan kemampuan otak?
 

Karena ilmuwan barat tidak punya pedoman hidup se detail dan sesempurna Al quran dan hadist, maka mereka tentunya sangat menyembah kemampuan akal/otak sebagai salah satu sumber kemampuan dasar manusia yang paling utama. Mereka tidak percaya kepada hati, karena didalam hati mereka tidak ada cahaya iman yang dipancarkan Allah ke dalam lubuk sanubarinya, kebanyakan hati mereka adalah kosong dan hampa. Berbeda dengan hati seorang muslim, sekecil apapun itu pasti selalu ada lilin yang menerangi hatinya dan tidak pernah kegelapan. Dan ketika seorang muslim mau mengikuti jejak berpikir ilmuwan barat, itu sebagai sebab dari kurangnya ia mengamalkan hati, bagian dari kurangnya iman. Satu hal penting yang harus kita ingat adalah bahwa kebanyakan para ilmuwan barat menganut faham atheism, yaitu sebuah faham yang menolak keberadaan Tuhan Sang Maha Pencipta. Jadi wajar mereka menyembah akal/otaknya.

IMAN PARA SAHABAT NABI

Sesungguhnya perjuangan yang bisa mengantarkan generasi pendahulu umat ini menuju kejayaan bukan akibat kekarnya tubuh mereka, lengkapnya persenjataan mereka, atau harta mereka yang melimpah ruah di mana-mana. Akan tetapi karena Allah ta’ala melihat hati-hati mereka dan Allah menemukan bahwa hati mereka adalah hati-hati yang bersih dari syirik dan ketergantungan hati kepada selain-Nya, itulah hati sebaik-baik golongan manusia yang pernah hidup di jagat raya ini. Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Sesungguhnya Allah melihat hati para hamba. Dan Allah dapati hati Muhammad adalah sebaik-baik hati manusia maka Allah pun memilihnya untuk diri-Nya dan Allah bangkitkan dia sebagai pembawa risalah-Nya. Kemudian Allah melihat hati hamba-hamba yang lain setelah hati Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian Allah dapati bahwa hati para sahabatnya adalah sebaik-baik hati manusia. Maka Allah pun menjadikan mereka sebagai pembantu nabi-Nya dan berperang bersama beliau untuk membela agama-Nya…” (HR. Ahmad di dalam Musnadnya)

Apakah yang membedakan tubuh kita dengan tubuh para sahabat? Mereka punya kaki, tangan dan indera sebagaimana yang kita miliki. Mereka mengeluarkan harta untuk berinfak dan kita pun mengeluarkannya. Mereka mengerjakan shalat, dan kita pun mengerjakannya seperti mereka. Mereka makan dan minum sebagaimana kita juga butuh makan dan minum. Namun, ketahuilah saudaraku, ternyata apa yang tertancap di dalam dada kita tidak sehebat dan sekokoh yang tertancap di dalam dada para sahabat. Mereka memiliki keimanan laksana gunung. Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu mengatakan, “Seandainya iman yang dimiliki Abu Bakar ditimbang dengan iman segenap penduduk bumi (selain para nabi, pen), niscaya timbangannya lebih berat daripada timbangan iman mereka.” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman). Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu mengatakan, “Barangsiapa di antara kalian yang ingin meniti sebuah jalan maka ikutilah jalan yang ditempuh oleh para ulama yang sudah meninggal itu yaitu para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka adalah manusia-manusia terbaik dari umat ini. Hati mereka lebih baik, dan ilmu mereka lebih dalam, serta paling sedikit membeban-bebani diri. Suatu kaum yang telah dipilih oleh Allah untuk menemani Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mentransfer agama-Nya, maka tirulah akhlak dan jalan hidup mereka. Sebab mereka berada di atas petunjuk yang lurus.” (HR. Al Baghawi dalam Syarh As Sunnah)


Senin, 06 Oktober 2014

BIOGRAFI IBNU SINA

Syeikhur Rais, Abu Ali Husein bin Abdillah bin Hasan bin Ali bin Sina, yang dikenal dengan sebutan Ibnu Sina atau Aviciena lahir pada tahun 370 hijriyah di sebuah desa bernama Khormeisan dekat Bukhara. Sejak masa kanak-kanak, Ibnu Sina yang berasal dari keluarga bermadzhab Ismailiyah sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan oleh ayahnya. Kecerdasannya yang sangat tinggi membuatnya sangat menonjol sehingga salah seorang guru menasehati ayahnya agar Ibnu Sina tidak terjun ke dalam pekerjaan apapun selain belajar dan menimba ilmu.



Dengan demikian, Ibnu Sina secara penuh memberikan perhatiannya kepada aktivitas keilmuan. Kejeniusannya membuat ia cepat menguasai banyak ilmu, dan meski masih berusia muda, beliau sudah mahir dalam bidang kedokteran. Beliau pun menjadi terkenal, sehingga Raja Bukhara Nuh bin Mansur yang memerintah antara tahun 366 hingga 387 hijriyah saat jatuh sakit memanggil Ibnu Sina untuk merawat dan mengobatinya.


Berkat itu, Ibnu Sina dapat leluasa masuk ke perpustakaan istana Samani yang besar. Ibnu Sina mengenai perpustakan itu mengatakan demikian;

“Semua buku yang aku inginkan ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak buku yang kebanyakan orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiri pun belum pernah melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi. Karena itu aku dengan giat membaca kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya... Ketika usiaku menginjak 18 tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu.” Ibnu Sina menguasai berbagai ilmu seperti hikmah, mantiq, dan matematika dengan berbagai cabangnya.



Kesibukannya di pentas politik di istana Mansur, raja dinasti Samani, juga kedudukannya sebagai menteri di pemerintahan Abu Tahir Syamsud Daulah Deilami dan konflik politik yang terjadi akibat perebutan kekuasaan antara kelompok bangsawan, tidak mengurangi aktivitas keilmuan Ibnu Sina. Bahkan safari panjangnya ke berbagai penjuru dan penahanannya selama beberapa bulan di penjara Tajul Muk, penguasa Hamedan, tak menghalangi beliau untuk melahirkan ratusan jilid karya ilmiah dan risalah.



Ketika berada di istana dan hidup tenang serta dapat dengan mudah memperoleh buku yang diinginkan, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menulis kitab Qanun dalam ilmu kedokteran atau menulis ensiklopedia filsafatnya yang dibeni nama kitab Al-Syifa’. Namun ketika harus bepergian beliau menulis buku-buku kecil yang disebut dengan risalah. Saat berada di dalam penjara, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menggubah bait-bait syair, atau menulis perenungan agamanya dengan metode yang indah.



Di antara buku-buku dan risalah yang ditulis oleh Ibnu Sina, kitab al-Syifa’ dalam filsafat dan Al-Qanun dalam ilmu kedokteran dikenal sepanjang massa. Al-Syifa’ ditulis dalam 18 jilid yang membahas ilmu filsafat, mantiq, matematika, ilmu alam dan ilahiyyat. Mantiq al-Syifa’ saat ini dikenal sebagai buku yang paling otentik dalam ilmu mantiq islami, sementara pembahasan ilmu alam dan ilahiyyat dari kitab al-Syifa’ sampai saat ini juga masih menjadi bahan telaah.



Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama beberapa abad menjadi kitab rujukan utama dan paling otentik. Kitab ini mengupas kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit. Seiring dengan kebangkitan gerakan penerjemahan pada abad ke-12 masehi,
kitab Al-Qanun karya Ibnu Sina diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kini buku tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis dan Jerman. Al-Qanun adalah kitab kumpulan metode pengobatan purba dan metode pengobatan Islam. Kitab ini pernah menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di universitas-universitas Eropa.



Ibnu juga memiliki peran besar dalam mengembangkan berbagai bidang keilmuan. Beliau menerjemahkan karya Aqlides dan menjalankan observatorium untuk ilmu perbintangan. Dalam masalah energi Ibnu Sina memberikan hasil penelitiannya akan masalah ruangan hampa, cahaya dan panas kepada khazanah keilmuan dunia.



Dikatakan bahwa Ibnu Sina memiliki karya tulis yang dalam bahasa latin berjudul De Conglutineation Lagibum. Dalam salah bab karya tulis ini, Ibnu Sina membahas tentang asal nama gunung-gunung. Pembahasan ini sungguh menarik. Di sana Ibnu Sina mengatakan, “Kemungkinan gunung tercipta karena dua penyebab. Pertama menggelembungnya kulit luar bumi dan ini terjadi lantaran goncangan hebat gempa. Kedua karena proses air yang mencari jalan untuk mengalir. Proses mengakibatkan munculnya lembah-lembah bersama dan melahirkan penggelembungan pada permukaan bumi. Sebab sebagian permukaan bumi keras dan sebagian lagi lunak. Angin juga berperan dengan meniup sebagian dan meninggalkan sebagian pada tempatnya. Ini adalah penyebab munculnya gundukan di kulit luar bumi.”



Ibnu Sina dengan kekuatan logikanya -sehingga dalam banyak hal mengikuti teori matematika bahkan dalam kedokteran dan proses pengobatan- dikenal pula sebagai filosof tak tertandingi. Menurutnya, seseorang baru diakui sebagai ilmuan, jika ia menguasai filsafat secara sempurna. Ibnu Sina sangat cermat dalam mempelajari pandangan-pandangan Aristoteles di bidang filsafat. Ketika menceritakan pengalamannya mempelajari pemikiran Aristoteles, Ibnu Sina mengaku bahwa beliau membaca kitab Metafisika karya Aristoteles sebanyak 40 kali. Beliau menguasai maksud dari kitab itu secara sempurna setelah membaca syarah atau penjelasan ‘metafisika Aristoteles’ yang ditulis oleh Farabi, filosof muslim sebelumnya.



Dalam filsafat, kehidupan Abu Ali Ibnu Sina mengalami dua periode yang penting. Periode pertama adalah periode ketika beliau mengikuti faham filsafat paripatetik. Pada periode ini, Ibnu Sina dikenal sebagai penerjemah pemikiran Aristoteles. Periode kedua adalah periode ketika Ibnu Sina menarik diri dari faham paripatetik dan seperti yang dikatakannya sendiri cenderung kepada pemikiran iluminasi.



Berkat telaah dan studi filsafat yang dilakukan para filosof sebelumnya semisal Al-Kindi dan Farabi, Ibnu Sina berhasil menyusun sistem filsafat islam yang terkoordinasi dengan rapi. Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina adalah menjawab berbagai persoalan filsafat yang tak terjawab sebelumnya.



Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa. Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup antara tahun 1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap tentang filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang mengawinkan dunia Kristen dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina adalah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya oleh para pemikir Barat.



Ibnu Sina wafat pada tahun 428 hijriyah pada usia 58 tahun. Beliau pergi setelah menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia dan namanya akan selalu dikenang sepanjang sejarah. Ibnu Sina adalah contoh dari peradaban besar Iran di zamannya.

Sabtu, 04 Oktober 2014

Biografi Imam Bukhari

Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari Al Ju’fi. Akan tetapi beliau lebih terkenal dengan sebutan Imam Bukhari, karena beliau lahir di kota Bukhara, Turkistan.

Sewaktu kecil Al Imam Al Bukhari buta kedua matanya. Pada suatu malam ibu beliau bermimpi melihat Nabi Ibrahim ‘Alaihissalaam yang mengatakan, “Hai Fulanah (yang beliau maksud adalah ibu Al Imam Al Bukhari, pent), sesungguhnya Allah telah mengembalikan penglihatan kedua mata putramu karena seringnya engkau berdoa”. Ternyata pada pagi harinya sang ibu menyaksikan bahwa Allah telah mengembalikan penglihatan kedua mata putranya.

Ketika berusia sepuluh tahun, Al Imam Al Bukhari mulai menuntut ilmu, beliau melakukan pengembaraan ke Balkh, Naisabur, Rayy, Baghdad, Bashrah, Kufah, Makkah, Mesir, dan Syam.
Guru-guru beliau banyak sekali jumlahnya. Di antara mereka yang sangat terkenal adalah Abu ‘Ashim An-Nabiil, Al Anshari, Makki bin Ibrahim, Ubaidaillah bin Musa, Abu Al Mughirah, ‘Abdan bin ‘Utsman, ‘Ali bin Al Hasan bin Syaqiq, Shadaqah bin Al Fadhl, Abdurrahman bin Hammad Asy-Syu’aisi, Muhammad bin ‘Ar’arah, Hajjaj bin Minhaal, Badal bin Al Muhabbir, Abdullah bin Raja’, Khalid bin Makhlad, Thalq bin Ghannaam, Abdurrahman Al Muqri’, Khallad bin Yahya, Abdul ‘Azizi Al Uwaisi, Abu Al Yaman, ‘Ali bin Al Madini, Ishaq bin Rahawaih, Nu’aim bin Hammad, Al Imam Ahmad bin Hanbal, dan sederet imam dan ulama ahlul hadits lainnya.

Murid-murid beliau tak terhitung jumlahnya. Di antara mereka yang paling terkenal adalah Al Imam Muslim bin Al Hajjaj An Naisaburi, penyusun kitab Shahih Muslim.
Al Imam Al Bukhari sangat terkenal kecerdasannya dan kekuatan hafalannya. Beliau pernah berkata, “Saya hafal seratus ribu hadits shahih, dan saya juga hafal dua ratus ribu hadits yang tidak shahih”. Pada kesempatan yang lain belau berkata, “Setiap hadits yang saya hafal, pasti dapat saya sebutkan sanad (rangkaian perawi-perawi)-nya”.

Beliau juga pernah ditanya oleh Muhamad bin Abu Hatim Al Warraaq, “Apakah engkau hafal sanad dan matan setiap hadits yang engkau masukkan ke dalam kitab yang engkau susun (maksudnya : kitab Shahih Bukhari, pent.)?” Beliau menjawab, ”Semua hadits yang saya masukkan ke dalam kitab yang saya susun itu sedikit pun tidak ada yang samar bagi saya”.
Anugerah Allah kepada Al Imam Al Bukhari berupa reputasi di bidang hadits telah mencapai puncaknya. Tidak mengherankan jika para ulama dan para imam yang hidup sezaman dengannya memberikan pujian (rekomendasi) terhadap beliau. Berikut ini adalah sederet pujian (rekomendasi) termaksud:

Muhammad bin Abi Hatim berkata, “Saya mendengar Ibrahim bin Khalid Al Marwazi berkata, “Saya melihat Abu Ammar Al Husein bin Harits memuji Abu Abdillah Al Bukhari, lalu beliau berkata, “Saya tidak pernah melihat orang seperti dia. Seolah-olah dia diciptakan oleh Allah hanya untuk hadits”.
Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah berkata, “Saya tidak pernah meliahat di kolong langit seseorang yang lebih mengetahui dan lebih kuat hafalannya tentang hadits Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam dari pada Muhammad bin Ismail (Al Bukhari).”Muhammad bin Abi Hatim berkata, “ Saya mendengar Abu Abdillah (Al Imam Al
Bukhari) berkata, “Para sahabat ‘Amr bin ‘Ali Al Fallaas pernah meminta penjelasan kepada saya tentang status (kedudukan) sebuah hadits. Saya katakan kepada mereka, “Saya tidak mengetahui status (kedudukan) hadits tersebut”. Mereka jadi gembira dengan sebab mendengar ucapanku, dan mereka segera bergerak menuju ‘Amr. Lalu mereka menceriterakan peristiwa itu kepada ‘Amr. ‘Amr berkata kepada mereka, “Hadits yang status (kedudukannya) tidak diketahui oleh Muhammad bin Ismail bukanlah hadits”.

Al Imam Al Bukhari mempunyai karya besar di bidang hadits yaitu kitab beliau yang diberi judul Al Jami’ atau disebut juga Ash-Shahih atau Shahih Al Bukhari. Para ulama menilai bahwa kitab Shahih Al Bukhari ini merupakan kitab yang paling shahih setelah kitab suci Al Quran.
Hubungannya dengan kitab tersebut, ada seorang ulama besar ahli fikih, yaitu Abu Zaid Al Marwazi menuturkan, “Suatu ketika saya tertidur pada sebuah tempat (dekat Ka’bah –ed) di antara Rukun Yamani dan Maqam Ibrahim. Di dalam tidur saya bermimpi melihat Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam. Beliau berkata kepada saya, “Hai Abu Zaid, sampai kapan engaku mempelajari kitab Asy-Syafi’i, sementara engkau tidak mempelajari kitabku? Saya berkata, “Wahai Baginda Rasulullah, kitab apa yang Baginda maksud?” Rasulullah menjawab, “ Kitab Jami’ karya Muhammad bin Ismail”. Karya Al Imam Al Bukhari yang lain yang terkenal adalah kita At-Tarikh yang berisi tentang hal-ihwal para sahabat dan tabi’in serta ucapan-ucapan (pendapat-pendapat) mereka. Di bidang akhlak belau menyusun kitab Al Adab Al Mufrad. Dan di bidang akidah beliau menyusun kitab Khalqu Af’aal Al Ibaad.

Ketakwaan dan keshalihan Al Imam Al Bukhari merupakan sisi lain yang tak pantas dilupakan. Berikut ini diketengahkan beberapa pernyataan para ulama tentang ketakwaan dan keshalihan beliau agar dapat dijadikan teladan.
Abu Bakar bin Munir berkata, “Saya mendengar Abu Abdillah Al Bukhari berkata, “Saya berharap bahwa ketika saya berjumpa Allah, saya tidak dihisab dalam keadaan menanggung dosa ghibah (menggunjing orang lain).”
Abdullah bin Sa’id bin Ja’far berkata, “Saya mendengar para ulama di Bashrah mengatakan, “Tidak pernah kami jumpai di dunia ini orang seperti Muhammad bin Ismail dalam hal ma’rifah (keilmuan) dan keshalihan”.
Sulaim berkata, “Saya tidak pernah melihat dengan mata kepala saya sendiri semenjak enam puluh tahun orang yang lebih dalam pemahamannya tentang ajaran Islam, leblih wara’ (takwa), dan lebih zuhud terhadap dunia daripada Muhammad bin Ismail.”

Al Firabri berkata, “Saya bermimpi melihat Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam di dalam tidur saya”. Beliau Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bertanya kepada saya, “Engkau hendak menuju ke mana?” Saya menjawab, “Hendak menuju ke tempat Muhammad bin Ismail Al Bukhari”. Beliau Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam berkata, “Sampaikan salamku kepadanya!”
Al Imam Al Bukhari wafat pada malam Idul Fithri tahun 256 H. ketika beliau mencapai usia enam puluh dua tahun. Jenazah beliau dikuburkan di Khartank, nama sebuah desa di Samarkand. Semoga Allah Ta’ala mencurahkan rahmat-Nya kepada Al Imam Al Bukhari.

Sumber:
Siyar A’laam An-Nubala’ karya Al Imam Adz-Dzahabi dll