Sabtu, 29 November 2014

Mukjizat Allah yang Mencengangkan Para Ilmuwan Barat

Pada sebuah penelitian ilmiah yang diberitakan oleh sebuah majalah sains terkenal, Journal of Plant Molecular Biologies, menyebutkan bahwa sekelompok ilmuwan yang mengadakan penelitian mendapatkan suara halus yang keluar dari sebagian tumbuhan yang tidak bisa didengar oleh telinga biasa. Suara tersebut berhasil disimpan dan direkam dengan sebuah alat perekam tercanggih yang pernah ada.

Para ilmuwan selama hampir 3 tahun meneliti fenomena yang mencengangkan ini berhasil menganalisis denyutan atau detak suara tersebut sehingga menjadi isyarat-isyarat yang bersifat cahaya elektrik (kahrudhoiyah ) dengan sebuah alat canggih yang bernama Oscilloscope. Akhirnya para ilmuwan tersebut bisa menyaksikan denyutan cahaya elektrik itu berulang lebih dari 1000 kali dalam satu detik!!!

Prof. William Brown yang memimpin para pakar sains untuk mengkaji fenomena tersebut mengisyaratkan setelah dicapainya hasil bahwasanya tidak ada penafsiran ilmiah atas fenomena tersebut. Padahal seperti diakui oleh sang profesor bahwa pihaknya telah menyerahkan hasil penelitian mereka kepada universitas-universitas serta pusat-pusat kajian di Amerika juga Eropa, akan tetapi semuanya tidak sanggup menafsirkan fenomena bahkan semuanya tercengng tidak tahu harus berkomentar apa.

Pada kesempatan terakhir, fenomena tersebut dihadapkan dan dikaji oleh para pakar dari Britania, dan di antara mereka ada seorang ilmuwan muslim yang berasal dari India. Setelah 5 hari mengadakan kajian dan penelitian ternyata para ilmuwan dari Inggris tersebut angkat tangan. Sang ilmuwan muslim tersebut mengatakan: “Kami umat Islam tahu tafsir dan makna dari fenomena ini, bahkan semenjak 1.400 tahun yang lalu!”

Maka para ilmuwan yang hadir pun tersentak dengan pernyataan tersebut, dan meminta dengan sangat untuk menunjukkan tafsir dan makna dari kejadian itu.

Sang ilmuwan muslim segera menyitir firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا (٤٤)

“…Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Isra`: 44)

Tidaklah suara denyutan halus tersebut melainkan lafazh jalalah (nama Allah) sebagaimana tampak dalam layar.

Syahdan, nama Allah itu tidak akan pernah dapat dihilangkan, sebab nama Allah itu akan menjadikan Zikir bagi para Malaikat, Zikir para burung, Zikir para binatang melata, Zikir tumbuh-tumbuhan dan Zikir dari Nasar yang 4 (tanah, air, angin dan api) serta zikir segala makhluk yang ada pada 7 lapis langit dan 7 lapis bumi, juga zikir makhluk yang berdiam diantara langit dan bumi. (buka…..Al-Qur’an, Surah At-thalaq, ayat 1).

Adapun zikir para makhluk Allah yang kami sebutkan tadi tidaklah sama logatnya, dan tidak sama pula bunyi dan bacaannya. Tidak sedikit para akhli Sufi dan para wali-wali Allah yang telah mendengar akan bunyi zikir para makhluk itu, sungguh sangat beraneka ragam bunyinya.

Maka keheningan dan keheranan yang luar biasa menghiasi aula di mana ilmuwan muslim tersebut berbicara.

Subhanallah, Maha suci Allah! Ini adalah salah satu mukjizat dari sekian banyak mukjizat agama yang haq ini! Segala sesuatu bertasbih mengagungkan nama Allah. Akhirnya orang yang bertanggung jawab terhadap penelitian ini, yaitu profesor William Brown menemui sang ilmuwan muslim untuk mendiskusikan tentang agama yang di bawa oleh seorang Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) sebelum 1.400 tahun lalu tentang fenomena ini. Maka ilmuwan tersebut pun menerangkan kepadanya tentang Islam, setelah itu ia memberikan hadiah al-Qur`an dan terjemahnya kepada sang profesor.

Selang beberapa hari setelah itu, profesor William mengadakan ceramah di Universitas Carnich – Miloun, ia mengatakan: “Dalam hidupku, aku belum pernah menemukan fenomena semacam ini selama 30 tahun menekuni pekerjaan ini, dan tidak ada seorang ilmuwan pun dari mereka yang melakukan pengkajian yang sanggup menafsirkan apa makna dari fenomena ini. Begitu pula tidak pernah ditemukan kejadian alam yang bisa menafsirinya. Akan tetapi satu-satunya tafsir yang bisa kita temukan adalah dalam al-Qur`an. Hal ini tidak memberikan pilihan lain buatku selain mengucapkan syahadatain: “Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang haq melainkan Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusannya!”

Seorang profesor ini telah mengumumkan Islamnya di hadapan para hadirin yang sedang terperangah.

Allahu akbar! Kemuliaan hanyalah bagi Islam, ketika seorang ilmuwan sadar dari kelalaiannya, dan mengetahui bahwa agama yang haq ini adalah Islam! (DZ/Faiz-senyum muslim)

Kamis, 27 November 2014

MENUJU JIWA YANG TENANG DAN DI RIDHOI

Makna sederhana dari kata ketenangan jiwa adalah kondisi dimana jiwa itu sudah berada pada tahap ketenangan sejati, rasa lapang, tidak ada tekanan, menerima kenyataan, berpasrah diri pada Sang Khalik, bisa merasakan manisnya iman, bisa mengendalikan diri dan hawa nafsu, jauh dari kebencian, tenteram dan hati menjadi luas dan lepas.

Manusia yang sudah bisa mencapai tahap ketenangan jiwa ini adalah manusia yang memahami hakikat kehidupan, sudah mengertia apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Dan umumnya manusia akan menjadi lebih tenang jika ia sudah berada di dekat Penciptanya, jika manusia sudah mengenal dan meyakini bahwa ada kekuatan amat besar di alam ini yang melampaui kekuatan apapun dan hanya DIA yang maha berkuasa atas dirinya dan segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Dan itulah hakikat diciptakannya jiwa ini bagi seluruh mahluk, jiwa itu akan selalu mencari kebenaran hakiki tentang sosok Penciptanya dan jiwa akan merasa tenang jika sudah menemukan dan menjadikan Sang pencipta sebagai sandaran utama hidupnya. Kemanapun jiwa itu pergi dan sembunyi maka jiwa akan selalu berupaya mencari kebenaran hakiki, karena itulah hakikat diciptakannya jiwa.

"Yaitu orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan mengingat Allah swt". QS. Ar Rad :28)

Lalu seperti apa sebenarnya wujud dan kiprah sosok jiwa yang tenang dalam diri manusia sebenarnya.

HAKIKAT JIWA, AN NAFS DAN KALBU

Ada baiknya kita mengetahui dulu siapa sosok Jiwa yang menghuni raga kita ini. Jiwa atau Nafs dan biasa orang menyebutnya Soul juga memiliki sisi ghaib yang sama sekali tidak bisa kita definisikan dengan sempurna. Siapa sosok jiwa yang dimaksud dan dimana letak dan penempatannya? An Nafs atau Jiwa adalah yang memiliki bentuk atau wujud atau susuk yang belum tergambarkan, yang diciptakan dari unsur alam yaitu min sulaatin min thiin (ekstrak/saripati alam), maka dari itu sosok jiwa adalah wujud yang mudah berdaptasi dengan alam kehidupan dunia (membutuhkan asupan energi yang berasal dari alam), sedangkan Roh bukan tercipta dari unsur alam ataupun dari unsur yang sama dengan Malaikat mahupun Jin, ia adalah jisim yang hingga sekarang masih merupakan bagian dari rahasia Allah swt.

Semua berawal ketika jiwa ini disumpah untuk meyakini keberadaan Tuhan yang Esa, maka memang ia mengakui dan tidak menyanggah hal tersebut. Bahwa ada kekuatan yang berkuasa atas dirinya dan ia sudah mengakui dan ia mau menjadi saksi di hari akhir kelak. Jiwa ini adalah sosok yang merasa, berkehendak, memahami, dan menerima. Ia bisa membedakan dan bisa mengerti sebuah perintah dari Tuhannya. Jiwa ini sangat memahami bahwa ia sangat bergantung pada penciptanya, bawa ia akan selalu membutuhkan pertolongan Sang Pencipta. Sehingga jelaslah, bahwa setiap jiwa manusia ketika dilahirkan ke dunia ini ia sudah memahami hakikat ketuhanan. Dan Ia dilahirkan sudah dalam kondisi mengenal konsep penciptaan. berikut firman Allah swt dalam surah (Al Araaf:172) yang bermaksud:

“Dan Ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman : ”Bukakankan Aku ini Tuhanmu”, mereka menjawab :”Bahkan engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi”. Kami lakukan demikaian agar di hari akhirat kelak kamu tidak mengatakan: sesunggunya kami adalah oran-orang lalai terhadap keesaaaan Mu.

Itulah sebabnya setiap Jiwa manusia pasti akan senantiasa mencari tahu keberadaan Tuhan meski ilmu mereka sangat minim, meski mereka berusaha menjauhinya, mereka tidak pernah berhenti untuk mempercayai bahwa ada kekuatan yang Maha dahsyat di dunia ini. Jiwa tidak akan merasa tenang sampai pada tahap ia mengetahui siapa sosok yang yang harus disembah dan diagungkan. Karena diawal mereka sudah terikat janji dan sumpah untuk selalu hanya mengabdi kepada-Nya.

Hakikat kebutuhan beragama sudah ada sejak manusia lahir ke bumi ini. Mulai dari jaman nabi Adam hingga datanglah kemajuan baru dengan lahirnya Nabi Muhammad saw yang membawa risalah kebenaran dengan Kitab suci Al Quran. Meski selama perjalanannya memang ada sebagian ajaran yang menyimpang dan tidak sesuai akidah, namun itu akhirnya bisa dikembalikan pada kebenaran. Didalam al quran sudah terangkum dan tersusun jelas ajaran-ajaran dari nabi sebelumnya, mulai dari Kitab Taurat, Jabur dan Injil menjadi sebuah kitab yang sempurna. Dan semuanya memiliki masa berproses dengan waktu yang cukup panjang.

“Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat allah, membersihkan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. QS. Ali Imran:164.

Pilihan Jalan Ketaqwaan dan Kefasikan

Dan ketika proses penciptaan jiwa hampir mencapai kesempurnaan, maka turun ayat berikut ini, yang menyatakan bahwa pada setiap jiwa diilhamkan pilihan kepada jalan ketaqwaan atau kefasikan dalam menempuh bahtera kehidupan. Setiap jiwa akan mengetahui mana yang dimaksud dengan kebenaran dan mana yang dimaksud dengan kesalahan. Dan jiwa juga diberi pemahaman bahwa jika ia mau mensucikan diri (jiwa)nya maka ia akan menjadi lebih baik, sedangkan jika ia merusak jiwa tersebut maka ia akan menjadi kotor.

Surah Asy Syams (91:7-9) . Firmanya yang bermaksud:
Dan demi nafs (jiwa) serta penyempurnaannya, maka Allah ilhamkan kepada nafs itu jalan ketaqwaaan dan kefasikannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikannya dan sesungguhnnya rugilah orang yang mengotorinya.

Ini artinya bahwa setiap jiwa juga sudah diberikan pengetahuan tentang konsep ketuhanan yang benar, juga diberikan pemahaman tentang hakikat memilih jalan yang lurus dan jalan keburukan, juga dilengkapi dengan kemampuan mengenal dan belajar melalui banyak hal.

Setiap jiwa diperbolehkan menentukan pilihannya masing-masing. Sepenuhnya itu tergantung pada kebutuhan masing-masing jiwa. Setiap jiwa akan bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Dan setiap keputusan sudah diambil dengan penuh kesadaran, sudah melewati tahap pencarian, pembelajaran, sudah di pikirkan dan difahami dan dikaji . Tidak ada lagi alas an bagi setiap jiwa untuk menghindar dan menyanggah semua kenyataan ini bahwa manusia adalah mahluk yang tidak bersyukur jika ia tidak memahami hakikat kemanusiaannya yang sempurna ini.

“maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang dikerjakannya.” Quran At takwir :14

Dengan demikian, jelaslah bahwa setiap jiwa akan bertanggung jawab pada diri mereka masing-masing dihari akhir kelak. Setiap jiwa akan dimintakan pertanggungjawabannya atas semua perbuatan yang pernah dilakukan di dunia. Tidak ada yang dapat menyelamatkan setiap jiwa dari kehancuran dan siksa api neraka, selain amal ibadahnya selama di dunia.

CARA KERJA JIWA DAN HATI

Jadi secara harfiah, sesungguhnya jiwa manusia ketika diciptakan adalah suci dan bersih, termasuk unsure ruh yang ada didalamnya. Setiap orang diberi fitrah oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala berupa kesucian (jiwa yang lurus). Ia akan mengawali kehidupannya dengan fitrah suci ini. Manusia adalah mahluk allah yang paling sempurna komposisinya, meski ia hanya terbuat dari segenggam tanah dan setetes air mani, namun manusia adalah karya ciptaan allah yang terbaik yang pernah ada. Sebagaimana sabda Rasulullah yang bermaksud:

"Sesungguhnya kami ciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpang) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami jadikan dia mahluk yang (berbentuk) lain. Maha SUci Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (QS. Al-Mu'min [23]:12-14)

Maka dari itu beruntungkah orang yang mensucikan hatinya dan rugilah orang yang mengotori hatinya.

JIWA YANG TERSESAT

Untuk menjawab mengapa ada jiwa yang tersesat dan ada yang menuju jalan yang lurus? Dalam hal ini kita akan kembali lagi dibawa kepada sejarah masa lalu yang berkaitan dengan awal penciptaan Nabi Adam as. Dimana ketika Allah menghukum bangsa Iblis untuk keluar dari surge akibat membangkang perintah-Nya untuk tunduk dan sujud kepada Adam, maka Iblis membuat sumpah bahwa ia akan menyesatkan dan menjerumuskan manusia dan keturunannya.

Allah swt. berfirman :
قال فبعزتك لأغوينهم اجمعين الا عبادك منهم المخلصين
Artinya : Iblis bersumpah ”Demi sifat keagunganMu Tuhan, niscaya aku pasti akan membujuk anak cucu Adam semua. Kecuali hamba-hambaMu yang ikhlas (dalam beramal)”.
 

Itulah sumpah Iblis. Ia dan seluruh tentaranya akan berusaha sekuat tenaga mereka demi menjerumuskan anak cucu Nabi Adam as. Ke jalan yang sesat.  

Dalam surat Al a’rof ayat 16-17 juga di sebutkan:
قال فبما اغويتني لاءقعدن لهم صراطك المستقيم ثم لاءتينهم من بين ايديهم ومن خلفهم وعن ايمانهم وعن شمائلهم ولاتجد اكثرهم شاكرين

Artinya : ”Iblis menjawab karena Engkau (Allah) telah menghukum saya tersesat maka saya benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka dan Engkau tidak akan mendapat kebanyakan mereka bersyukur ( taat)”.

Assyeh Nashr menafsiri ayat di atas bahwa iblis akan menghalang-halangi upaya anak cucu Adam dari menjalakan semua aturan-aturan yang telah di sahkan oleh Allah, dan iblis akan menyesatkan mereka dengan berbagai bentuk rayuan-rayuanya, iblis mendatangi mereka untuk membujuk dalam berbagai bentuk:

1. Iblis menggoda manusia supaya mereka melupakan Akhirat sehingga mereka dalam kebimbangan (berada di tepi)

2. Iblis merayu manusia dengan berbagai perhiasan dunia sehingga mereka akan jatuh hati pada dunia dan melupakan Akhirat.

3. Iblis akan menyesatkan manusia dari arah agama dan keataatan artinya manusia di pengaruhi oleh iblis dalam menjalankan ibadahnya supaya mereka tidak ikhlas, malas-malas dalam beramal dan supaya ujub atau membanggakan diri dll

4. Iblis akan menggoda manusia untuk selalu berbuat maksiat dan mungkar.

Maulana Assyeh Amin Al-Kurdhi menyebutkan tentang kaitannya dengan ayat ini bahwa sewaktu allah swt memberi kelonggaran waktu pada iblis bisa hidup sampai kiamat iblis lalu berkata:
وعزتك لااخرج من قلب ابن ادم مادام فيه الروح

“Demi sifat kemulyaan-MU tuhan aku tidak akan keluar ( untuk mengganggu ) dari hatinya anak cucu adam selagi mereka masih mempunyai ruh” lalu allah berfirman:
لا امنعهم التوبة مادامت ارواحهم في اجسادهم

“Demi sifat kemulyaanku aku tidak akan menolak tobat mereka selagi ruh masih berada di jasad mereka”

Iblis berkata lagi, لاغوينهم اجمعينniscaya aku pasti akan membujuk mereka semua”
allah berfirman lagi لاكقرن عنهم سيئاتهم 
“pasti aku akan menghapus semua kejelekan-kejelekan mereka”
Iblis berkata lagi:
لااتينهم من ايديهم ومن خلفهم وعن ايمانهم وعن شمائلهم
Aku pasti akan mendatangi mereka dari arah depan mereka, dan dari belakang mereka, dan dari kanan mereka, dan dari kiri mereka”
setelah mendengar itu semua hati malaikat menjadi tipis(kasihan)terhadap manusia, kemudian allah berfirman:
انه بقي للانسان جهة الفوق والتحت فاذا رفع يديه باالدعاء على سبيل الحضوع اووضع وجهه على الارض على سبيل الخشوع غفرت له الذنوب ولا ابالى
Artinya “Sesungguhnya masih ada cara bagi manusia yaitu arah atas dan bawah, apabila manusia mau mengangkat ke dua tangan untuk berdoa dengan penuh ketundukan atau meletakkan wajahnya pada bumi ( sujud ) dengan penuh khusu’ maka aku akan mengampuni dosa-dosanya secara pasti”
 
Dalam sanubari setiap Bani Adam itu selalu di temani oleh dua teman yaitu :Malaikat


CARA KERJA SYETAN MENYESATKAN MANUSIA


Syetan dengan sedaya upaya akan menutupi hati manusia dari menerima nur illahi. Karena sesuai kodratnya setiap manusia mempunyai jiwa yang suci, didalam jiwa ada tiga sifat yang menyertainya; mutmainah, lawammah dan amara bi’su. Dalam perjalanan hidup manusia tersebut, mulai dari kanak-kanak hingga dewasa, mana diantara ketiga sifat jiwanya itu yang mendominasi. Mana diantara ketiga sifat itu yang menjadi pemimpin atas dirinya, jika ia mampu menghalau usaha syetan yang ingin menyesatkannya, semoga saja ia selamat dari bujuk rayu. Sedangkan jika ia tidak bisa mengendalikan hawa nafsu dalam dirinya, maka kemungkinan ia akan mengikuti langkah-langkah syetan.

"...dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkanmu dari jalan Allah." (QS. As Shaad:26)

Syaitan akan senantias menutupi hati manusia adalah dengan cara menghidupkan hawa nafsu tercela (nafs lawammah) dan membawanya ke arah maksiat serta kegelapan. Syetan akan membimbingnya ke jalan kefasikan, sebagaimana sudah ditetapkan bagi manusia memang mengenal adanya jalan kemungkaran. Manusia yang sudah masuk ke dalam perangkap syetan dan membiarkan jiwanya menjadi kotor dan tercemar lama kelamaan dalam dirinya berjangkit berbagai penyakit hati seperti: dengki, iri, ujub, congkak, riya, sombong dan sebagainya. Jika jiwa sudah mengetahui dan sadar bahwa tindakannya itu salah dan ia membiarkan dirinya dalam perbuatan dosa dan tidak berusaha memperbaiki diri dan bertobat. Lalu allah membiarkan dirinya tersesat sebagaimana yang tertera dalam firman-Nya surah (Jaastsiyah:23) yang bermaksud:

“Maka pernahkan kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmunya dan Allah telah mengunci mata pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya?. Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah membiarkannya sesat. Maka mengapa kamu tidak mengambil iktibarnya.”

Kesimpulan dari penjabaran di atas adalah bahwa hakikat menuju jiwa yang tenang adalah ketika seorang manusia mengenal dirinya dan mengenal juga Pencipta-Nya, maka dengan serta merta ia juga akan memahami dan mengetahui arah tujuan hidupnya. Jiwa yang tenang adalah jiwa yang dapat mengenali tugas dan kewajiban, bisa membedakan mana jalan kebenaran dan mana jalan kefasikan, bisa mengendalikan diri terutama hawa nafsunya, bisa mengenali kebutuhan jiwanya sendiri serta bisa menjadikan diri terutama jiwanya bernilai manfaat bagi orang lain. Jiwa yang tenang adalah hakikat ketenangan sejati dari dalam hati dan bisa membuat seseorang memiliki keteguhan hati dalam menentukan sikap dan bertindak menetukan jalan hidupnya sendiri menuju cahaya kebenaran illahi. Sebagaimana firman Allah tentang hati yang tenang berikut ini:

"hai jiwa yang tenang, kembalilah pada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi di ridhoi. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaku, masuklah ke dalam syurgaku". QS Al Fajr; 27-30.

Kamis, 20 November 2014

SOSOK RUH DALAM DIRI MANUSIA

Siapa sosok ruh yang ada dalam diri kita? Sudahkah kita mengenal dia dan sadarkah kita dengan keberadaannya. Lalu siapa sosok ruh itu sebenarnya? Sebelum kita melangkah lebih jauh membahas Ruh/roh halus, maka ada baiknya terlebih dahulu kita mengetahui perbedaan mendasar antara Jiwa dengan Ruh. Sebab, banyak di antara kita yang merancukan keduanya.

Ruh adalah untuk menggambarkan ‘sesuatu’ yang menyebabkan munculnya kehidupan pada benda-benda yang tadinya mati, sekaligus 'menularkan' sifat-sifat ketuhanan kepadanya. Selain itu, kata Ruh juga digunakan untuk menggambarkan malaikat, dalam bentukan kata Ruh al Qudus dan Ruh al Amin. Roh adalah suci, ciptaan Allah, sehingga ia dikategorikan sebagai Makhluk. Ayat berikut ini menggambarkan fungsi kehidupan ruh. QS. As Sajadah (32) : 9 “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya Ruh Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”

Setidak-tidaknya ada tiga hal yang menyebabkan Ruh dan Jiwa berbeda. Yang pertama, karena substansinya. Yang kedua, karena fungsinya. Dan yang ketiga, karena sifatnya.

1. Perbedaan yang pertama, pada substansinya.

Jiwa dan Ruh berbeda dari segi kualitas ‘dzat’nya. Jiwa digambarkan sebagai dzat yang bisa berubah-ubah kualitasnya: naik dan turun, pasang dan surut, kotor dan bersih, penuh dan kosong dan seterusnya. Sedangkan Ruh digambarkan sebagai dzat yang selalu baik dan suci, stabil serta berkualitas tinggi. Bahkan digambarkan sebagai 'turunan' dari Dzat Ketuhanan.

QS. Al Hijr (15) : 29 “Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya RuhKu, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.”

Tingginya kualitas Ruh itu tergambar dari 2 hal, sebagaimana disebutkan ayat di atas. Yang pertama, ditunjukkan oleh keharusan tunduk seluruh malaikat kepada manusia. Dan yang kedua, ditunjukkan oleh penggunakan 'kata ganti' KU, yang menggambarkan bahwa Allah mengakui betapa dekatNya dzat yang bernama Ruh itu dengan Allah. Kita semua tahu, malaikat tunduk kepada Adam setelah Allah 'meniupkan' Ruh-Nya kepada Adam. Setelah Allah menyempurnakan kejadian Adam sebagai seorang manusia.

Jadi, kita bisa mengambil kesimpulan umum, bahwa kualitas Ruh itulah yang menyebabkan meningkatnya martabat seorang manusia, sehingga menjadikan para malaikat menghormatinya. Yang kedua, ketinggian dzat yang disebut Ruh itu terlihat dari bagaimana Allah mengatakannya sebagai Ruh-Ku. Tidak pernah Allah, dalam firmanNya, menggunakan kata ganti kepunyaan 'KU' untuk Jiwa. Misalnya, mengatakan 'JiwaKU'. Tetapi Dia menggunakan kata ganti kepunyaan itu, untuk menggambarkan itu adalah Ruh-Nya. Penggunaan kata Ruh Ku ini tentu jangan ditafsirkan sebagai Ruh Allah yang masuk ke dalam diri manusia. Melainkan itu Ruh milik (ciptaan) Allah. Meskipun, di ayat lain, Allah juga mengatakan sebagian dari RuhKu, yang menggiring kita pada pemahaman bahwa Allah ‘mengimbaskan’ sebagian dari sifat-sifatNya kepada manusia lewat Ruh itu. Dengan adanya Ruh itulah manusia jadi memiliki kehendak. Dengan Ruh itu pula manusia bisa berilmu pengetahuan. Dengan Ruh itu pula ia menjadi bijaksana, memiliki perasaan cinta dan kasih sayang, serta berbagai bagai sifat ketuhanan, dalam skala manusia. Ya, Ruh adalah dzat yang menjadi media penyampai Sifat-sifat Ketuhanan di dalam kehidupan manusia. QS Tahrim (66) : 12

dan Maryam puteri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari Ruh Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang ta'at. QS. As Sajdah (32) : 9 Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya Ruh Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.

Dalam kaitannya dengan fisik, Allah menjelaskan bahwa Ruh tersebutlah juga dilengkapi dengan seperangkat kemampuan pendengaran, penglihatan dan hati. Ketiga unsure ini adalah merupakan salah satu dari nama-nama dan sifat-sifat terbaik allah yang kesemuanya terhimpun dalam 99 nama Asmaul Husnah. Kemampuan pendengaran yang berasosiasi dengan sifat allah yang maha mendengar (al Sammi), kemampuan penglihatan yang berasosiasi dengan salahs satu sifat allah yang maha melihat (Al Bashir) dan hati yang mana ini bukanlah bagian dari hati yang berbentuk segumpal darah dan berwarna merah, namun itu berhubungan dengan unsure yang amat peka dan paling lembut dari sifat allah yang didalamnya akan menjadi tempat masuknya hidayah, al hikmah, dan wahyu. Didalam lubuk hati kepunyaan allah yang melekat dalam unur ruh inilah nabi Muhammad saw menerima wahyu melalui malaikat jibril.

Jika tidak adanya ketiga unsure Ruh inilah, maka fungsi penglihatan pada mata, pendengaran pada telinga dan 'hati' tidak akan mampu menghasilkan kefahaman bagi seorang manusia. Dengan Ruh yang maha melihat, maha mendengar dan memahami inilah manusia dapat mengambil pelajaran. Jika tidak ada ruh maka manusia akan bertindak bagai seekor binatang saja. Hal ini dikemukakan oleh Allah dalam firmanNya. QS. Al A'raaf (7) : 179

"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai."

Jadi kita bisa merasakan betapa istimewa dan terpujinya Ruh ini. Pada Ruh lah yang menjadikan kita sebagai manusia seutuhnya, yang 'menularkan' Sifat-sifat terpuji Allah yang Serba Sempurna dalam skala kehidupan manusia. Karena demikian tingginya kualitas Ruh itu, maka di ayat lain, Allah menegaskan bahwa Ruh adalah urusan Allah. QS. Al Israa' (17) : 85

"Dan mereka bertanya kepadamu tentang Ruh. Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit

2. Perbedaan yang kedua, antara Jiwa dan Ruh adalah pada fungsinya.

Jiwa digambarkan sebagai ‘sosok’ yang bertanggung jawab atas segala perbuatan kemanusiaannya. Bukan Ruh yang bertanggung jawab atas segala perbuatan manusia, melainkan Jiwa. Karena dalam proses penciptaannya, sosok jiwa sudah diambil sumpah untuk menjadi saksi keesaan allah ketika di alam ruh, berikut firman Allah swt dalam surah (Al Araaf:172) yang bermaksud:

Dan Ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman : ”Bukakankan Aku ini Tuhanmu”, mereka menjawab :”Bahkan engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi”. Kami lakukan demikaian agar di hari akhirat kelak kamu tidak mengatakan: sesunggunya kami adalah oran-orang lalai terhadap keesaaaan Mu.

Ruh adalah dzat yang selalu baik dan berkualitas tinggi. Sebaliknya Hawa Nafsu lawammah adalah dzat yang berkualitas rendah dan selalu mengajak kepada keburukan. Sedangkan Jiwa/nafs adalah dzat yang bisa menentukan pilihan, jalan kebaikan atau keburukan. Maka, Jiwa yang akan bertanggung jawab terhadap pilihannya itu. Surah Asy Syams (91:7-10) . Firmanya yang bermaksud:

"Dan demi nafs (jiwa) serta penyempurnaannya, maka Allah ilhamkan kepada nafs itu jalan ketaqwaaan dan kefasikannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikannya dan sesungguhnnya rugilah orang yang mengotorinya.

Setiap Jiwa akan menerima konsekuensi atau balasan dari perbuatan jeleknya atau perbuatan baiknya. la terkena hukum dosa dan pahala. Sedangkan Ruh, selalu ‘mengajak’ kepada kebaikan. Ini juga ada kaitannya dengan istilah Ruh yang digunakan untuk menyebut malaikat. Malaikat adalah agent kebaikan. Lawan dari Iblis dan setan sebagai agent kejahatan.

QS. Al Mursalat (77) : 1 Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan,

QS. Fathiir (35) : 5 Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.

3. Dan yang ketiga, Perbedaan itu ada pada sifatnya.

Jiwa bisa merasakan kesedihan, kecewa, kegembiraan, kebahagiaan, ketentraman, ketenangan, dan kedamaian. Sedangkan Ruh bersifat stabil dalam 'kebaikan' tanpa mengenal perbandingan suasana. Ruh adalah kutub positif dari sifat kemanusiaan. Sebagai lawan dari sifat setan yang negatif. Dalam kalimat yang berbeda, Ruh juga digambarkan bagaikan malaikat yang mengajak pada cahaya yang terang benderang, melepaskan diri dari dunia kegelapan hawa nafsu. Seiring dengan substansi malaikat yang terbuat dari cahaya.

Sedangkan Jiwa adalah sosok yang 'bergerak' dan kualitasnya berubah terus di antara 'kutub cahaya' sang Ruh dengan 'kutub kegelapan' badan manusia yang terbuat dari tanah. Antara 'kutub malaikat' dan 'kutub setan'. Jadi kalau digambarkan secara ringkas, Allah menciptakan badan manusia dari material tanah dan kemudian 'meniupkan' sebagian Ruh-Nya kepada badan itu. Maka, hiduplah' bahan organik tanah' menjadi badan manusia, disebabkan oleh adanya Ruh. Dan akibat dari bersatunya Badan dan Ruh, sejak saat itu pula mulai aktiflah Jiwa manusianya.

Jadi, Jiwa adalah akibat. Bukan penyebab. Penyebab utama adalah masuknya Ruh ke dalam badan, kemudian muncullah Jiwa sebagai hasil interaksi antara Ruh dengan Badan. Di dalam badan yang sudah ada Ruhnya itulah Jiwa berkembang mencapai bentuknya yang tertinggi. Ada 2 kutub yang saling tarik-menarik di dalam diri kita, yaitu : Ruh dan Badan.

Ruh mewakili sifat-sifat malaikat yang penuh dengan ketenangan, ketaatan, keikhlasan, akal sehat, kesucian, cinta kasih dan kesempurnaan. Sedangkan badan mewakili sifat-sifat iblis dan setan yang menggambarkan kehidupan materialistik, pemenuhan kebutuhan badaniah, hawa nafsu, keserakahan, kesombongan, pertentangan, kemarahan, dan segala tipu daya kehidupan.

Dalam kalimat berbeda, Ruh menggambarkan Akhirat sebagai kehidupan yang sesungguhnya, sedangkan Badan menggambarkan Dunia sebagai kehidupan sementara yang penuh kepura-puraan dan semu. Ruh adalah adalah sumber Akal Sehat, sedangkan Badan adalah sumber Hawa Nafsu!




Untuk memberi keyakinan yang lebih dalam lagi kepada diri kita bahwa didalam unsure ruh manusia ini terdapat unsure dzat maha suci allah yaitu 2 dari 99 asmaul husnah, diantaranya sifat maha mendengar dan maha melihat serta maha mengetahui. Simak uraian berikut ini mengenai proses keluarnya ruh dari dalam jasad ketika menjelang kematian. Bagi kaum yang beriman, maka allah memerintahkan malaikat untuk menulis sebagian asma allah di telapak tangannya, barulah ruh itu dengan sukaren keluar dari jasad dalam keadaan tenang.



Baginda Rasullullah saw bersabda:

Apabila telah sampai ajal seseorang itu maka akan masuklah satu kumpulan malaikat ke dalam lubang-lubang kecil dalam badan dan kemudian mereka menarik rohnya melalui kedua-dua telapak kakinya sehingga sampai kelutut. Setelah itu datang pula sekumpulan malaikat yang lain masuk menarik roh dari lutut hingga sampai ke perut dan kemudiannya mereka keluar. Datang lagi satu kumpulan malaikat yang lain masuk dan menarik rohnya dari perut hingga sampai ke dada dan kemudiannya mereka keluar. Dan akhir sekali datang lagi satu kumpulan malaikat masuk dan menarik roh dari dadanya hingga sampai ke kerongkong dan itulah yang dikatakan saat nazak orang itu.”

Sambung Rasullullah saw lagi:

“Kalau orang yang nazak itu orang yang beriman, maka malaikat Jibrail as akan menebarkan sayapnya yang di sebelah kanan sehingga orang yang nazak itu dapat melihat kedudukannya di syurga. Apabila orang yang beriman itu melihat syurga, maka dia akan lupa kepada orang yang berada di sekelilinginya. Ini adalah kerana sangat rindunya pada syurga dan melihat terus pandangannya kepada sayap Jibrail as “Kalau orang yang nazak itu orang munafik, maka Jibrail as akan menebarkan sayap di sebelah kiri. Maka orang yang nazak tu dapat melihat kedudukannya di neraka dan dalam masa itu orang itu tidak lagi melihat orang di sekelilinginya. Ini adalah kerana terlalu takutnya apabila melihat neraka yang akan menjadi tempat tinggalnya.

Dari sebuah hadis bahawa apabila Allah swt menghendaki seorang mukmin itu dicabut nyawanya maka datanglah malaikat maut. Apabila malaikat maut hendak mencabut roh orang mukmin itu dari arah mulut maka keluarlah zikir dari mulut orang mukmin itu dengan berkata: “Tidak ada jalan bagimu mencabut roh orang ini melalui jalan ini kerana orang ini sentiasa menjadikan lidahnya berzikir kepada Allah swt ” Setelah malaikat maut mendengar penjelasan itu, maka dia pun kembali kepada Allah swt dan menjelaskan apa yang diucapkan oleh lidah orang mukmin itu.

Lalu Allah swt berfirman yang bermaksud:

“Wahai malaikat maut, kamu cabutlah ruhnya dari arah lain.” Sebaik saja malaikat maut mendapat perintah Allah swt maka malaikat maut pun cuba mencabut roh orang mukmin dari arah tangan. Tapi keluarlah sedekah dari arah tangan orang mukmin itu, keluarlah usapan kepala anak-anak yatim dan keluar penulisan ilmu. Maka berkata tangan: Tidak ada jalan bagimu untuk mencabut roh orang mukmin dari arah ini, tangan ini telah mengeluarkan sedekah, tangan ini mengusap kepala anak-anak yatim dan tangan ini menulis ilmu pengetahuan.” Oleh kerana malaikat maut gagal untuk mencabut roh orang mukmin dari arah tangan maka malaikat maut cuba pula dari arah kaki. Malangnya malaikat maut juga gagal melakukan sebab kaki berkata: Tidak ada jalan bagimu dari arah ini Kerana kaki ini sentiasa berjalan berulang alik mengerjakan solat dengan berjemaah dan kaki ini juga berjalan menghadiri majlis-majlis ilmu.” Apabila gagal malaikat maut mencabut roh orang mukmin dari arah kaki, maka malaikat maut cuba pula dari arah telinga. Sebaik saja malaikat maut menghampiri telinga maka telinga pun berkata: “Tidak ada jalan bagimu dari arah ini kerana telinga ini sentiasa mendengar bacaan Al-Quran dan zikir.” Akhir sekali malaikat maut cuba mencabut orang mukmin dari arah mata tetapi baru saja hendak menghampiri mata maka berkata mata: “Tidak ada jalan bagimu dari arah ini sebab mata ini sentiasa melihat beberapa mushaf dan kitab-kitab dan mata ini sentiasa menangis kerana takutkan Allah.” Setelah gagal maka malaikat maut kembali kepada Allah swt.

Kemudian Allah swt berfirman yang bermaksud:

“Wahai malaikatKu, tulis AsmaKu ditelapak tanganmu dan tunjukkan kepada roh orang yang beriman itu. ” Seketika saja mendapat perintah Allah swt maka malaikat maut menghampiri roh orang itu dan menunjukkan Asma Allah swt. Melihat Asma Allah dan cintanya kepada Allah swt maka keluarlah roh tersebut dari arah mulut dengan tenang.

 Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.

Nb: Artikel ini berasal dari hasil tulisan ustadz Hakim Bawazier yang dipublish tanggal 12 april 2012. Akibat berbagai perkembangan ilmu maka di tanggal 21 nopember 2014 ini atau setelah 2 tahun artikel ini beredar maka ia mengalami perubahan dan perbaikan untuk mendapatkan lebih baik lagi pemahaman dan pengetahuan bagi yang membacanya. Semoga bermanfaat.

Kamis, 13 November 2014

BUKTI KEBESARAN ALLAH PADA AKAL MANUSIA

Berikut beberapa hasil penelitian tentang otak atau akal yang menunjukkan perilaku akal bereaksi positif terhadap suatu rangsangan yang bersifat spiritual. Penelitian ini banyak dilakukan di dunia barat, mereka ingin mengetahui hubungan korelasi antara aktivitas otak dengan aktivitas keagamaan serta sisi kejiwaan dan tingat kecerdasan seseorang, dan hasilnya sungguh sangat mengejutkan. Penelitian itu banyak mengungkapkan bahwa otak atau akal selalu merespon positif pada apa saja yang berkaitan dengan hal bersifat spiritual keagamaam, terutama ketika itu dikaitkan dengan ayat-ayat suci Al Quran. Otak baru mau menunjukkan aktivitas yang signifikan ketika ia diperdengarkan dengan alunan bacaan al quran, mulai dari menghilangkan stress hingga membuat seorang bayi menjadi lebih baik daya tangkapnya. Otak ternyata tidak bisa berkembang sendiri dan tidak bisa bertindak sendiri, ia membutuhkan rangsangan, mulai dari hal-hal yang bersifat teknis, teoritis hingga yang bersifat spiritualis. Dan untuk membuatnya semakin dahsyat lagi, ada baiknya anda membaca serangkaian hasil observasi para ahli berikut ini dan renungkan makna ayat firman allah berikut ini:

Mahabenar Allah yang telah berfirman, “Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, simaklah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat” (Q.S. 7: 204).

1. Hubungan aktivitas spiritual dengan system kerja otak

Sebuah ah penelitian medis baru-baru ini mengungkapkan adanya serangkaian perubahan dalam tubuh manusia selama ia dalam keadaan berdoa (shalat) atau meditasi. Menurut penelitian tersebut, perubahan pertama yang tampak adalah adanya integrasi pikiran sepenuhnya dengan alam semesta setelah lima puluh detik memulai doa (shalat) atau meditasi. Studi yang dilakukan oleh Ramchandran, seorang peneliti Amerika, bersama-sama dengan sekelompok peneliti lainnya menunjukkan bahwa laju pernapasan dan konsumsi oksigen dalam tubuh manusia berkurang selama doa (shalat) dalam kisaran antara 20 dan 30%, di samping resistensi kulit meningkat dan darah tinggi lebih membeku.
Hasil penelitian tersebut melaporkan bahwa sebuah gambar yang ditangkap melalui CT scan menunjukkan adanya aktivitas kerja otak yang sangat menakjubkan selama seseorang itu berdoa (shalat). Tercatat bahwa gambar otak seseorang dalam keadaan berdoa (shalat) atau meditasi berbeda dengan gambar (otak) dalam keadaan normal. Aktivitas sel-sel saraf di otak telah berkurang dan terdapat warna mengkilap yang muncul di radiologi. Ramchandran menegaskan bahwa hasil gambar ini merupakan bukti ilmiah mengenai apa yang yang disebut “spiritual transenden” dan kehadiran agama di dalam otak, yang membawa dampak terhadap seluruh anggota, seperti otot, mata, sendi dan keseimbangan organ-organ tubuh. Ia juga menambahkan bahwa semua anggota tubuh mengirim sinyal ke otak selama seseorang berdoa (shalat) atau meditasi, hal inilah yang menyebabkan aktivitas otak meningkat, sehingga otak kehilangan kontak dengan tubuh sepenuhnya hanya menjadi pikiran murni dan menarik diri dari alam dunia ke dunia lain. Pada gilirannya, penelitian tersebut merupakan upaya yang signifikan dari para ilmuwan untuk mengungkap batas hambatan antara manusia dan rahasia otak.



2. Pengaruh bacaan al Qur’an pada syaraf, otak dan organ tubuh lainnya.

Dr. Al Qadhi, melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan bahwa hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Alquran, seorang Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat besar. Penurunan depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya. Penemuan sang dokter ahli jiwa ini tidak serampangan. Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan Alquran berpengaruh besar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.
Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh dokter yang berbeda. Dalam laporan sebuah penelitian yang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984, disebutkan, Al-Quran terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang mendengarkannya. Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh penelitian Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Objek penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mereka pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya adalah Al-Qur’an. Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni membacakan Al-Qur’an dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an. Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika mendengarkan bacaan Al-Qur’an dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an.


3. Hubungan Alunan ayat suci al Quran dengan Kecerdasan Anak Baru Lahir
Ternyata Al-Qur’an dapat merangsang tingkat inteligensia (IQ) anak, yakni ketika bacaan ayat-ayat Kitab Suci itu diperdengarkan dekat mereka. Dr. Nurhayati dari Malaysia mengemukakan hasil penelitiannya tentang pengaruh bacaan Al-Qur’an dapat meningkatkan IQ bayi yang baru lahir dalam sebuah Seminar Konseling dan Psikoterapi Islam sekitar tujuh tahun yang lalu. Dikatakannya, bayi yang berusia 48 jam saja akan langsung memperlihatkan reaksi wajah ceria dan sikap yang lebih tenang. Penulis pun mempunyai seorang keponakan yang lahir tahun 2002. Entah ada kaitan dengan dengan argumentasi di atas, yang jelas sebelum umurnya satu tahun, ia sering baru bisa tidur bila di sampingnya diperdengarkan suara orang mengaji melalui tape recorder. Seperti diketahui, dengan mendengarkan musik, detak jantung bayi menjadi teratur. Malah untuk orang dewasa akan menimbulkan rasa cinta. Hanya arahnya tidak tentu. Sedangkan Al-Qur’an, selain itu, sekaligus menimbulkan rasa cinta kepada Tuhan Maha Pencipta. Jadi, bila bacaan Al-Qur’an diperdengarkan kepada bayi, akan merupakan bekal bagi masa depannya sebagai Muslim, dunia maupun akhirat. Dalam musik terkandung komposisi not balok secara kompleks dan harmonis, yang secara psikologis merupakan jembatan otak kiri dan otak kanan, yang output-nya berupa peningkatan daya tangkap/konsentrasi. Ternyata Al-Qur’an pun demikian, malah lebih baik. Ketika diperdengarkan dengan tepat dan benar, dalam artian sesuai tajwid dan makhraj, Al-Qur’an mampu merangsang syaraf-syaraf otak pada anak. Ingat, neoron pada otak bayi yang baru lahir itu umumnya bak “disket kosong siap pakai”. Berarti, siap dianyam menjadi jalinan akal melalui masukan berbagai fenomena dari kehidupannya. Pada gilirannya terciptalah sirkuit dengan wawasan tertentu. Istilah populernya apalagi kalau bukan “intelektual”. Sedangkan anyaman tersebut akan sernakin mudah terbentuk pada waktu dini. Neoron yang telah teranyam di antaranya untuk mengatur faktor yang menunjang kehidupan dasar seperti detak jantung dan bernapas. Sementara neoron lain menanti untuk dianyam, sehingga bisa membantu anak menerjemahkan dan bereaksi terhadap dunia luar. Selama dua tahun pertama anak mengalami ledakan terbesar dalam hal perkembangan otak dan hubungan antar sel (koneksi). Lalu setahun kemudian otak mempunyai lebih dari 300 trilyun koneksi, suatu kondisi yang susah terjadi pada usia dewasa, terlebih usia lanjut. Makanya para pakar perkembangan anak menyebut usia balita sebagai golden age bagi perkembangan inteligensia anak.

Rabu, 12 November 2014

PILIHAN MATI YANG LEBIH INDAH

Mati, bagi sebagian besar orang dianggap sebagai momok yang mengerikan yang dapat menimpa siapa saja tanpa memandang waktu dan tempat. Tidak ada orang yang mau berhadapan dengan yang satu ini dengan alas an apapun. Manusia manapun yang hidup di dunia ini sangat pantang menyebut satu kata ini dalam kehidupan sehari-hari, karena bagi mereka mati berarti dimulainya suatu tahap penderitaan. Namun tahukah anda bahwa dalam sebuah peritiwa kematian juga mengandung sebuah pesan bahwa kematian bisa juga diartikan dengan mengakhiri penderitaan. Penderitaan kita selama di dunia memikul beban dosa yang semakin hari semakin bertambah seiring berjalannya waktu.

Bagi kaum muslimin, kematian adalah sebuah berkah, karena menjadi proses akhir kehidupan dunia menuju kehidupan baru yang jauh lebih baik, lebih tenang dan kekal. Sebab kehidupan di akhirat adalah kehidupan nyata dan bersifat abadi yang jauh lebih sempurna jika dibanding kehidupan dunia. Setiap muslim mengetahui dengan pasti bahwa kematian adalah bagian dari proses berpindahnya hidup di alam alam jasad ke hidup di alam ruh. Semua itu adalah bagian dari rukun iman yang mengaharuskan muslim meyakini adanya hari kiamat.

Orang islam memang dalam kehidupan di dunia mereka selalu dididik dengan amat keras menjalani kehidupan, selalu harus mengikuti aturan yang sudah ditetapkan Allah swt dalam segala lingkup kehidupan. Selalu harus bersabar dan tabah menghadapi cobaan dan harus selalu menjaga iman dalam susah dan senang. Tidak ada satupun aturan yang ringan bagi umat islam untuk dijalani karena sifat al basyirah allah yang selalu mengawasi dan maha mengetahui itu, maka manusia tidak diperbolehkan bertindak semena-mena. Tapi disisi lain, allah tidak pernah mengancam umatnya akan mendapatkan siksaan berat jika mereka menghadapi kematian kelak. Justru sebaliknya jika manusia mampu menjaga imannya, maka tidak perlu merasa takut dan trauma pada kematian. Kematian adalah satu bagian dari kehidupan. Kematian adalah sebuah akhir penderitaan fisik dan dimulainya kehidupan fana.

PROSES SAKARATUL MAUT


Apakah anda tahu apa yang menyebabkan datangnya kematian? Proses mati adalah sebuah tahap perpindahan kehidupan jasad/fisik beralih pada kehidupan alam ruh. Sebelum memasuki kehidupan alam ruh, maka aktivitas jasad harus dihentikan terlebih dahulu. Dan proses perpindahan ini juga memang tidak mudah karena sebagaimana ketentuan yang sudah berlaku, maka sebelum ruh melepaskan diri dari jasad/fisik, maka ada sebuah proses ditariknya ruh dari dalam jasad oleh malaikat, apakah dengan cara yang keras atau cara halus. Mengapa terdapat dua cara yang berbeda pada saat proses penarikan ruh? Cara yang keras adalah malaikat mencabut ruh dari jasad dengan cara di tarik sekuat tenaga, maka sakitnya tidak terkira. Namun jika dengan cara yang lembut, maka ruh itu akan keluar bagaikan air mengalir. Dan ternyata hal ini terkait dengan kualitas nafas itu sendiri, apakah orang itu selalu melafazdkan asma allah dengan benar atau tidak. Maka didalamnya mengandung hikmah, ternyata ada satu ikatan antara ruh dan jasad dalam setiap tarikan nafas kita. Dalam setiap tarikan nafas manusia terdapat asma allah. Bagi para sufi, napas kita yang keluar masuk semasa kita masih hidup ini berisi amal bathin, yaitu HU, kembali napas turun di isi dengan kalimah ALLAH, kebawah tiada berbatas dan keatas tiada terhingga. 

Itulah sebabnya pada saat manusia akan mati, maka proses pertama yang harus dilalui adalah mengeluarkan ruh dari dalam jasad, seberapa sulit dan kerasnya cara mengeluarkan ruh itu tergantung dari kualitas tarikan nafas orang tersebut. Jika selama hidupnya, pada setiap tarikan nafasnya kerap berada dalam keadaan suci (wudhu), seluruh anggota badannya selalu melakukan perbuatan terpuji maka ruh itu akan mudah melepaskan diri dari jasadnya. Sebaliknya jika selama hidup, dalam setiap tarikan nafas orang itu kerap berbuat buruk, bergunjing, menghina dan tidak pernah mensucikan diri, maka ruhnya akan sulit dikeluarkan dari jasadnya, karena sangat pekatnya kotoran yang melekat sehingga layaknya perekat yang sudah mengeras, sangat sulit dilepas, itulah sebabnya malaikat harus mengerahkan segenap tenaga untuk mengeluarkan ruh yang kotor ini dari jasadnya, dan itulah yang menyebabkan rasa sakit yang amat sangat.
Setelah ruh keluar maka jasad ini tidak akan bisa bernafas lagi. Kenapa? Karena asma allah sudah keluar dari jasadnya. Tidak ada lagi kehidupan di dalamnya. Dan itulah sebabnya mengapa orang yang sudah mati tidak bisa bernafas lagi, disalurkan oksigen ke dalam mulutnya pun, jasad tidak akan bangun lagi, ia akan tetap tergeletak kaku.

Jika selama di dunia banyak melakukan ibadah dan selalu melalafazkan asma allah, maka ruh itu akan di tarik oleh malaikat dengan cara yang mudah dan berhati-hati. Namun jika ternyata selama hidup di dunia jasadnya banyak melakukan maksiat dan mulutnya membuat fitnah dimana-mana, maka ia akan ditarik dengan sangat keras, dimana ia akan tercekik dan meronta menahan sakit.

Itulah sebabnya mengapa allah mengharuskan manusia untuk berdzikir dan menggemakan asma allah setiap saat. Karena ruh ini yang menyebabkan adanya kehidupan dalam jasad, karena didalamnya ada unsure dan dzat allah yang Maha Suci, bukan semata-mata karena manusia itu bisa menghirup udara. Dalam definisi umum sesungguhnya ketika proses bernafas, maka sesunggunya kita sedang berdzikir dan melafazkan asma allah, dengan syarat orang itu sudah bersuci (wudhu). Orang yang senantiasa menjaga dirinya dalam keadaan bersuci, maka ia akan mendapatkan satu kebaikan, karena setiap ia menarik nafas maka keluar asma allah yang maha suci dan mengalir ke dalam segenap jiwa dan raganya.
Ada dua macam kematian bagi manusia, kematian yang disebabkan atas kehendak Allah swt yang sudah menetapkan ruh untuk kembali pada pangkuan-Nya dan kematian yang disebabkan oleh tidak berfungsinya jasad/jasmani sehingga dengan terpaksa ruh harus meninggalkan jasad lebih cepat dan seharusnya. Keduanya masih merupakan misteri bagi manusia, karena tidak akan pernah ada yang tahu mengapa seseorang harus mengakhiri hidupnya, hanya Allah yang tahu dalam keadaan apa, kapan dan di mana manusia diharuskan menghentikan hidupnya di dunia. Karena itu adalah hak prerogative allah swt.

Proses berhentinya kerja jasad ada banyak cara, tapi pada umumnya memiliki sebab-sebab yang masuk akal manusia, meski sesungguhnya ruh masih bersemayam di dalam jasad dan jasad belum sepenuhnya siap untuk kembali ke pangkuan-Nya. Kematian ini dengan sangat terpaksa harus terjadi. Berikut beberapa proses kematian jasad:

1. Kematian jasad di akibatkan oleh suatu penyakit; pada kondisi ini ada sebagian fungsi organ tubuh yang tidak bisa berfungsi sempurnah sehingga mengakibatkan tidak optimalnya fungsi organ yang lain untuk menunjang kehidupan lebih lama lagi. Seandainya orang ini tetap hidup pun, maka tubuhnya tidak akan mampu melakukan banyak hal berarti, bahkan mungkan dapat merepotkan orang lain yang ada disekelilingnya, maka padanya kematian adalah lebih baik. Tapi dalam hal ini tidak ada yang tahu kapan persisnya jasad itu akan dianggap cukup layak untuk diberhentikan secara total, karena itu adalah kewenangan allah swt, manusia hanya diminta untuk berusaha dengan cara berobat dan berdoa. Karena sesungguhnya seseorang yang ditimpanya musibah penyakita adalah dalam rangka menggugurkan dosa-dosanya dimasa lalu. Menunggu hingga saat yang tepat allah baru mau menerima ruh nya kembali pada-Nya dalam keadaan sempurna.

2. Kematian jasad diakibatkan suatu kejadian pembunuhan; kondisi darurat ini diakibatkan adanya niat buruk dari orang lain untuk mengakhiri nyawa seseorang dengan cara menggunakan benda tajam atau senjata api. Sampai tahap ini pun masih ada peran allah yang memutuskan apakah orang tersebut masih diberikan kesempatan untuk selamat atau tidak. Jika ternyata tidak, karena sangat kuatya tekad si pembunuh, maka kejadian pembunuhan itu akan terus berlangsung hingga nyawa si korban tidak tertolong. Namun jika masih diberi kesempatan selamat, maka niat orang jahat itu tidak terlaksana atau allah masih dapat menyelamatkan nyawanya dengan jalan-Nya.

3. Kematian jasad diakibatkan kecelakaan; sebuah situasi yang tidak bisa dihindari, sebagai akibat dari kelalaian manusia mengendalikan kendaraan atau karena kesalahan teknis, yang menyebabkan hilangnya nyawa ratusan orang. Dalam situasi inipun allah masih mempertimbangkan apakah kejadian itu bisa diterima akal manusia atau tidak, sebagai contoh kejadian hilangnya maskapai penerbangan Malaysia MH 370 baru-baru ini, dalam situasi ini allah masih mempertimbangkan hokum manusia, dimana ketika sebuah pesawat dengan jumlah ratusan orang didalamnya tiba-tiba terjadi ledakan besar dalam pesawat, masuk akalkah jika masih ada orang yang selamat. Jika memang masih memungkinkan maka dimungkinkan bagi allah adanya korban selamat, namun jika tidak, maka seluruh penumpang akan memasuki alam baka.


4. Kematian jasad yang diakibatkan datangnya bencana alam; sesuatu peristiwa yang diakibatkan oleh adanya perubahan iklim dan cuaca suatu daerah mengakibatkan terjadinya pergerakan dalam tanah dan timbulnya tekanan di daerah lain maka terjadilah letusan gunung berapi, angin topan, tsunami, badai dan lain sebagainya yang mana hal ini pun sudah mendapat persetujuan allah untuk terjadi dan akan menimpa sekelompok orang yang ada di daerah tersebut. Maka ini termasuk bukan kematian yang diinginkan oleh manusia maupun allah sendiri, karena ini murni akibat faktor alam yang tidak boleh bertentangan dengan hukum akal manusia. Bagaimanapun buruknya dampak yang ditimbulkan, maka itu harus terjadi. sementara orang-orang yang menjadi korban maka mereka akan mendapat tempat tersendiri kelak di alam barzah. Mereka tergolong sebagai orang yang mengorbankan diri.
Ada satu keistimewaan pada empat jenis kematian jasad yang tidak dikehendaki oleh manusia ini. Pada saat akan menemui ajalnya, dalam diri manusia masih tertera suatu niat baik yang belum terlaksana, maka orang tersebut akan menjadi salah satu golongan yang beruntung, yaitu masuk kedalam kelompok orang yang pertama kali masuk surga. Seandainya dalam satu rangkaian, maka ada ribuan atau jutaan kelompok yang mengantri untuk masuk surga, maka tidak dengan orang ini, allah memberinya keistimewaan, menjadi yang pertama memasuki surga diantara 2 kelompok lainnya, yaitu kaum fakir yang istiqmah dan para penolong agama allah swt. dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-Ash radhiyallahu ‘anhumaa dari Rasulullah SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM, beliau bersabda:
هَلْ تَدْرُونَ أَوَّلَ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ
“Tahukah kalian diantara makhluk Allah yang paling pertama masuk surga?”
Para sahabat menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui.”
Beliau bersabda:
أَوَّلُ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ الْفُقَرَاءُ
“Diantara makhluk Allah yang paling pertama kali masuk surga adalah golongan orang-orang fakir
وَالْمُهَاجِرُونَ الَّذِينَ تُسَدُّ بِهِمْ الثُّغُورُ وَيُتَّقَى بِهِمْ الْمَكَارِهُ
dan orang-orang yang berhijrah untuk mengisi tapal-tapal perbatasan antara kaum muslimin dan kafir, yang dengan perantara mereka malapetaka dapat dihindarkan,
وَيَمُوتُ أَحَدُهُمْ وَحَاجَتُهُ فِي صَدْرِهِ لَا يَسْتَطِيعُ لَهَا قَضَاءً
dan salah seorang diantara mereka wafat sedang keinginan yang masih berada di dadanya tidak dapat terlaksana

5. Kematian jasad diakibatkan lanjut usia; setiap manusia diberikan batas waktu dalam kehidupannya, tidak ada yang tahu pasti berapa lama usia yang diberikan, karena itu sudah tertera dalam kitab lauful mahfudz. Yang pada intinya ketika seseorang sudah berada pada lanjut usia, maka allah masih tetap memberikan tenggang waktu untuknya bertobat dan memperbaiki diri. Hingga jika sudah berada pada saat yang tepat allah akan memanggil ruh untuk untuk segera menghadap, meski jasad dan tubuhnya masih sehat dan bugar dan ia tidak mengidap penyakit. Dalam hal ini orang tersebut sudah memenuhi syarat untuk menghadap dan sesuai ketetapan yang tertera pada dirinya.

Ya itulah rahasia kematian jasad yang misterius dan penuh hikmah. Jenis kematian yang kedua adalah karena keluarnya ruh dari jasad sebagai akibat allah mentakdirkan bagi ruh tersebut untuk diambil lebih cepat atau lebih lambat dari yang seharusnya. Bisa saja seharusnya jasad ini sudah ditetapkan akan berusia 65 tahun, namun karena ada sebab-sebab tertentu, maka allah menetapkan padanya hanya berusia 20 tahun. Sebab kematian ruh ini tidak membutuhkan alas an, tidak membutuhkan akal sehat manusia, tidak membutuhkan pembuktian dan sepenuhnya hak prerogative Allah yang menghendaki.

Itulah sebabnya setiap jiwa diwajibkan untuk mempersiapkan diri kapan saja dipanggil yang maha kuasa. Tidak pernah ada peringatan pemberitahuan mengenai hal yang satu ini, karena itulah pada hal yang satu ini disebut rahasia illahi. Yang pasti hanya allah yang maha tahu apa-apa yang akan terjadi pada setiap diri manusia, mengapa ruh manusia dipanggil ketika ia masih berusia sangat muda belia. Mengapa ada orang yang ketika sedang bertubuh sehat, tiba-tiba meninggal dunia dengan sebab yang tidak masuk akal. Jenis kematian ini memang tidak akan mudah diterima akal sehat, karena allah yang maha tahu dan sebagian menganggap dibalik itu ada rahmat dan hikmah bagi orang-orang yang ada disekelilingnya.

Lalu misteri mengapa ada orang yang diberi hidup panjang umur dan ada yang pendek. Semua itu adalah rahasia allah semata. Panjangnya umur seorang tidak berarti itu bagian dari nikmat bagi seseorang, karena bisa jadi itu adalah juga menjadi bagian dari siksa allah kepadanya. Sementara pendeknya umur juga bukan berarti itu adalah bagian dari siksa karena bisa jadi itu adalah bagian dari nikmat allah baginya. Jadi jangan pernah minta dipanjangkan umur, jika didalam usia yang panjang itu kita tidak mampu menjaga diri perbuatan tercela. Dan jangan pula kita menjadi ingin cepat-cepat menghadap kematian, sementara amal ibadah yang kita lakukan masih jauh dari kata cukup.

Mengacu pada konsep kematian secara umum dibagi menjadi dua macam:

1. Husnul khatimah;

adalah suatu cara mengakhiri kehidupan dunia dengan cara dan kondisi yang terbaik. Bagian dari suatu proses menuju alam baka dimana jiwa orang yang akan di hentikan keduniawiannya sudah merasa puas dalam segala aspek kehidupannya, ia sudah menerima takdir dan ketentuan yang sudah dijalaninya semasa di dunia, ia sudah melakukan berbagai upaya terbaik dalam menjalankan perannya sebagaimana mestinya, ia sudah tidak merasa masih ada yang tertinggal dan kurang ketika kematian sudah ada dihadapannya, secara keseluruhan orang ini sudah siap lahir dan bathin menghadapi babak akhir kehidupannya dan ia juga siap menghadapi segala konsekuensi yang akan ditanggung besar ataupun kecil. Tidak ada keraguan dan ketakutan sedikitpun dalam hatinya, ia menerima dengan seluas-luasnya hati membentang.

Sebagaimana firman allah swt berikut ini adalah kondisi sebaik-baiknya manusia di akhir hayatnya; “Hai jiwa yang tenang (Nafsu Mutmainnah), kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diredhaiNya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu, masuklah ke dalam syurgaKu.” surah (Al-Fajr : 27-30 )

Jenis jiwa dengan cara kematian ini adalah dalam keadaan sangat tenang, wajahnya berseri-seri, ada senyum kecil dipinggir bibirnya, keluar aroma wangi dari tubuhnya dan jasadnya sangat ringan ketika diangkat. Ia wafat dalam keadaan sebaik-baiknya umat yang taat dan ridho kepada tuhannya.
Bentuk kematian ini biasanya dirasakan oleh para ulama, ahli ibadah, ahli dzikir, ahli kitab dan orang-orang shaleh, orang-orang yang terjaga iman islamnya selama hidupnya. Dalam hal ini ruh sudah siap dan allah juga sudah mengharapkan kehadirannya. Criteria orang ini adalah orang yang sudah mengenal dirinya dan ia juga sudah mengenal penciptanya. Atau dengan kata lain, ia sudah mempelajari, memahami, mengkaji, dan melaksanakan semua ajaran-Nya tanpa ragu. Sebaimana sabda Nabi saw;
Artinya: “Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya, dan barangsiapa yang mengenal Tuhannya maka binasalah (fana) dirinya.

Kefanaan yang dimaksud di sini adalah para ahli ibadah itu menjadi sosok yang amat merindukan perjumpaan dengan Tuhannya dengan segenap jiwa, itu karena ia merasa sudah mengenal dengan dekat sosok Tuhan selama ini. Ia selalu ingin merasakan dapat melihat dan menatap wajah Tuhannya dalam setiap tarikan nafasnya .Disaat bersamaan allah juga sudah mengharapkan perjumpaan dengannya dan sudah mempersiapkan kebaikan padanya dengan cara mempersiapkan cara kematian/kedatangan dengan cara yang terbaik. Para ahli ibadah ini akan wafat dalam keadaan sedang bersuci dan bersujud, berada di tempat yang baik misalnya didepan masjidil haram, bertepatan dengan hari jumat di bulan ramadhan dan lain sebagainya yang mana itu juga bertujuan untuk memberi pemahaman kepada yang ditinggalkan bahwa orang tersebut sudah berpulang ke rahmtarullah dalam keadaan baik.


2. Su’ul khatimah; Adalah suatu cara mati yang paling buruk, atau situasi dimana jasad tidak dalam keadaan siap dan mau menerima segala ketentuan allah yang datang padanya. Jenis jasad ini masih dalam keadaan gelisah, takut, marah, masih ada banyak urusan yang ditinggalkannya salama di dunia dan belum diselesaikan, sehingga ia masih merasa tidak mau menghadap sang khalik, ia masih ingin meminta perpanjangan waktu dan meminta diberikan kesempatan lagi untuk memperbaiki kesalahan selama di dunia. Jenis jasad ini masih berusaha mencari pembenaran dan pembelaan diri bahwa dirinya selama di dunia tidak menerima ilmu dan pengetahuan tentang kebenaran hari akhir, tentu saja itu tidak benar. Karena sesungguhnya setiap manusia pasti mendapat petunjuk kearah hidayah bagaimanapun sulitnya situasi. Keadaan jasad saat menghadapi sakaratul maut ini sangat mengerikan, tubuhnya meronta kesakitan, lalu ia terbujur kaku, bola mata terbuka, kulitnya pucat, keluar bau busuk yang amat menyengat dan ketika diangkat sangat berat jasadnya. Ini adalah bentuk seburuk-buruknya kematian, mati masih dalam keadaan tidak ridho dan ikhlas pada ketentuan allah swt.

Salah satu contoh buruknya kematian ini adalah orang yang dengan sengaja mengakhiri hidupnya dengan jalan bunuh diri. Alas an umum orang seperti ini adalah untuk menghindari persoalan hidup di dunia. Bukan karena ia sudah merasa siap menghadap penciptanya, justru sebaliknya ia buta sama sekali tentang Tuhannya. Orang yang mati dalam keadaan ini adalah seburuk-buruknya kematian. Dan pada saat kematian itu datang, maka selama masa penantian menuju hari kiamat, jasad dan ruh disiksa secara terus-menerus tanpa henti.