Rabu, 18 Mei 2016

HIDUPLAH ALA PHILOSOFI POHON

Jika anda pernah melihat dengan seksama sebatang pohon yang tumbuh di sekitaran anda, apa yang anda kagumi dari wujud pohon itu. Ternyata ada hikmah besar mengapa Allah menciptakan mahluk yang satu ini, yaitu adanya unsur keindahan, ketenangan, keikhlasan, kemanfaatan dan kesabaran.

Pohon ini hanya bisa diam didalam sepi, walau ramai hiruk pikuk disekelilingnya ia tidak bergeming dan bahkan semakin menjulang ke atas. Hakikatnya jika manusia bisa mengambil hikmah dari penciptaan Pohon, maka manusia akan mampu mencapai keutamaan.

Nilai hidup ala Philosofi Pohon;

- Walau tak bisa bergerak (diam dan khusuk) tetapi ia bisa menembus perut bumi dan mencapai langit (puncak).

- Walau tidak bisa berlari (menghindar) dari terpaan badai (masalah), tetapi ia bisa tetap bertahan dan memberi perlindungan kepada yang membutuhkan.

- Walau punya keterbatasan, ia tetap bisa memberi manfaat kepada semua Mahluk-Nya; daun, batang, buah, kayu bahkan akar semua bermanfaat.


Jika manusia bisa mengilhami keindahan dari sebatang pohon, maka ia akan mampu mencapai puncak keutamaan hidup yaitu puncak kemuliaan di sisi-Nya. Pohon adalah salah satu contoh nyata keabadian, ia sudah ada sejak pertama kali alam ini diciptakan hingga datangnya hari Akhir, mereka adalah mahluk keabadian.

Selasa, 17 Mei 2016

Perbanyaklah Zikir Membaca “Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil Adzim” ...

Perbanyaklah Zikir Membaca “Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil Adzim” ...

“Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil Adzim”, Artinya “Maha Suci Allah dengan segala puji bagi-Nya, Maha Suci Allah yang Maha Agung.”

Zikir dengan menggunakan lafal “Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil Adzim” merupakan salah satu kalimat yang banyak dianjurkan di dalam hadits-hadits Nabi saw, antara lain sebagai berikut:

1) Rasulullah Saw bersabda : “Dua kalimat yang ringan diucapkan lidah, berat dalam timbangan, dan disukai oleh (Allah) Yang Maha Pengasih, yaitu kalimat subhanallah wabihamdihi, subhanallahil ‘Azhim (Mahasuci Allah dan segala puji bagi-Nya, Mahasuci Allah Yang Maha Agung).” (HR Bukhari 7/168 dan Muslim 4/2072);

2) Rasulullah Saw bersabda : “Sesungguhnya sebaik-baik ucapan kepada Allah SWT adalah kalimat subhanallah wa bihamdihi.” (HR Muslim dan Tirmidzi).

3) Diriwayatkan dari Abi Dzar. Rasulullah pernah ditanya, “Perkataan apa yang paling utama?” Beliau menjawab, “Yang dipilih oleh Allah bagi para malaikat dan hamba-hamba-Nya, yaitu subhanallah wabihamdihi (Mahasuci Allah dengan segala puji bagi-Nya).” (HR Muslim).

4) Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa mengucapkan subhanallah wabihamdihi seratus kali dalam sehari, ia akan diampuni segala dosanya sekalipun dosanya itu sebanyak buih di laut.” (HR Muslim dan Tirmidzi)

5) Ibnu Umar ra meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah saw berkata kepada para sahabatnya, “Ucapkanlah subhanallah wa bihamdihi sebanyak seratus kali. Barangsiapa mengucapkannya satu kali maka tertulis baginya sepuluh kebaikan, barangsiapa mengucapkannya sepuluh kali maka tertulis baginya seratus kebaikan, barangsiapa mengucapkannya seratus kali maka tertulis baginya seribu kebaikan, barangsiapa menambahnya maka Allah pun akan menambahnya, dan barangsiapa memohon ampun, niscaya Allah akan mengampuninya.”

6) Dalam kitab “Syarhul Washiyah” diterangkan sebuah hadits mengenai keutamaan dzikir subhanallah wa bihamdihi. Dikatakan bahwa kalimat subhanallah wa bihamdihi adalah kalimat yang sangat dicintai Allah swt dan merupakan kalimat yang paling utama dari kalimat-kalimat lainnya.

Barangsiapa mengucapkannya maka akan tertulis baginya kebaikan yang banyak dan Allah akan menghapus dosa orang yang mengucapkannya walau dosa orang tersebut lebih banyak daripada buih yang ada di lautan.

7) Dalam musnad Imam Ahmad diceritakan bahwa ketika menjelang ajal Rasulullah saw, Beliau memanggil putrinya dan berkata, “Aku perintahkan engkau agar selalu mengucapkan subhanallah wa bihamdihi, karena kalimat tersebut merupakan doa seluruh makhluk dan dengan kalimat itulah semua makhluk mendapat limpahan rezeki.”

8) Abu Dzar berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah saw amal apakah yang paling dicintai Allah swt. Beliau menjawab, ‘Yang telah dipilih Allah untuk para Malaikat-Nya, yaitu subhanallah wa bihamdihi subhanallahil adzim.”

9) Diriwayatkan dalam “Shahih Bukhari” bahwa suatu ketika datang seorang lelaki mengeluhkan keadaannya kepada Rasulullah saw. Ia berkata, “Dunia ini telah berpaling dariku dan yang telah kuperoleh dari tanganku sangatlah sedikit.” Rasulullah saw bertanya kepadanya, “Apakah engkau tidak pernah membaca doanya para Malaikat dan tasbihnya seluruh makhluk yang dengan itu mereka mendapat limpahan rezeki?” Lelaki itu bertanya, “Doa apakah itu wahai Rasulullah?”

Rasulullah saw menjawab, “Subhanallah wa bihamdihi subhanallahil adzim, dan beristighfarlah kepada Allah sebanyak seratus kali diantara waktu terbitnya fajar hingga menjelang waktu shalatmu, dengan itu dunia akan tunduk dan merangkak mendatangimu, dan Allah menciptakan dari setiap kalimat tersebut Malaikat yang selalu bertasbih kepada Allah hingga hari kiamat dan untukmu pahalanya.”

10) Dalam hadit riwayat Imam Muslim, zikir dengan ucapan lafal “ Subhanallahi wa bihamdihi ‘adada khalqihi,wa ridhaka nafsihi, wa ziinata ‘Arsyihi, wa midada kalimatihi’(Maha Suci Allah dan segala puji bagiNya sebanyak bilangan makhlukNya, dan sebesar ridha diriNya, dan seberat ‘Arasy-Nya,dan sebanyak hitungan kalimatNya).’ (Hadis riwayat Muslim)

Sahabatku...

Hadits-hadits di atas sudah cukup menunjukkan bobot yang dimiliki dalam kalimat “Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil Adzim” . Sebuah kalimat yang mudah untuk diucapkan maupun dihafal. Bahkan, bagi seorang muslim yang buta huruf juga sangat mudah untuk dipelajari.

Tidak menutup kemungkinan bahwa Allah ingin mengajarkan kepada hamba-hamba-Nya yang ikhlas beribadah kepada-Nya untuk dapat melakukan ibadah walaupun dengan kalimat yang ringan dan mudah untuk diucapkan.

Kalimat “Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil Adzim” merupakan kalimat yang penuh manfaat. Kandungan hikmah yang terdapat dalam lafal tersebut jika dibandingkan dengan apa pun tidak akan dapat tertandingi.

Senin, 16 Mei 2016

Kalimat Luar Biasa Diajarkan pada Isra Miraj

Pada malam Isra’ Mi’raj ada suatu kalimat yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam pada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mau tahu apa itu? Dari Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,


أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَيْلَةَ أُسْرِىَ بِهِ مَرَّ عَلَى إِبْرَاهِيمَ فَقَالَ مَنْ مَعَكَ يَا جِبْرِيلُ قَالَ هَذَا مُحَمَّدٌ.فَقَالَ لَهُ إِبْرَاهِيمُ مُرْ أُمَّتَكَ فَلْيُكْثِرُوا مِنْ غِرَاسِ الْجَنَّةِ فَإِنَّ تُرْبَتَهَا طَيِّبَةٌ وَأَرْضَهَا وَاسِعَةٌ. قَالَ « وَمَا غِرَاسُ الْجَنَّةِ ». قَالَ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada malam Isra’, pernah melewati Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Nabi Ibrahim ketika itu bertanya pada malaikat Jibril, “Siapa yang bersamamu wahai Jibril?” Ia menjawab, “Muhammad.” Ibrahim pun mengatakan pada Muhammad, “Perintahkanlah pada umatmu untuk membiasakan memperbanyak (bacaan dzikir) yang nantinya akan menjadi tanaman surga, tanahnya begitu subur, juga lahannya begitu luas.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa itu ghirosul jannah (tanaman surga)?” Ia menjawab, “Laa hawla wa laa quwwata illa billah (tidak ada daya dalam menjauhi maksiat dan tidak ada upaya menjalankan ketaatan melainkan dengan pertolongan Allah, pen.).” (HR. Ahmad, 5: 418. Hadits ini secara sanad itu dha’if. Namun kata Syaikh Al-Albani isi atau matan hadits itu shahih karena punya berbagai macam penguat. Lihat Al-Isra’ wa Al-Mi’raj karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, hlm. 107-108) Ada beberapa faedah yang bisa dipetik dari hadits di atas: Peristiwa Isra’ Mi’raj benar adanya.

Ketika melakukan isra’, Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertemu para nabi di antaranya Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Nabi Muhammad ketika melakukan Isra’ Mi’raj ditemani oleh malaikat Jibril. Umat Nabi Muhammad diajarkan oleh Nabi Ibrahim suatu kalimat yang menjadi tanaman di surga, menjadikan tanahnya di surga subur dan luas, yaitu kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah (tidak ada daya dalam menjauhi maksiat dan tidak ada upaya menjalankan ketaatan melainkan dengan pertolongan Allah, pen.). Makna kalimat laa hawla wa laa quwwata illa billah menunjukkan sifat pasrah dan tawakkal dalam hal menjauhi maksiat dan melakukan ketaatan, semuanya dimudahkan hanya dengan pertolongan Allah. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, لاَ حَوْلَ عَنْ مَعْصِيَةِ اللهِ إِلاَّ بِعِصْمَتِهِ، وَلاَ قُوَّةَ عَلَى طَاعَتِهِ إِلاَّ بِمَعُوْنَتِهِ “Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindungan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.” Imam Nawawi menyebutkan berbagai tafsiran di atas dalam Syarh Shahih Muslim dan beliau katakan, “Semua tafsiran tersebut hampir sama maknanya.” (Syarh Shahih Muslim, 17: 26-27)

Catatan: Kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah bukan menjadi ritual khusus pada malam Isra’ Mi’raj. Pembahasan ini juga bukan jadi dalil bagi kaum muslimin untuk merayakan Isra’ Mi’raj karena mengenai kapan peristiwa besar itu terjadi tidak diberitahukan kepada kita dalam riwayat yang shahih. Generasi terbaik dari umat ini dari para salaf pun tidak pernah merayakannya. Wallahu a’lam. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, ”Tidak dikenal dari seorang dari ulama kaum muslimin yang menjadikan malam Isra’ memiliki keutamaan dari malam lainnya, lebih-lebih dari malam Lailatul Qadr. Begitu pula para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik tidak pernah mengkhususkan malam Isra’ untuk perayaan-perayaan tertentu dan mereka pun tidak menyebutkannya. Oleh karena itu, tidak diketahui tanggal pasti dari malam Isra’ tersebut.” (Zaad Al-Ma’ad, 1: 57) Semoga jadi ilmu yang bermanfaat.

Referensi: Al-Isra wa Al-Mi’raj. Cetakan kelima, tahun 1421 H. Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Penerbit Al-Maktabah Al-Islamiyyah. Zaad Al-Ma’ad. Cetakan keempat, tahun 1425 H. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Penerbit Muassasah Ar-Risalah. Keutamaan “Laa hawla wa laa quwwata illa billah” Arti “Laa hawla wa laa quwwata illa billah” Perayaan Isra Miraj dalam Tinjauan — @ DS Panggang, Gunungkidul, 26 Rajab 1438 H Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal Sumber : https://rumaysho.com/15640-kalimat-luar-biasa-diajarkan-pada-isra-miraj.html Sumber : https://rumaysho.com/15640-kalimat-luar-biasa-diajarkan-pada-isra-miraj.html Sumber : https://rumaysho.com/15640-kalimat-luar-biasa-diajarkan-pada-isra-miraj.html

Selasa, 10 Mei 2016

Ilmu Firasat dalam Islam (Intuisi)

INTUISI/FIRASAT TAJAM

اتقوا فراسة المؤمن ، فإنه ينظر بنور الله

“Hati- hatilah dengan firasat orang yang beriman, karena dia melihat dengan cahaya Allah. “(HR Tirmidzi dengan sanad lemah ,dalam Al Sunan, Kitab : Tafsir, Bab : Tafsir surat Al Hijr. (hadits 3127).

Pengertian Firasat

Firasat, kalau kita kaji dengan teliti, ternyata terdapat di dalam ajaran Islam. Dalilnya, selain hadits di atas, adalah beberapa ayat Al Qur’an yang menyentuh masalah firasat tersebut, di antaranya adalah firman Allah:

إن في ذلك لآيات للمتوسمين “ Sesungguhnya pada peristiwa itu terdapat tanda- tanda bagi orang – orang yang “ Al Mutawassimin “ (QS Al Hijr: 75).

Al Mutawasimin menurut pengertian ulama adalah orang-orang yang mempunyai firasat, yaitu mereka yang mampu mengetahui suatu hal dengan mempelajari tanda-tandanya.

Sebagaimana firman Allah:

ولو نشاء لأريناكهم فلعرفتهم بسيماهم

“Sekiranya Kami kehendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu, sehingga kamu benar- benar mengetahui mereka dengan tanda- tandanya.“ (QS Muhammad: 30).

Allah juga berfirman :

يحسبهم الجاهل أغنياء من التعفف تعرفهم بسيماهم

“Orang – orang yang bodoh menyangka mereka adalah orang kaya, karena mereka memelihara diri dari meminta- minta, kamu mengetahui mereka dengan tanda- tandanya.“ (QS Al Baqarah: 273).

Walaupun hadits di atas sanadya lemah, namun makna dan artinya tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Banyak hal yang membuktikan bahwa orang yang beriman mampu memandang sesuatu dengan tepat dan akurat. Karena Allah memberikan kekuatan kepada orang yang beriman kepada-Nya, yang mana hal itu tidak diberikan kepada orang lain.

Kekuatan yang diberikan Allah tersebut, tidak hanya terbatas kepada cara memandang, melihat, memutuskan suatu perkara ataupun mencarikan jalan keluar. Akan tetapi, kekuatan tersebut mencakup seluruh aspek kehidupan ini. Orang yang beriman mempunyai kelebihan kekuatan dalam bersabar menghadapi ujian dan cobaan, karena dia yakin bahwa hanya Allah-lah yang mampu menyelamatkan dan memberikan jalan keluar dari ujian tersebut, sekaligus berharap dari ujian tersebut, bahwa dia akan mendapatkan pahala di sisi-Nya dan akan menambah ketinggian derajatnya di akherat kelak. Apalagi tatkala dia mendengar hadits yang menyatakan :

“ Jika Allah mencintai hamban-Nya , niscaya Dia akan mengujinya “,tentunya, dia akan bertambah sabar, tabah dan tegar.

Di dalam peperangan, orang yang berimanpun mempunyai stamina dan keberanian yang lebih, karena mati syahid adalah sesuatu yang didambakan. Mati mulia yang akan mengantarkannya kepada syurga nan abadi tanpa harus dihisab dahulu. Belum lagi nilai jihad yang begitu tinggi, yang merupakan “puncak“ ajaran Islam, suatu amalan yang kadang, bisa menjadi wasilah(sarana) untuk menghapuskan dosa-dosanya, walaupun dosa tersebut begitu besar, seperti yang dialami oleh Ibnu Abi Balta’ah seorang sahabat yang terbukti berbuat salah, dengan membocorkan rahasia pasukan Islam yang mau menyerang Makkah. Keikutsertaannya dalam perang Badar, ternyata mampu menyelamatkannya dari tajamnya pedang Umar ibnu Khottob.

Dalam bidang keilmuan, tentunya keimanan seseorang mempunyai peran yang sangat urgen di dalamnya. Masalah keilmuan ini ada kaitannya dengan masalah firasat, yang merupakan pembahasan kita kali ini. Allah berfirman :

واتقوا الله ويعلمكم الله

“ Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, dan Allah mengajarimu“ (QS Al Baqarah: 282).

Ayat di atas menunjukan bahwa barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan mengajarinya( memberikan ilmu kepadanya ).Kalau orang – orang awam sekarang menyebutnya dengan “ Ilmu Laduni “ , yaitu ilmu yang diberikan Allah kepada seseorang tanpa melalui proses belajar, yang wajar dilakukan orang. Hakekat Ilmu Laduni ini sudah kita terangkan pada pembahasan sebelumnya.

Di sana juga, terdapat hadits yang mendukung ayat di atas, yaitu hadits yang berbunyi :

Barang siapa yang mengajarkan Al Qur’an , niscaya Allah akan mengajarkan sesuatu yang belum ia ketahui “

Artinya : "Mengajarkan Al Qur’an adalah salah satu dari kegiatan yang menambah ketaqwaan atau keimanan seseorang kepada Allah, sehingga dengan amalan tersebut Allah akan membalasnya dengan mengajarkan kepadanya sesuatu yang ia belum mengetahuinya."

Salah seorang sahabat Nabi Muhammad saw pernah berkata : “ Seorang yang alim melihat fitnah ( kekacauan dan sejenisnya ) sebelum datang, sedang orang yang jahil melihat fitnah setelah terjadi “ . Maksudnya , bahwa orang yang alim ( tentunya disertai dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Alah ) mempunyai firasat atau pengetahuan akan sesuatu yang akan terjadi, sedang orang yang bodoh dan tidak bertaqwa kepada Allah , tidak mengetahuinya kecuali setelah peristiwa tersebut terjadi. Ini bukan berarti sang alim tadi mengetahui hal- hal yang ghoib dengan begitu saja, akan tetapi artinya bahwa dia mengetahuinya dengan tanda- tanda ( firasat ) yang telah diberikan Allah kepadanya, atau tanda-tanda tersebut telah disebutkan Allah di dalam kitab suci-Nya dan hadits nabi-Nya.https://www.ahmadzain.com/read/ilmu/41/ilmu-firasat-dalam-islam/

Jumat, 06 Mei 2016

SIKSA BERLIPAT BAGI USTAD/USTADZAH MABUK DUNIA

Beberapa waktu belakangan ini kita disibukkan dengan pemberitaan ustad dan ustazah muda di berbagai media, tentang bagaimana kiprahnya menyandang gelar sebagai pendakwah yang mengundang kontroversi karena dianggap tidak bisa berlaku sebagaimana pemuka agama yang baik dan bisa memberi tauladan.

Disinyalir para ustadz/ah ini menggunakan ketenarannya untuk mencari kesenangan dunia atau bahkan memanfaatkan kedudukannya di masyarakat untuk meraup keuntungan demi memuluskan berbagai rencana mereka dengan cara memanfaatkan pengaruhnya sehingga mereka bisa menggalang banyak dana untuk dijadikan alasan untuk membangun sekolah bertema agama, majlis taklim, masjid dan sebagainya.

Singkat kata, para pendakwah ini menggunakan dalih agama untuk membenarkan ambisinya mendirikan fasilitas bertema agama keperluan bekal akhirat mereka. Siapa sajakah? Ada ustad yang terkenal dengan ajaran "matematika Sedekah" dengan terang-terangan menjual produk jasa keuangan kepada pengikutnya (Paytrend) sejenis multilevel marketing untuk menjembatani para pemberi sedekah. Atau Ustadzah berinisial OSD (Oki Setyana Dewi) yang belakangan ini heboh mendapat boikot dr 3000 orang atas status Ustadzah yang disandangnya, dan diberitakan kerap memasang tarif tinggi pada tiap kesempatan, dan meminta pelayanan fasilitas mewah (bintang 5) jika ingin memanggilnya berceramah, dengan dalih dalam ranggka menghimpun dana untuk membangun sekolah penghafal Al Quran dan beberapa ambisi pribadi lainnya. Dan beberapa ustad/zah lain yang belum di ekspos media. Ini sangat memprihatinkan kita sebagai umat muslim tentuya.

Apa yang melanda para ustad muda ini? Itu karena mereka sudah terlena dalam ketenaran, kepopuleran, disanjung dan di puja para pengikutnya dan terlena pada kenikmatan berbagai fasilitas duniawi. Yang mana mereka sendiri hanyalah manusia biasa yang sama dengan orang pada umumnya, punya ambisi dan keinginan, bedanya, mereka memiliki kelebihan ilmu dan mereka diberi kepercayaan oleh manusia untuk tampil di muka umum untuk memberi pencerahan kepada yang awam. Bedanya lagi, mereka tidak bisa menahan diri ketika ketika dunia menghadap dirinya.

Tahukah anda bahwa kebanyakan ustadz/ulama tidak mau/menghindar membaca bab ini karena mereka tau tidak bisa mencicipi kenikmatan dunia, atau mereka sudah merasa dipuncak keimanan maka mereka beranggapan mereka tidak akan mendapat siksa api neraka karena usahanya, tetapi itu salah besar. Karena Allah juga sudah menyediakan siksa bagi mereka yang berkhianat. Sebagian Hukama memberi gelar khusus kepada para ustad/zah jenis ini, yaitu para Ulama Dunia. Karena mereka mengerti konsekuensi besar atas sandangan gelar tersebut tapi mereka tutup mata dan telinga dan menjadi gelap mata.

Lalu apa yang dimaksud dari kata "Ulama Dunia" yaitu ulama yang menyebarkan ilmunya kepada umat untuk mengejar-ngejar keindahan dunia, sebagai jembatan untuk memperoleh kemuliaan dan kedudukan di hadapan para memimpin dunia.

Nabi saw. bersabda: "Kelak di akhir jaman, ada orang bodoh tekun beribadah dan para alim-ulama yang menyimpang."

Nabi saw. juga bersabda: "Janganlah kamu belajar ilmu dengan tujuan berbangga diri dihadapan para ulama, untuk mendebat kepada orang-orang bodoh dan untuk menarik simpati dari manusia. Barang siapa melakukan hal tersebut, maka nerakalah tempat kembalinya."

Nabi saw juga bersabda: "Barang siapa yang bertambah ilmunya tetapi tidak bertambah petunjuk atas dirinya, maka tidak semakin dekat dia kepada Allah tapi semakin jauh."

Semua ini menunjukkan betapa bahayanya suatu ilmu berada di tangan yang salah. Kadang kala, orang alim justru mengajukan diri mereka ke dalam kehancuran; hancur selamanya atau beruntung selamanya. Dan sungguh, orang yang terjun ke dalam ilmu akan sulit keselamatannya kalau dia tidak betul-betul beruntung.

Umar. ra berkata: "Sesungguhnya sesuatu yang paling aku khawatirkan diantara semua masalah yang ku khawatirkan menimpa umat ini adalah semakin banyaknya orang munafik yang pandai(alim ulama). Mereka bertanya: " Bagaimana bisa seorang munafik bisa alim!"

Umar ra. menjawab: "Alim dan pandai lidahnya, tapi hati dan amalnya amat bodoh."

Hasan ra. berkata: "Janganlah kamu mengumpulkan ilmu dari ulama dan menimba mutiara hikmah dari para hukama, namun jalanmu seperti jalannya orang-orang bodoh dalam hal beramal."

Fudlail bin Iyyad berkata: "Sungguh aku merasa kasian terhadap tiga macam orang" :
1). Orang bangsawan yang menjadi rendah
2). Orang kaya yang jatuh miskin
3). Orang alim yang dipermainkan manusia.

Kata Hasan: "Siksa seorang ulama dunia adalah hati yang mati. Dan hati yang mati disebabkan mencari dunia dengan perbuatan yang bersifat ukhrawiyah."

Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya ada orang alim yang disiksa dengan suatu siksaan, dan para penghuni neraka akan mengelilinginya karena terlalu beratnya siksa."

Maksud orang alim tersebut adalah orang alim yang menyimpang (dari kealimannya). Usamah bin Ziad ra. berkata: "Aku mendengar rasulullah bersabda: " Pada hari kiamat akan didatangkan orang-orang alim, kemudian di lempar ke neraka sampai usus-ususnya terburai keluar laksana seekor keledai berputar membawa panggilingan."
Para penghuni neraka berkumpul dan bertanya: "Mengapa kamu seperti ini!" Dia menjawab: "AKu memerintahkan kebaikan tapi aku sendiri tidak melaksanakannya."

Sungguh siksa bagi ulama dunia akan dilipatgandakan karena besarnya maksiat mereka, karena sesungguhnya mereka mengerti, namun mereka menampik semua kebenaran itu. Maka dari itu Allah Swt berfirman dalam Al Quran:

"Sesungguhnya orang-orang munafik berada dalam tingkat neraka paling bawah...." (QS. An Nisa:145)

Firman-Nya yang lain:
"Maka ketika datang kepada mereka apa yang mereka mengerti, lalu mereka mengingkari, maka laknat Allah buat orang-orang yang ingkar." (QS. Al Baqarah:89)

Firman Allah Swt mengenai kisah Bal'am Baa'urak:
"Dan bacakanlah kepada mereka suatu kabar mengenai orang-orang yang sudah Kami berikan ayat-ayat kepadanya, kemudian dia membuangnya sampai dia diikuti syetan, maka dia termasuk orang-orang yang sesat." (QS. Al Araf:175)

Sampai Dia berfirman:
"Maka dia laksana seekor anjing, jika engkau menghalau, dia akan menjulurkan lidahnya..." (QS. Al Araf :176)

Demikianlah nasib orang alim yang lacut (menyimpang), Sebab Ba'lam telah diberi Kitab oleh Allah, namun ia lebih senang mengikuti hawa nafsunya, lantas ia pun diumpamakan anjing. Artinya, di diberi hikmah atau tidak diberikan, lidahnya tetap menjulur keluar mengikuti kesenangan hawa nafsu.

Maka dari itu Nabi saw bersabda: "Sebaik-baiknya manusia adalah orang mukmin yang alim, yang bila dibutuhkan bisa memberi manfaat, bila tidak dibutuhkan, maka ia bisa mencukupi dirinya."


Catatan: "Memang tidak semua ustad memiliki prilaku seperti diatas, dimasa lalu kita pernah punya Alm. Ustad Jefry Al Bukhori yang kini sudah tenang di sisi Allah, semasa hidupnya walau ia sedang berada di puncak kejayaan dan dunia sedang menghadap dirinya, namun dia tidak silau dan terlena, sebaliknya beliau hanya memilih menjual pakaian Koko yang dirancangnya sendiri di pasar Tanah Abang, atau menciptakan lagu2 Nasyid yang indah, perilakunya tetap rendah hati dan sederhana, mungkin inilah sebabnya Beliau dipanggil lebih dahulu, agar tidak terjangkit penyakit mabuk dunia. Semoga Arwahnya tenang di alam sana."
Mengapa para ustadz yang ada sekarang tidak bisa bersikap seperti Alm. Uje? mengapa mereka memilih menghamba kepada manusia dan kesenangan dunia? Maka dari itu teman, berhati-hatilah kita jika ingin mendapat gelar ustadz/ah, pelajarilah ilmu sebaik-baiknya, karena siksa bagi para ustadz/ulama amat berat di akhirat. Dan berhati-hatilah jika ingin mengikuti ilmu pendakwah, karena jika kita tidak tahu apa yang ada dalam hatinya (motif utama yg bukan krn Allah), maka kelak kita juga akan ikut disiksa bersamanya.

Sangat besar hikmah yang dikandung dari peristiwa ini, yaitu ke depannya akan menjadi pelajaran bagi kita semua untuk tidak lagi sembarangan dan asal-asalan dalam memilih pemimpin/pemuka agama, lihatlah bagaimana cara mereka memperlakukan dirinya, apakah mereka memang bersungguh-sungguh ingin berbakti kepada Allah atau ada unsur lain yang menyelimutinya. Sayang sekali jika akhirnya kita tidak bisa memilih siapa orang yang pantas menjadi imam kita, sementara kita mengerti beratnya konsekuensi itu juga akan menjadi tanggung jawab kita nantinya.


Rabu, 04 Mei 2016

Kenali Faktor Pemicu Dan Tanda-Tanda Bunuh Diri

Bunuh diri merupakan cara yang dilakukan seseorang untuk mengakhiri hidupnya. Mereka yang memutuskan untuk bunuh diri, melakukannya dengan cara menggantung diri, minum obat-obatan melebihi dosis, menenggak cairan beracun, atau menggunakan senjata.

Biasanya hal tersebut dilakukan secara diam-diam sehingga sulit untuk dicegah. Oleh karena itu, penting untuk mengenali pemicu dan tanda-tanda seseorang yang ingin bunuh diri. Siapa tahu, orang-orang terdekat Anda menyimpan niat demikian. Sudah menjadi kewajiban Anda untuk mencegahnya melakukan perbuatan itu.

kenali faktor pemicu dan tanda tanda bunuh diri - alodokter

Faktor Pemicu Seseorang Berniat Bunuh Diri
Berdasarkan data kepolisian Republik Indonesia, terdapat sekitar 70-an kasus bunuh diri pada tiap bulan di tahun 2013.
Pemicunya pun beragam, seperti ditolak dalam pergaulan, masalah ekonomi, tidak lulus Ujian Nasional, konflik dengan keluarga, masalah percintaan, hingga motif terorisme.

Selain itu, faktor yang memicu seseorang ingin bunuh diri biasanya berhubungan pula dengan kondisi kesehatan mental seperti:

Gangguan bipolar. Orang yang memiliki gangguan bipolar akan mengalami perubahan mood yang sangat drastis. Yang tadinya merasa sangat gembira dan bersemangat, mendadak bisa berubah menjadi sedih, tidak bersemangat, dan bahkan depresi. Kalangan ini memiliki risiko 20 kali lebih tinggi untuk melakukan percobaan bunuh diri jika dibandingkan dengan orang normal. Diperkirakan, 1 dari 3 orang dengan gangguan bipolar akan mencoba bunuh diri setidaknya 1 kali selama hidupnya.

Depresi berat. Ciri-ciri orang yang mengalami depresi berat adalah merasa putus asa, suasana hati yang buruk, merasa lelah, atau kehilangan minat dan motivasi. Ciri-ciri semacam ini dapat memberi dampak buruk bagi kehidupan orang tersebut secara menyeluruh. Pada akhirnya memicu mereka untuk lebih mungkin mencoba untuk bunuh diri.

Anoreksia nervosa. Menjauhi makanan sebisa mungkin dan selalu berbohong bahwa mereka tidak lapar atau sudah makan. Itulah tanda-tanda pengidap anoreksia. Kalangan ini merasa dirinya gemuk sehingga membuat mereka terus-menerus menurunkan berat badan. Diperkirakan 20 persen pengidap anoreksia akan melakukan percobaan bunuh diri setidaknya sekali selama hidupnya.
Gangguan kepribadian. Tanda utama seseorang memiliki gangguan kepribadian adalah sering menyakiti diri sendiri. Tanda lainnya adalah emosi yang tidak stabil atau memiliki masalah dalam bersosialisasi. Kalangan ini bisa memiliki riwayat pelecehan seksual pada masa kecilnya dan memiliki risiko lebih tinggi untuk bunuh diri. Diperkirakan lebih dari setengah orang-orang dengan gangguan ini akan melakukan percobaan bunuh diri setidaknya sekali selama hidupnya.
Skizofrenia. Sering berhalusinasi, perubahan perilaku atau percaya kepada hal-hal yang tidak benar adalah tanda-tanda orang mengidap skizofrenia. Diperkirakan, 1 dari 20 orang dengan skizofrenia akan mencoba untuk bunuh diri.
Selain kondisi mental di atas, faktor lain yang bisa juga memicu seseorang bunuh diri adalah:
Pernah mengalami pelecehan seksual.
Kehilangan pekerjaan.
Memiliki utang.
Memiliki orientasi seksual tertentu seperti gay, lesbian, atau transgender.
Tahanan penjara atau seseorang yang baru bebas dari penjara juga bisa memiliki niatan untuk bunuh diri.
Menjadi korban bullying.

Apa Saja Tanda-tandanya?

Ada beberapa tanda yang mungkin dikeluarkan oleh seseorang yang memiliki niat bunuh diri.

Sering membicarakan tentang kematian.
Mengutarakan keputusasaannya dalam menjalani hidup seperti berkata, “Buat apa saya hidup di dunia?”
Suka menyakiti diri sendiri.
Mengancam ingin bunuh diri seperti berkata, “Jika kau memilih dirinya, saya akan bunuh diri.”
Menyimpan obat-obatan yang bisa disalahgunakan.
Menjadi pemakai narkoba atau pemabuk.
Sering marah secara tiba-tiba.
Sembrono dan terlibat dalam aktivitas yang mempertaruhkan nyawa.
Menarik diri dari orang-orang di sekitarnya.
Sering terlihat merasa cemas.
Kehilangan minat pada apa pun yang berkaitan dengan duniawi.
Mulai membuat surat wasiat.
Ketika ada orang terdekat yang menampakkan tanda-tanda tersebut atau mengalami kondisi yang bisa memicu bunuh diri, Anda boleh waspada. Sebisa mungkin berikan perhatian ekstra kepadanya, rangkul dia atau ajak dia berkonsultasi dengan dokter. Amati pula gerak-geriknya jangan sampai dia berbuat hal-hal yang bisa membahayakan nyawanya, terutama ketika sedang sendiri.

http://www.alodokter.com/kenali-faktor-pemicu-dan-tanda-tanda-bunuh-diri