Minggu, 30 Oktober 2016

DEMO 4 NOVEMBER DEMI KEPENTINGAN SIAPA?


Rame-rame bicara tentang isi perbincangan AHok ketika di pulau seribu, sampai dengan hari ini Polisi sudah melakukan pemeriksaan forensik terhadap video dan isi percakapan Ahok terkait surat Al Maidah:51, dan polisi kemudian akan mengumpulkan beberapa ahli diantaranya Ahli bahasa, ahli agama, Ahli Tafsir dan sebagainya untuk memeriksa arti dan maksud pernyataan itu, karena ini berkaitan dengan banyak penafsiran. Polisi berkata bahwa ini membutuhkan waktu panjang dan tidak bisa segera membawa hasil ke publik, diharapkan semua pihak bisa menahan diri dan bersabar.

Tapi sambil menunggu hasil pemeriksaan polisi itu, maka tidak ada salahnya kita menganalisa apa sih maksud dari isi kalimat yang menghebohkan media massa belakangan ini. Tanpa menambah dan mengurangi, mari sama-sama kita simak:
Diberitakan bahwa pada sebuah acara di Kepulauan Seribu, Ahok membahas tentang rencana suatu program.
Ahok lalu mengaitkan rencana itu dengan agenda Pilkada DKI Jakarta 2017 dan posisi dirinya sebagai petahana non-Muslim.

"Kalau Bapak ibu tidak bisa pilih saya, karena dibohongi dengan surat Al Maidah 51, macam-macam itu. Kalo bapak ibu merasa, tidak milih saya nih karena takut neraka, dibodohi gitu ya tidak apa" kata Ahok sewaktu berkunjung di Kepulauan Seribu dan diunggah ke Youtube pada Senin (26/9/2016) lalu.

Setelah Video diunggah ke internet, banyak orang yang melihat dan menanggapi bahwa Ahok telah melecehkan surat Al Maidah 51, lalu ramailah berita ini di media massa dan ramai-ramailah wartawan meminta klarifikasi Ahok sebagai pelaku video tersebut. Beberapa waktu kemudian, Ahok kembali memberikan klarifikasi terkait penyataannya tersebut.
Di Balai Kota, Ahok mengaku dia tidak bermaksud menyinggung perasaan umat Islam apalagi sampai menistakan agama.

“Tidak ada maksud saya melecehkan al-Qur’an. Kalian bisa lihat suasananya seperti apa,” akunya.

Menurut pengakuannya, Ahok saat itu menyinggung Surat Al-Maidah ayat 51 dengan harapan tidak ada warga yang salah menafsirkan.

“Orang Pulau Seribu pun tidak ada satu pun yang tersinggung, kami tertawa-tawa kok. Niatnya waktu itu hanya ingin menunjukkan, sebetulnya saya nggak mau orang yang punya tafsiran seperti itu bingung,” ujarnya.

Definisi kalimat ahok itu bisa diartikan seperti ini, "begini ya ibu bapak, jangan sampai nanti bapak dan ibu menyesal tidak memilih saya karena isi kandungan Al Maidah 51, nanti anda masuk neraka sementara keinginan anda pribadi adalah milih saya, itu hak anda." Ini tuh sama dengan Ahok bilang bahwa agama itu telah mengekang hak seseorang untuk menentukan pilihan, karena ada larangan dalam al quran untuk tidak boleh memilih pemimpin dari golongan yahudi dan nasrani, maka ia tidak bebas menentukan pilihannya sendiri karena ada ancaman neraka didalamnya. Sejatinya setiap orang punya kehendak sendiri terlepas ia memiliki agama dan apapun perintah dalam agama tersebut. Dalam hal ini Ahok ingin mengatakan pada warga Pulau Seribu bahwa semua orang punya hak yang sama dalam menentukan pilihan, tidak perlu dilandasi oleh aturan agama dan sebagainya.

Tanggapan Umat:

Dalam hal ini Ahok memang benar bicara bahwa setiap orang punya kebebasan dalam menentukan pilihan, setiap orang punya good will (keinginan terdalam) masing-masing, namun dasar sebuah sikap kebebasan itu pastilah dilandasi atas kemauan dan kesadaran pribadi yang tidak dipengaruhi oleh orang lain, sama sekali tidak dipengaruhi oleh apapun termasuk ayat suci, nah apalagi sampai bicara bahwa Q.S AL Maidah 51 telah berbohong kepada mereka. Bukan seperti itu jika Ahok ingin mengarahkan pemilihnya menentukan pilihan, bukan dengan cara membawa keyakinan orang lain dan seakan-akan ia ingin menertawakan dan mengolok-olok agama tersebut.

Ketika seseorang menentukan pilihan, yang atas dasar keinginan pribadi (good will)tersebut, apakah ia menginginkan seorang pemimpin dari kalangan muslim atau non muslim maka pertama kali yang dinilai adalah bagaimana pemimpin itu bersikap dan bertutur kata, jika pemimpin itu memiliki sikap yang baik, santun, mengayomi, menghormati keyakinan orang lain. Maka tanpa perlu melihat kandungan surat Al maidah 51 pun orang itu akan otomatis memilih pemimpin yang baik tersebut.

Namun jika melihat pada perilaku pemimpin yang arogan, suka menghina agama orang lain, suka membuat gaduh dan kekacauan dimasyarakat, atas dasar keinginan pribadi tersebut, tanpa perlu melihat isi kandungan Al Maidah 51 pun orang tidak akan memilih pemimpin yang buruk seperti itu.

Dan seandainya pun dalam perjalanannya para pemilih ini mendapati bahwa ada ulama yang bicara untuk tidak memilih pemimpin berdasarkan surat Al Maidah ayat 51, maka itu juga akan kembali pada keinginan terdalam orang-orang tersebut, jika ia mengamini dan menerima ajakan tersebut, maka Ahok harus menerima hal tersebut. Dan jika ada yang menolak atau tidak menghiraukan ajakan ulama tersebut, maka ulama pun tidak berkuasa memaksa orang tersebut untuk merubah pendirian orang tersebut. Silahkan menentukan pilihannya berdasarkan keinginan pribadi masing-masing. Maka itulah yang disebut demokrasi.

Itulah bentuk nyata dasar keinginan (good will) setiap orang, dasar keinginan seseorang dipengaruhi oleh data dan informasi pendukung yang paling mendasar yaitu kemampuan pemimpin itu menyejukkan hati warganya dengan kesungguhan dan keihlasan agar menjadi lebih baik. Pemimpin yang baik di mata kebanyakan orang muslim adalah pemimpin yang amanah, Ahok bahkan tidak bisa menunjukkan dirinya mampu bersikap yang baik apalagi amanah.

Jadi ketika seorang pemimpin bicara kepada warganya bahwa sebaiknya anda menggunakan hal pilih anda dan jangan mau dibohongi oleh isi kandungan ayat suci, maka disitulah isi persoalan sesungguhnya. Ada kata-kata "dibohongi" yang mengatasnamakan sebuah ayat di kitab suci umat muslim, Ahok sudah memasuki ranah agama yang seharusnya tidak ia masuki. Ia telah berusaha mempengaruhi keinginan terdalam orang lain agar menolak apa yang ada dalam agama untuk menentukan pilihan pada dirinya atas dasar ucapannya tersebut. Padahal dalam uraian diatas sudah disebutkan, bahwa dasar utama orang memilih pemimpin bukanlah sepenuhnya didasarkan para perintah agama, tetapi ada banyak hal yang mempengaruhi dan yang terbesar adalah sikap dan perilaku pemimpin tersebut.

Dalam hal ini bisa disimpulkan bahwa secara jelas dan meyakinkan ahok bersalah karena ia telah menggunakan wewenang dan jabatannya untuk membentuk opini publik agar jangan terpengaruh pada ajakan orang yang membawa-bawa surat Al Maidah 51, sehingga orang itu tidak merasa tertipu lalu menjatuhkan pilihan pada dirinya. Padahal demokrasi sama sekali tidak melarang orang untuk menggunakan agama, ekonomi, status sosial dan sebagainya untuk menjadi alasan seseorang menentukan pilihan, selama itu memang berasal dari keinginan terdalam diri masing-masing dan islam pun tidak pernah menghalangi seseorang untuk menentukan pilihan, selama itu memang atas kehendak pribadi. Tapi lihatlah apa yang dilakukan Ahok, ia berusaha mengajak orang mempercayai dirinya dan mengajak orang menolak perintah Tuhannya. Dari mana Ahok mendapatkan ide ini, itu yang seharusnya diselidiki polri. Apakah didalamnya memang ada unsur kesengajaan ingin memecah belah atau apa motif kalimatnya tersebut, apa sebenarnya tujuan besar kalimat itu? bukannya malah mengkaji tata bahasa yang ada di Al Quran tentang definisi Aulia/awliya.


DEMOKRASI DI AMERIKA
Melihat pada apa yang kini sedang terjadi di Amerika, dua kandidat calon Presiden Hillary Clinton dan Donald Trump juga mereka sama-sama saling serang dan saling menjatuhkan sisi kepribadian masing-masing dalam sebuah sesi debat capres, keduanya saling membuka aib dan tidak ada yang merasa keberatan, dan hasil dari semua itu mereka serahkan sepenuhnya pada masyarakat Amerika mau memilih yang mana, seutuhkan diserahkan kepada keinginan terdalam (good will) masyarakat Amerika. Sepenuhnya diserahkan pada kecerdasan rasional masing-masing orang, maka itu boleh-boleh saja dilakukan (tapi bukan yang berbau sara). Tapi apa yang dilakukan Ahok ini sungguh keji, belum masuk masa kampanye ia ingin merebut hati pemilihnya dengan cara menertawakan sikap orang-orang yang dianggapnya tidak rasional. Ia merasa heran mengapa masih ada orang yang tidak mau bertindak atas dasar kehendak pribadi. Masih terbelenggu aturan dan sudah ditetapkan dalam kitab suci. Lalu tanpa sadar pembicaraanya ini melukai umat muslim dan terjadilah apa yang bergulir hari ini.


*TRAGEDI CAHRLIE HEDBO*

Berkaca pada apa yang terjadi di Paris beberapa waktu lalu, sebuah agen pemberitaan bernama "Charlie Hedbo" kerap membuat geram masyarakat muslim di sana karena ia selalu membuat karikatur Nabi Muhammad di halaman depannya dengan tingkah laku yang menggelitik dan membawa pesan lucu dan menertawakan. Banyak umat muslim yang marah dan mengutuk surat kabar ini, karena dianggap tidak sensitif dan tidak menghormati keyakinan orang lain. Hingga akhirnya terjadilah apa yang menimpa surat kabat tersebut, sebuah tragedi mengerikan disana. Dalam kasus ini sang pelaku hanya membuat karikatur, sedangkan yang terjadi di sini adalah penghinaan terhadap Al Quran. Jelas sekali persoalannya lebih besar daripada yang terjadi di Paris.

Sama halnya dengan yang terjadi di kasus Ahok ini. Dalam kondisi berkelakar dan bersenda gurau Ahok berbicara di kepulauan seribu dalam rangka kunjungan kerjanya ia telah melakukan kampanye terselubung, padahal masa kampanye belum di mulai dan ia sudah curi start (harusnya bawaslu melihat kesalahan ini). Ia membicarakan hal yang tidak seharusnya menjadi kewenangan dan tugasnya di daerah terpencil dan jauh dari ibu kota, seakan-akan ia berbicara tidak akan ada yang melihat dan memperhatikannya lalu tertawa terbahak-bahak menertawakan orang yang masih memilih pemimpin berlandaskan agama. Wajarkah jika kini seluruh umat islam marah ingin mengadilinya ke pengadilan?

Sangat amat wajar jika besok di hari jumat tanggal 4 November 2016 diperingati sebagai hari Penistaan agama oleh Ahok, ribuan warga masyarakat akan turun ke jalan dan meneriakkan agar Ahok segera di bawa ke meja hijau. Inilah kondisi yang amat sangat disayangkan, seandainya AHok bisa menahan diri maka peristiwa ini tidak perlu terjadi.

Berbagai media berseliweran isu-isu yang bicara bahwa akan ada banyak hal bisa terjadi jika demo itu dilakukan. Kita semua pastilah tidak menginginan sesuatu terjadi di hari bersejarah tersebut, tapi setidaknya janganlah media menggunakan isu ini untuk menakut-nakuti warga, seakan akan media juga ingin mengambil keuntungan dari moment ini, media juga tidak bisa meredam emosi masyarakat dengan mengangkat berbagai berita yang sifatnya isu, lalu dibesar-besarkan, padahal berita itu cma hoax untuk membuat kesan ngeri yang mana justru sekarang umat islam seakan-akan yang jadi pelaku teror karena dianggap telah meresahkan.

Padahal pangkal masalahnya cuma satu orang yaitu Ahok, dan polisi harusnya tidak perlu mengerahkan 18 ribu anggotannya padahal ia cma butuh 2 orang saja buat tangkap Ahok, lalu tidak akan ada aksi turun ke jalan hari ini. Tapi ya semoga saja demo nanti bisa berjalan damai. Orang islam tidak akan mudah terpancing oleh provokasi pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan dalam peristiwa ini. Orang islam harus tenang, jangan sampai kita mempertaruhkan agama islam buat dijadikan kambing hitam atas segala isu negatif dalam demo nanti, bahwa islam itu anarkis, islam itu memaksakan kehendak. Kita semua setuju Ahok harus di adili dan di hukum, tapi orang muslim juga harus sabar dan tenang, apa dengan cara memaksakan kehendak, Ahok akan di seret ke pengadilan? yang ada nanti justru citra orang muslim makin hancur. Dan Ahok akan makin disanjung dan dibela karena dia menyebut dirinya di Dzolimi oleh muslim, Ahok mejadi korban kekejaman orang muslim, nah nanti yang jadi tertuduh justru orang islam sendiri, maka dari itu kita harus mencegah jangan sampai itu terjadi.

Sebut saja aksi turun ke jalan ini adalah bagian dari cara kita menegakan semangat berdemokrasi yang damai dan sesuai aturan hukum yang berlaku. Jangan bersikap anarkis, biarkan proses hukum terhadap Ahok terus berjalan dan masyarakat diminta kesabarannya untuk tetap mengawasi dan menjaga suasana tetap damai dan aman. Kita harus tetap pada tujuan awal, bahwa demo yang akan di gelar esok adalah untuk kepentingan Agama Allah swt, Dinul Islam bukan yang lain.

Kita percayakan saja sisi penegakan hukum kepada pihak yang berwajib, orang islam pantang meneriakkan perang jika pihak lawan belum menabuh genderang perang. Maka dari itu saudaraku, bersama-sama kita kawal proses penegakan hukum ini sebagaimana seharusnya orang muslim bertindak dan bermunajatlah kepada Allah semoga kita semua diberikan jalan keluar yang terbaik. amin


Jumat, 28 Oktober 2016

DIBALIK RASA TAKUT DAN SABAR

Andai saja hidup ini mudah, pasti tidak ada yang percaya adanya Surga, tapi untunglah dibalik setiap kesulitan selalu ada kemudahan, dua kali ayat ini (Al Insyirah: 5-6) disebutkan dalam AL Quran untuk menekankan dan meyakinkan kita bahwa pertolongan Allah adalah pasti. Jangan putus ada.

Orang-orang yang diberikan kesulitan dalam hidupnya lalu mereka memilih bersabar dalam ketaqwaan kepada-Nya, sesungguhnya mereka sedang merajut jalan menuju syurga dengan susah payah menanggung derita sama halnya sulitnya kelak orang-orang berdosa sangat menginginkan masuk syurga-Nya dengan penuh penyesalan dan penderitaan.

Rasa dekat itu hanya bisa dirasakan oleh sebagian orang saja yang mengerti bahwa dalam setiap rasa perih dan beratnya penderitaan hidup disanalah mereka bisa merasakan luasnya pertolongan Allah datang kepadanya dalam berbagai bentuk dan rupa.

Itulah hakikatnya kekuatan Illahi bersemayam dan menjaga iman setiap umat yang takut kepada-Nya. Takut jika tidak mau bersabar dapat membuatnya nekat berbuat sesuatu yang dapat mendatangkan murka-Nya. Takut kepada Allah karena tahu kelak tidak akan bisa menanggung beratnya penderitaan akibat azab-Nya. Rasa takut yang membuatnya bertahan menjalani hidup sesuai ketentuan-Nya. Inilah bentuk rasa takut yang sebenar-benarnya.

Diriwayatkan dalam an-Nawadir, bahwa Allah SWT membisikkan kepada Nabi Musa seratus empat belas ribu kalimat dalam waktu tiga hari. Salah satunya adalah, "Hai Musa, tidak ada yang dapat diperbuat seseorang untuk melebihi zuhud (menjauhkan diri dari kesenangan dunia). Dan tidak ada orang yang mendekatkan diri kepada-ku yang lebih manjur daripada orang yang berlaku wara' (menjaga diri) dari apa yang telah aku haramkan. Tidak ada orang beribadat kepada-Ku dari tangis karena rasa takutnya kepada-Ku."

Lalu Nabi Musa bertanya, "Ya Rab, Apa yang Engkau Sediakan buat mereka?"

Kemudian Allah swt menjawab, "Hai Musa, Aku merelakan syurga sebagai tempat tinggal mereka. Mereka dapat berbuat apa saja didalamnya. Aku masukkan orang-orang wara' tanpa hisab-Ku. Terhadpa orang-orang yang takut terhadap-Ku, bagi merekalah Al-Rafiq al-A'la, yaitu martabat yang tinggi, yang tidak dapat disaingi oleh siapapun." Itulah imbalan yang setimpal buat mereka yang takut dan mau bersabar selama di dunia.

Senin, 24 Oktober 2016

DKI JAKARTA, IBUKOTA TIADA BANDING

Melihat tensi politik belakangan ini terkait Pilgub DKI 2017, semua mata tertuju pada tiga pasangan calon.
Untuk mengetahui siapa yang paling layak menampati posisi DKI-1. Dari ketiga pasangan calon masing-masing memiliki karakteristik dan visi misi berbeda, tetapi mencocokkan dengan kondisi dinamika Jakarta yang ada, hanya akan ada satu calon saja yang terpilih dan seharusnya itu adalah calon yang mumpuni menghadapi kondisi pkisis dan psikologis Wilayah sebesar Jakarta. Siapapun yang akan terpilih nanti, maka ia harusnya orang yang tahan banting dan kuat menahan tekanan, tidak bisa sembarangan memilih pemimpin ibukota yang satu ini, di masa lalu, Jakarta punya caranya sendiri dalam memilih pemimpin, berikut ini cuplikannya.

SEJARAH BERDIRINYA DJAKARTA

Melihat ke masa lalu, Jakarta kala itu dibangun dengan berbagai pemasalahan kompleks yang menyertainya memiliki sisi unik yang sudah diketahui banyak orang bahwa jakarta bukanlah semata-mata sebagai ibukota wilayah, ia juga merupakan ibukota sebuah negara yang dihuni oleh 200 juta jiwa penduduk. DI jaman Orde baru Jakarta dibangun oleh kebanyak tangan besi yaitu orang-orang yang berada paling dekat dengan lingkaran kekuasaan kala itu, yaitu berasal dari kalangan petinggi TNI. Bukan berasal dari orang sipil dan umum, kenapa?

Karena kala itu Posisi Gubernur adalah posisi strategis yang juga berkaitan dengan kepentingan kekuasaan dan juga guna menjadi komando pengamanan bagi terciptanya kondisi Jakarta yang aman dari berbagai gangguan kelompok-kelompok yang ingin memecah belah NKRI. Jakarta dibangun bukan dalam rangka membangun kota modern dan metropolitan yang megah, bukan dalam rangka membangun kota yang megah seperti kebanyak kota besar diberbagai negara tetangga. Maka dari itu hingga saat ini Jakarta tidak punya Masterplan yang jelas terkait rencana pembangunan fisik dan infrastrukturnya.

Karena sebut saja Sutiyoso yang terpilih sebagai Gubernur sebanyak dua periode pun adalah orang yang berasal dari TNI, ia memiliki karir yang cemerlang di TNI dan ia terpilih karena kemampuan intelegen nya yang mumpuni. Jakarta kala itu masih membutuhkan sebuah figur pemimpin yang mampu mengendalikan keamanan dan mencegah berbagai kerusuhan dan kekacauan serta mampu mengendalikan pasukan bersenjata agar bergerak cepat dalam antisipasi tindakan represif yang ingin mengacaukan kondisi negara. Gubernur kala itu dipilih bukan karena kepasitas kemampuannya membangun berbagai fasilitas umum, infrastruktur dan sosial, pemimpin kala itu dipiliha sepenuhnya berdasarkan kebutuhan dan kepentingan politik.

Lalu melihat yang ada saat ini, penduduk jakarta kini mengenginkan pemimpin berasal dari warga sipil yang mampu membangun Jakarta dan mampu menampung keinginan jutaan warganya dan mampu melayani seluruh kebutuhan warganya secara merata. Mampukah hal itu dicapai jika kondisi awal jakarta dibangun bukanlah dalam rangka kepentingan masyarakat, melainkan untuk kepentingan politik?

Untuk memudahkan, mari kita coba membandingkan kondisi Jakarta dengan Kuala Lumpur, yang memiliki karakteristik serupa dan lokasinya saling berdekatan. Kita bandingkan dalam hal kondisi demografinya (penduduk)seperti apa;

1. Malaysia
Wilayah metropolitan Kuala Lumpur atau yang juga dikenal sebagai Lembah Klang, memiliki jumlah penduduk sebesar 5,7 juta jiwa. Ibukota dan kota terbesar di Malaysia Kawasan Wilayah Persekutuan meliputi wilayah seluas 244 km2 (94 mil2), dengan penduduk sekitar 1,6 juta jiwa (2010).

2. Jakarta
Wilayah metropolitan Jakarta (Jabodetabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa,merupakan metropolitan terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia. Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 10.187.595 jiwa (2011).

Sekarang jika anda perhatikan data sederhana diatas, seperti inilah kondisi Jakarta yang serba jauh bahkan jika ia dibandingkan dengan negara tetangga terdekatnya Malaysia sekalipun, Jakarta sudah sangat jauh ketinggalan. Dalam hal jumlah penduduk Kuala Lumpur hanya di huni oleh 1,6 juta jiwa sementara Jakarta dihuni lebih dari 10 juta jiwa, atau dengan kata lain, jika Jakarta ingin mengejar ketinggalan maka setidaknya ia harus memilih 10 orang pemimpin setingkat gubernur agar bisa membangun kota metropilitan yang bisa melayani seluruh warganya. Tapi faktanya dengan kondisi jakarta sebesar dan sekompleks ini Jakarta hanya dipimpin oleh satu orang pemimpin dan seorang wakil.

Dan dengan kondisi semakin besarnya ekspektasi masyarakat akan kesejahteraan dan kenyamanan berpenduduk, semakin besarnya tekanan kelompok-kelompok (ISIS) yang memiliki kepentingan atas negara ini, benarkah Nasib kehidupan warga Jakarta bisa dipenuhi dengan menopangkan harapan pada seorang Ahok. Benarkah Ahok akan bisa memenuhi harapan banyak warga jika cara mempimpinnya seperti yang kita lihat belakangan ini.

Lalu apa yang harus dilakukan?

Kembali lagi ke konsep awal kota ini dibangun, bahwa Jakarta dibangun dalam rangka menjaga stabilitas keamanan NKRI, jakarta adalah barometer keamanan nasional yang harus di jaga dan dikendalikan dengan baik. Jika jakarta aman maka daerah-daerah lainpun bisa dipastikan aman dan terkendali. Tapi jika Jakarta tidak aman atau rusuh, maka daerah lainpun akan rusuh sebagaimana yang terjadi di tahun 1998 lalu (tragedi 1998). Ketika kondisi jakarta tidak terkendali, maka seluruh kota di Indonesia juga lumpuh. Inilah fakta yang kita tidak bisa hindari. Jakarta memang tidak akan pernah sama dengan kota-kota besar di negara lain, karena Jakarta adalah unik dan memiliki karakteristik sendiri. Keuninaknya disertai dengan tingginya dinamika penduduk dan tingginya tekanan politik didalamnya.

Sampai kapanpun Jakarta tidak akan mampu mencapai standar tertinggi dalam pelayanan publik, Jakarta tidak akan mampu melayani seluruh kebutuhan warganya, Jakarta tidak akan bisa mencapai kemajuan karena terlalu banyak warga yang akan dikorbankan dalam perjalanan menuju kemajuan tersebut. Jakarta akan tetap macet, banjir dan kumuh. Ledakan jumlah penduduk akan terus mengiringi perkembangan Jakarta. Karena seperti itulah kondisi yang tidak pernah di pikirkan di awal pembangunan Jakarta, maka pembiaran seperti inilah yang akan terus mewarnai tumbuh kembang Jakarta ke depannya.

Benar sekali pendapat para ahli dan politisi, jika Jakarta ingin mencapai kemajuan terbaiknya maka ia harus dipimpin oleh seorang yang sangat amat keras bahkan kejam, berani melawan arus, berani mengorbankan warganya, berani menghalalkan berbagai cara dan keberanian-keberanian lain yang sekarang ini ditunjukkan oleh manusia bernama Ahok, yang namanya bekalangan ini jadi bulan-bulanan orang seantero jagat karena tindakan dan perkataannya yang tanpa malu menunjukkan jati dirinya di hadapan publik menyatakan bahwa ia mau menghadapi siapapun yang akan ingin menghalanginya maju di pilgub DKI 2017.

Tapi apakah harus sedemikian ekstrimnya pemimpin dalam bertindak? Apakah demi sebuah nama kemajuan kita harus menutup mata dan membiarkan tindak itu dilakukan oleh seorang gubernur yang sedang menjabat. Sementara diawal pendiriannya, Jakarta dibangun dengan susah payah oleh para Jenderal agar menjadi barometer keamanan negara ini, lalu jika pemimpin yang ada saat ini kerap membuat kegaduhan dan kekacauan, bukankah itu justru sudah mencederai tujuan awal pendirian Jakarta dan juga bisa berdampak buruk bagi perkembangan politik daerah-daerah lainnya.

Selama beberapa waktu belakangan ini, menyambut pilkada serentak seluruh Indonesia, kenapa kesannya hanya DKI Jakarta yang paling heboh dan paling banyak menjadi sorotan jika dibanding daerah lain. Seakan-akan Pilkada ini hanya milik orang DKI saja, dan daerah lain yang juga melaksanakan tidak menjadi perhatian kita semua. Ya karena itu, karena Jakarta ini punya magnet yang amat kuat sejak awal dan ia akan tetap seperti itu sampai kapanpun. Selalu ada hal menarik dalam dinamika Jakarta, bahkan seorang Ahok pun kewalahan dan akhirnya terjebak dalam tingkah pola politiknya sendiri, karena saking kerasnya ia digembleng oleh situasi dan keadaan yang mengelilingi dirinya. Ia pun tidak berdaya dengan kerasnya hantaman dan guncangan yang menerpa, dan akhirnya ia kini berada di ujung tanduk. Dalam hal ini kita bisa menilai bahwa Ahok telah gagal memimpin Jakarta karena bahkan ia sendiri tidak mampu memimpin dirinya untuk mengendalikan diri.

Inilah yang sedang kita hadapi, situasi seperti inilah yang bisa membahayakan kondisi keamanan negara kita. Negara sedang dalam keadaan koma, alias tidak bisa berbuat apa-apa dalam rangka mengendalikan gelombang gerakan jutaan manusia yang bergerak dalam satu arah yang sama. Lihatlah bagaimana gerakan pendemo diberbagai daerah (Medan, Sumbar, Palembang, Jawa Timur dan lain-lain) meneriakkan agar Ahok segera ditangkap dan dijembloskan ke penjara karena perkataannya yang melukai umat muslim. Inilah kondisi berbahaya yang berikutnya bisa mengancam keuntuhan NKRI. Sayang sekali tragedi ini harus terjadi ditengah semangat kerukunan umat beragama. Maka dari itu, Semua pemimpin diminta kesadarannya untuk berhati-hati dalam berbicara dan mengeluarkan opini. Seperti inilah keadaan yang sama-sama tidak kita inginkan terpaksa menguras energi bangsa ini.





Kamis, 20 Oktober 2016

AL MAIDAH:51 DAN PENISTAAN AGAMA

Kesalahan Terbesar Ahok dalah ia bicara bahwa orang-orang yang menggunakan ayat ini adalah para pendusta, "wich is" yang dimaksud orang pendusta/pembohong itu adalah para ustad dan ulama yang sedang mendakwahi umatnya untuk membaca ayat ini jika ingin memilih pemimpin, jadi Ahok ini memfitnah para ulama sebagai kaum pembohong/pengecut yang ingin membodohi umat muslim dgn dalih ayat ini, jadi jika ada orang kafir memfitnah para pemuka agama sebagai pengecut maka itu sama dengan ia menghina kebanyakan umat muslim yang sudah mengamini ayat ini sebagai bagian dari perintah Tuhannya. Ahok juga secara tidak langsung menghina seluruh kaum muslim sebagai kaum yang bodoh jika membenarkan ayat ini dalam memilih pemimpin, termasuk berbagai bentuk ajaran yang didalilkan dalam kitab sucinya, atau sama dengan ia menghina Al quran. Itulah inti dari pasal "Penistaan Agama" menghina para pemeluknya, pemuka agamanya termasuk juga kitab sucinya dan ia harus dihukum seberat-beratnya.
Jika seorang ulama memberikan arahan kepada umat untuk memilih pemimpin berdasarkan ayat Al Maidah 51 maka itu adalah "fatwa/hukumnya wajib."
Tapi jika orang kafir memberikan arahan kepada umat muslim untuk jangan tertipu pada ajakan para ulama maka itu "penyesatan agama."

Baru-baru ini beredar kabar bahwa efek dari kasus penistaan agama yang melibatkan Ahok berujung pada wacana pembubaran MUI. Kasus ini terus bergulir dan menohok pihak MUI yang tidak mau melepaskan jerat hukum terhadap ahok dimana para pendukung Ahok merasa geram terhadap fatwa yang di keluarkan MUI terkait kontroversi penistaan agama ini memperburuk citra Ahok sebagai calon Cagub yang sedang mencalonkan diri. Dan jika ternyata kasus ini memang ternyata mengandung unsur kesengajaan dengan harapan dan tujuan membubarkan MUI sebagai lembaga yang menaungi umat muslim, maka ini barulah yang dimaksud politisasi agama. Ada pihak-pihak yang ingin memanfaatkan kekisruhan ini untuk membubarkan MUI.

DAn sebagaimana kita semua tahu Ahok bicara tentang Surat AL Maidah 51 itu bukan dalam keadaan tidak sadar atau dalam keadaan bergurau sebagaimana yang penah dilakukan Zaskia Gotik terkait penghinaan lambang negara (Pancasila sila ketiga). Ahok Bicara dihadapan publik dalam keadaan sadar dan spontan mengutarakan isi pikirannya dengan maksud dan tujuan tertentu pastinya. Dari mana dia mengerti makna Surat Al Maidah 51 padahal dia sendiri mengerti sifat dan tabiat umat muslim yang sangat sensitif. Kenapa Ahok begitu berani dan secara terbuka menantang umat muslim jika ia tidak mengerti konsekuensi yang akan diterimanya hari ini.
Jika memang betul tujuan utamanya adalah membubarkan MUI, maka coba saja anda bayangkan apa yang akan dia lakukan jika sudah menjadi Gubernur DKI nanti, bukan cuma membubarkan MUI bahkan mungkin ia akan mampu melakukan hal yang lebih besar lagi dari ini.

Jumat, 14 Oktober 2016

POTRET MASYARAKAT YANG SEDANG "SAKIT"

Belakangan ini ada banyak orang terkejut dengan banyaknya korban penipuan berkedok penggandaan uang, ada ribuan orang yang menghamba kepada uang kertas dan logam mulia (korban Dimas Kanjeng) dan tidak sedikit nyawa melayang akibat mengikuti aliran ini, mereka menganggap benda-benda mati itu lebih mulia bahkan setelah datangnya kebenaran dari Tuhannya.
Ada apa dengan masyarakat kita saat ini? disebutkan beberapa ahli bahwa masyarakat kita kini sedang sakit, menurut para ulama ini disebut dengan penyakit 'Wahan"
"Apa itu penyakit wahan?"

ia adalah salah satu jenis penyakit mematikan yang akan menyerang banyak manusia menjelang akhir jaman. Ini adalah penyakit "cinta dunia dan takut mati". Bahaya penyakit wahan jauh lebih dahsyat dari pada AIDS, TBC, Flu Burung, atau Flu Babi. Karena penyakit ini akan mematikan hati dan jiwa seseorang sehingga menyebabkan penderitaan yang panjang di dunia dan terlebih di akhirat.

Istilah wahan diungkapkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tatkala menjelaskan kondisi umat manusia di masa akan datang. Penyakit wahan ini menjadi penyebab utama segala keburukan dan keterpurukan umat Islam sehingga karenanya mereka menjadi bulan-bulanan musuh-musuh islam.

Matinya hati dan jiwa lalu menjadi makin keras dan rapuh, itulah awal mula terserangnya penyakit ini. Hati yang mati ditandai dengan gelapnya pandangan melihat keindahan dunia, tulinya pendengaran dan rendahnya kemampuan merasakan kekuasaan Allah atas dirinya. Secara kasat mata mereka memilih jauh dari cahaya dan rahmat Allah swt dan berani menjual kehidupan akhiratnya untuk kesenangan dunia sesaat.

Mengapa masyarakat kita mengalami penurunan tingkat kemampuan tersebut dalam hatinya? karena mereka terlalu mendewakan akal/ materi, memilih mengikuti kesenangan hawa nafsu dan berpola pikir materialistik. Segala sesuatu diukur dengan uang, tidak ada campur tangan Allah didalamnya terutama dalam hal rezeki. Allah tidak pernah dilibatkan dalam segala urusan terutama urusan yang satu ini, mereka menganggap rizki datang semata-mata akibat usaha dan upaya mereka pribadi, alih-alih memilih bersikap sabar menghadapi masalah hidup dan memohon datangnya pertolongan Allah, mereka lebih memilih cara instan menyelesaikan masalah dengan cara bersekutu dengan syetan dan bangsanya.

Maka atas kesombongannya itulah Allah mengunci mati pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya (Al Jaatsiyah:23) dan menimpakan penyakit yang mana mereka tidak akan sanggup menahan beban siksanya di dunia dan akhirat. Inilah sumber petaka yang paling bahaya dimasyarakat kita. "Gambaran nyata masyarakat sakit dan sekarat, matinya mata hati."

Senin, 10 Oktober 2016

GOLONGAN MUSUH DAN TEMANNYA IBLIS

Ada di posisi manakah anda dalam konteks golongan yang dimaksud di atas? apakah anda termasuk teman atau musuhnya syetan?

Dikisahkan (Wahab bin Munabbin) bahwa suatu ketika rasulullah pernah bertemu syetan yang menampakkan dirinya sebagai orang tua, wajahnya bersih dan disertai tongkat di tangannya.
Rasulullah sempat tidak mengenali dan mempertanyakan, "Siapa kamu ini?"
Dengan tangkas orang itu menjawab, "Saya adalah iblis yang diutus kepadamu."
Rasulullah saw pun bertanya, "Ada keperluan apa kau datang ke sini?"
Syetan kembali menjawab, "Keperluanku adalah untuk menjawab pertanyaan yang kau ajukan."
Tanpa pikir panjang Rasulullah saw pun bertanya, "Hai iblis, siapakah musuh-musuhmu diantara umatku."
Syetan pun menjawab, "Ada lima belas orang."

1. Engkau sendiri Ya Muhammad
2. Imam yang adil (pemimpin yang adil dan amanah)
3. Orang Kaya yang Tawadhu (berserah diri)
4. Pedagang yang jujur
5. Orang yang khusuk dalam shalatnya
6. Orang Mukmin yang saling memberi nasihat
7. Orang mukmin yang mempererat persaudaraan
8. Orang yang bertaubat
9. Orang yang menjauhkan diri dari barang haram
10. Orang mukmin yang selalu dalam keadaan bersuci
11. Orang mukmin yang gemar bersedekah
12. Orang mukmin yang baik akhlaknya
13. Orang mukmin yang hidupnya memberi manfaat buat orang lain
14. Orang yang membaca Al Quran
15. Orang yang shalat malam (Tahajud)
Orang-orang ini amat dibenci syetan karena tidak ada tempat bagi nya untuk menyesatkan dan membawa orang itu ke jalan kekufuran.

Lalu berkata Rasulullah saw, "Hai Iblis, siapa diantara umatku yang engkau jadikan teman baikmu?"
"Ada sepuluh orang yang akan selalu menjadi teman baikku," jawab setan santai.
1. Hakim yang aniaya (menjatuhkan hukuman sekehendak hati)
2. Orang yang Takabur (Sombong dan congkak)
3. Pedagang yang Khianat (suka mencari untung dgn mengoplos)
4. Pemabuk yang tidak bisa berhenti minum
5. Tukang Fitnah dan peyebar berita bohong
6. Orang yang Riya (suka pamer dan suka dipuji)
7. Orang yang memakan harta anak yatim
8. Orang yang meninggalkan shalat
9. Orang yang tidak mau berzakat
10. orang yang panjang angan-angan (suka menghayal yang melampaui kemampuannya)
Syetan sangat suka dengan orang-orang ini, karena bersama mereka keduanya bisa saling bahu-membahu dalam kesesatan dan kejahatan.
Lalu berada di posisi manakah anda saat ini? memilih menjadi teman atau musuhnya syetan?

Intinya adalah kita harus tahu menempatkan diri dimana posisi kita berada jika memang kita tidak mau menjadi bagian dari golongan iblis dan teman-temannya. Ada garis pembatas yang amat jelas diantara keduanya.

Sabtu, 08 Oktober 2016

INGIN TAHU SEPERTI APA MENTAL PARA POLITISI KITA?

Ingin tahu seperti apa Mental para Politisi kita saat ini? rasanya belum lama berselangnya waktu pemilihan Cagub DKI, lain kata lain pula hasilnya....jika anda masih ingat dengan statement ini anda pasti akan tertawa ngakak dan geleng-geleng kepala, tanggal 26 maret, 4 sept statement ini dikeluarkan dan tanggal 20 hasil akhir yang keluarnya 360 derajat beda. Simak baik-baik ya...

Tak Diundang, Megawati Heran Ngapain Ahok Datang, Apakah Jilat Ludah Sendiri ? 26 maret 2016

Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri sempat bicara tentang Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam acara peluncuran buku malam itu. Mega mengaku heran karena Ahok datang ke acara yang juga dihadiri para elite PDIP dan menteri ini. Dalam peluncuran buku "Megawati dalam Catatan Wartawan Menangis & Tertawa Bersama Rakyat" di Gedung Arsip Nasional No 111, Jalan Gajah Mada, Jakarta, Rabu (23/3/2016), Megawati menjadi pembicara utama dengan didampingi Butet Kertaradjasa. Di tengah-tengah pembicaraan soal buku, Mega menyinggung kehadiran Ahok.

Jika Usung Ahok, Megawati Jilat 'Ludah Sendiri dan Ludah Ahok'
4 september 2016
KONFRONTASI - Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) Adhie M Massardi menilai PDI Perjuangan tidak akan mengusung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam pemilihan gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017.
Sebab, para fungsionaris PDI Perjuangan di tingkat pusat dan DKI sudah menyatakan tidak akan mendukung Ahok. Apalagi Ahok sendiri sudah menolak ikut menjadi salah satu kandidat PDIP, karena merasa tidak butuh parpol dan bertekad maju lewat jalur independen.
"Jadi kalau Ketum PDI Perjuangan Megawati akhirnya mendukung Ahok, kan artinya itu menjilat ludahnya Ahok. Ini akan sangat merugikan eksistensi Megawati sebagai politisi paling disegani di negeri ini," kata Adhie, Minggu (4/9).
Analis politik yang pernah menjadi jubir Presiden KH Abudrrahman Wahid (Gus Dur) mengungkapkan bahwa Megawati terkenal dengan pendirian dan harga dirinya yang kuat. Jadi, mustahil Mega mau menjilat ludahnya sendiri, apalagi ludahnya Ahok.
"Megawati terkenal dengan pendirian dan harga dirinya yang kuat. Jadi mustahil Mega mau menjilat ludahnya sendiri, apalagi ludahnya Ahok," cetusnya.(skl/ar)

"MEGAWATI PAKAIKAN JAS MERAH KEPADA AHOK"21 september
Akhirnya Basuki Tjahaja Purnama identik dengan PDIP pasca mengenakan jas berwarna merah. Setelah prosesi pendaftaran bakal calon, Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, memakaikan jas merah tersebut ke Ahok.

Meski sempat canggung, namun proses pemakaian jas merah oleh Megawati itu mengalir begitu saja. Mega pun tertangkap kamera sempat melempar senyuman lalu duduk kembali ke kursinya.

Sebelum pendaftaran, Ahok memang sempat menegaskan bahwa dirinya diusung PDIP namun bukan kader partai banteng itu. Jas yang dipakaikan ke Ahok tidak berlambang PDIP.

“Insya Allah dengan telah dilakukannya hal ini, tentunya saya berharap pada tahun 2017, Pilkada DKI Jakarta ini kita akan lakukan dengan cara demokratis, aman dan stabil,” ucap Mega di KPU DKI Jakarta.

Jadi sekarang anda bisa nilai sendiri, siapa jilat siapa? dan siapa yang lupa sama omongan sendiri. Dunia ini memang bulat tapi apakah berpolitik harus dgn cara-cara seperti ini? ups...udah lupa tuch!