Sejarawan Universitas Indonesia (UI), JJ Rizal menyangsikan bila Hasan bin Muhammad Al-Hadad atau populer disebut Mbah Priok adalah seorang juru dakwah, seperti yang dianggap sebagian kalangan masyarakat.
“Mbah Priok sebagai pedagang. Mbah Priok bekerja di sebuah kapal yang melayari antara Palembang dan Bangka Belitung,” jelas Rizal seusai mengisi "Seminar Tradisi Ziarah dalam Masyarakat Indonesia" di Auditorium Syahida Inn Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Kamis (28/4) siang.
Rizal mengungkapkan pada tahun1927 Mbah Priok berlayar ke Jakarta. Kedatangannya ke Jakarta adalah untuk berziarah ke makam kramat Luar Batang. Tetapi, kata Rizal, sebelum kapal yang ditumpanginya melepas jangkar di Tanjung Priok, Mbah Priok meninggal dunia.
“Kapal yang ia tumpangi mendarat di pelabuhan Tanjung Priok, bukan di pasar ikan. Kalau pun dibilang Mbah Priok merupakan asal usul dari penamaan Tanjung Priok , fakta sejarah membuktikan itu suatu hal yang mustahil. Pada 1880-an itu pembangunan Tanjung Priok sebagai pelabuhan sudah dilakukan. Dan namanya sudah Tanjung Priok,” ungkapnya.
Mbah Priok kemudian dimakamkan di TPU Pondok Dayung. Setelah itu dipindahkan ke TPU Dobo. Dan pada 21 Agustus 1997 dipindahkan ke TPU Semper. Kemudian, oleh ahli waris nisan Mbah Priok yang berada di TPU dipindahkan kembali ke lahan eks TPU Dobo. Eks TPU Dobo itu direncanakan untuk terminal peti kemas.
Lalu bagaimana dengan ggapan masyarakat bahwa makam Mbah Priok merupakan makam yang kramat? Rizal menjelaskan peristiwa bentrokan 14 April 2010 memilik andil besar mengangkat pamor Mbah Priok.” Setelah peristiwa itu Mbah Priok yang awalnya sebagai tokoh biasa menjelma sebagai tokoh kramat. Jadi orang biasa menjadi orang kramat,” katanya.
Padahal, lanjut Rizal, nama Mbah Priok sama tidak ada dalam peta sejarah ulama-ulama yang berperan besar dalam pengembangan dakwah Islam di tanah Betawi.
Menurut Rizal mitos makam kramat Mbah Priok ini memang sengaja diciptakan. “Nah, ini penyimpangan-penyimpangan historis yang sengaja dibuat, direkayasa sedemikian rupa. Ini kebohongan publik yang banyak menipu dan menyesatkan pandangan masyarakat tentang ketokohan orang yang disebut Mbah Priok itu,” kata Rizal.
Lebih lanjut Rizal memberikan bukti otentik yang terdapat dalam peta tempat-tempat suci di Batavia terbitan tahun 1823. Dalam peta itu tidak disebut makam Mbag Priok. Kemudian empat tahun kemudian, pada terbitan kedua juga tidak disebut makam Mbah Priok.
“Jadi, makam Mbah Priok itu bukan makam suci yang memang historis dan terkenal di Batavia. Bukan makam yan dianggap masyarakat memiliki karomah,” tandasnya.
Sementara, terkait ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta bekerjasama dengan Madani Institute telah menerbitkan sebuah buku yang berjudul, “Kasus “Mbah Priok”: Studi Bayani wa Tahqiq Terhadap Masalah Makam Eks TPU Dobo”. Dalam buku setebal 174 halaman itu terungkap fakta-fakta baru tentang Mbah Priok. Salah satunya seperti yang disebutkan olah JJ Rizal, yakni MUI lebih melihat almarhum Mbah Priok sebagai pelaut Palembang yang shaleh daripada sebagai dai yang menyebarkan Islam di tanah Betawi.
Sabtu, 30 April 2011
MUI: Jangan Kaitkan Islam Dengan Terorisme
Berikut adalah cuplikan artikel mengenai dikeluarkannya Fatwa MUI tentang terorisme, tapi mengapa saat ini islam diberondong berbagai fitnah, MUI terkesan diam saja?
Senin, 29 November 2010
Hidayatullah.com--Majelis Ulam Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa haram terhadap terorisme. Seperti tertuang dalam keputusan fatwa MUI No. 3 tahun 2003 tentang terorisme. MUI dalam fatwa tersebut menjelaskan, jihad bukanlah terorisme dan terorisme bukanlah jihad. Karena itu, MUI mendukung usaha pemerintah dalam mencegah tindakan terorisme. Kendati begitu, MUI juga menolak keras adanya stigmatisasi Islam dengan terorisme. Stigmatisasi Islam dengan terorisme, tegas MUI setali tiga uang dengan bentuk terorisme yang ditujukan pada umat Islam.
“Opini yang dibangun mengaitkan Islam dengan terorisme harus diubah. Pendiskriditan ini merugikan umat Islam dan perlu diwaspadai sebagai bentuk gerakan anti Islam,” ujar Ketua MUI Jawa Timur KH. Abdusshomad Buchori dalam Halaqah Penanggulangan Terorisme di Masjid Al-Akbar Surabaya (28/11).
Selain MUI Jatim, hadir sebagai pembicara Kapolda Jatim Irjen Pol Badrodin Haiti, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyad Mbai. Acara tersebut dihadiri sekitar 40 organisasi massa (Ormas) Islam di Jatim.
Lebih lanjut, MUI juga menolak keras upaya melebarkan isu terorisme dengan menyudutkan lembaga pendidikan Islam, pesantren.
Hal itu dipertegas Kapolda Jatim Irjen Pol Badrodin Haiti. Menurutnya, pandangan radikalisme tidak bisa ditandai dengan jenggot, celana cingkrang atau atribut keislaman lainnya. Pandangan radikalisme bisa dilihat dari dialog. “Tidak bisa ditandai seperti itu, tapi bisa dilihat dari dialog mereka, keras atau tidak,” ujarnya. Badrodin Haiti menambahkan, orang yang memiliki pandanga keras juga ada dua; ada yang melakukan kekerasan dan ada yang tidak.
Sementara, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyad Mbai mengatakan, terorisme terjadi bukan soal agama, tapi karena pemahaman sejarah dan agama yang tidak benar.
Pernyataan tersebut dengan tegas diprotes Fajar Kurniawan, perwakilan HTI Jatim. Menurut Fajar, terorisme tidak ada kaitannya dengan agama, tapi kenapa dikatakan tujuan para teroris adalah menegakkan syariat Islam.
“Jangan-jangan gerakan ini sengaja untuk membendung kelompok Islam,” tegasnya.
Acara tersebut berlangsung seru, panas dan alot. Para peserta menyampaikan pandangan, tapi karena waktu terbatas, tidak semua dapat waktu. Sejumlah pemahman, seperti makna thagut, khilafah dan cara penegakan syariat Islam juga belum ada titik temu, masih debatable. Karena itu, MUI berencana akan melakukan diskusi ulang membahas masalah tersebut. [ans/hidayatullah.com]
Bandingkan dengan Berita Terkini Berikut ini:
MUI: Radikal Haram, Tidak Perlu Fatwa
Jum'at, 29 April 2011
Hidayatullah.com-- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Amidhan mengatakan bahwa MUI tidak akan menerbitkan fatwa untuk gerakan radikalisme di Indonesia yang disinyalir dilakukan oleh aktivis Negara Islam Indonesia (NII).
"MUI tidak akan menerbitkan fatwa haram untuk gerakan NII," kata Amidhan pada diskusi "Dialektika: Radikalisme Berkedok Agama Ancaman untuk NKRI" di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (28/4).
Menurut dia, gerakan radikalisme yang terjadi di Indonesia sudah jelas bertentangan dengan hukum dan agama sehingga tanpa diterbitkan fatwa haram memang sudah haram.
MUI, kata dia, menerbitkan fatwa haram untuk hal-hal yang masih bersifat abu-abu sehingga untuk memperjelas statusnya, sedangkan gerakan radikalisme yang terjadi di Indonesia saat ini sudah jelas melanggar hukum dan agama.
Amidhan menjelaskan, permintaan agar MUI menerbitkan fatwa haram terhadap gerakan radikalisme di Indonesia disampaikan salah satu pembicara pada dialog interaktif di sebuah stasiun televisi swasta, Kamis ini.
Menurut Amidhan, kelompok ekstrimis adalah kelompok yang memiliki ideologi sendiri dan bertentangan dengan ideologi negara.
Kelompok ini berbeda dengan kelompok agama, karena agama mengajarkan kedamaian, sedangkan kelompok ekstrimis menciptakan kerusakan dan permusuhan.
Namun, pihak tertentu, mengaitkan kelompok ekstrimis yang melakukan gerakan radikal ini dengan agama, untuk menciptakan stigma agama tertentu adalah radikal.*
Senin, 29 November 2010
Hidayatullah.com--Majelis Ulam Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa haram terhadap terorisme. Seperti tertuang dalam keputusan fatwa MUI No. 3 tahun 2003 tentang terorisme. MUI dalam fatwa tersebut menjelaskan, jihad bukanlah terorisme dan terorisme bukanlah jihad. Karena itu, MUI mendukung usaha pemerintah dalam mencegah tindakan terorisme. Kendati begitu, MUI juga menolak keras adanya stigmatisasi Islam dengan terorisme. Stigmatisasi Islam dengan terorisme, tegas MUI setali tiga uang dengan bentuk terorisme yang ditujukan pada umat Islam.
“Opini yang dibangun mengaitkan Islam dengan terorisme harus diubah. Pendiskriditan ini merugikan umat Islam dan perlu diwaspadai sebagai bentuk gerakan anti Islam,” ujar Ketua MUI Jawa Timur KH. Abdusshomad Buchori dalam Halaqah Penanggulangan Terorisme di Masjid Al-Akbar Surabaya (28/11).
Selain MUI Jatim, hadir sebagai pembicara Kapolda Jatim Irjen Pol Badrodin Haiti, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyad Mbai. Acara tersebut dihadiri sekitar 40 organisasi massa (Ormas) Islam di Jatim.
Lebih lanjut, MUI juga menolak keras upaya melebarkan isu terorisme dengan menyudutkan lembaga pendidikan Islam, pesantren.
Hal itu dipertegas Kapolda Jatim Irjen Pol Badrodin Haiti. Menurutnya, pandangan radikalisme tidak bisa ditandai dengan jenggot, celana cingkrang atau atribut keislaman lainnya. Pandangan radikalisme bisa dilihat dari dialog. “Tidak bisa ditandai seperti itu, tapi bisa dilihat dari dialog mereka, keras atau tidak,” ujarnya. Badrodin Haiti menambahkan, orang yang memiliki pandanga keras juga ada dua; ada yang melakukan kekerasan dan ada yang tidak.
Sementara, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyad Mbai mengatakan, terorisme terjadi bukan soal agama, tapi karena pemahaman sejarah dan agama yang tidak benar.
Pernyataan tersebut dengan tegas diprotes Fajar Kurniawan, perwakilan HTI Jatim. Menurut Fajar, terorisme tidak ada kaitannya dengan agama, tapi kenapa dikatakan tujuan para teroris adalah menegakkan syariat Islam.
“Jangan-jangan gerakan ini sengaja untuk membendung kelompok Islam,” tegasnya.
Acara tersebut berlangsung seru, panas dan alot. Para peserta menyampaikan pandangan, tapi karena waktu terbatas, tidak semua dapat waktu. Sejumlah pemahman, seperti makna thagut, khilafah dan cara penegakan syariat Islam juga belum ada titik temu, masih debatable. Karena itu, MUI berencana akan melakukan diskusi ulang membahas masalah tersebut. [ans/hidayatullah.com]
Bandingkan dengan Berita Terkini Berikut ini:
MUI: Radikal Haram, Tidak Perlu Fatwa
Jum'at, 29 April 2011
Hidayatullah.com-- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Amidhan mengatakan bahwa MUI tidak akan menerbitkan fatwa untuk gerakan radikalisme di Indonesia yang disinyalir dilakukan oleh aktivis Negara Islam Indonesia (NII).
"MUI tidak akan menerbitkan fatwa haram untuk gerakan NII," kata Amidhan pada diskusi "Dialektika: Radikalisme Berkedok Agama Ancaman untuk NKRI" di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (28/4).
Menurut dia, gerakan radikalisme yang terjadi di Indonesia sudah jelas bertentangan dengan hukum dan agama sehingga tanpa diterbitkan fatwa haram memang sudah haram.
MUI, kata dia, menerbitkan fatwa haram untuk hal-hal yang masih bersifat abu-abu sehingga untuk memperjelas statusnya, sedangkan gerakan radikalisme yang terjadi di Indonesia saat ini sudah jelas melanggar hukum dan agama.
Amidhan menjelaskan, permintaan agar MUI menerbitkan fatwa haram terhadap gerakan radikalisme di Indonesia disampaikan salah satu pembicara pada dialog interaktif di sebuah stasiun televisi swasta, Kamis ini.
Menurut Amidhan, kelompok ekstrimis adalah kelompok yang memiliki ideologi sendiri dan bertentangan dengan ideologi negara.
Kelompok ini berbeda dengan kelompok agama, karena agama mengajarkan kedamaian, sedangkan kelompok ekstrimis menciptakan kerusakan dan permusuhan.
Namun, pihak tertentu, mengaitkan kelompok ekstrimis yang melakukan gerakan radikal ini dengan agama, untuk menciptakan stigma agama tertentu adalah radikal.*
Ormas Islam: Waspada Politisasi Kasus NII
Hidayatullah.com -- Tindakan kriminal NII KW 9 bertentangan dengan ajaran Islam yang menekankan sikap amanah, jujur, tanggung jawab mematuhi hukum yang berlaku dan menghormati orang tua sebagai akhlakul karimah.
Pernyataan itu disampaikan ormas ormas Islam yang berkumpul di di Kantor PP Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat, Jumat (30/4) kemarin.
Di antaranya hadir pimpinan ormas dari PP Muhammadiyah, Persis, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), PP Syarikat Islam, PB Pelajar Islam Indonesia, KAHMI dan lain lain.
Ormas Islam berkesimpulan bahwa gerakan NII yang berfaksi faksi ini dinilai dipelihara pihak tertentu dengan sistematis untuk mendukung tujuan kelompok tertentu.
"Kami prihatin dengan berbagai perbuatan kriminal yang dilakukan oleh oknum NII," kata Sekretaris Umum PP Persatuan Islam (Persis), Irfan Safrudin yang membacakan surat pernyataannya kemarin.
Pihaknya menilai, meningkatnya gerakan NII tidak terlepas dari usaha politik pihak tertentu yang secara sistematis memelihara dan mendukung eksistensinya demi kepentingan politik kekuasaan.
Politisasi gerakan NII telah mendiskreditkan dan merusak citra politik umat Islam sebagai bagian yang terbesar dari bangsa Indonesia.
Gerakan NII juga telah menimbulkan keresahan di masyarakat khususnya orang tua, dan potensial memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu pemerintah didesak menindak penggerak NII KW 9 ini.
Bau Rekayasa
Sementara itu, dikutip Vivanews, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin tidak mengetahui ada atau tidak kaitannya antara Pondok Pesantren Al Zaitun di Indramayu, Jawa Barat, dengan Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9 (NII KW9). Tapi, ada sejarah tersendiri antara Al Zaitun dengan NII KW9.
"Kami tidak mengetahui secara jelas bahwa ketua pondok pesantren al Zaitun adalah presiden NII KW9. Tapi pendiri beberapa pendiri pesantren itu adalah anggota NII KW9," kata Din Syamsuddin dalam keterangan pers di PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat 29 April 2011.
Dalam acara itu Din melihat adanya pembiaran dan pemeliharan terhadap kasus gerakan Negara Islam Indonesia (NII). Pembiaran itu menjadi komoditas politik oleh rezim yang berkuasa.
"Pembiaran sebagian besar dilakukan seperti isu Islam radikal, DI/TII, NII, Komando Jihad pernah menjadi komoditas politik oleh rezim yang berkuasa untuk mendiskreditkan umat Islam," katanya.
Din juga mengatakan, isu NII sudah terdengar sejak 20 tahun sehingga dirinya merasa heran mengapa kini gerakan tersebut ramai kembali diperbincangkan.
Dalam pertemuan dengan ormas Islam terkait kasus NII di Gedung Dakwah Muhammadiyah, ini juga terungkap ada indikasi pejabat pusat yang terlibat NII.
"Saya tidak akan menyebutkan orang per orang. Tapi, ada fakta kuat pejabat tersebut menunjukkan simpati terhadap NII," Ketua PP Muhammadiyah dikutip Media Indonesia.*
Pernyataan itu disampaikan ormas ormas Islam yang berkumpul di di Kantor PP Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat, Jumat (30/4) kemarin.
Di antaranya hadir pimpinan ormas dari PP Muhammadiyah, Persis, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), PP Syarikat Islam, PB Pelajar Islam Indonesia, KAHMI dan lain lain.
Ormas Islam berkesimpulan bahwa gerakan NII yang berfaksi faksi ini dinilai dipelihara pihak tertentu dengan sistematis untuk mendukung tujuan kelompok tertentu.
"Kami prihatin dengan berbagai perbuatan kriminal yang dilakukan oleh oknum NII," kata Sekretaris Umum PP Persatuan Islam (Persis), Irfan Safrudin yang membacakan surat pernyataannya kemarin.
Pihaknya menilai, meningkatnya gerakan NII tidak terlepas dari usaha politik pihak tertentu yang secara sistematis memelihara dan mendukung eksistensinya demi kepentingan politik kekuasaan.
Politisasi gerakan NII telah mendiskreditkan dan merusak citra politik umat Islam sebagai bagian yang terbesar dari bangsa Indonesia.
Gerakan NII juga telah menimbulkan keresahan di masyarakat khususnya orang tua, dan potensial memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu pemerintah didesak menindak penggerak NII KW 9 ini.
Bau Rekayasa
Sementara itu, dikutip Vivanews, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin tidak mengetahui ada atau tidak kaitannya antara Pondok Pesantren Al Zaitun di Indramayu, Jawa Barat, dengan Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9 (NII KW9). Tapi, ada sejarah tersendiri antara Al Zaitun dengan NII KW9.
"Kami tidak mengetahui secara jelas bahwa ketua pondok pesantren al Zaitun adalah presiden NII KW9. Tapi pendiri beberapa pendiri pesantren itu adalah anggota NII KW9," kata Din Syamsuddin dalam keterangan pers di PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat 29 April 2011.
Dalam acara itu Din melihat adanya pembiaran dan pemeliharan terhadap kasus gerakan Negara Islam Indonesia (NII). Pembiaran itu menjadi komoditas politik oleh rezim yang berkuasa.
"Pembiaran sebagian besar dilakukan seperti isu Islam radikal, DI/TII, NII, Komando Jihad pernah menjadi komoditas politik oleh rezim yang berkuasa untuk mendiskreditkan umat Islam," katanya.
Din juga mengatakan, isu NII sudah terdengar sejak 20 tahun sehingga dirinya merasa heran mengapa kini gerakan tersebut ramai kembali diperbincangkan.
Dalam pertemuan dengan ormas Islam terkait kasus NII di Gedung Dakwah Muhammadiyah, ini juga terungkap ada indikasi pejabat pusat yang terlibat NII.
"Saya tidak akan menyebutkan orang per orang. Tapi, ada fakta kuat pejabat tersebut menunjukkan simpati terhadap NII," Ketua PP Muhammadiyah dikutip Media Indonesia.*
Mengkritisi Peran Fatahillah di Tanah Betawi
Setiap tanggal 22 Juni, warga Jakarta memperingati Hari Jadi Ibukota Negara ini dengan meriah. Biasanya, ada pesta rakyat di Ancol lengkap dengan panggung hiburan dan pesta kembang api. Pada 22 Juni 2008 ini, usia Jakarta sudah 481 tahun. Sebuah usia yang sudah sangat matang namun ironisnya, Jakarta dari hari ke hari kian menjadi kota yang tidak menyenangkan untuk ditinggali. Macet di mana-mana, dan jika hujan sebentar maka banjir pun segera menggenang. Ini hanyalah sedikit di antara setumpuk masalah ibukota negeri ini yang konon dibebaskan oleh seorang dai-pejuang bernama Fatahillah.
Benarkah Fatahillah merupakan seorang ulama yang membebaskan Jakarta? Sejarawan Betawi Drs. Ridwan Saidi menolak keras anggapan ini. “Banyak orang menganggap Fatahillah melakukan dakwah Islam di Jakarta. Ini tidak beralasan dan tidak benar sama sekali. Sebelum Fatahillah datang, sudah ada 3.000 orang Betawi yang Muslim. Bahkan ketika Fatahilah datang menyerbu kota ini, dia bersama pasukannya itu membumi-hanguskan kampung-kampung Muslim Betawi. Ada sekitar 3.000 rumah Muslim Betawi yang dihanguskan.”
“Bagi Muslim Betawi, Fatahillah itu penjahat. Dan tidak benar jika Fatahillah ke Jakara ini dalam rangka dakwah Islam. Ini harus dikoreksi. Saya telah meneliti sekian lama dan tidak pernah sedikit pun menemui sisa-sisa dakwah Fatahillah di kota ini. Sampai sekarang ini rumah orang-orang Betawi biasanya memajang poster Syekh Abdul Qadir al-Jilani atau yang lebih dikenal dengan sebutan Syekh Abdul Qadir Jaelani, juga poster Buroq, dan tidak pernah ada rumah orang Betawi memajang poster Fatahillah atau sesuatu yang berbua Cirebon atau Demak. Tradisi Islam yang ada di orang Betawi pun khas, sama sekali tidak ada bau-bau Islamnya Cirebon. Saya berani berdebat dengan siapa saja soal ini!” tegas Ridwan saat mengisi diskusi publik bertema “Meluruskan Sejarah Islam di Indonesia” di IKIP Muhamadiyah Jakarta (28/5).
“Jadi, Fatahillah bukanlah pahlawan umat Islam Indonesia. Dia lebih tepat disebut sebagai pahlawan Muslimnya Cirebon, bukan Muslim Jakarta. Kedatangan Fatahillah berikut pasukannya dari Cirebon pada tahun 1527 semata-mata untuk merebut pelabuhan Kalapa. Ia lalu membangun istana yang dikelilingi tembok tinggi di tepi barat Kali Besar. Orang-orang Betawi yang sudah Muslim saat itu, yang rumahnya berdiri di dekat istananya, diusir dan dibumi hanguskan. Omong kosong besar Fatahillah berdakwah. Jejak dakwahnya sama sekali tidak ada di ranah Betawi, ” lanjut Ridwan.
Ribuan unit rumah Muslim Betawi yang dibakar Fatahillah itu berada di Mandi Racan, Pasar Ikan (lihat De Quoto, 1532).
Sebab itu, Ridwan sangat sedih jika tiap tanggal 22 Juni, pemerintah merayakannya sebagai Hari Lahir Kota Jakarta. “Itu adalah hari pembumi-hangusan ribuan rumah Muslim Betawi. Juga hari terbunuhnya Syahbandar Wak Item yang juga seorang Muslim Betawi, ” ujar Ridwan.
Lantas siapa yang mengIslamkan Jakarta? Menurut penelitian Ridwan, sejak awal abad masehi, sebelum Islam lahir di Jazirah Arab, para pedagang Arab telah melakukan perdagangan di Jakarta sehingga sebelum Islam datang di tanah ini. Ini berarti orang Betawi asli sudah mengenal istilah-istilah Arab sebelum Hindu dan Budha hadir di Jawa. Kerajaan Tarumanegara saja bari berdiri di abad ke V Masehi atau sekiar tahun 400-an Masehi.
“Kata-kata seperti alim, kramat, adat, kubur, dan sebagainya sudah dikenal di Jakarta sebelum Islam lahir di Jazirah Arab, ” tegasnya.
Salah satu buktinya adalah prasasti Batu Jaya di Bekasi, sebelah timur pantai Pakis Jaya yang berumur lebih tua ketimbang situs Tarumanegara. “Di batu-batu itu terdapat ragam hias yang tidak ada sama sekali nuansa India, apalagi Cina. Saya amat terkejut ketika mendapati ragam hias ornamen di Batu Jaya itu lebih mirip ornamen Arab. Ini salah satu bukti saja, masih banyak yang lain, ” ujar Ridwan.
Beberapa sumber yang layak untuk ditelusuri lebih jauh adalah kitab Agryppa dari Claudius Ptelomius, lalu naskah Wangsakerta yang menyebut adanya Krajan (bukan kerajaan) bernama Salakanagara, Aki Tirem, dan sebagainya. “Ini temuan saya dan saya siap berdebat soal Fatahillah ini dengan siapa saja, ” tegas Ridwan. (rizki)
Benarkah Fatahillah merupakan seorang ulama yang membebaskan Jakarta? Sejarawan Betawi Drs. Ridwan Saidi menolak keras anggapan ini. “Banyak orang menganggap Fatahillah melakukan dakwah Islam di Jakarta. Ini tidak beralasan dan tidak benar sama sekali. Sebelum Fatahillah datang, sudah ada 3.000 orang Betawi yang Muslim. Bahkan ketika Fatahilah datang menyerbu kota ini, dia bersama pasukannya itu membumi-hanguskan kampung-kampung Muslim Betawi. Ada sekitar 3.000 rumah Muslim Betawi yang dihanguskan.”
“Bagi Muslim Betawi, Fatahillah itu penjahat. Dan tidak benar jika Fatahillah ke Jakara ini dalam rangka dakwah Islam. Ini harus dikoreksi. Saya telah meneliti sekian lama dan tidak pernah sedikit pun menemui sisa-sisa dakwah Fatahillah di kota ini. Sampai sekarang ini rumah orang-orang Betawi biasanya memajang poster Syekh Abdul Qadir al-Jilani atau yang lebih dikenal dengan sebutan Syekh Abdul Qadir Jaelani, juga poster Buroq, dan tidak pernah ada rumah orang Betawi memajang poster Fatahillah atau sesuatu yang berbua Cirebon atau Demak. Tradisi Islam yang ada di orang Betawi pun khas, sama sekali tidak ada bau-bau Islamnya Cirebon. Saya berani berdebat dengan siapa saja soal ini!” tegas Ridwan saat mengisi diskusi publik bertema “Meluruskan Sejarah Islam di Indonesia” di IKIP Muhamadiyah Jakarta (28/5).
“Jadi, Fatahillah bukanlah pahlawan umat Islam Indonesia. Dia lebih tepat disebut sebagai pahlawan Muslimnya Cirebon, bukan Muslim Jakarta. Kedatangan Fatahillah berikut pasukannya dari Cirebon pada tahun 1527 semata-mata untuk merebut pelabuhan Kalapa. Ia lalu membangun istana yang dikelilingi tembok tinggi di tepi barat Kali Besar. Orang-orang Betawi yang sudah Muslim saat itu, yang rumahnya berdiri di dekat istananya, diusir dan dibumi hanguskan. Omong kosong besar Fatahillah berdakwah. Jejak dakwahnya sama sekali tidak ada di ranah Betawi, ” lanjut Ridwan.
Ribuan unit rumah Muslim Betawi yang dibakar Fatahillah itu berada di Mandi Racan, Pasar Ikan (lihat De Quoto, 1532).
Sebab itu, Ridwan sangat sedih jika tiap tanggal 22 Juni, pemerintah merayakannya sebagai Hari Lahir Kota Jakarta. “Itu adalah hari pembumi-hangusan ribuan rumah Muslim Betawi. Juga hari terbunuhnya Syahbandar Wak Item yang juga seorang Muslim Betawi, ” ujar Ridwan.
Lantas siapa yang mengIslamkan Jakarta? Menurut penelitian Ridwan, sejak awal abad masehi, sebelum Islam lahir di Jazirah Arab, para pedagang Arab telah melakukan perdagangan di Jakarta sehingga sebelum Islam datang di tanah ini. Ini berarti orang Betawi asli sudah mengenal istilah-istilah Arab sebelum Hindu dan Budha hadir di Jawa. Kerajaan Tarumanegara saja bari berdiri di abad ke V Masehi atau sekiar tahun 400-an Masehi.
“Kata-kata seperti alim, kramat, adat, kubur, dan sebagainya sudah dikenal di Jakarta sebelum Islam lahir di Jazirah Arab, ” tegasnya.
Salah satu buktinya adalah prasasti Batu Jaya di Bekasi, sebelah timur pantai Pakis Jaya yang berumur lebih tua ketimbang situs Tarumanegara. “Di batu-batu itu terdapat ragam hias yang tidak ada sama sekali nuansa India, apalagi Cina. Saya amat terkejut ketika mendapati ragam hias ornamen di Batu Jaya itu lebih mirip ornamen Arab. Ini salah satu bukti saja, masih banyak yang lain, ” ujar Ridwan.
Beberapa sumber yang layak untuk ditelusuri lebih jauh adalah kitab Agryppa dari Claudius Ptelomius, lalu naskah Wangsakerta yang menyebut adanya Krajan (bukan kerajaan) bernama Salakanagara, Aki Tirem, dan sebagainya. “Ini temuan saya dan saya siap berdebat soal Fatahillah ini dengan siapa saja, ” tegas Ridwan. (rizki)
Wikileaks: Al-Qaida akan Ciptakan "Neraka Nuklir" Jika Bin Ladin Tertangkap
Wikileaks baru-baru ini kembali merilis dokumen rahasia milik militer AS yang berisi informasi sensitif tentang ratusan "teroris", termasuk sejumlah komandan Al-Qaeda yang menurut dokumen tersebut berhasil ditangkap dan ditahan di kamp penjara di kamp Guantanamo, Kuba.
Beberapa isi dokumen yang langsung menjadi santapan media internasional sebenarnya bukan berita baru. Tapi ada beberapa isi dokumen yang menarik, yang tentu saja harus dianalisa secara kritis, mengingat dokumen-dokumen yang dipublikasikan Wikileaks soal "teroris" Al-Qaida dan para tahanan di kamp Guantanamo adalah dokumen militer AS, yang tentu saja dibuat berdasarkan klaim dari pihak militer AS. Termasuk peristiwa serangan 11 September 2001, yang masih menjadi teka-teki dan banyak analis yang meragukan bahwa pelaku teror itu adalah Al-Qaida.
Salah satu isi dokumen yang menarik untuk dicermati adalah dokumen yang mengungkap situasi di seputar peristiwa serangan 11 September 2011. Menurut dokumen rahasia militer AS yang dipublikasikan Wikileaks, para komandan senior Al-Qaida berkumpul di sebuah lokasi persembunyian di Karachi, Pakistan untuk menyaksikan serangan 11 September lewat televisi. Begitu pula beberapa tokoh yang kemudian dituduh sebagai dalang serangan teror itu dan dalang sejumlah aksi serangan bom lainnya.
Khalid Syeikh Mohammed misalnya, yang akhirnya tertangkap dan mengaku sebagai otak dibalik serangan 11 September, pada saat peristiwa itu terjadi, ikut menyaksikan siaran tentang aksi teror tersebut di televisi bersama beberapa tokoh kunci serangan itu, dari sebuah tempat di New York dan Washington.
Riduan Isamuddin, yang diduga salah satu otak teror bom Bali tahun 2002, menurut dokumen yang dipublikasikan Wikileaks, pada saat itu sedang belanja peralatan laboratorium untuk keperluan membuat senjata biologi.
Tokoh lainnya, Abdul Rahim Nashiri, lelaki yang dituduh terlibat dalam serangan bom ke kapal induk AS USS Cole, disebutkan baru pulih dari operasi amandel.
Dalam dokumen militer AS yang dipublikasikan Wikileaks disebutkan, dalam satu hari itu, sejumlah tokoh penting Al-Qaida yang baru saja menyaksikan serangan teror 9/11 dari berbagai tempat, kembali pulang ke Afghanistan dan merencanakan sebuah perang panjang.
Wikileaks juga memublikasikan dokumen yang berisi pengakuan Syaikh Mohammed pada para interogator AS. Menurut isi dokumen tersebut, Mohammed mengatakan bahwa kelompok ekstrimis akan menciptakan "neraka" dengan melakukan serangan senjata nuklir, jika pemimpin Al-Qaida, Usamah bin Ladin tertangkah atau terbunuh. Senjata nuklir itu saat ini disembunyikan di sebuah tempat di Eropa. Pengakuan Syaikh Mohammed ini memicu kekhawatiran AS bahwa kelompok ekstrimis sudah memiliki bahan uranium, untuk membuat bom nuklir.
Pada tim interogator AS, Syaikh Mohammed juga mengaku bahwa Al-Qaida berusaha merekrut pekerja bagian lapangan di bandara Heathrow untuk membantu rencana Al-Qaida melakukan serangan ke bandara tersibuk di dunia itu. Rencana teror lainnya yang akan dilakukan Al-Qaida menurut dokumen yang dibocorkan Wikileaks, adalah menyebarkan racun sianida lewat perangkat pendingin udara di gedung-gedung publik di seluruh AS.
Selain Inggris dan Amerika, Al-Qaida juga akan melakukan serangan teror ke kawasan Asia dan Afrika serta kepentingan-kepentingan AS di seluruh dunia. Tujuan serangan teror itu, menurut dokumen militer AS, untuk membuat warga AS menderita, khususnya di sektor perekonomian, serta menekan pemerintah AS agar mengubah kebijakan-kebijakannya.
Dari dokumen-dokumen militer AS yang dipublikasikan Wikileaks, juga diketahui bahwa dari 220 tahanan kamp Guantanamo yang oleh AS dinilai sebagai "teroris internasional" yang berbahaya, 150 diantaranya tidak bersalah alias tidak punya kaitan apapun dengan kegiatan dan kelompok teroris seperti yang dituduhkan AS.
Dokumen-dokumen itu menunjukkan bahwa diantara para tahanan kamp Guantanamo yang dituduh teroris, ternyata hanya seorang petani, pekerja sosial atau sopir. Mereka ditangkap dengan semata-mata karena mengenakan jam tangan Casio model tahun 1980-an, yang oleh AS disebut-sebut kerap digunakan sebagai pengatur waktu dalam berbagai serangan teror bom. (ln/DM)
Beberapa isi dokumen yang langsung menjadi santapan media internasional sebenarnya bukan berita baru. Tapi ada beberapa isi dokumen yang menarik, yang tentu saja harus dianalisa secara kritis, mengingat dokumen-dokumen yang dipublikasikan Wikileaks soal "teroris" Al-Qaida dan para tahanan di kamp Guantanamo adalah dokumen militer AS, yang tentu saja dibuat berdasarkan klaim dari pihak militer AS. Termasuk peristiwa serangan 11 September 2001, yang masih menjadi teka-teki dan banyak analis yang meragukan bahwa pelaku teror itu adalah Al-Qaida.
Salah satu isi dokumen yang menarik untuk dicermati adalah dokumen yang mengungkap situasi di seputar peristiwa serangan 11 September 2011. Menurut dokumen rahasia militer AS yang dipublikasikan Wikileaks, para komandan senior Al-Qaida berkumpul di sebuah lokasi persembunyian di Karachi, Pakistan untuk menyaksikan serangan 11 September lewat televisi. Begitu pula beberapa tokoh yang kemudian dituduh sebagai dalang serangan teror itu dan dalang sejumlah aksi serangan bom lainnya.
Khalid Syeikh Mohammed misalnya, yang akhirnya tertangkap dan mengaku sebagai otak dibalik serangan 11 September, pada saat peristiwa itu terjadi, ikut menyaksikan siaran tentang aksi teror tersebut di televisi bersama beberapa tokoh kunci serangan itu, dari sebuah tempat di New York dan Washington.
Riduan Isamuddin, yang diduga salah satu otak teror bom Bali tahun 2002, menurut dokumen yang dipublikasikan Wikileaks, pada saat itu sedang belanja peralatan laboratorium untuk keperluan membuat senjata biologi.
Tokoh lainnya, Abdul Rahim Nashiri, lelaki yang dituduh terlibat dalam serangan bom ke kapal induk AS USS Cole, disebutkan baru pulih dari operasi amandel.
Dalam dokumen militer AS yang dipublikasikan Wikileaks disebutkan, dalam satu hari itu, sejumlah tokoh penting Al-Qaida yang baru saja menyaksikan serangan teror 9/11 dari berbagai tempat, kembali pulang ke Afghanistan dan merencanakan sebuah perang panjang.
Wikileaks juga memublikasikan dokumen yang berisi pengakuan Syaikh Mohammed pada para interogator AS. Menurut isi dokumen tersebut, Mohammed mengatakan bahwa kelompok ekstrimis akan menciptakan "neraka" dengan melakukan serangan senjata nuklir, jika pemimpin Al-Qaida, Usamah bin Ladin tertangkah atau terbunuh. Senjata nuklir itu saat ini disembunyikan di sebuah tempat di Eropa. Pengakuan Syaikh Mohammed ini memicu kekhawatiran AS bahwa kelompok ekstrimis sudah memiliki bahan uranium, untuk membuat bom nuklir.
Pada tim interogator AS, Syaikh Mohammed juga mengaku bahwa Al-Qaida berusaha merekrut pekerja bagian lapangan di bandara Heathrow untuk membantu rencana Al-Qaida melakukan serangan ke bandara tersibuk di dunia itu. Rencana teror lainnya yang akan dilakukan Al-Qaida menurut dokumen yang dibocorkan Wikileaks, adalah menyebarkan racun sianida lewat perangkat pendingin udara di gedung-gedung publik di seluruh AS.
Selain Inggris dan Amerika, Al-Qaida juga akan melakukan serangan teror ke kawasan Asia dan Afrika serta kepentingan-kepentingan AS di seluruh dunia. Tujuan serangan teror itu, menurut dokumen militer AS, untuk membuat warga AS menderita, khususnya di sektor perekonomian, serta menekan pemerintah AS agar mengubah kebijakan-kebijakannya.
Dari dokumen-dokumen militer AS yang dipublikasikan Wikileaks, juga diketahui bahwa dari 220 tahanan kamp Guantanamo yang oleh AS dinilai sebagai "teroris internasional" yang berbahaya, 150 diantaranya tidak bersalah alias tidak punya kaitan apapun dengan kegiatan dan kelompok teroris seperti yang dituduhkan AS.
Dokumen-dokumen itu menunjukkan bahwa diantara para tahanan kamp Guantanamo yang dituduh teroris, ternyata hanya seorang petani, pekerja sosial atau sopir. Mereka ditangkap dengan semata-mata karena mengenakan jam tangan Casio model tahun 1980-an, yang oleh AS disebut-sebut kerap digunakan sebagai pengatur waktu dalam berbagai serangan teror bom. (ln/DM)
Adakah Hubungan SBY dan Illuminati?
Sabtu, 11/07/2009 06:19 WIB | email | print
Assalamualaikum Wr wb
Pak Rizky, yang saya hormati.
Saya adalah salah satu fans dari rubrik bapak ini karena bisa menggambarkan pandangan lain tentang kondisi dunia ini. Pertanyaan saya kali ini gak jauh beda-beda amat dengan yang bapak bahas.
Saya memiliki suatu artikel yang memuat mengenai Illuminati. Salah satu tanda simbol Iluminati adalah piramida. Uniknya, sejumlah tokoh Illuminati dalam artikel tersebut menggambarkan seimbol tersebut dengan tangannya dengan lambang yang mirip simbol Partai Demokrat yakni penggunaan 2 telunjuk dan 2 jempol untuk membentuk segitiga. Apa ini cuma kebetulan ataukah ada kaitannya? Mengingat ada juga rumor tentang kedekatan SBY dengan AS, sehingga cawapres nya orang neoliberalisme (sudah membantah pun, saya masih percaya dia neoliberal, karena yang membela dia pun juga orang-orang Liberal seperti Rizal Mallarangeng yang sudah dikenal ke "JIL"annya)
Mohon jawabannya.
jazakalloh
Nisa
Jawaban
Wa’alaikumusalam warahmatullahi wabarakatuh,
Nisa yang selalu dirahmati Allah Swt, sebelum menjawab inti pertanyaannya saya akan paparkan dulu tentang apa itu Illuminati. Sejarah dunia mengenal organisasi ini sekurangnya ada dua: Pertama, Illuminaty yang dibentuk oleh para ilmuwan penentang kejumudan Gereja di Eropa abad pertengahan, yang dipimpin oleh Galileo Galilei. Kedua, Illuminaty yang dibentuk oleh Sir Meyer Amschell Rotschild di Bavaria tahun 1773 yang dipimpin oleh mantan Jesuit bernama Adam Weishaupt dan dibentuk sebagai “pasukan komando”nya Freemasonry di mana tugas pertama mereka ini adalah meletuskan Revolusi Perancis lewat Robespierre dan lainnya. Keduanya sama-sama bekerja demi kepentingan Luciferian dengan menggunakan berbagai simbol rahasia, salah satu di antaranya berbentuk Piramida.
Illuminati berarti “Pencerahan”, “Yang Tercerahkan”, atau juga bisa mewakili “Cahaya”. Arti istilah ini sebangun dengan istilah “Lucifer” atau “Luciferis” yang juga berarti “Cahaya”. Maria Magdalena sendiri, sosok kontroversial dalam Kekristenan, oleh kaum Luciferian juga disebut sebagai “Illuminatrix” yang berarti “Cahaya Di Atas Cahaya”.
Simbol Piramida merupakan simbolisasi dari pemujaan terhadap Sang Luciferis yang paling tinggi. Selain itu, Piramida juga menyimbolkan kekuatan Maskulinitas karena asalnya berbentuk “Mata Pedang” atau dalam bahasa sanskrit disebut “Lingga”. Yang banyak tidak disadari orang, piramida Illuminati merupakan sebuah segitiga sama sisi yang dibangun dari tiga buah besaran sudut yang sama: 60, 60, dan 60. Ini mewakili simbol lain yang lebih tegas yakni 666. Kekristenan meyakini jika angka ini merupakan angka Dajjal (The Beast) di hari akhir, seperti yang diwartakan oleh Kitab Wahyu 13: 16-18.
Nah, mengenai mengapa Partai Demokrat dalam simbol tangannya membentuk simbol piramida, maka hal itu harus dilakukan penelitian mendalam mengapa harus demikian. Apakah karena simbol partainya yang memang membentuk piramida? Atau ada hal lain? Wallahu’alam bishawab. Partai-partai politik lain selain Partai Demokrat pun juga menggunakan simbol-simbol paganis dan Luciferis, seperti halnya Simbol Pentagram yang antara lain digunakan Partai Golkar, Partai Gerindra, dan lainnya. Pentagram merupakan simbol kepala Baphomet, si kambing iblis. PKS pun menggunakan simbol Trias Goddes Wicca, Sang Dewi Bulan, yang disembah kaum pagan dahulu. Apakah mereka semua Luciferian? Belum tentu. Bisa jadi hal itu disebabkan simbol-simbol Luciferian memang sudah mendunia dan akrab dengan kita, dan kita sendiri jahil terhadapnya, sehingga tanpa tahu makna apa di baliknya enak saja menggunakan simbol tersebut sebagai simbol kebanggaan.
Soal kedekatan SBY dengan AS, hal itu pernah diucapkan dan diakui sendiri oleh SBY jika Amerika Serikat merupakan negeri kedua bagi dirinya, The Second Country. Mungkin bisa diibaratkan sebagai “isteri kedua”nya. Dan dalam kampanye Pilpres kemarin kita semua dengan mudah bisa melihat bagaimana kekaguman seorang SBY dengan Partai Demokratnya terhadap Amerika, yang diwakili dari berbagai interior kampanyenya seperti pemilihan warna, dan sebagainya.
Soal kedekatannya dengan kalangan Liberal (Apakah itu para ekonom Neo-Liberal, maupun para dedengkot Jaringan Islam Liberal), SBY tentu tidak bisa membantahnya. Ibarat sebuah komputer, maka kaum Liberal bagi SBY adalah prosesor dan motherboard-nya. Ini yang membedakan dengan dua kandidat capres yang “kalah” yakni JK-Win dan Mega-Pro. Walau kedua kandidiat ini juga ada orang Liberal-nya, namun mereka bukan yang menguasai, atau ibarat sebuah komputer, maka mereka hanya sebagai aksesoris bagi JK-Win atau Mega-Pro, beda sekali dengan SBY-Boediono. Inilah yang patut ditangisi, terlepas dari kecurangan sistemik yang ada dan ketidak-netralan KPU dalam banyak hal, mengapa rakyat kita banyak masih saja mau memilih mereka, padahal sudah jelas mereka itu demikian (Jika ingin mengetahui mengapa demikian, ikuti tulisan bersambung saya di rubrik Laporan Khusus Eramuslim).
Pilpres kemarin telah” memenangkan” kaum Liberalis (NeoLib dan JIL), dan akibatnya akan kita lihat sendiri dalam hari-hari sekarang dan esok dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini. Demikian dulu pandangan saya. Wallahu’alam bishawab. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Assalamualaikum Wr wb
Pak Rizky, yang saya hormati.
Saya adalah salah satu fans dari rubrik bapak ini karena bisa menggambarkan pandangan lain tentang kondisi dunia ini. Pertanyaan saya kali ini gak jauh beda-beda amat dengan yang bapak bahas.
Saya memiliki suatu artikel yang memuat mengenai Illuminati. Salah satu tanda simbol Iluminati adalah piramida. Uniknya, sejumlah tokoh Illuminati dalam artikel tersebut menggambarkan seimbol tersebut dengan tangannya dengan lambang yang mirip simbol Partai Demokrat yakni penggunaan 2 telunjuk dan 2 jempol untuk membentuk segitiga. Apa ini cuma kebetulan ataukah ada kaitannya? Mengingat ada juga rumor tentang kedekatan SBY dengan AS, sehingga cawapres nya orang neoliberalisme (sudah membantah pun, saya masih percaya dia neoliberal, karena yang membela dia pun juga orang-orang Liberal seperti Rizal Mallarangeng yang sudah dikenal ke "JIL"annya)
Mohon jawabannya.
jazakalloh
Nisa
Jawaban
Wa’alaikumusalam warahmatullahi wabarakatuh,
Nisa yang selalu dirahmati Allah Swt, sebelum menjawab inti pertanyaannya saya akan paparkan dulu tentang apa itu Illuminati. Sejarah dunia mengenal organisasi ini sekurangnya ada dua: Pertama, Illuminaty yang dibentuk oleh para ilmuwan penentang kejumudan Gereja di Eropa abad pertengahan, yang dipimpin oleh Galileo Galilei. Kedua, Illuminaty yang dibentuk oleh Sir Meyer Amschell Rotschild di Bavaria tahun 1773 yang dipimpin oleh mantan Jesuit bernama Adam Weishaupt dan dibentuk sebagai “pasukan komando”nya Freemasonry di mana tugas pertama mereka ini adalah meletuskan Revolusi Perancis lewat Robespierre dan lainnya. Keduanya sama-sama bekerja demi kepentingan Luciferian dengan menggunakan berbagai simbol rahasia, salah satu di antaranya berbentuk Piramida.
Illuminati berarti “Pencerahan”, “Yang Tercerahkan”, atau juga bisa mewakili “Cahaya”. Arti istilah ini sebangun dengan istilah “Lucifer” atau “Luciferis” yang juga berarti “Cahaya”. Maria Magdalena sendiri, sosok kontroversial dalam Kekristenan, oleh kaum Luciferian juga disebut sebagai “Illuminatrix” yang berarti “Cahaya Di Atas Cahaya”.
Simbol Piramida merupakan simbolisasi dari pemujaan terhadap Sang Luciferis yang paling tinggi. Selain itu, Piramida juga menyimbolkan kekuatan Maskulinitas karena asalnya berbentuk “Mata Pedang” atau dalam bahasa sanskrit disebut “Lingga”. Yang banyak tidak disadari orang, piramida Illuminati merupakan sebuah segitiga sama sisi yang dibangun dari tiga buah besaran sudut yang sama: 60, 60, dan 60. Ini mewakili simbol lain yang lebih tegas yakni 666. Kekristenan meyakini jika angka ini merupakan angka Dajjal (The Beast) di hari akhir, seperti yang diwartakan oleh Kitab Wahyu 13: 16-18.
Nah, mengenai mengapa Partai Demokrat dalam simbol tangannya membentuk simbol piramida, maka hal itu harus dilakukan penelitian mendalam mengapa harus demikian. Apakah karena simbol partainya yang memang membentuk piramida? Atau ada hal lain? Wallahu’alam bishawab. Partai-partai politik lain selain Partai Demokrat pun juga menggunakan simbol-simbol paganis dan Luciferis, seperti halnya Simbol Pentagram yang antara lain digunakan Partai Golkar, Partai Gerindra, dan lainnya. Pentagram merupakan simbol kepala Baphomet, si kambing iblis. PKS pun menggunakan simbol Trias Goddes Wicca, Sang Dewi Bulan, yang disembah kaum pagan dahulu. Apakah mereka semua Luciferian? Belum tentu. Bisa jadi hal itu disebabkan simbol-simbol Luciferian memang sudah mendunia dan akrab dengan kita, dan kita sendiri jahil terhadapnya, sehingga tanpa tahu makna apa di baliknya enak saja menggunakan simbol tersebut sebagai simbol kebanggaan.
Soal kedekatan SBY dengan AS, hal itu pernah diucapkan dan diakui sendiri oleh SBY jika Amerika Serikat merupakan negeri kedua bagi dirinya, The Second Country. Mungkin bisa diibaratkan sebagai “isteri kedua”nya. Dan dalam kampanye Pilpres kemarin kita semua dengan mudah bisa melihat bagaimana kekaguman seorang SBY dengan Partai Demokratnya terhadap Amerika, yang diwakili dari berbagai interior kampanyenya seperti pemilihan warna, dan sebagainya.
Soal kedekatannya dengan kalangan Liberal (Apakah itu para ekonom Neo-Liberal, maupun para dedengkot Jaringan Islam Liberal), SBY tentu tidak bisa membantahnya. Ibarat sebuah komputer, maka kaum Liberal bagi SBY adalah prosesor dan motherboard-nya. Ini yang membedakan dengan dua kandidat capres yang “kalah” yakni JK-Win dan Mega-Pro. Walau kedua kandidiat ini juga ada orang Liberal-nya, namun mereka bukan yang menguasai, atau ibarat sebuah komputer, maka mereka hanya sebagai aksesoris bagi JK-Win atau Mega-Pro, beda sekali dengan SBY-Boediono. Inilah yang patut ditangisi, terlepas dari kecurangan sistemik yang ada dan ketidak-netralan KPU dalam banyak hal, mengapa rakyat kita banyak masih saja mau memilih mereka, padahal sudah jelas mereka itu demikian (Jika ingin mengetahui mengapa demikian, ikuti tulisan bersambung saya di rubrik Laporan Khusus Eramuslim).
Pilpres kemarin telah” memenangkan” kaum Liberalis (NeoLib dan JIL), dan akibatnya akan kita lihat sendiri dalam hari-hari sekarang dan esok dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini. Demikian dulu pandangan saya. Wallahu’alam bishawab. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Tidak Punya "Sense of Crisis", Warga Inggris Kecam Pernikahan William-Kate
Sebuah survei terbaru menemukan bahwa lebih dari sepertiga dari warga Inggris percaya bahwa pernikahan keluarga kerajaan tidak boleh didanai oleh uang para pembayar pajak.
Survei yang dilakukan oleh YouGov menunjukkan bahwa total 36 persen responden mengatakan sangat tidak bagus menggunakan dana dari pajak masyarakat untuk membiayai pesta pernikahan keluarga kerajaan.
Survei YouGov juga menemukan bahwa 29 persen warga di Inggris percaya bahwa pernikahan Pangeran William dan Kate Middleton tidak sesuai dengan kondisi iklim ekonomi saat ini pada saat terjadi pemotongan belanja pemerintahan koalisi secara bertahap mulai terasa. Persentase ini meningkat menjadi 35 persen di antara pengangguran dan 41 persen untuk para pelajar.
Survei juga menemukan bahwa hampir sembilan dari 10 orang tidak berniat untuk membeli memorabilia pernikahan William dan Kate.
"Meskipun adanya sejumlah besar empati dan dukungan publik untuk William dan Kate seperti yang kita lihat menjelang hari besar pernikahan mereka, namun sangat sulit bagi warga Inggris untuk mengabaikan besarnya biasa yang dikeluarkan untuk pesta pernikahan tersebut. Sulit untuk melupakan adanya krisis keuangan saat ini, kata Tom Flack, editor situs WalletPop.co.uk.
Jajak pendapat lain yang dilakukan Reuter telah menemukan bahwa lebih dari setengah dari semua warga Inggris akan menonton pesta pernikahan William danKate Middleton pada tanggal 29 April mendatang.(fq/rblnews)
Survei yang dilakukan oleh YouGov menunjukkan bahwa total 36 persen responden mengatakan sangat tidak bagus menggunakan dana dari pajak masyarakat untuk membiayai pesta pernikahan keluarga kerajaan.
Survei YouGov juga menemukan bahwa 29 persen warga di Inggris percaya bahwa pernikahan Pangeran William dan Kate Middleton tidak sesuai dengan kondisi iklim ekonomi saat ini pada saat terjadi pemotongan belanja pemerintahan koalisi secara bertahap mulai terasa. Persentase ini meningkat menjadi 35 persen di antara pengangguran dan 41 persen untuk para pelajar.
Survei juga menemukan bahwa hampir sembilan dari 10 orang tidak berniat untuk membeli memorabilia pernikahan William dan Kate.
"Meskipun adanya sejumlah besar empati dan dukungan publik untuk William dan Kate seperti yang kita lihat menjelang hari besar pernikahan mereka, namun sangat sulit bagi warga Inggris untuk mengabaikan besarnya biasa yang dikeluarkan untuk pesta pernikahan tersebut. Sulit untuk melupakan adanya krisis keuangan saat ini, kata Tom Flack, editor situs WalletPop.co.uk.
Jajak pendapat lain yang dilakukan Reuter telah menemukan bahwa lebih dari setengah dari semua warga Inggris akan menonton pesta pernikahan William danKate Middleton pada tanggal 29 April mendatang.(fq/rblnews)
Jumat, 29 April 2011
Benarkan Yahudi bukan Israel?
Oleh
Syaikh Bakar bin Abdillah Abu Zaid
Syaikh Abu Ubaidah Masyhur bin Hasan Alu Salman.
Jika seseorang menyebut Israil, maka kata ini selalu disandingkan dengan Yahudi. Ini terjadi di banyak kalangan dari media, forum diskusi, bahkan majlis-majlis ta’lim, tak urung para pembicara tidak membedakan antara Yahudi dengan Israil. Seakan dua kata ini memiliki terminologi yang sama. Yahudi adalah Israil, dan Israil adalah Yahudi. Padahal penisbatan Yahudi kepada Israil merupakan kekeliruan !. Lantas, bagaimana kedua hal ini bisa disebut berbeda?
Berikut ini kami sampaikan penjelasan mengenai perbedaan ini, menurut pandangan Syaikh Bakar bin Abdillah Abu Zaid dan Syaikh Abu Ubaidah Masyhur bin Hasan Alu Salman.
Tersebut di dalam kitab Mu’jam Manahil Lafzhiyah, Darul Ashimah, Cetakan III, Tahun 1413H halaman 93-94, Syaikh Bakar bin Abdillah Abu Zaid mengatakan :
Syaikh Abdullah bin Zaid Alu Mahmud memiliki sebuah risalah yang berjudul Al-Ishlahu wat-Ta’dilu Fiima Thara-a Ala Ismil Yahudi wan Nashara Minat Tabdil. Di dalam kitab tersebut terdapat tahqiq yang menyinggung, bahwa Yahudi telah terlepas dari Bani Israil. Yakni sebagaimana terpisahnya Nabi Ibrahim Alaihissalam dari bapaknya, Azar. Kekufuran itu telah memutuskan loyalitas antara kaum Muslimin dengan orang-orang kafir, sebagaimana diceritakan dalam kisah antara Nabi Nuh Alaihissalam dengan putranya.
Oleh karena itu, keutamaan-keutamaan yang pernah dimiliki Bani Israil pada zaman dahulu, sedikitpun tidak ada yang dimiliki kaum Yahudi. Karenanya, justru penyematan nama Bani Israil untuk menyebut kaum Yahudi, akan menjadikan mereka meraih keutamaan-keutamaan, dan keburukan mereka pun tertutupi. Demikian ini berakibat hilangnya perbedaan antara Bani Israil dengan Yahudi sebagai kaum yang dimurkai Allah Azza wa Jalla dan dihinakan dimanapun mereka berada.
Begitu pula, tidak boleh mengganti nama Nashara menjadi Al-Masihin, yaitu menisbatkan kepada pengikut Nabi Isa Al-Masih. Ini merupakan nama baru yang tidak ada dasarnya dalam sejarah, dan tidak juga dalam perkataan para ulama. Karena orang Nashara telah mengganti dan menyelewengkan kitab Alla Azza wa Jalla, sebagaimana kaum Yahudi telah melakukannya terhada din (agama) Nabi Musa Alaihissalam. Memberi nama kepada mereka dengan Al-Masih, tidak memiliki dasar hujjah. Kepada mereka Allah Azza wa Jalla hanya memberikan nama Nashara, bukan Al-Masihin.
Kemudian, kekufuran kaum Yahudi dan Nashara terhadap syari’at Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka menjadi musabab penyebutan atas diri mereka sebagai kafir. Allah berfirman.
“Orang-orang kafir, yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik, (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata” [Al-Bayinnah : 1]
Jadi sesungguhnya, Yahudi adalah nama bagi orang-orang yang tidak beriman kepada Nabi Musa Alaihissalam. Adapun yang beriman, mereka itulah yang disebut Bani Israil. Karena itu, orang-orang Yahudi (sendiri) merasa tidak senang (jika) disebut dengan nama Yahudi.
Adapun Syaikh Abu Ubaidah Masyhur bin Hasan Alu Salman menuliskan di catatan kaki kitab beliau, As-Salafiyun wa Qadhiyatu Filasthina, Markaz Baitul Maqdis, Cetakan I, Tahun 1423H, halaman 12-13, sebagai berikut :
Penamaan ini, -yaitu menamakan Yahudi dengan nama Israil- merupakan kemungkaran. Telah meluas di tengah masyarakat di negeri Muslim sebuah perkataan yang berkonotasi celaan “Israil melakukan ini dan itu, dan akan melakukan tindakan ini dan itu”, padahal Israil itu, merupakan salah seorang Rasul Allah (utusan Allah), yaitu Nabi Ya’qub Alaihissalam. Dan beliau Alaihissalam, sama sekali tidak memiliki hubungan apapun dengan negara yang senang berbuat makar dan keji ini. Antara para nabi dan rasul, sama sekali tidak ada saling waris-mewarisi dengan orang-orang kafir, musuh mereka. Yahudi, sama sekali tidak memiliki hubungan din (agama) dengan Nabi Allah, Israil.
Penamaan seperti ini, memberikan dampak buruk pada pemahaman diri kita. Allah dan para rasul-Nya tidak akan pernah meridhainya, terutama Nabi Israil Alaihissalam. Karena Yahudi adalah kaum kafir dan pembohong. Menyematkan nama ini kepada mereka mengandung pelecehan terhadap Nabi Israil Alaihissalam. Dan yang wajib adalah mencegah penamaan itu.
Dalam Shahih Bukhari no. 3533, dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Tidakkah kalian merasa heran, bagaimana Allah mengalihkan celaan dan kutukan orang kafir Quraisy dariku. Mereka hanya mencela orang yang tercela, dan mengutuk orang yang tercela. Sedangkan aku, tetap Muhammad (terpuji)”
Dan kewajiban kita –minimal- membuat mereka gusar dengan penyematan nama Yahudi pada mereka, karena mereka membenci nama ini dan senang dengan penisbatan palsu kepada Nabi Ya’qub Alaihissalam. Mereka, sedikitpun tidak mendapatkan keutamaan maupun kemuliaannya.
Syaikh Abdullah bin Zaid Alu Mahmud memiliki sebuah risalah yang sudah dicetak di Qathar, tahun 1398H, dengan judul Al-Ishlahu wat-Ta’dilu Fiima Thara-a Ala Ismil Yahudi wan Nashara Minat Tabdil..
Tentang masalah ini juga, coba lihat Muja’mul Manahil Lafzhiyah (44), karya Syaikh Bakar Abu Zaid, majalah kami Al-Ashalah, Edisi 32, Tahun ke-6, Tanggal 15 Rabi’ul Awwal 1422H, halaman 54-57, makalah Syaikh Rabi’ bin Hadi, Hukmu Tasmiyati Daulati Yahuda bi Israil. Peringatan dalam masalah ini, juga saya temukan dalam kitab Khurafatu Yahudiyah, karya Ahmad As-Syuqairi, halaman 13-30, dengan judul Lastum Abna-u Ibrahima, Antum Abna-u Iblisa.
SOURCE: almanhaj.or.id
Syaikh Bakar bin Abdillah Abu Zaid
Syaikh Abu Ubaidah Masyhur bin Hasan Alu Salman.
Jika seseorang menyebut Israil, maka kata ini selalu disandingkan dengan Yahudi. Ini terjadi di banyak kalangan dari media, forum diskusi, bahkan majlis-majlis ta’lim, tak urung para pembicara tidak membedakan antara Yahudi dengan Israil. Seakan dua kata ini memiliki terminologi yang sama. Yahudi adalah Israil, dan Israil adalah Yahudi. Padahal penisbatan Yahudi kepada Israil merupakan kekeliruan !. Lantas, bagaimana kedua hal ini bisa disebut berbeda?
Berikut ini kami sampaikan penjelasan mengenai perbedaan ini, menurut pandangan Syaikh Bakar bin Abdillah Abu Zaid dan Syaikh Abu Ubaidah Masyhur bin Hasan Alu Salman.
Tersebut di dalam kitab Mu’jam Manahil Lafzhiyah, Darul Ashimah, Cetakan III, Tahun 1413H halaman 93-94, Syaikh Bakar bin Abdillah Abu Zaid mengatakan :
Syaikh Abdullah bin Zaid Alu Mahmud memiliki sebuah risalah yang berjudul Al-Ishlahu wat-Ta’dilu Fiima Thara-a Ala Ismil Yahudi wan Nashara Minat Tabdil. Di dalam kitab tersebut terdapat tahqiq yang menyinggung, bahwa Yahudi telah terlepas dari Bani Israil. Yakni sebagaimana terpisahnya Nabi Ibrahim Alaihissalam dari bapaknya, Azar. Kekufuran itu telah memutuskan loyalitas antara kaum Muslimin dengan orang-orang kafir, sebagaimana diceritakan dalam kisah antara Nabi Nuh Alaihissalam dengan putranya.
Oleh karena itu, keutamaan-keutamaan yang pernah dimiliki Bani Israil pada zaman dahulu, sedikitpun tidak ada yang dimiliki kaum Yahudi. Karenanya, justru penyematan nama Bani Israil untuk menyebut kaum Yahudi, akan menjadikan mereka meraih keutamaan-keutamaan, dan keburukan mereka pun tertutupi. Demikian ini berakibat hilangnya perbedaan antara Bani Israil dengan Yahudi sebagai kaum yang dimurkai Allah Azza wa Jalla dan dihinakan dimanapun mereka berada.
Begitu pula, tidak boleh mengganti nama Nashara menjadi Al-Masihin, yaitu menisbatkan kepada pengikut Nabi Isa Al-Masih. Ini merupakan nama baru yang tidak ada dasarnya dalam sejarah, dan tidak juga dalam perkataan para ulama. Karena orang Nashara telah mengganti dan menyelewengkan kitab Alla Azza wa Jalla, sebagaimana kaum Yahudi telah melakukannya terhada din (agama) Nabi Musa Alaihissalam. Memberi nama kepada mereka dengan Al-Masih, tidak memiliki dasar hujjah. Kepada mereka Allah Azza wa Jalla hanya memberikan nama Nashara, bukan Al-Masihin.
Kemudian, kekufuran kaum Yahudi dan Nashara terhadap syari’at Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka menjadi musabab penyebutan atas diri mereka sebagai kafir. Allah berfirman.
“Orang-orang kafir, yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik, (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata” [Al-Bayinnah : 1]
Jadi sesungguhnya, Yahudi adalah nama bagi orang-orang yang tidak beriman kepada Nabi Musa Alaihissalam. Adapun yang beriman, mereka itulah yang disebut Bani Israil. Karena itu, orang-orang Yahudi (sendiri) merasa tidak senang (jika) disebut dengan nama Yahudi.
Adapun Syaikh Abu Ubaidah Masyhur bin Hasan Alu Salman menuliskan di catatan kaki kitab beliau, As-Salafiyun wa Qadhiyatu Filasthina, Markaz Baitul Maqdis, Cetakan I, Tahun 1423H, halaman 12-13, sebagai berikut :
Penamaan ini, -yaitu menamakan Yahudi dengan nama Israil- merupakan kemungkaran. Telah meluas di tengah masyarakat di negeri Muslim sebuah perkataan yang berkonotasi celaan “Israil melakukan ini dan itu, dan akan melakukan tindakan ini dan itu”, padahal Israil itu, merupakan salah seorang Rasul Allah (utusan Allah), yaitu Nabi Ya’qub Alaihissalam. Dan beliau Alaihissalam, sama sekali tidak memiliki hubungan apapun dengan negara yang senang berbuat makar dan keji ini. Antara para nabi dan rasul, sama sekali tidak ada saling waris-mewarisi dengan orang-orang kafir, musuh mereka. Yahudi, sama sekali tidak memiliki hubungan din (agama) dengan Nabi Allah, Israil.
Penamaan seperti ini, memberikan dampak buruk pada pemahaman diri kita. Allah dan para rasul-Nya tidak akan pernah meridhainya, terutama Nabi Israil Alaihissalam. Karena Yahudi adalah kaum kafir dan pembohong. Menyematkan nama ini kepada mereka mengandung pelecehan terhadap Nabi Israil Alaihissalam. Dan yang wajib adalah mencegah penamaan itu.
Dalam Shahih Bukhari no. 3533, dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Tidakkah kalian merasa heran, bagaimana Allah mengalihkan celaan dan kutukan orang kafir Quraisy dariku. Mereka hanya mencela orang yang tercela, dan mengutuk orang yang tercela. Sedangkan aku, tetap Muhammad (terpuji)”
Dan kewajiban kita –minimal- membuat mereka gusar dengan penyematan nama Yahudi pada mereka, karena mereka membenci nama ini dan senang dengan penisbatan palsu kepada Nabi Ya’qub Alaihissalam. Mereka, sedikitpun tidak mendapatkan keutamaan maupun kemuliaannya.
Syaikh Abdullah bin Zaid Alu Mahmud memiliki sebuah risalah yang sudah dicetak di Qathar, tahun 1398H, dengan judul Al-Ishlahu wat-Ta’dilu Fiima Thara-a Ala Ismil Yahudi wan Nashara Minat Tabdil..
Tentang masalah ini juga, coba lihat Muja’mul Manahil Lafzhiyah (44), karya Syaikh Bakar Abu Zaid, majalah kami Al-Ashalah, Edisi 32, Tahun ke-6, Tanggal 15 Rabi’ul Awwal 1422H, halaman 54-57, makalah Syaikh Rabi’ bin Hadi, Hukmu Tasmiyati Daulati Yahuda bi Israil. Peringatan dalam masalah ini, juga saya temukan dalam kitab Khurafatu Yahudiyah, karya Ahmad As-Syuqairi, halaman 13-30, dengan judul Lastum Abna-u Ibrahima, Antum Abna-u Iblisa.
SOURCE: almanhaj.or.id
Jadilah Muslimah Pejuang Seperti Khadijah
Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.” (QS. Al Lail (92) : 5-10)
Siapa yang tidak mengenal Khadijah, sosok wanita seleberitis yang kaya raya. Dialah wanita beruntung yang pertama kali diberi kepercayaan oleh Allah untuk mendampingi calon pemimpin dunia, Muhammad Al Amin. Lima belas tahun sebelum Muhammad dilantik menjadi Rasulullah, ia merintis jalan kerasulan itu. Sekalipun terpaut umur 20 tahun tidak menghalangi keduanya untuk merangkai keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Keluarga yang mengajarkan kepada kita cara cerdas meraih kebahagiaan hidup. Muhammad berusia 25 tahun, dengan pikiran yang masih segar membutuhkan sosok pendamping yang lebih matang dan dewasa. Ia memulai kehidupan dengan isteri pertamanya yang telah dua kali menjanda berumur 40 tahun itu.
Sejak awal Khadijah telah menyatakan kesanggupannya untuk menjadi pendamping setia pemuda itu. Bukan tertarik karena faktor-faktor biologis, tetapi lebih terdorong oleh adanya kemantapan keyakinan bahwa pemuda dari suku Quraisy, keturunan orang mulia dan menjadi penghulu kabilah Quraisy ( nenek moyangnya memberi minum orang yang pergi haji ke Makah : siqoyatul hajj) itu, dikenal kebersihan integritas dirinya. Ia steril dari polusi jahiliyah, tidak sebagaimana layaknya pemuda kebanyakan. Ia tidak pernah makan daging sembelihan kaum jahiliyah. Ia tidak pernah mendengarkan musik yang membangkitkan nafsu. Ia juga tidak pernah bergelimang dengan kehidupan hedonis, karena dari keluarga pas-pasan. Hal ini dibuktikan dengan gelar yang diberikan oleh kaumnya, Al Amin (terpercaya).
Khadijah yakin dengan pilihannya itu. Kehidupan jahiliyah yang tidak kenal nilai-nilai kemanusiaan, egaliter, menerapkan hukum rimba, memiliki akhlak yang rendah, penindasan terhadap kaum wanita, senang memakan barang riba, tidak akan bisa diperbaiki kecuali berdampingan dengan seorang pemimpin yang memiliki komitmen, integritas, moral, berkepribadian utuh, memiliki visi dan missi jauh ke depan. Dan kriteria itu lengkap pada diri Muhammad. Keyakinannya semakin mantap, ketika mendengar langsung syiir (sastra) yang digubah maisarah (pembantu laki-lakinya) yang berisi pujian kepada kepribadian Muhammad, ketika menyertainya pergi ka Syam menjalankan bisnis Khadijah. Betapa rindunya ia untuk segera mewujudkan perasaan cinta suci kepada keponakan tokoh Quraisy Abdul Muthalib, yang selama ini dipendam.
Atas perkenan Allah Swt, akhirnya kerinduan Khadijah untuk duduk bersanding dengan manusia sejati terobati, ketika berhasil mewujudkan keluarga yang mengedepankan nilai-nilai moralitas bersama Muhammad. Dari rahim pertama ini Rasulullah bisa terantar untuk menjadi manusia pilihan, utusan Allah (Ar Rasul al-Musthofa). Dan berkat perkawinannya dengan Muhammad, Allah memberikan beberapa anak. Rasulullah Saw bersabda, menceritakan pengalaman rohani bersama keluarga : qod ruziqtu hubbahaa (aku telah dianugerahi cinta kepadanya), (HR. Muslim).
Pada usia 55 tahun, sudah mencapai lima belas tahun dari usia perkawinannya, Khadijah mendampingi suami tercintanya menjadi Rasul. Ia sadar bahwa perjalanan kerasulan yang akan ditapaki oleh kekasihnya, sekaligus ustadznya itu berliku-liku, mendaki, penuh onak dan duri. Maka ketika pulang dari kontemplasi (tafakkur dan mujahadah) yang ia lakukan selama tiga tahun dengan sponsor utama isterinya di Gua Hira, akhirnya menerima wahyu sebagai bekal untuk mengadakan reformasi total kondisi kehidupan kaumnya, ia merasa berat secara fisik dan rohani.
“Wahai isteriku, zammiluuni….zammiluuni” (selimutilah aku….selimutilah aku !). Ketika itu kita bisa mengetahui siapa sesungguhnya sosok Khadijah. Ia hadir pada saat yang sangat dibutuhkan oleh seorang Rasulullah saw. Ia mampu membesarkan hati Rasulullah dan pertama kali bersyahadat, menyatakan masuk islam.
Khadijah membuktikan kematangan dan kedewasaan berfikirnya, ketika menghadapi suami yang memiliki gelora jiwa pemuda. Ia meyakinkan bahwa perjuangan kita berhasil dengan gemilang, suamiku. Kemenangan Islam sebagai penyempurna dari agama-agama (al Milal) yang di bawa oleh para Nabi terdahulu sudah terbayang di pelupuk mata.
“Tidak, tidak akan gagal ! Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu. Sesungguhnya engkau suka menjalin silaturrahim, senang menolong kaum lemah dan sebatangkara, berusaha memberikan uluran tangan kepada yang sengsara, suka menghormati tamu, menolong orang yang haknya dirampas. Demi Allah yang menguasai jiwa raga Khadijah, sesungguhnya aku berharap sekali engkau (suamiku) menjadi Nabi bagi ummat ini.”
Khadijah meyakinkan suaminya kedua kalinya dengan membawanya kepada pamannya yang ahli dalam kitab Taurat dan Injil (belum dimodifikasi). Setelah ia menjelaskan peristiwa yang dialami oleh suaminya, Waraqoh bin Naufal meyakinkan kepada keponaknnya yang akan menjadi manusia besar itu. Sesungguhnya yang datang kepadamu adalah An Namusul Akbar (Malaikat Jibril) yang pernah datang menemui Nabi Musa.
Ia mengatakan: “Laitani kuntu jadza’an.” (alangkah bahagianya seandainya aku menjadi pemuda kembali), akan menjadi pendukung setia untuk berjihad menyampaikan risalah. Waroqoh menyadari beratnya gangguan, rintangan, tantangan dari kaumnya yang akan dihadapi keponakannya.
Peranan Khadijah terhadap perjuangan Islam pada kondisi yang genting. Ketika islam masih kedengaran asing di telinga mayoritas masyarakat Makkah. Ketika musuh-musuh Islam merintanginya secara bertubi-tubi. Layak, jika Rasulullah merasa berhutang budi kepada Khadijah. Ia pernah menyatakan untuk tidak menoleh kepada wanita lain selama Khadijah berada disampingnya. Sekalipun isteri pertamanya itu belum merasakan hasil perjuangannya selama ini ketika hijrah ke Madinah, karena telah mendahului wafat tiga tahun sebelum hijrah.
Disamping muslimah pertama itu dijamin masuk surga untuk menghargai jerih payahnya selama mendampingi Rasulullah Saw, Allah Swt lewat malaikat-Nya mengirimkan salam kepada Khadijah dan menginformasikan bahwa dia telah disediakan gedung khusus di surga (Mukhtarul Ahadits).
Ketika isteri termudanya, Aisyah merasa cemburu karena kedapatan sering menyebut-nyebut Khadijah yang telah lama meninggal. Mengapa engkau seringkali menyebut-nyebut wanita tua, sementara Allah telah menggantikan untukmu yang lebih muda !. Apalagi Rasulullah Saw sering menyembelih kambing yang daging-dagingnya dibagikan kepada teman-teman Khadijah. Aisyah berkata lagi : maa ghirtu min’imro-atin, maa ghirtu min khadijah (Aku tidak pernah merasa cemburu terhadap seorang perempuan sebagaimana aku cemburu terhadap Khadijah). Rasulullah Saw. sempat tersinggung dan menjawab :
“Dia beriman kepadaku ketika orang lain kufur kepadaku. Dia membenarkanku di waktu orang lain mendustakanku. Dia membantu dengan hartanya, ketika orang lain menahan hartanya untuk membantu perjuanganku. Dan Allah menganugerahiku anak yang dilahirkannya, sedang istri yang lain tidak melahirkan anak untukku.” (HR. Ahmad).
Pengiriman daging kepada teman-teman Khadijah, Rasulullah Saw berkomentar : Memelihara kehormatan sahabat dan kawan bergaul di masa mereka hidup dan mati, dan menghormati kenalan kawan tersebut.
Khadijah telah berpisah dengan dunia ini tetapi secara fisik, tetapi secara maknawi masih hidup di tengah-tengah kita. Namanya senantiasa dalam kenangan kita, ketika membicarakan wanita mulia, istri teladan (zaujatun mitsaliyah).
Rasulullah Saw. sendiri masih terkenang dengan lekat. Seorang istri yang piawai, berbudi luhur, pemberani, serta memahami psikologi laki-laki muda, dia mengerti bagaimana memberi dorongan dan menguasai metodologi yang paling efektif dalam membesarkan jiwa suaminya. Sosok wanita perpengalaman, dewasa dalam berfikir dan bertindak. Dia memahami dan hadir tepat pada waktunya ketika Rasulullah SAW membutuhkan dirinya.
Khadijah adalah sosok wanita mujahidah (pejuang), daiyah (penyeru) , murabbiyah (pendidik), zaujah (isteri), yang telah melaksanakan fungsi kewanitaannya secara utuh. Secara internal rumah tangga, ia berhasil mendidik anaknya, merawat suaminya, menciptakan rumah menjadi tempat berteduh dari kekejaman zaman, bernaung dari kepenatan hiruk pikuk kehidupan di luar. Secara eksternal Khadijah telah menunjukkan pengorbanannya tanpa pamrih dalam membangun pondasi islam di Makah hingga landing di bumi Madinah, sekalipun ia belum menikmati hasil perjuangannya itu.
Biarlah ia sebagai peletak batu bata pertama/tumbal dalam proyek raksasa bangunan islam, sebelum sempat menikmatinya. Pada akhirnya sejarah yang menilainya secara arif dan bijaksana akan peranan strategis yang ia mainkan. Ia mengatakan : Hasil perjuangan itu tidak harus dinikmati sekarang. Setiap investasi akan menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda.
Ketika Rasulullah SAW diboikot secara ekonomi oleh kaum Quraisy selama tiga tahun, badan Khadijah semakin kurus dimakan usia. Beliau mendekatinya sembari berkata, “Wahai istriku : Apakah engkau menyesal mengorbankan seluruh harta, jiwa dan ragamu tanpa disisakan untuk perjuangan yang saya pikul, sehingga badanmu tinggal tulang-belulang. Tidak, wahai suamiku. Justru saya sedih, ketika Islam memerlukan peran saya tetapi saya sudah jatuh miskin. Sekiranya tulang belulang saya masih diperlukan, silahkan untuk dipotong.”
Rasulullah SAW menangis tersedu-sedu dihadapannya. Selang beberapa lama, Khadijah kembali di hadapan-Nya, belum sempat menikmati hasil perjuangannya. Demikanlah pelajaran penting yang diberikan oleh wanita muslimah pertama bahwa perjuangan itu memerlukan proses yang panjang. Dari hari ke hari, dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan, dari tahun ke tahun, dan dari generasi ke generasi. Dan yang terpenting. Pejuang itu tidak harus menikmati hasil. Tetapi terus memberi dan berkorban. Bukan mengorbankan orang lain. Tetapi hasil perjuangan itu akan kembali kepada kita sendiri. Siapa yang menanam pasti memanen. Siapa yang banyak memberi, niscaya banyak memperoleh. Siapa yang banyak mengukir prestasi, niscaya akan menikmati hasil. Amal shalih yang mengangkat citra dirinya, mengurangi dosanya dan sebagi mediator untuk mengurai kerumitan kehidupan yang dihadapinya.Yang tidak memiliki sesuatu tidak akan memberikan sesuatu apapun (faaqidusy sya’i laa yu’thihi). Dan Allah SWT tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal.
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan Pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik." (QS. Ali Imran (3) : 195)
“Dan barang siapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maka Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Al Ankabut (29) : 6). [Kudus, Nopember 2010/hidayatullah.com]
*)Penulis kolumnis www.hidayatullah.com, tinggal di Kudus, Jawa Tengah
Siapa yang tidak mengenal Khadijah, sosok wanita seleberitis yang kaya raya. Dialah wanita beruntung yang pertama kali diberi kepercayaan oleh Allah untuk mendampingi calon pemimpin dunia, Muhammad Al Amin. Lima belas tahun sebelum Muhammad dilantik menjadi Rasulullah, ia merintis jalan kerasulan itu. Sekalipun terpaut umur 20 tahun tidak menghalangi keduanya untuk merangkai keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Keluarga yang mengajarkan kepada kita cara cerdas meraih kebahagiaan hidup. Muhammad berusia 25 tahun, dengan pikiran yang masih segar membutuhkan sosok pendamping yang lebih matang dan dewasa. Ia memulai kehidupan dengan isteri pertamanya yang telah dua kali menjanda berumur 40 tahun itu.
Sejak awal Khadijah telah menyatakan kesanggupannya untuk menjadi pendamping setia pemuda itu. Bukan tertarik karena faktor-faktor biologis, tetapi lebih terdorong oleh adanya kemantapan keyakinan bahwa pemuda dari suku Quraisy, keturunan orang mulia dan menjadi penghulu kabilah Quraisy ( nenek moyangnya memberi minum orang yang pergi haji ke Makah : siqoyatul hajj) itu, dikenal kebersihan integritas dirinya. Ia steril dari polusi jahiliyah, tidak sebagaimana layaknya pemuda kebanyakan. Ia tidak pernah makan daging sembelihan kaum jahiliyah. Ia tidak pernah mendengarkan musik yang membangkitkan nafsu. Ia juga tidak pernah bergelimang dengan kehidupan hedonis, karena dari keluarga pas-pasan. Hal ini dibuktikan dengan gelar yang diberikan oleh kaumnya, Al Amin (terpercaya).
Khadijah yakin dengan pilihannya itu. Kehidupan jahiliyah yang tidak kenal nilai-nilai kemanusiaan, egaliter, menerapkan hukum rimba, memiliki akhlak yang rendah, penindasan terhadap kaum wanita, senang memakan barang riba, tidak akan bisa diperbaiki kecuali berdampingan dengan seorang pemimpin yang memiliki komitmen, integritas, moral, berkepribadian utuh, memiliki visi dan missi jauh ke depan. Dan kriteria itu lengkap pada diri Muhammad. Keyakinannya semakin mantap, ketika mendengar langsung syiir (sastra) yang digubah maisarah (pembantu laki-lakinya) yang berisi pujian kepada kepribadian Muhammad, ketika menyertainya pergi ka Syam menjalankan bisnis Khadijah. Betapa rindunya ia untuk segera mewujudkan perasaan cinta suci kepada keponakan tokoh Quraisy Abdul Muthalib, yang selama ini dipendam.
Atas perkenan Allah Swt, akhirnya kerinduan Khadijah untuk duduk bersanding dengan manusia sejati terobati, ketika berhasil mewujudkan keluarga yang mengedepankan nilai-nilai moralitas bersama Muhammad. Dari rahim pertama ini Rasulullah bisa terantar untuk menjadi manusia pilihan, utusan Allah (Ar Rasul al-Musthofa). Dan berkat perkawinannya dengan Muhammad, Allah memberikan beberapa anak. Rasulullah Saw bersabda, menceritakan pengalaman rohani bersama keluarga : qod ruziqtu hubbahaa (aku telah dianugerahi cinta kepadanya), (HR. Muslim).
Pada usia 55 tahun, sudah mencapai lima belas tahun dari usia perkawinannya, Khadijah mendampingi suami tercintanya menjadi Rasul. Ia sadar bahwa perjalanan kerasulan yang akan ditapaki oleh kekasihnya, sekaligus ustadznya itu berliku-liku, mendaki, penuh onak dan duri. Maka ketika pulang dari kontemplasi (tafakkur dan mujahadah) yang ia lakukan selama tiga tahun dengan sponsor utama isterinya di Gua Hira, akhirnya menerima wahyu sebagai bekal untuk mengadakan reformasi total kondisi kehidupan kaumnya, ia merasa berat secara fisik dan rohani.
“Wahai isteriku, zammiluuni….zammiluuni” (selimutilah aku….selimutilah aku !). Ketika itu kita bisa mengetahui siapa sesungguhnya sosok Khadijah. Ia hadir pada saat yang sangat dibutuhkan oleh seorang Rasulullah saw. Ia mampu membesarkan hati Rasulullah dan pertama kali bersyahadat, menyatakan masuk islam.
Khadijah membuktikan kematangan dan kedewasaan berfikirnya, ketika menghadapi suami yang memiliki gelora jiwa pemuda. Ia meyakinkan bahwa perjuangan kita berhasil dengan gemilang, suamiku. Kemenangan Islam sebagai penyempurna dari agama-agama (al Milal) yang di bawa oleh para Nabi terdahulu sudah terbayang di pelupuk mata.
“Tidak, tidak akan gagal ! Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu. Sesungguhnya engkau suka menjalin silaturrahim, senang menolong kaum lemah dan sebatangkara, berusaha memberikan uluran tangan kepada yang sengsara, suka menghormati tamu, menolong orang yang haknya dirampas. Demi Allah yang menguasai jiwa raga Khadijah, sesungguhnya aku berharap sekali engkau (suamiku) menjadi Nabi bagi ummat ini.”
Khadijah meyakinkan suaminya kedua kalinya dengan membawanya kepada pamannya yang ahli dalam kitab Taurat dan Injil (belum dimodifikasi). Setelah ia menjelaskan peristiwa yang dialami oleh suaminya, Waraqoh bin Naufal meyakinkan kepada keponaknnya yang akan menjadi manusia besar itu. Sesungguhnya yang datang kepadamu adalah An Namusul Akbar (Malaikat Jibril) yang pernah datang menemui Nabi Musa.
Ia mengatakan: “Laitani kuntu jadza’an.” (alangkah bahagianya seandainya aku menjadi pemuda kembali), akan menjadi pendukung setia untuk berjihad menyampaikan risalah. Waroqoh menyadari beratnya gangguan, rintangan, tantangan dari kaumnya yang akan dihadapi keponakannya.
Peranan Khadijah terhadap perjuangan Islam pada kondisi yang genting. Ketika islam masih kedengaran asing di telinga mayoritas masyarakat Makkah. Ketika musuh-musuh Islam merintanginya secara bertubi-tubi. Layak, jika Rasulullah merasa berhutang budi kepada Khadijah. Ia pernah menyatakan untuk tidak menoleh kepada wanita lain selama Khadijah berada disampingnya. Sekalipun isteri pertamanya itu belum merasakan hasil perjuangannya selama ini ketika hijrah ke Madinah, karena telah mendahului wafat tiga tahun sebelum hijrah.
Disamping muslimah pertama itu dijamin masuk surga untuk menghargai jerih payahnya selama mendampingi Rasulullah Saw, Allah Swt lewat malaikat-Nya mengirimkan salam kepada Khadijah dan menginformasikan bahwa dia telah disediakan gedung khusus di surga (Mukhtarul Ahadits).
Ketika isteri termudanya, Aisyah merasa cemburu karena kedapatan sering menyebut-nyebut Khadijah yang telah lama meninggal. Mengapa engkau seringkali menyebut-nyebut wanita tua, sementara Allah telah menggantikan untukmu yang lebih muda !. Apalagi Rasulullah Saw sering menyembelih kambing yang daging-dagingnya dibagikan kepada teman-teman Khadijah. Aisyah berkata lagi : maa ghirtu min’imro-atin, maa ghirtu min khadijah (Aku tidak pernah merasa cemburu terhadap seorang perempuan sebagaimana aku cemburu terhadap Khadijah). Rasulullah Saw. sempat tersinggung dan menjawab :
“Dia beriman kepadaku ketika orang lain kufur kepadaku. Dia membenarkanku di waktu orang lain mendustakanku. Dia membantu dengan hartanya, ketika orang lain menahan hartanya untuk membantu perjuanganku. Dan Allah menganugerahiku anak yang dilahirkannya, sedang istri yang lain tidak melahirkan anak untukku.” (HR. Ahmad).
Pengiriman daging kepada teman-teman Khadijah, Rasulullah Saw berkomentar : Memelihara kehormatan sahabat dan kawan bergaul di masa mereka hidup dan mati, dan menghormati kenalan kawan tersebut.
Khadijah telah berpisah dengan dunia ini tetapi secara fisik, tetapi secara maknawi masih hidup di tengah-tengah kita. Namanya senantiasa dalam kenangan kita, ketika membicarakan wanita mulia, istri teladan (zaujatun mitsaliyah).
Rasulullah Saw. sendiri masih terkenang dengan lekat. Seorang istri yang piawai, berbudi luhur, pemberani, serta memahami psikologi laki-laki muda, dia mengerti bagaimana memberi dorongan dan menguasai metodologi yang paling efektif dalam membesarkan jiwa suaminya. Sosok wanita perpengalaman, dewasa dalam berfikir dan bertindak. Dia memahami dan hadir tepat pada waktunya ketika Rasulullah SAW membutuhkan dirinya.
Khadijah adalah sosok wanita mujahidah (pejuang), daiyah (penyeru) , murabbiyah (pendidik), zaujah (isteri), yang telah melaksanakan fungsi kewanitaannya secara utuh. Secara internal rumah tangga, ia berhasil mendidik anaknya, merawat suaminya, menciptakan rumah menjadi tempat berteduh dari kekejaman zaman, bernaung dari kepenatan hiruk pikuk kehidupan di luar. Secara eksternal Khadijah telah menunjukkan pengorbanannya tanpa pamrih dalam membangun pondasi islam di Makah hingga landing di bumi Madinah, sekalipun ia belum menikmati hasil perjuangannya itu.
Biarlah ia sebagai peletak batu bata pertama/tumbal dalam proyek raksasa bangunan islam, sebelum sempat menikmatinya. Pada akhirnya sejarah yang menilainya secara arif dan bijaksana akan peranan strategis yang ia mainkan. Ia mengatakan : Hasil perjuangan itu tidak harus dinikmati sekarang. Setiap investasi akan menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda.
Ketika Rasulullah SAW diboikot secara ekonomi oleh kaum Quraisy selama tiga tahun, badan Khadijah semakin kurus dimakan usia. Beliau mendekatinya sembari berkata, “Wahai istriku : Apakah engkau menyesal mengorbankan seluruh harta, jiwa dan ragamu tanpa disisakan untuk perjuangan yang saya pikul, sehingga badanmu tinggal tulang-belulang. Tidak, wahai suamiku. Justru saya sedih, ketika Islam memerlukan peran saya tetapi saya sudah jatuh miskin. Sekiranya tulang belulang saya masih diperlukan, silahkan untuk dipotong.”
Rasulullah SAW menangis tersedu-sedu dihadapannya. Selang beberapa lama, Khadijah kembali di hadapan-Nya, belum sempat menikmati hasil perjuangannya. Demikanlah pelajaran penting yang diberikan oleh wanita muslimah pertama bahwa perjuangan itu memerlukan proses yang panjang. Dari hari ke hari, dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan, dari tahun ke tahun, dan dari generasi ke generasi. Dan yang terpenting. Pejuang itu tidak harus menikmati hasil. Tetapi terus memberi dan berkorban. Bukan mengorbankan orang lain. Tetapi hasil perjuangan itu akan kembali kepada kita sendiri. Siapa yang menanam pasti memanen. Siapa yang banyak memberi, niscaya banyak memperoleh. Siapa yang banyak mengukir prestasi, niscaya akan menikmati hasil. Amal shalih yang mengangkat citra dirinya, mengurangi dosanya dan sebagi mediator untuk mengurai kerumitan kehidupan yang dihadapinya.Yang tidak memiliki sesuatu tidak akan memberikan sesuatu apapun (faaqidusy sya’i laa yu’thihi). Dan Allah SWT tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal.
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan Pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik." (QS. Ali Imran (3) : 195)
“Dan barang siapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maka Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Al Ankabut (29) : 6). [Kudus, Nopember 2010/hidayatullah.com]
*)Penulis kolumnis www.hidayatullah.com, tinggal di Kudus, Jawa Tengah
Kamis, 28 April 2011
Lakukan Ritual Bid'ah Asyura, Pemeluk Syi'ah Ditangkap di Saudi
Pemerintah kerajaan Saudi telah menangkap beberapa pemimpin komunitas Syi'ah di bagian timur negara kaya minyak tersebut atas tuduhan mengadakan 'ritual' ibadah Syi'ah di rumah mereka.
"Seorang guru sekolah berumur 30 tahun ditahan pada hari Senin lalu di al-Khobar - 500 km (310 mil) sebelah timur Riyadh - sementara tiga penganut Syi'ah lainnya telah ditangkap seminggu sebelumnya atas tindakan melakukan perayaan Asyura - upacara berkabung untuk memperingati syahidnya imam Hussain dan merupakan ritual ketiga paling suci bagi kaum Syi'ah - pada Desember lalu, " Middle East Online mengutip pernyataan Ibrahim Mugaiteeb dari komunitas masyarakat perlindungan HAM.
Penangkapan ini mengikuti lebih dari setahun ketegangan di Provinsi Timur atas perizinan untuk masjid baru Syi'ah di kawasan tersebut.
Mugaiteeb menambahkan bahwa pemerintah Saudi telah menutup sementara beberapa masjid Syi'ah dan menolak izin menggunakan masjid kepada 20.000 komunitas Syi'ah di al-Khobar.
"Mereka tidak dapat memiliki masjid sendiri, dan mereka tidak dapat shalat di sebuah masjid Sunni," katanya. "Mereka tidak diizinkan untuk shalat di jalan-jalan."
Pejabat resmi komunitas perlindungan HAM menyatakan bahwa tiga dari mereka yang ditangkap berasal dari keluarga al-Maki; Hassan Ali al-Maki, yang merupakan seorang guru ditangkap Senin lalu, Abdullah Fahad al-Maki (73 tahun), dan Hassan Ali al-Maki (45 tahun).
Penganut ajaran Syi'ah merupakan sekitar 10 persen dari populasi di Arab Saudi, di negara yang mayoritas pemahamannya Salafy.(fq/meol)
"Seorang guru sekolah berumur 30 tahun ditahan pada hari Senin lalu di al-Khobar - 500 km (310 mil) sebelah timur Riyadh - sementara tiga penganut Syi'ah lainnya telah ditangkap seminggu sebelumnya atas tindakan melakukan perayaan Asyura - upacara berkabung untuk memperingati syahidnya imam Hussain dan merupakan ritual ketiga paling suci bagi kaum Syi'ah - pada Desember lalu, " Middle East Online mengutip pernyataan Ibrahim Mugaiteeb dari komunitas masyarakat perlindungan HAM.
Penangkapan ini mengikuti lebih dari setahun ketegangan di Provinsi Timur atas perizinan untuk masjid baru Syi'ah di kawasan tersebut.
Mugaiteeb menambahkan bahwa pemerintah Saudi telah menutup sementara beberapa masjid Syi'ah dan menolak izin menggunakan masjid kepada 20.000 komunitas Syi'ah di al-Khobar.
"Mereka tidak dapat memiliki masjid sendiri, dan mereka tidak dapat shalat di sebuah masjid Sunni," katanya. "Mereka tidak diizinkan untuk shalat di jalan-jalan."
Pejabat resmi komunitas perlindungan HAM menyatakan bahwa tiga dari mereka yang ditangkap berasal dari keluarga al-Maki; Hassan Ali al-Maki, yang merupakan seorang guru ditangkap Senin lalu, Abdullah Fahad al-Maki (73 tahun), dan Hassan Ali al-Maki (45 tahun).
Penganut ajaran Syi'ah merupakan sekitar 10 persen dari populasi di Arab Saudi, di negara yang mayoritas pemahamannya Salafy.(fq/meol)
Dibalik Ketetapan Allah SWT; Takdir, Jodoh dan Rizki
Memang kematian, jodoh dan rezeki adalah takdir (ketetapan) yang telah ditentukan kepada manusia. Dalil tentang kematian sudah ditentukan adalah surah Ali Imron ayat 185 : “Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah,sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya”. Sedang tentang jodoh yang telah ditentukan adalah surah Ar Rum ayat 21 : “Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir”. Adapun tentang telah ditentukannya rezeki kita adalah surah Saba ayat 24 : “Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi?” Katakanlah, “Allah”.
Jika kematian, jodoh dan rezeki sudah ditentukan, lalu mengapa kita berdoa dan berusaha untuk mendapatkannya? Jawabnya adalah :
Pertama, berusaha dan berdoa adalah ciri khas manusia yang membedakannya dengan makhluk lainnya. Berusaha dan berdoa adalah bukti bahwa manusia memiliki kebebasan memilih. Ini adalah penghargaan tertinggi Allah kepada manusia, ciptaan-Nya. Jadi ketika kita berusaha dan berdoa sebenarnya kita sedang mensyukuri nikmat Allah (yakni kebebasan). Sebaliknya, orang yang tidak mau berusaha dan berdoa berarti dia melecehkan dan tidak bersyukur terhadap nikmat Allah berupa kebebasan itu sendiri.
>Kedua, kita harus berusaha dan berdoa agar lebih cepat lagi mendapatkan takdir kita, jika takdir itu baik dan sesuai keinginan kita. Jika takdir tersebut tidak sesuai dengan keinginan kita, maka dengan berusaha kita dapat merubah takdir tersebut menjadi takdir yang baik atau sesuai dengan keinginan kita. Rasulullah bersabda : “Tidak ada yang dapat merubah takdir kecuali doa”. Dalam peristiwa dimana Umar bin Khatab ra bertanya kepada seseorang yang tidak mengikatkan keledainya sebelum masuk masjid lalu dijawab oleh orang tersebut, “Buat apa diikat? Jika memang takdirnya keledai saya tidak akan hilang?. Lalu Umar ra menjawab : “Berusahalah dahulu (dengan cara mengikat keledai), baru Anda bertawakal (pasrah dengan takdir)”. Dalam peristiwa lain, ketika Umar ra mengungsi Madinah karena sedang ada wabah penyakit, lalu ditegur oleh seseorang: “Mengapa engkau mengungsi? Bukankah jika takdirmu tidak akan terkena penyakit, maka engkau tidak akan terkena penyakit? Lalu Umar ra menjawab: “Aku berpindah dari takdir yang satu (diam saja) kepada takdir yang lain (mengungsi untuk menghindari wabah penyakit)”.
Jadi berusaha dan berdoa adalah hal yang wajib dilakukan oleh seorang muslim, jika ia ingin mendapatkan takdir yang sesuai dengan keinginannya. Jika pun takdir yang menimpanya tidak sesuai dengan keinginannya padahal ia telah berusaha dan berdoa, maka disitulah letak ke-Maha Bijaksana-an Allah SWT. Sedang kita adalah makhluknya yang bodoh untuk mengambil hikmah dari sebuah peristiwa. “Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. 2 : 216).
Salam Berkah!
(Satria Hadi Lubis)
Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir”. Adapun tentang telah ditentukannya rezeki kita adalah surah Saba ayat 24 : “Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi?” Katakanlah, “Allah”.
Jika kematian, jodoh dan rezeki sudah ditentukan, lalu mengapa kita berdoa dan berusaha untuk mendapatkannya? Jawabnya adalah :
Pertama, berusaha dan berdoa adalah ciri khas manusia yang membedakannya dengan makhluk lainnya. Berusaha dan berdoa adalah bukti bahwa manusia memiliki kebebasan memilih. Ini adalah penghargaan tertinggi Allah kepada manusia, ciptaan-Nya. Jadi ketika kita berusaha dan berdoa sebenarnya kita sedang mensyukuri nikmat Allah (yakni kebebasan). Sebaliknya, orang yang tidak mau berusaha dan berdoa berarti dia melecehkan dan tidak bersyukur terhadap nikmat Allah berupa kebebasan itu sendiri.
>Kedua, kita harus berusaha dan berdoa agar lebih cepat lagi mendapatkan takdir kita, jika takdir itu baik dan sesuai keinginan kita. Jika takdir tersebut tidak sesuai dengan keinginan kita, maka dengan berusaha kita dapat merubah takdir tersebut menjadi takdir yang baik atau sesuai dengan keinginan kita. Rasulullah bersabda : “Tidak ada yang dapat merubah takdir kecuali doa”. Dalam peristiwa dimana Umar bin Khatab ra bertanya kepada seseorang yang tidak mengikatkan keledainya sebelum masuk masjid lalu dijawab oleh orang tersebut, “Buat apa diikat? Jika memang takdirnya keledai saya tidak akan hilang?. Lalu Umar ra menjawab : “Berusahalah dahulu (dengan cara mengikat keledai), baru Anda bertawakal (pasrah dengan takdir)”. Dalam peristiwa lain, ketika Umar ra mengungsi Madinah karena sedang ada wabah penyakit, lalu ditegur oleh seseorang: “Mengapa engkau mengungsi? Bukankah jika takdirmu tidak akan terkena penyakit, maka engkau tidak akan terkena penyakit? Lalu Umar ra menjawab: “Aku berpindah dari takdir yang satu (diam saja) kepada takdir yang lain (mengungsi untuk menghindari wabah penyakit)”.
Jadi berusaha dan berdoa adalah hal yang wajib dilakukan oleh seorang muslim, jika ia ingin mendapatkan takdir yang sesuai dengan keinginannya. Jika pun takdir yang menimpanya tidak sesuai dengan keinginannya padahal ia telah berusaha dan berdoa, maka disitulah letak ke-Maha Bijaksana-an Allah SWT. Sedang kita adalah makhluknya yang bodoh untuk mengambil hikmah dari sebuah peristiwa. “Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. 2 : 216).
Salam Berkah!
(Satria Hadi Lubis)
Kaum Nabi Musa Menyembah Patung Anak Sapi
Ketika Musa a.s. sedang menyendiri di hadirat Tuhannya, dalam suasana yang tak dapat dibayangkan oleh mata dan pikiran kebingungan memikirkannya, tiba-tiba kaumnya melakukan pembelotan, membuat patung anak sapi yang dapat bersuara –tetapi tidak hidup- dan menyembahnya di samping Allah.
Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung Thur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sembahan) dan mereka adalah orang-orang yang lalim.
Dan setelah mereka sangat menyesali perbuatannya dan mengetahui bahwa mereka telah sesat, mereka pun berkata: ""Sungguh jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang-orang yang merugi." (QS. Al-A'raaf: 148-149)
Kita dikejutkan oleh Alquran dengan peralihan paparannya yang melompat begitu jauh. Suatu lompatan besar dari suasana ketinggian yang memancarkan kesucian, kerinduan, dan peribadatan, serta kalimat-kalimatNya; kepada suasana kerendahan dan keburukan yang penuh dengan khurafat, keterbalikan, dan pembelotan.
Itulah karakter Bani Israil, yang hampir tidak pernah lurus satu langkah pun melainkan sudah bengkok kembali dan menyimpang dari jalan yang sebenarnya. Juga hampir tidak pernah meningkat dari dataran indrawi di dalam persepsi dan berakidah dan mudah berbalik kalau pengarahan dan pembinaan terhadap mereka berhenti sebentar saja.
Sebelumnya mereka telah membujuk nabi mereka agar membuatkan berhala untuk mereka jadikan tuhan sesembahan hanya semata-mata karena mereka melihat suatu kaum penyembah berhala sedang melakukan penyembahan kepada berhala-berhala mereka. Lalu nabi mereka menghalangi mereka dari sesuatu yang membahayakan itu dan menolaknya dengan keras.
Namun, mereka kembali kepada diri mereka sendiri (tanpa didampingi Nabi Musa) dan melihat patung anak sapi yang terbuat dari emas yang tidak ada kehidupan padanya sebagaimana dipahami dari kata jasad ‘tubuh’, dibuat oleh Samiri dari kampung Samirah sebagaimana dijelaskan kisahnya dalam surah Thaahaa yang memodifikasi patung sedemikian rupa hingga dapat mengeluarkan suara seperti suara sapi.
Ketika mereka melihat patung anak sapi tersebut, mereka berhamburan mendekatinya dan terkecoh ketika Samiri berkata kepada mereka, “Ini adalah tuhan kamu dan tuhan Musa, di mana Musa pergi menemuinya selama beberapa waktu itu, lalu Musa lupa terhadap janji dengannya.”
Mungkin karena adanya tambahan selama sepuluh hari yang tidak diketahui oleh Bani Israil, maka ketika sudah lebih dari tiga puluh hari dan Musa belum kembali kepada kaumnya, Samiri berkata kepada mereka, “Musa telah melupakan janjinya untuk bersama Tuhannya, maka inilah Tuhannya!”
Mereka tidak ingat pesan nabi mereka sebelumnya agar mereka hanya menyembah Tuhan mereka saja yang tidak terlihat oleh mata yaitu Tuhan semesta alam, dan mereka tidak mau memikirkan hakikat patung anak sapi yang dibuat oleh salah seorang dari mereka.
Ini adalah gambaran yang hina tentang sikap dan tindakan manusia yang direfleksikan oleh Bani Israil itu. Sebuah gambaran yang dilukiskan secara menakjubkan oleh Alquran yang dihadapkannya kepada kaum musyrikin di Mekah yang menyembah berhala.
“Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sembahan) dan mereka adalah orang-orang zalim.
Adakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembah sesuatu yang dibuat oleh tangan manusia, sedangkan Allah yang menciptakan mereka dan apa yang mereka buat itu.
Di tengah-tengah mereka terdapat Nabi Harun a.s., tapi ia tidak berdaya untuk menolak mereka dari kesesatan yang hina ini. Di kalangan mereka juga terdapat para cendekiawan dan pemikir, tetapi tidak mampu mengendalikan mayoritas masyarakat yang sesat dan tertarik untuk menyembah patung anak sapi, lebih-lebih terbuat dari emas, sebagai sembahan Bani Israil.
Akhirnya gejolak itu reda, hakikat yang sebenarnya tersingkap, kesalahannya terkuak, kesesatannya sudah jelas, dan datanglah penyesalan dan pengakuan.
“Setelah mereka sangat menyesali perbuatannya dan mengetahui bahwa mereka telah sesat, mereka pun berkata, ‘Sungguh jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raaf: 149)
Dikatakan ‘jatuh di tangannya’ apabila sudah tidak ada daya dan upaya untuk menolak sesuatu yang dihadapinya. Ketika Bani Israil mengetahui bahwa mereka, setelah melakukan pembelotan ini, berada dalam suatu kondisi buruk yang tak dapat ditolak, maka timbullah kesadaran mereka, lalu mereka berkata, “Sungguh jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang-orang yang merugi.”
Perkataan ini menunjukkan bahwa pada diri mereka hingga waktu itu masih ada potensi kesalehan. Hati mereka belum mngeras sekeras sesudah itu nanti yang seperti batu atau lebih keras lagi sebagaimana diterangkan oleh Tuhan Yang Maha Mengetahui tentang mereka.
Setelah jelas bagi mereka kesesatan mereka, mereka menyesal dan mengakui bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkan mereka dari akibat perbuatan mereka itu kecuali jika mereka mendapatkan rahmat dan ampunan dari Tuhan mereka. Inilah pertanda baik yang menunjukkan masih adanya potensi kesalehan dalam fitrah mereka.
www.eramuslim.com
Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung Thur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sembahan) dan mereka adalah orang-orang yang lalim.
Dan setelah mereka sangat menyesali perbuatannya dan mengetahui bahwa mereka telah sesat, mereka pun berkata: ""Sungguh jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang-orang yang merugi." (QS. Al-A'raaf: 148-149)
Kita dikejutkan oleh Alquran dengan peralihan paparannya yang melompat begitu jauh. Suatu lompatan besar dari suasana ketinggian yang memancarkan kesucian, kerinduan, dan peribadatan, serta kalimat-kalimatNya; kepada suasana kerendahan dan keburukan yang penuh dengan khurafat, keterbalikan, dan pembelotan.
Itulah karakter Bani Israil, yang hampir tidak pernah lurus satu langkah pun melainkan sudah bengkok kembali dan menyimpang dari jalan yang sebenarnya. Juga hampir tidak pernah meningkat dari dataran indrawi di dalam persepsi dan berakidah dan mudah berbalik kalau pengarahan dan pembinaan terhadap mereka berhenti sebentar saja.
Sebelumnya mereka telah membujuk nabi mereka agar membuatkan berhala untuk mereka jadikan tuhan sesembahan hanya semata-mata karena mereka melihat suatu kaum penyembah berhala sedang melakukan penyembahan kepada berhala-berhala mereka. Lalu nabi mereka menghalangi mereka dari sesuatu yang membahayakan itu dan menolaknya dengan keras.
Namun, mereka kembali kepada diri mereka sendiri (tanpa didampingi Nabi Musa) dan melihat patung anak sapi yang terbuat dari emas yang tidak ada kehidupan padanya sebagaimana dipahami dari kata jasad ‘tubuh’, dibuat oleh Samiri dari kampung Samirah sebagaimana dijelaskan kisahnya dalam surah Thaahaa yang memodifikasi patung sedemikian rupa hingga dapat mengeluarkan suara seperti suara sapi.
Ketika mereka melihat patung anak sapi tersebut, mereka berhamburan mendekatinya dan terkecoh ketika Samiri berkata kepada mereka, “Ini adalah tuhan kamu dan tuhan Musa, di mana Musa pergi menemuinya selama beberapa waktu itu, lalu Musa lupa terhadap janji dengannya.”
Mungkin karena adanya tambahan selama sepuluh hari yang tidak diketahui oleh Bani Israil, maka ketika sudah lebih dari tiga puluh hari dan Musa belum kembali kepada kaumnya, Samiri berkata kepada mereka, “Musa telah melupakan janjinya untuk bersama Tuhannya, maka inilah Tuhannya!”
Mereka tidak ingat pesan nabi mereka sebelumnya agar mereka hanya menyembah Tuhan mereka saja yang tidak terlihat oleh mata yaitu Tuhan semesta alam, dan mereka tidak mau memikirkan hakikat patung anak sapi yang dibuat oleh salah seorang dari mereka.
Ini adalah gambaran yang hina tentang sikap dan tindakan manusia yang direfleksikan oleh Bani Israil itu. Sebuah gambaran yang dilukiskan secara menakjubkan oleh Alquran yang dihadapkannya kepada kaum musyrikin di Mekah yang menyembah berhala.
“Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sembahan) dan mereka adalah orang-orang zalim.
Adakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembah sesuatu yang dibuat oleh tangan manusia, sedangkan Allah yang menciptakan mereka dan apa yang mereka buat itu.
Di tengah-tengah mereka terdapat Nabi Harun a.s., tapi ia tidak berdaya untuk menolak mereka dari kesesatan yang hina ini. Di kalangan mereka juga terdapat para cendekiawan dan pemikir, tetapi tidak mampu mengendalikan mayoritas masyarakat yang sesat dan tertarik untuk menyembah patung anak sapi, lebih-lebih terbuat dari emas, sebagai sembahan Bani Israil.
Akhirnya gejolak itu reda, hakikat yang sebenarnya tersingkap, kesalahannya terkuak, kesesatannya sudah jelas, dan datanglah penyesalan dan pengakuan.
“Setelah mereka sangat menyesali perbuatannya dan mengetahui bahwa mereka telah sesat, mereka pun berkata, ‘Sungguh jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raaf: 149)
Dikatakan ‘jatuh di tangannya’ apabila sudah tidak ada daya dan upaya untuk menolak sesuatu yang dihadapinya. Ketika Bani Israil mengetahui bahwa mereka, setelah melakukan pembelotan ini, berada dalam suatu kondisi buruk yang tak dapat ditolak, maka timbullah kesadaran mereka, lalu mereka berkata, “Sungguh jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang-orang yang merugi.”
Perkataan ini menunjukkan bahwa pada diri mereka hingga waktu itu masih ada potensi kesalehan. Hati mereka belum mngeras sekeras sesudah itu nanti yang seperti batu atau lebih keras lagi sebagaimana diterangkan oleh Tuhan Yang Maha Mengetahui tentang mereka.
Setelah jelas bagi mereka kesesatan mereka, mereka menyesal dan mengakui bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkan mereka dari akibat perbuatan mereka itu kecuali jika mereka mendapatkan rahmat dan ampunan dari Tuhan mereka. Inilah pertanda baik yang menunjukkan masih adanya potensi kesalehan dalam fitrah mereka.
www.eramuslim.com
Scott Samuel Braun, Yahudi Di Belakang Justin Bieber
Empat tahun lalu, Scott Samuel Braun, menemukan Bieber di YouTube. Satu hal yang lekat dalam benaknya ketika Bieber dengan tiba-tiba menjadi artis karbitan adalah niatnya membawa megabintang itu ke Israel. Bieber di bulan April ini menghadiri seremonial Seder di negeri yang menjajah Palestina itu.
Braun, tak pelak telah menjadi “ayah” bagi Bieber. Braun telah menjadi segalanya bagi Bieber, bukan hanya seorang manajer belaka; Braun merencanakan semua—melindunginya dari teriakan fans gadis remaja yang gila, memastikan ia pulih dari kasus radang tenggorokan, menyuruhnya untuk berhenti bicara begitu banyak, dan mengajarkannya menari. Braun juga mengajarkan Bieber ritual "Shema"—membaca doa dalam kepercayaan Yahudi sebuah dengan cara melingkar setiap kali sebelum konser.
Empat tahun lalu, di suatu malam, Braun berselancar di YouTube dan menemukan sebuah video Bieber buatan sendiri. Ia langsung berkata pada dirinya sendiri, "Aku harus menemukan anak ini ... aku terobsesi." Ibu Bieber, Pattie Mallette, yang pada waktu itu tinggal dengan anaknya di Stratford, Ontario (Kanada), menceritakan ketidakpercayaan ketika Braun menghubunginya: siapakah orang yang menelepon bibinya dan bahkan anggota dewan sekolah setempat untuk bisa berbicara dengannya? Mallette menelepon Braun kembali, meminta dia berhenti menelepon. "Dia ingin menyingkirkan saya," kenang Braun, "tapi akhirnya kami berbicara selama dua sampai tiga jam."
Braun adalah seorang Yahudi taat. Suatu kali dalam kontes Sejarah Hari Nasional: "Saya mengumpulkan yang disebut 'Konflik Hongaria,' 10 menit, tentang orang Yahudi di Hongaria sebelum, selama dan setelah Holocaust. Jenis cerita keluarga saya," katanya kepada Greenwich Magazine. Braun datang ke Amerika Serikat, meskipun ia hanya memiliki peralatan editing primitif, dan neneknya mengirimkan video tersebut kepada Steven Spielberg. "Saya mendapat email dari (Spielberg) ..., mengatakan bahwa ia menyerahkan video saya ke Museum Holocaust di Washington, DC, di mana sampai sekarang masih ditampilkan," katanya.
Mallette pernah membayangkan karier anaknya di musik pop tetapi dalam musik gospel: "Jadi, ketika seorang manajer hip-hop yang berbasis di Atlanta bernama Scooter Braun memanggilnya dua tahun yang lalu, Mallette bingung," lapor The New York Times. "Aku berdoa, 'Tuhan, Anda tidak ingin anak ini (Justin) menjadi laki-laki Yahudi, kan?'." (sa/haaretz)
Braun, tak pelak telah menjadi “ayah” bagi Bieber. Braun telah menjadi segalanya bagi Bieber, bukan hanya seorang manajer belaka; Braun merencanakan semua—melindunginya dari teriakan fans gadis remaja yang gila, memastikan ia pulih dari kasus radang tenggorokan, menyuruhnya untuk berhenti bicara begitu banyak, dan mengajarkannya menari. Braun juga mengajarkan Bieber ritual "Shema"—membaca doa dalam kepercayaan Yahudi sebuah dengan cara melingkar setiap kali sebelum konser.
Empat tahun lalu, di suatu malam, Braun berselancar di YouTube dan menemukan sebuah video Bieber buatan sendiri. Ia langsung berkata pada dirinya sendiri, "Aku harus menemukan anak ini ... aku terobsesi." Ibu Bieber, Pattie Mallette, yang pada waktu itu tinggal dengan anaknya di Stratford, Ontario (Kanada), menceritakan ketidakpercayaan ketika Braun menghubunginya: siapakah orang yang menelepon bibinya dan bahkan anggota dewan sekolah setempat untuk bisa berbicara dengannya? Mallette menelepon Braun kembali, meminta dia berhenti menelepon. "Dia ingin menyingkirkan saya," kenang Braun, "tapi akhirnya kami berbicara selama dua sampai tiga jam."
Braun adalah seorang Yahudi taat. Suatu kali dalam kontes Sejarah Hari Nasional: "Saya mengumpulkan yang disebut 'Konflik Hongaria,' 10 menit, tentang orang Yahudi di Hongaria sebelum, selama dan setelah Holocaust. Jenis cerita keluarga saya," katanya kepada Greenwich Magazine. Braun datang ke Amerika Serikat, meskipun ia hanya memiliki peralatan editing primitif, dan neneknya mengirimkan video tersebut kepada Steven Spielberg. "Saya mendapat email dari (Spielberg) ..., mengatakan bahwa ia menyerahkan video saya ke Museum Holocaust di Washington, DC, di mana sampai sekarang masih ditampilkan," katanya.
Mallette pernah membayangkan karier anaknya di musik pop tetapi dalam musik gospel: "Jadi, ketika seorang manajer hip-hop yang berbasis di Atlanta bernama Scooter Braun memanggilnya dua tahun yang lalu, Mallette bingung," lapor The New York Times. "Aku berdoa, 'Tuhan, Anda tidak ingin anak ini (Justin) menjadi laki-laki Yahudi, kan?'." (sa/haaretz)
Rabu, 27 April 2011
Yahudi: Antara Rasisme, Gerakan Politik dan Konspirasi
Munculnya wacana tentang Zionisme telah lama mendapat perhatian khusus dari masyarakat internasional. Terutama, ketika keyakinan tersebut menginginkan untuk membentuk Negara independen (Negara Israel) sebagai perwujud dan “perasaan” dipilih oleh Tuhan.
Untuk mengetahui lebih jelasnya tentang setiap kejahatan yang didalangi oleh Yahudi, selayaknya kita perlu menelaah ulang pernyataan D’Esraeli dalam bukunya Coningsby (p.25), “Dunia sekarang diperintah oleh orang-orang dengan cara yang berbeda dari apa yang ada dalam pikiran orang-orang yang tidak mengerti hakekat persoalan sebenarnya”.
Begitu juga dengan Otto Von Bismarck yang menggambarkan adanya sebuah kekuatan yang tidak terlihat, namun keberadaannya bisa dirasakan, hal ini yang biasa dinamakan dengan Imponderabilia, yang artinya “Tidak Bisa Dibayangkan”.
George Dallon dalam “The War Of Anti-Christ With The Chwirtian Civilization” menyimpulkan, bahwa para anggota Freemasonry tidak menyadari adanya persekutuan rahasia dibalik organisasi tersebut, bahkan pemimpin serta anggotanya, dibalik ini semua tidak lain adalah adanya “Tangan Tersembunyi” Yahudi yang mendalangi seluruh persekutuan tersebut.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh Yahudi di atas dapat diketahui bahwasannya “gerakan terselubung” yang dilakukan oleh sesepuh Zionis akan lebih mudah dalam menguasai dunia. Sebab semua agenda telah tersusun rapi dalam dokumen-dokumen yang dicantumkan dalam protokol Yahudi. Karena gerakan Zionisme yang diciptakan oleh mayoritas kaum Yahudi merupakan rancangan besar yang mensyaratkan terciptanya Negara Yahudi yang nantinya tidak menutup kemungkinan mampu menguasai dunia internasional.
Maka untuk mengetahui rancangan besar tersebut akan diuraikan oleh penulis khususnya yang berhubungan dengan ideology konspirasi Yahudi sebagai usaha menguasai dunia dan menjadikan Negara non-Yahudi sebagai budak yang akan melayani para Zionis Israel.
Zionisme Sebagai Gerakan Politik
Untuk menentukan siapa sebenarnya kaum Yahudi pada hakekatnya tidak ada patokan khusus didalamnya. kaum Yahudi seringkali mengklaim bahwa mereka adalah keturunan Abraham dari garis Abraham-Isaaq-Jacob. Namun pada kenyataannya mereka sendiri kesulitan dalam menentukan siapa yang patut disebut sebagai Yahudi. Istilah “Yahudi” (Inggris: Jews, Prancis: Juif) sebagai bangsa dan agama diambil dari kata Latin “Judaeus” yang seringkali menunjuk bangsa Yahudi atau Israel (Jacob).
Dalam perjanjian lama, istilah ini menunjuk pada rakyat kerajaan Judah yang dikontraskan dengan gentelis (non Yahudi), sedangkan dalam perjanjian baru, istilah jew diterapkan untuk orang yang secara etnis atau agama adalah Yahudi, namun lebih menekankan unsur etnis. [Baca: “Tinjauan Historis, Konflik Yahudi, Kristen, Islam” Adian Husaini, Jakarta: GIP, 2004, p.19]
Sebagian sejarahwan berpendapat, bangsa Yahudi merupakan bangsa campuran (mixed race) yang dipersatukan oleh satu nasib dan watak. Mereka mengembara sebagaimana kaum Gypsy pada masa jahiliyah, atau Syatharien dan Iyarien (vaga bonds) pada masa Abbasiyah. Dalam pengembaraanya kaum Yahudi telah menyerbu dan merampok harta penduduknya, kemudian membentuk komunitas yang memiliki karakteristik tersendiri dan bahasa campuran antara bahasa klasik seperti Syiriak, Akidan dan Bahasa Phisian. Dasar yang melandasi pola pikir dan tingkah laku Yahudi tidak lain adalah ajaran Talmud yang masih mereka pegang sebagai kunci rahasia karena hanya mereka sajalah yang lebih mengetahui akan isinya. Sampai sini dapat kita katakan, agama Yahudi yang cenderung sebagai agama samawi sekarang telah menjadi “Organisasi Rahasia” yang menginginkan berdirinya 1000 negara Yahudi di seluruh pelosok dunia.
Tentang Zionisme telah banyak dijabarkan oleh Nathan Birnbaun dalam jurnal Selbstermanzipation tahun 1890 dan telah diadopsi oleh Theodor Herzl dan pengikutnya pada kongres pertama tahun 1897. Theodor Herzl (1860-1904) adalah tokoh utama Zionis modern, ia lahir pada 2 mei 1860 di Pesta (tahun 1872, berubah nama menjadi Budapeit). Hungaria dan meningal 3 Juli 1904 di Austria, ia dijuluki sebagai “The Father of Modern Zionism”, ayahnya bernama Jacob, seorang bankir dan bisnisman yang sukses, ia berinisiatif bahwasannya permasalahan kaum Yahudi akan mampu terselesaikan dengan menggunakan teori “Asimilasi”, untuk mendirikan suatu Negara Yahudi.
Sebagai bukti dari keseriusannya, ia berhasil mengadakan kongres Zionis pertama, dalam catatan hariannya yang terkenal setelah kongres Zionis 1 berbunyi: “…saya telah mendirikan Negara Yahudi, jika aku mengatakannya hari ini, aku akan ditertawakan oleh seluruh alam semesta, dalam waktu lima tahun, mungkin. Dan dalam waktu lima puluh tahun pasti, setiap orang akan menyaksikannya”. Hal itupun terbukti setelah berdirinya Negara Israel pada 14 mei 1984, tepatnya 50 tahun 3 bulan.
Sebagaimana contoh lainnya telah dikatakan oleh Ben Gurion (nama aslinya David Gruen), pemimpin Zionis Israel, pada tanggal 31 Agustus 1949.
“Walaupun kami merealisasikaan mimpi kami untuk menciptakaan sebuah Negara Yahudi, kami masih berada dalam tahap permulaan. Tugas masa depan kami adalah membawa seluruh orang Yahudi ke Israel. “ [“Armageddon, Peperangan Akhir Zaman Menurut Al-Qur’an, Hadits, Taurat Dan Injil, “ Ir. Wisnu Sasongko, M.I, GIP, 2003]
Dari sini dapat diketahui bahwa agenda-agenda yang direncanakan bukan hanya wacana yang bersifat sementara, namun agenda tersebut bagaikan ular berbisa yang siap memangsa Negara manapun yang berusaha untuk menghalangi usahanya. Meskipun butuh waktu bertahun-tahun untuk merealisasikannya.
Menurut Roger Geraudy, Zionisme menganut Rasisme sebagai sebuah gerakan politik. Paham ini berpautan secara sempurna yang mengilhami segala undang-undang serta tindakan Israel. Rasisme ini merupakan prinsip utama yang mengorganisasikan rencana yang telah disusun oleh Theodor Herzl sebagaimana telah diungkapkan dalam bukunya “The Jewish State”. Berbagai bentuk rasisme ini juga banyak diungkap dalam dokumen-dokumen rahasia sesepuh Zionis sebagaimana dalam diary catatan-catatan hariannya yang dipaparkan secara mendetail mengenai program Zionis Yahudi dalam upaya menguasai dunia dengan jalan menghalalkan berbagai cara..
Setelah berhasil mendirikan Negara Yahudi (Israel) pada tahun 1984 dan menyatukan pikiran untuk segera mengumpulkan seluruh kaum Yahudi disatu Negara (tanah palestina yang dijanjikan), mereka membentuk satu peradaban baru hingga saat ini masih dipertahankan. Peradaban tersebut adalah sekularisasi agama. Israel modern yang merupakan produk dari sekularisme dan kecenderungan beragama masih memiliki hubungannya dengan Zionis. Terkecuali dengan kelompok anti Zionis dari kaum Yahudi di dunia, adapun karakter yang dimiliki Negara Yahudi yaitu beragama dan sekuler, bahkan mereka meyatupadukan antara keduanya. Hal inilah yang saat itu dan nantinya akan dijadikan doktrin utama untuk menguasai kebijakan-kebijakan Negara lainnya seperti, melumpuhkan perekonomian, agama, budaya, bahkan ilmu pengetahuan pun akan mereka sekulerkan dengan cara mereka.
Dari penggunaan istilah Zionisme untuk memberi nama gerakan politik sekuler pragmatis kaum Yahudi, telah tampak betapa cerdas kaum Yahudi dalam menyusun ideology mereka.
Karen Armstrong menulis dalam bukunya “A History of Jerussalem”, meskipun banyak aktivis sesepuh Zionis adalah orang sekuler yang tidak lagi percaya teologi tradisional judaisme, mereka telah menyebut gerakan mereka dengan salah satu nama kota suci, tempat untuk masa yang panjang memiliki persepsi sebagai penyelamatan. Mereka juga mengekspresikan tujuan-tujuan mereka dalam perumpamaan Yahudi konvensional,” demikian tulisnya.
Rencana yang tertanam dalam ideology Zionis bukan hanya permainan politik semata melainkan rencana setan yang akan menjebak dunia internasional kedalam lubang hasil konspirasi.
Propaganda yang lama dilakukan oleh Zionisme terhadap Negara lain hanyalah sebagai gerakan politik yang direncanakan untuk memperlancar jalan menguasai dunia.
Sebagaimana diungkapkan oleh R. Garaudy, ada tiga serangkai penjahat Zionis yang selalu mencari jalan untuk memprofokasi terjadinya bentrokan antar Negara maupun manusia demi kepentingan politik Yahudi.
Pertama: Begin yang oleh Ben Gurion digambarkan sebagai “tipe manusia Hitler yang paling lengkap”. Ia berhasil melakukan serangan terhadap orang Palestina pada 14-15 oktober 1953.
Kedua: Ariel Sharon. Ia orang kedua Zionis yang membantai Bani Suheila di Khan Yunis pada malam 31 agustus 1955.
Terakhir, Itzhak Shamir. Ia dikatakan manusia yang paling getol berbuat rasisme demi terbentuknya Negara Yahudi di Palestina, di sinilah letak politik yang berpedoman pada pragmatis serta rasisme, Adapun gerakan politik yang mulus bahkan hampir tidak diketahui oleh khalayak ramai tersebut terjadi karena adanya konspirasi yang berasaskan Ideologi Zionis.
Ideologi Konspirasi: Penghancur Dunia
Sejak berabad-abad silam, Israel tak pernah berhenti melakukan kekejaman kepada rakyat palestina, sejak sebelum pemerintahan Turki Ustmani (Ottoman dibawah pimpinan sultan Abdul Hamid II (1876-1909 M), Perang Salib, hingga kini. Baik di Palestina, Inggris, Spanyol hingga Negara lain, Israel terus memerangi umat islam. Sifat kejam dan angkuh memang sudah menjadi sifat kaum Yahudi. Mereka ingin menampakkan bahwa Israel adalah Negara Yahudi yang dipilih tuhan sebagai tuan di dunia ini dan Negara lainnya merupakan pembantunya.
Negara Israel merupakan wilayah kecil tidak lebih dari 8000 mil atau 28.000 km persegi. [Baca: Lihat Tulisan Don Peretz & Glideon Doron, Dalam “The Government And Politics Of Israel”, 1997, P.].
Yahudi, dengan penduduk sedikit tidak pernah merasa canggung untuk menyerang Negara yang lebih luas dan lebih banyak penduduknya sebab mereka memiliki kekuatan militer serta mendapat dukungan penuh dari Negara yang berhasil mereka lobie demi tercapainya rencana untuk menghancurkan islam. Sebagai misal,
Penyerangan Israel terhadap palestina yang mendapatkan dukungan dari kalangan Kristen fundamentalis dengan menggunakan hak historis Israel atas palestina, dengan merujuk pada kitab kejadian 12:3 “aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau dan olehmu semua kaum dimuka bumi akan mendapat berkat”. Dengan ini Zionis merasa ada kewajiban untuk memerangi siapapun yang mereka anggap sebagai musuh penghalang tujuan.
Gerakan Zionis yang disebut dengan Fremansory merupakan organisasi rahasia yang menegaskan nilai humanisme daripada keagamaan. Gerakan ini didirikan di London pada 1717, pengaruh fremansori terhadap gerakan revolusioner Jeunes Turcs (orang turki muda), yang pada tahun 1908 menggulingkan pemerintahan otoriter Sultan Abdul Hamid II. Gerakan ini terdiri dari perwira muda dan cendekiawan yang dipengaruhi pemikiran revolusi Perancis. Basis utamanya adalah kota Selanik (Thessaloniki, sekarang di Yunani), kota Ustmani yang paling modern dengan penduduk Yahudi yang paling banyak.
Di Indonesia, gerakan ini pernah mempengaruhi organisasi Budi Oetomo, dalam organisasi ini terdapat anggota Fremasonry yaitu Tirtokoesoemo), gerakan tersebut dikepalai oleh Weiz Howight yang kemudian diberi nama samaran “perkumpulan cendekiawan Zion” yang oleh Yahudi disebut dengan perkumpulan nurani Yahudi.
Menurut Don Peretz & Glideon Doron, rahasia Zionisme terletak pada adanya persekongkolan (konspirasi) antara Zionis dengan “kemanusiaan”. Adanya singgungan kebenaran dengan kejahatan menjadi satu sumber utama yang mana kebenaran diwakili oleh keberadaan agama samawi sedang yang lain lebih bersifat membinasakan. Konspirasi tersebut telah menjadi latar belakang berbagai sejarah, prinsip kemanusiaan digunakan sebagai senjata yang akan meletakkan paham atheisme dan menghancurkan Negara islam.
Jendral Pyke penerus pimpinan tertinggi kekuatan setan dan juga pimpinan konspirasi internasional sebagai pewaris Freemasonry, pernah menulis surat yang ditujukan kepada Freemasonry pusat (Amerika, 14 Juli 1889) yang menginginkan pembentukan formasi baru sebagai penentang kebenaran. Surat tersebut berisikan ideologi konspirasi mereka yang selama ini terselubung dan dijadikan pedoman bagi Zionisme internasional. Adapun tujuan pembentukan organisasi rahasia dan terselubungnya rahasia konspirasi serta idelogi konspirasi yang didasarkan pada jabatan dan golongan inilah yang menjadikan para pengamat sejarah sulit untuk mengungkap rahasia konspirasi dan hakekat Freemasonry.
Di antara isinya adalah sebegai berikut: “kita harus mengatakan kepada umum, bahwa kita menyembah tuhan. Namun tuhan kita tidak lebih dari sekedar ungkapan ketakutan manusia kepada hal-hal yang tidak diketahui dengan pasti. Kita telah sampai pada tingkat pengetahuan tinggi harus mempertahankan keberhasilan iman sejati kepada ketuhanan setan. Benar, setan adalah “tuhan” kami. Hanya karena nasib buruk semata, tuhan allah juga disebut tuhan. Karena keberadaan dua tuhan yang saling bertentangan merupakan keharusan, maka tidak ada tuhan kecuali allah dan setan. Oleh karena itu, kita yakin bahwa hanya menyembah setan saja termasuk kekufuran nyata. Sebab. Kebenaran filsafar menunjukkan bahwa allah dan setan adalah dua tuhan dan punya kedudukan sejajar, dan setan adalah tuhan cahaya dan kebaikan. Tuhan setanlah yang sejak dulu hingga sekarang masih tetap menentang allah, tuhan kegelapan dan kejahatan.”
Dari sini dapat diketahui bahwasannya konspirasi yang dilakukan Zionis bersama sistem politik Negara yang mendukung kejahatan Yahudi memiliki tujuan yang satu. Mereka bersama menginginkan hancurnya dunia atau terhapusnya Islam dari muka bumi sehingga mereka leluasa untuk mendirikan Negara Yahudi di Palestina sebagai bentuk janji Tuhan. Untuk itu mereka melakukan berbagai konspirasi besama Negara yang telah berhasil dihasut. Sementara itu, kepandaian kaum Yahudi telah dimanfaatkan sebagai penggerak gerakan rahasia (Freemasonry) demi terwujudnya keinginan menguasai dunia.
Rasisme sebagai gerakan
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Zionis merupakan gerakan yang menjadikan rasisme sebagai asas gerakan politiknya. Mereka melakukan berbagai konspirasi berdasarkan kitab Talmud. Dengan keyakinan sebagai umat yang terpilih dan berhak atas kota suci (Palestina) maka kaum Zionis yakin akan keharusan melakukan segalanya (termasuk kekejaman dan penindasan), pernyataan Talmud inilah yang dijadikan sebagai ideology konspirasi mereka.
Untuk itu, solusi yang tepat adalah dengan memperluas pengetahuan tentang keberadaan agen Zionis yang lebih bersifat tertutup. Di samping itu sikap analisis kritis terhadap setiap kondisi sangatlah mendominasi terbentuknya kekuatan ideologi sehingga nantinya mampu menumbuhkan pribadi yang tangguh dalam menyikapi permasalahan yang ada. Wallahu A’lam[hidayatullah.com]
Penulis adalah mahasiswa dan santri Instintut Studi Islam Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timu
Untuk mengetahui lebih jelasnya tentang setiap kejahatan yang didalangi oleh Yahudi, selayaknya kita perlu menelaah ulang pernyataan D’Esraeli dalam bukunya Coningsby (p.25), “Dunia sekarang diperintah oleh orang-orang dengan cara yang berbeda dari apa yang ada dalam pikiran orang-orang yang tidak mengerti hakekat persoalan sebenarnya”.
Begitu juga dengan Otto Von Bismarck yang menggambarkan adanya sebuah kekuatan yang tidak terlihat, namun keberadaannya bisa dirasakan, hal ini yang biasa dinamakan dengan Imponderabilia, yang artinya “Tidak Bisa Dibayangkan”.
George Dallon dalam “The War Of Anti-Christ With The Chwirtian Civilization” menyimpulkan, bahwa para anggota Freemasonry tidak menyadari adanya persekutuan rahasia dibalik organisasi tersebut, bahkan pemimpin serta anggotanya, dibalik ini semua tidak lain adalah adanya “Tangan Tersembunyi” Yahudi yang mendalangi seluruh persekutuan tersebut.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh Yahudi di atas dapat diketahui bahwasannya “gerakan terselubung” yang dilakukan oleh sesepuh Zionis akan lebih mudah dalam menguasai dunia. Sebab semua agenda telah tersusun rapi dalam dokumen-dokumen yang dicantumkan dalam protokol Yahudi. Karena gerakan Zionisme yang diciptakan oleh mayoritas kaum Yahudi merupakan rancangan besar yang mensyaratkan terciptanya Negara Yahudi yang nantinya tidak menutup kemungkinan mampu menguasai dunia internasional.
Maka untuk mengetahui rancangan besar tersebut akan diuraikan oleh penulis khususnya yang berhubungan dengan ideology konspirasi Yahudi sebagai usaha menguasai dunia dan menjadikan Negara non-Yahudi sebagai budak yang akan melayani para Zionis Israel.
Zionisme Sebagai Gerakan Politik
Untuk menentukan siapa sebenarnya kaum Yahudi pada hakekatnya tidak ada patokan khusus didalamnya. kaum Yahudi seringkali mengklaim bahwa mereka adalah keturunan Abraham dari garis Abraham-Isaaq-Jacob. Namun pada kenyataannya mereka sendiri kesulitan dalam menentukan siapa yang patut disebut sebagai Yahudi. Istilah “Yahudi” (Inggris: Jews, Prancis: Juif) sebagai bangsa dan agama diambil dari kata Latin “Judaeus” yang seringkali menunjuk bangsa Yahudi atau Israel (Jacob).
Dalam perjanjian lama, istilah ini menunjuk pada rakyat kerajaan Judah yang dikontraskan dengan gentelis (non Yahudi), sedangkan dalam perjanjian baru, istilah jew diterapkan untuk orang yang secara etnis atau agama adalah Yahudi, namun lebih menekankan unsur etnis. [Baca: “Tinjauan Historis, Konflik Yahudi, Kristen, Islam” Adian Husaini, Jakarta: GIP, 2004, p.19]
Sebagian sejarahwan berpendapat, bangsa Yahudi merupakan bangsa campuran (mixed race) yang dipersatukan oleh satu nasib dan watak. Mereka mengembara sebagaimana kaum Gypsy pada masa jahiliyah, atau Syatharien dan Iyarien (vaga bonds) pada masa Abbasiyah. Dalam pengembaraanya kaum Yahudi telah menyerbu dan merampok harta penduduknya, kemudian membentuk komunitas yang memiliki karakteristik tersendiri dan bahasa campuran antara bahasa klasik seperti Syiriak, Akidan dan Bahasa Phisian. Dasar yang melandasi pola pikir dan tingkah laku Yahudi tidak lain adalah ajaran Talmud yang masih mereka pegang sebagai kunci rahasia karena hanya mereka sajalah yang lebih mengetahui akan isinya. Sampai sini dapat kita katakan, agama Yahudi yang cenderung sebagai agama samawi sekarang telah menjadi “Organisasi Rahasia” yang menginginkan berdirinya 1000 negara Yahudi di seluruh pelosok dunia.
Tentang Zionisme telah banyak dijabarkan oleh Nathan Birnbaun dalam jurnal Selbstermanzipation tahun 1890 dan telah diadopsi oleh Theodor Herzl dan pengikutnya pada kongres pertama tahun 1897. Theodor Herzl (1860-1904) adalah tokoh utama Zionis modern, ia lahir pada 2 mei 1860 di Pesta (tahun 1872, berubah nama menjadi Budapeit). Hungaria dan meningal 3 Juli 1904 di Austria, ia dijuluki sebagai “The Father of Modern Zionism”, ayahnya bernama Jacob, seorang bankir dan bisnisman yang sukses, ia berinisiatif bahwasannya permasalahan kaum Yahudi akan mampu terselesaikan dengan menggunakan teori “Asimilasi”, untuk mendirikan suatu Negara Yahudi.
Sebagai bukti dari keseriusannya, ia berhasil mengadakan kongres Zionis pertama, dalam catatan hariannya yang terkenal setelah kongres Zionis 1 berbunyi: “…saya telah mendirikan Negara Yahudi, jika aku mengatakannya hari ini, aku akan ditertawakan oleh seluruh alam semesta, dalam waktu lima tahun, mungkin. Dan dalam waktu lima puluh tahun pasti, setiap orang akan menyaksikannya”. Hal itupun terbukti setelah berdirinya Negara Israel pada 14 mei 1984, tepatnya 50 tahun 3 bulan.
Sebagaimana contoh lainnya telah dikatakan oleh Ben Gurion (nama aslinya David Gruen), pemimpin Zionis Israel, pada tanggal 31 Agustus 1949.
“Walaupun kami merealisasikaan mimpi kami untuk menciptakaan sebuah Negara Yahudi, kami masih berada dalam tahap permulaan. Tugas masa depan kami adalah membawa seluruh orang Yahudi ke Israel. “ [“Armageddon, Peperangan Akhir Zaman Menurut Al-Qur’an, Hadits, Taurat Dan Injil, “ Ir. Wisnu Sasongko, M.I, GIP, 2003]
Dari sini dapat diketahui bahwa agenda-agenda yang direncanakan bukan hanya wacana yang bersifat sementara, namun agenda tersebut bagaikan ular berbisa yang siap memangsa Negara manapun yang berusaha untuk menghalangi usahanya. Meskipun butuh waktu bertahun-tahun untuk merealisasikannya.
Menurut Roger Geraudy, Zionisme menganut Rasisme sebagai sebuah gerakan politik. Paham ini berpautan secara sempurna yang mengilhami segala undang-undang serta tindakan Israel. Rasisme ini merupakan prinsip utama yang mengorganisasikan rencana yang telah disusun oleh Theodor Herzl sebagaimana telah diungkapkan dalam bukunya “The Jewish State”. Berbagai bentuk rasisme ini juga banyak diungkap dalam dokumen-dokumen rahasia sesepuh Zionis sebagaimana dalam diary catatan-catatan hariannya yang dipaparkan secara mendetail mengenai program Zionis Yahudi dalam upaya menguasai dunia dengan jalan menghalalkan berbagai cara..
Setelah berhasil mendirikan Negara Yahudi (Israel) pada tahun 1984 dan menyatukan pikiran untuk segera mengumpulkan seluruh kaum Yahudi disatu Negara (tanah palestina yang dijanjikan), mereka membentuk satu peradaban baru hingga saat ini masih dipertahankan. Peradaban tersebut adalah sekularisasi agama. Israel modern yang merupakan produk dari sekularisme dan kecenderungan beragama masih memiliki hubungannya dengan Zionis. Terkecuali dengan kelompok anti Zionis dari kaum Yahudi di dunia, adapun karakter yang dimiliki Negara Yahudi yaitu beragama dan sekuler, bahkan mereka meyatupadukan antara keduanya. Hal inilah yang saat itu dan nantinya akan dijadikan doktrin utama untuk menguasai kebijakan-kebijakan Negara lainnya seperti, melumpuhkan perekonomian, agama, budaya, bahkan ilmu pengetahuan pun akan mereka sekulerkan dengan cara mereka.
Dari penggunaan istilah Zionisme untuk memberi nama gerakan politik sekuler pragmatis kaum Yahudi, telah tampak betapa cerdas kaum Yahudi dalam menyusun ideology mereka.
Karen Armstrong menulis dalam bukunya “A History of Jerussalem”, meskipun banyak aktivis sesepuh Zionis adalah orang sekuler yang tidak lagi percaya teologi tradisional judaisme, mereka telah menyebut gerakan mereka dengan salah satu nama kota suci, tempat untuk masa yang panjang memiliki persepsi sebagai penyelamatan. Mereka juga mengekspresikan tujuan-tujuan mereka dalam perumpamaan Yahudi konvensional,” demikian tulisnya.
Rencana yang tertanam dalam ideology Zionis bukan hanya permainan politik semata melainkan rencana setan yang akan menjebak dunia internasional kedalam lubang hasil konspirasi.
Propaganda yang lama dilakukan oleh Zionisme terhadap Negara lain hanyalah sebagai gerakan politik yang direncanakan untuk memperlancar jalan menguasai dunia.
Sebagaimana diungkapkan oleh R. Garaudy, ada tiga serangkai penjahat Zionis yang selalu mencari jalan untuk memprofokasi terjadinya bentrokan antar Negara maupun manusia demi kepentingan politik Yahudi.
Pertama: Begin yang oleh Ben Gurion digambarkan sebagai “tipe manusia Hitler yang paling lengkap”. Ia berhasil melakukan serangan terhadap orang Palestina pada 14-15 oktober 1953.
Kedua: Ariel Sharon. Ia orang kedua Zionis yang membantai Bani Suheila di Khan Yunis pada malam 31 agustus 1955.
Terakhir, Itzhak Shamir. Ia dikatakan manusia yang paling getol berbuat rasisme demi terbentuknya Negara Yahudi di Palestina, di sinilah letak politik yang berpedoman pada pragmatis serta rasisme, Adapun gerakan politik yang mulus bahkan hampir tidak diketahui oleh khalayak ramai tersebut terjadi karena adanya konspirasi yang berasaskan Ideologi Zionis.
Ideologi Konspirasi: Penghancur Dunia
Sejak berabad-abad silam, Israel tak pernah berhenti melakukan kekejaman kepada rakyat palestina, sejak sebelum pemerintahan Turki Ustmani (Ottoman dibawah pimpinan sultan Abdul Hamid II (1876-1909 M), Perang Salib, hingga kini. Baik di Palestina, Inggris, Spanyol hingga Negara lain, Israel terus memerangi umat islam. Sifat kejam dan angkuh memang sudah menjadi sifat kaum Yahudi. Mereka ingin menampakkan bahwa Israel adalah Negara Yahudi yang dipilih tuhan sebagai tuan di dunia ini dan Negara lainnya merupakan pembantunya.
Negara Israel merupakan wilayah kecil tidak lebih dari 8000 mil atau 28.000 km persegi. [Baca: Lihat Tulisan Don Peretz & Glideon Doron, Dalam “The Government And Politics Of Israel”, 1997, P.].
Yahudi, dengan penduduk sedikit tidak pernah merasa canggung untuk menyerang Negara yang lebih luas dan lebih banyak penduduknya sebab mereka memiliki kekuatan militer serta mendapat dukungan penuh dari Negara yang berhasil mereka lobie demi tercapainya rencana untuk menghancurkan islam. Sebagai misal,
Penyerangan Israel terhadap palestina yang mendapatkan dukungan dari kalangan Kristen fundamentalis dengan menggunakan hak historis Israel atas palestina, dengan merujuk pada kitab kejadian 12:3 “aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau dan olehmu semua kaum dimuka bumi akan mendapat berkat”. Dengan ini Zionis merasa ada kewajiban untuk memerangi siapapun yang mereka anggap sebagai musuh penghalang tujuan.
Gerakan Zionis yang disebut dengan Fremansory merupakan organisasi rahasia yang menegaskan nilai humanisme daripada keagamaan. Gerakan ini didirikan di London pada 1717, pengaruh fremansori terhadap gerakan revolusioner Jeunes Turcs (orang turki muda), yang pada tahun 1908 menggulingkan pemerintahan otoriter Sultan Abdul Hamid II. Gerakan ini terdiri dari perwira muda dan cendekiawan yang dipengaruhi pemikiran revolusi Perancis. Basis utamanya adalah kota Selanik (Thessaloniki, sekarang di Yunani), kota Ustmani yang paling modern dengan penduduk Yahudi yang paling banyak.
Di Indonesia, gerakan ini pernah mempengaruhi organisasi Budi Oetomo, dalam organisasi ini terdapat anggota Fremasonry yaitu Tirtokoesoemo), gerakan tersebut dikepalai oleh Weiz Howight yang kemudian diberi nama samaran “perkumpulan cendekiawan Zion” yang oleh Yahudi disebut dengan perkumpulan nurani Yahudi.
Menurut Don Peretz & Glideon Doron, rahasia Zionisme terletak pada adanya persekongkolan (konspirasi) antara Zionis dengan “kemanusiaan”. Adanya singgungan kebenaran dengan kejahatan menjadi satu sumber utama yang mana kebenaran diwakili oleh keberadaan agama samawi sedang yang lain lebih bersifat membinasakan. Konspirasi tersebut telah menjadi latar belakang berbagai sejarah, prinsip kemanusiaan digunakan sebagai senjata yang akan meletakkan paham atheisme dan menghancurkan Negara islam.
Jendral Pyke penerus pimpinan tertinggi kekuatan setan dan juga pimpinan konspirasi internasional sebagai pewaris Freemasonry, pernah menulis surat yang ditujukan kepada Freemasonry pusat (Amerika, 14 Juli 1889) yang menginginkan pembentukan formasi baru sebagai penentang kebenaran. Surat tersebut berisikan ideologi konspirasi mereka yang selama ini terselubung dan dijadikan pedoman bagi Zionisme internasional. Adapun tujuan pembentukan organisasi rahasia dan terselubungnya rahasia konspirasi serta idelogi konspirasi yang didasarkan pada jabatan dan golongan inilah yang menjadikan para pengamat sejarah sulit untuk mengungkap rahasia konspirasi dan hakekat Freemasonry.
Di antara isinya adalah sebegai berikut: “kita harus mengatakan kepada umum, bahwa kita menyembah tuhan. Namun tuhan kita tidak lebih dari sekedar ungkapan ketakutan manusia kepada hal-hal yang tidak diketahui dengan pasti. Kita telah sampai pada tingkat pengetahuan tinggi harus mempertahankan keberhasilan iman sejati kepada ketuhanan setan. Benar, setan adalah “tuhan” kami. Hanya karena nasib buruk semata, tuhan allah juga disebut tuhan. Karena keberadaan dua tuhan yang saling bertentangan merupakan keharusan, maka tidak ada tuhan kecuali allah dan setan. Oleh karena itu, kita yakin bahwa hanya menyembah setan saja termasuk kekufuran nyata. Sebab. Kebenaran filsafar menunjukkan bahwa allah dan setan adalah dua tuhan dan punya kedudukan sejajar, dan setan adalah tuhan cahaya dan kebaikan. Tuhan setanlah yang sejak dulu hingga sekarang masih tetap menentang allah, tuhan kegelapan dan kejahatan.”
Dari sini dapat diketahui bahwasannya konspirasi yang dilakukan Zionis bersama sistem politik Negara yang mendukung kejahatan Yahudi memiliki tujuan yang satu. Mereka bersama menginginkan hancurnya dunia atau terhapusnya Islam dari muka bumi sehingga mereka leluasa untuk mendirikan Negara Yahudi di Palestina sebagai bentuk janji Tuhan. Untuk itu mereka melakukan berbagai konspirasi besama Negara yang telah berhasil dihasut. Sementara itu, kepandaian kaum Yahudi telah dimanfaatkan sebagai penggerak gerakan rahasia (Freemasonry) demi terwujudnya keinginan menguasai dunia.
Rasisme sebagai gerakan
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Zionis merupakan gerakan yang menjadikan rasisme sebagai asas gerakan politiknya. Mereka melakukan berbagai konspirasi berdasarkan kitab Talmud. Dengan keyakinan sebagai umat yang terpilih dan berhak atas kota suci (Palestina) maka kaum Zionis yakin akan keharusan melakukan segalanya (termasuk kekejaman dan penindasan), pernyataan Talmud inilah yang dijadikan sebagai ideology konspirasi mereka.
Untuk itu, solusi yang tepat adalah dengan memperluas pengetahuan tentang keberadaan agen Zionis yang lebih bersifat tertutup. Di samping itu sikap analisis kritis terhadap setiap kondisi sangatlah mendominasi terbentuknya kekuatan ideologi sehingga nantinya mampu menumbuhkan pribadi yang tangguh dalam menyikapi permasalahan yang ada. Wallahu A’lam[hidayatullah.com]
Penulis adalah mahasiswa dan santri Instintut Studi Islam Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timu
"Kebangkitan Kembali Theosofi Indonesia"
Oleh: Adian Husaini
Dalam bukunya, "Tren Pluralisme Agama ", Dr. Anis Malik Thoha memasukkan ajaran Theosofi sebagai salah satu aliran dalam paham Pluralisme Agama. Mungkin tidak banyak yang mencermati, bahwa saat ini, kaum Theosofi di Indonesia sedang bangkit lagi. Secara terbuka, kelompok ini mengkampanyekan ide-idenya, dengan menerbitkan sebuah majalah bernama THEOSOFI INDONESIA.
Ada juga perkumpulan Theosofi, bernama Persatuan Warga Theosofi Indonesia (Perwathin). Pengurus Besarnya kini beralamat di Jl. Anggrek Nelly Murni, Blok A-104 Jakarta. Alamat redaksi majalahnya di Metro Permata I, Blok I 3/7 Jln Raden Saleh, Karang Mulya, Ciledug.
Tentang Theosofi dan Perhimpunan Theosofi, ditulis dalam majalah ini sebagai berikut: (*) Perhimpunan Teosofi didirikan pada 1875, merupakan suatu badan internasional yang tujuan utamanya adalah persaudaraan universal berdasarkan pada realisasi bahwa hidup, dalam berbagai bentuk yang berbeda, manusia dan non-manusia, merupakan kesatuan yang tak terbagi;
(*) Perhimpunan Teosofi tidak memaksakan kepercayaan apapun pada anggota-anggotanya, yang disatukan karena pencarian kebenaran dan keinginan untuk belajar tentang makna dan tujuan eksistensi dengan melibatkan diri dalam studi perenungan, kemurnian hidup dan pengabdian dengan penuh kasih;
(*) Teosofi menawarkan sebuah filsafat, yang membuat hidup jadi lebih dimengerti dan menunjukkan bahwa keadilan dan cinta kasih membimbing alam semesta ini;
(*) ajaran-ajarannya membantu mengembangkan kodrat spiritual yang masih laten dalam diri manusia, tanpa ketergantungan dan rasa takut.
Perwathin didirikan pada 31 Juli 1963, dan disahkan sebagai badan hukum oleh pemerintah dengan SK Menteri Kehakiman tgl. 30 November 1963 No J.A/146/23 dan tanggal 7 Desember 1971 No J.A 5/203/5 Berita Negara No 2 tahun 1972 Tambahan Berita Negara RI tgl 7 Januari 1972 No 2.
Disebutkan dalam majalah THEOSOFI, bahwa Perwathin tidak memihak satu aliran apapun juga dan terdiri dari anggota-anggota yang mencari kebenaran. Mereka berusaha memajukan persaudaraan dan mengabdi kepada kemanusiaan.
Perwathin bertujuan untuk: (1) Mengadakan inti persaudaraan antar sesama manusia dengan tidak
memandang bangsa, kepercayaan, kelamin, kaum atau warna kulit. (2) Memajukan pelajaran mencari persamaan di dalam agama-agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan. (3) Menyelidiki hukum-hukum alam yang belum dapat diterangkan dan kekuatan-kekuatan di dalam manusia yang masih terpendam.
Misi Theosofi untuk berdiri di atas semua agama, dengan jelas digambarkan oleh tokohnya, HP Blavatsky, dalam wawancara yang dimuat di Majalah Theosofi edisi ke-3, yang diterjemahkan oleh Matius Ali. Kata Blavatsky, moto Theosofi ialah : "Tidak ada agama/religi yang lebih tinggi dari kebenaran."
Tujuan utama para pendiri Mazhab Theosofi Eklektik, yakni mendamaikan semua agama-agama, aliran-aliran dan bangsa-bangsa di bawah sebuah sistem etika umum, berdasarkan pada kebenaran-kebenaran abadi. Blavatsky juga mengklaim, bahwa Theosofi sudah setua dunia itu
sendiri, dalam ajaran dan etika-etikanya, karena Theosofi adalah sistem yang paling universal dan luas diantara semuanya.
Apa sebenarnya arti kata Theosofi, dijelaskan oleh Blavatsky : "Kearifan ilahi (Theosophia) atau kearifan para dewa, sebagai theogonia, asal-usul para dewa. Kata theos berarti seorang dewa dalam bahasa Yunani, salah satu dari makhluk-makhluk ilahi, yang pasti bukan ‘’Tuhan’’ dalam arti yang kita pakai sekarang. Karena itu, Theosofi bukanlah ‘Kebijaksanaan Tuhan’, seperti yang diterjemahkan sebagian orang, tetapi ‘Kebijaksanaan ilahi’ seperti yang dimiliki oleh para dewa.’’
Dengan pandangan dan misi seperti itu, Theosofi tampak bermaksud menjadi pelebur agama-agama atau menjadi kelompok ‘super-agama’ yang berada di atas atau di luar agama-agama yang ada. Hal ini sangat sejalan dengan gagasan Pluralisme Agama.
Sebagai misal, Blavatsky juga menyinggung masalah aspek esoterik (batin) dan eksoterik (luar), yang berasal dari ajaran Ammonius. Istilah eksoterik dan esoterik ini kemudian juga digunakan dalam salah satu aliran dalam Pluralisme Agama, yakni Trancendent Unity of Religion, yang ditokohi antara lain oleh Rene Gueno dan Fritjuof Schuon. Bahwa, agama-agama yang ada hanya berbeda pada level eksoterik, tetapi akan bersatu dalam aspek esoterisnya.
Di Indonesia, gagasan semacam ini juga populer di kalangan pendukung Pluralisme Agama. Nurcholish Madjid, misalnya, dalam salah satu tulisannya, mencatat :
“Sebagai sebuah pandangan keagamaan, pada dasarnya Islam bersifat inklusif dan merentangkan tafsirannya ke arah yang semakin pluralis. Sebagai contoh, filsafat perenial yang belakangan banyak dibicarakan dalam dialog antar agama di Indonesia merentangkan pandangan pluralis dengan mengatakan bahwa setiap agama sebenarnya merupakan ekspresi keimanan terhadap Tuhan yang sama.
Ibarat roda, pusat roda itu adalah Tuhan, dan jari-jari itu adalah jalan dari berbagai Agama. Filsafat perenial juga membagi agama pada level esoterik (batin) dan eksoterik (lahir). Satu Agama berbeda dengan agama lain dalam level eksoterik, tetapi relatif sama dalam level esoteriknya. Oleh karena itu ada istilah "Satu Tuhan Banyak Jalan".” (Buku Tiga Agama Satu Tuhan, Mizan, Bandung, 1999, hal. xix.)
Munculnya kembali gerakan Theosofi di Indonesia saat ini sejalan dengan maraknya penyebaran paham Pluralisme Agama yang ironisnya juga disebarkan oleh sejumlah cendekiawan dari kalangan kaum Muslim.
Di zaman Belanda, Theosofi sempat menjadi gerakan penting di Indonesia yang memiliki pengaruh yang luas di kalangan cendekiawan dan elite-elite negara waktu itu.
Sebuah buku yang ditulis oleh Iskandar P. Nugraha berjudul Mengikis Batas Timur dan Barat: "Gerakan Theosofi dan Nasionalisme Indonesia" (2001), memberikan gambaran besarnya pengaruh gerakan Theosofi pada tokoh-tokoh nasional di Indonesia. Misalnya, orang tua Soekarno (R. Soekemi) ternyata anggota Theosofi.
Hatta juga mendapat beasiswa dari Ir. Fournier dan van Leeuwen, anggota Theosofi. Tokoh-tokoh lain yang menjadi anggota atau dekat sekali hubungannya dengan Theosofi adalah Moh. Yamin, Abu Hanifah, Radjiman Widijodiningrat (aktivis Theosofi), Tjipto Mangoenkoesoemo, Douwes Dekker, Armijn Pane, Sanoesi Pane, dan sebagainya.
Tahun 1909, dalam Kongres Theosofi di Bandung, jumlah anggota Theosofi adalah 445 orang (271 Belanda, 157 Bumiputera, dan 17 Cina). Dalam Kongres itu juga disepakati terbitnya majalah Theosofi berbahaya Melayu “Pewarta Theosofi” yang salah satu tujuannya menyebarkan dan mewartakan perihal usaha meneguhkan persaudaraan. Pada tanggal 15 April 1912, berdirilah Nederlandsch Indische Theosofische Vereeniging (NITV), yang diakui secara sah sebagai cabang Theosofi ke-20, dengan Presidennya D. van Hinloopen Labberton. Tahun 1915, dalam Kongres Theosofi di Yogyakarta, jumlah anggotanya sudah mencapai 830 orang (477 Eropa), 286 bumiputera, 67 Cina).
Anggaran Dasar NITV kemudian disetujui Pemerintah Hindia Belanda tanggal 2 November 1912. Dengan demikian, NITV menjadi organisasi yang sah dan berdasar hukum. Pusatnya di Batavia. Cita-cita yang dicanangkan NITV adalah keinginan untuk memajukan kepintaran, kebaikan, dan keselamatan “saudara-saudara” pribumi, agar dengan bangsa Barat dapat saling berdekatan.
Berdasarkan cita-cita tersebut, ternyata NITV mengdnaung cita-cita sama dengan kaum asosiasi, yaitu suatu hubungan yang bersifat paternalistik.
Gerakan Theosofi, seperti dirumuskan oleh ketuanya, Dr. Annie Besant, mempunyai tujuan: (1) Membentuk suatu inti persaudaraan universal kemanusiaan, tanpa membeda-bedakan ras (bangsa), kepercayaan, jenis kelamin, kasta, ataupun warna kulit, (2) Mengajak mempelajari perbandingan agama-agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan, (3) menyelidiki hukum-hukum alam yang belum dapat diterangkan, dan menyelidiki tenaga-tenaga yang masih tersembunyi dalam manusia.
Selain memimpin Theosofi, Anni Besant juga memimpin organisasi Freemasonry, Moeslim Bond, Theosofische Wreld Universiteit, The Liberal Catholic Church, dan beberapa organisasi lainnya.
Kisah Gerakan Theosofi dalam merekrut elite-elite bangsa Indonesia, dapat dijadikan sebagai satu telaah yang serius, bagaimana suatu gerakan yang sebenarnya memiliki misi penghancuran aqidah Islam, ternyata begitu memikat banyak elite bangsa.
“Persaudaraan universal tanpa memandang batas-batas agama” seolah-olah merupakan sesuatu yang utama dalam kehidupan manusia.
Padahal, Islam telah menegaskan, bahwa persaudaraan sejati haruslah dibangun di atas landasan iman. Innamal mu’minuuna ikhwatun. (al-Hujurat:10).
Penegasan tentang persaudaraan dan kasih sayang bisa disimak juga dalam ayat Al Quran berikut:
"Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan dan Hari Akhir berkasih sayang dengan orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, sekalipun mereka itu orang tua sendiri, anak, saudara kandung atau keluarga. Mereka itulah yang Allah telah tuliskan keimanan di hatinya dan menguatkannya dengan pertolongan dari-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam sorga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap (limpahan rahmat) Allah.
Mereka itulah "hizbullah". Ketahuilah, bahwa sesunggguhnya "hizbullah" itulah yang pasti menang."
(al Mujadalah:22).
Persaudaraan tanpa memandang agama sebagai misi penting dari Theosofi juga digambarkan oleh Ketua Theosofische Vereeniging Hindia Belanda, D. Van Hinloopen Labberton pada majalah Theosofi bulan Desember 1912:
"Kemajuan manusia itu dengan atau tidak dengan agama? Saya kira bila beragama tanpa alasan, dan bila beragama tidak dengan pengetahuan agama yang sejati, mustahil bisa maju batinnya. Tidak usah peduli agama apa yang dianutnya. Sebab yang disebut agama itu sifatnya: cinta pada sesama, ringan memberi pertolongan, dan sopan budinya. Jadi yang disebut agama yang sejati itu bukannya perkara lahir, tetapi perkara dalam hati, batin."
Mudah-mudahan informasi sedikit tentang Theosofi ini bisa membantu kita dalam memahami fenomena maraknya penyebaran paham penyamaan agama di Indonesia. Banyak istilah dan jargon-jargon indah tentang kebenaran yang ditaburkan oleh orang-orang yang dipandang sebagai “cendekiawan” oleh masyarakat.
Bisa jadi, mereka tahu tentang masalah ini, tetapi sengaja mengaburkan pandangan masyarakat Muslim tentang agamanya, atau bisa jadi karena mereka tidak paham dan terjebak pada jargon-jargon indah yang menipu, sehingga meninggalkan kebenaran Islam.
Yang jelas, Allah SWT sudah menjelaskan:
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian lainnya perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu. (QS Al-An’am:112). (Jakarta, 21 Oktober 2005)
Catatan Akhir Pekan (CAP) Adian Husaini adalah kerjasama antara Radio Dakta 107 FM dan www.hidayatullah.com
Dalam bukunya, "Tren Pluralisme Agama ", Dr. Anis Malik Thoha memasukkan ajaran Theosofi sebagai salah satu aliran dalam paham Pluralisme Agama. Mungkin tidak banyak yang mencermati, bahwa saat ini, kaum Theosofi di Indonesia sedang bangkit lagi. Secara terbuka, kelompok ini mengkampanyekan ide-idenya, dengan menerbitkan sebuah majalah bernama THEOSOFI INDONESIA.
Ada juga perkumpulan Theosofi, bernama Persatuan Warga Theosofi Indonesia (Perwathin). Pengurus Besarnya kini beralamat di Jl. Anggrek Nelly Murni, Blok A-104 Jakarta. Alamat redaksi majalahnya di Metro Permata I, Blok I 3/7 Jln Raden Saleh, Karang Mulya, Ciledug.
Tentang Theosofi dan Perhimpunan Theosofi, ditulis dalam majalah ini sebagai berikut: (*) Perhimpunan Teosofi didirikan pada 1875, merupakan suatu badan internasional yang tujuan utamanya adalah persaudaraan universal berdasarkan pada realisasi bahwa hidup, dalam berbagai bentuk yang berbeda, manusia dan non-manusia, merupakan kesatuan yang tak terbagi;
(*) Perhimpunan Teosofi tidak memaksakan kepercayaan apapun pada anggota-anggotanya, yang disatukan karena pencarian kebenaran dan keinginan untuk belajar tentang makna dan tujuan eksistensi dengan melibatkan diri dalam studi perenungan, kemurnian hidup dan pengabdian dengan penuh kasih;
(*) Teosofi menawarkan sebuah filsafat, yang membuat hidup jadi lebih dimengerti dan menunjukkan bahwa keadilan dan cinta kasih membimbing alam semesta ini;
(*) ajaran-ajarannya membantu mengembangkan kodrat spiritual yang masih laten dalam diri manusia, tanpa ketergantungan dan rasa takut.
Perwathin didirikan pada 31 Juli 1963, dan disahkan sebagai badan hukum oleh pemerintah dengan SK Menteri Kehakiman tgl. 30 November 1963 No J.A/146/23 dan tanggal 7 Desember 1971 No J.A 5/203/5 Berita Negara No 2 tahun 1972 Tambahan Berita Negara RI tgl 7 Januari 1972 No 2.
Disebutkan dalam majalah THEOSOFI, bahwa Perwathin tidak memihak satu aliran apapun juga dan terdiri dari anggota-anggota yang mencari kebenaran. Mereka berusaha memajukan persaudaraan dan mengabdi kepada kemanusiaan.
Perwathin bertujuan untuk: (1) Mengadakan inti persaudaraan antar sesama manusia dengan tidak
memandang bangsa, kepercayaan, kelamin, kaum atau warna kulit. (2) Memajukan pelajaran mencari persamaan di dalam agama-agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan. (3) Menyelidiki hukum-hukum alam yang belum dapat diterangkan dan kekuatan-kekuatan di dalam manusia yang masih terpendam.
Misi Theosofi untuk berdiri di atas semua agama, dengan jelas digambarkan oleh tokohnya, HP Blavatsky, dalam wawancara yang dimuat di Majalah Theosofi edisi ke-3, yang diterjemahkan oleh Matius Ali. Kata Blavatsky, moto Theosofi ialah : "Tidak ada agama/religi yang lebih tinggi dari kebenaran."
Tujuan utama para pendiri Mazhab Theosofi Eklektik, yakni mendamaikan semua agama-agama, aliran-aliran dan bangsa-bangsa di bawah sebuah sistem etika umum, berdasarkan pada kebenaran-kebenaran abadi. Blavatsky juga mengklaim, bahwa Theosofi sudah setua dunia itu
sendiri, dalam ajaran dan etika-etikanya, karena Theosofi adalah sistem yang paling universal dan luas diantara semuanya.
Apa sebenarnya arti kata Theosofi, dijelaskan oleh Blavatsky : "Kearifan ilahi (Theosophia) atau kearifan para dewa, sebagai theogonia, asal-usul para dewa. Kata theos berarti seorang dewa dalam bahasa Yunani, salah satu dari makhluk-makhluk ilahi, yang pasti bukan ‘’Tuhan’’ dalam arti yang kita pakai sekarang. Karena itu, Theosofi bukanlah ‘Kebijaksanaan Tuhan’, seperti yang diterjemahkan sebagian orang, tetapi ‘Kebijaksanaan ilahi’ seperti yang dimiliki oleh para dewa.’’
Dengan pandangan dan misi seperti itu, Theosofi tampak bermaksud menjadi pelebur agama-agama atau menjadi kelompok ‘super-agama’ yang berada di atas atau di luar agama-agama yang ada. Hal ini sangat sejalan dengan gagasan Pluralisme Agama.
Sebagai misal, Blavatsky juga menyinggung masalah aspek esoterik (batin) dan eksoterik (luar), yang berasal dari ajaran Ammonius. Istilah eksoterik dan esoterik ini kemudian juga digunakan dalam salah satu aliran dalam Pluralisme Agama, yakni Trancendent Unity of Religion, yang ditokohi antara lain oleh Rene Gueno dan Fritjuof Schuon. Bahwa, agama-agama yang ada hanya berbeda pada level eksoterik, tetapi akan bersatu dalam aspek esoterisnya.
Di Indonesia, gagasan semacam ini juga populer di kalangan pendukung Pluralisme Agama. Nurcholish Madjid, misalnya, dalam salah satu tulisannya, mencatat :
“Sebagai sebuah pandangan keagamaan, pada dasarnya Islam bersifat inklusif dan merentangkan tafsirannya ke arah yang semakin pluralis. Sebagai contoh, filsafat perenial yang belakangan banyak dibicarakan dalam dialog antar agama di Indonesia merentangkan pandangan pluralis dengan mengatakan bahwa setiap agama sebenarnya merupakan ekspresi keimanan terhadap Tuhan yang sama.
Ibarat roda, pusat roda itu adalah Tuhan, dan jari-jari itu adalah jalan dari berbagai Agama. Filsafat perenial juga membagi agama pada level esoterik (batin) dan eksoterik (lahir). Satu Agama berbeda dengan agama lain dalam level eksoterik, tetapi relatif sama dalam level esoteriknya. Oleh karena itu ada istilah "Satu Tuhan Banyak Jalan".” (Buku Tiga Agama Satu Tuhan, Mizan, Bandung, 1999, hal. xix.)
Munculnya kembali gerakan Theosofi di Indonesia saat ini sejalan dengan maraknya penyebaran paham Pluralisme Agama yang ironisnya juga disebarkan oleh sejumlah cendekiawan dari kalangan kaum Muslim.
Di zaman Belanda, Theosofi sempat menjadi gerakan penting di Indonesia yang memiliki pengaruh yang luas di kalangan cendekiawan dan elite-elite negara waktu itu.
Sebuah buku yang ditulis oleh Iskandar P. Nugraha berjudul Mengikis Batas Timur dan Barat: "Gerakan Theosofi dan Nasionalisme Indonesia" (2001), memberikan gambaran besarnya pengaruh gerakan Theosofi pada tokoh-tokoh nasional di Indonesia. Misalnya, orang tua Soekarno (R. Soekemi) ternyata anggota Theosofi.
Hatta juga mendapat beasiswa dari Ir. Fournier dan van Leeuwen, anggota Theosofi. Tokoh-tokoh lain yang menjadi anggota atau dekat sekali hubungannya dengan Theosofi adalah Moh. Yamin, Abu Hanifah, Radjiman Widijodiningrat (aktivis Theosofi), Tjipto Mangoenkoesoemo, Douwes Dekker, Armijn Pane, Sanoesi Pane, dan sebagainya.
Tahun 1909, dalam Kongres Theosofi di Bandung, jumlah anggota Theosofi adalah 445 orang (271 Belanda, 157 Bumiputera, dan 17 Cina). Dalam Kongres itu juga disepakati terbitnya majalah Theosofi berbahaya Melayu “Pewarta Theosofi” yang salah satu tujuannya menyebarkan dan mewartakan perihal usaha meneguhkan persaudaraan. Pada tanggal 15 April 1912, berdirilah Nederlandsch Indische Theosofische Vereeniging (NITV), yang diakui secara sah sebagai cabang Theosofi ke-20, dengan Presidennya D. van Hinloopen Labberton. Tahun 1915, dalam Kongres Theosofi di Yogyakarta, jumlah anggotanya sudah mencapai 830 orang (477 Eropa), 286 bumiputera, 67 Cina).
Anggaran Dasar NITV kemudian disetujui Pemerintah Hindia Belanda tanggal 2 November 1912. Dengan demikian, NITV menjadi organisasi yang sah dan berdasar hukum. Pusatnya di Batavia. Cita-cita yang dicanangkan NITV adalah keinginan untuk memajukan kepintaran, kebaikan, dan keselamatan “saudara-saudara” pribumi, agar dengan bangsa Barat dapat saling berdekatan.
Berdasarkan cita-cita tersebut, ternyata NITV mengdnaung cita-cita sama dengan kaum asosiasi, yaitu suatu hubungan yang bersifat paternalistik.
Gerakan Theosofi, seperti dirumuskan oleh ketuanya, Dr. Annie Besant, mempunyai tujuan: (1) Membentuk suatu inti persaudaraan universal kemanusiaan, tanpa membeda-bedakan ras (bangsa), kepercayaan, jenis kelamin, kasta, ataupun warna kulit, (2) Mengajak mempelajari perbandingan agama-agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan, (3) menyelidiki hukum-hukum alam yang belum dapat diterangkan, dan menyelidiki tenaga-tenaga yang masih tersembunyi dalam manusia.
Selain memimpin Theosofi, Anni Besant juga memimpin organisasi Freemasonry, Moeslim Bond, Theosofische Wreld Universiteit, The Liberal Catholic Church, dan beberapa organisasi lainnya.
Kisah Gerakan Theosofi dalam merekrut elite-elite bangsa Indonesia, dapat dijadikan sebagai satu telaah yang serius, bagaimana suatu gerakan yang sebenarnya memiliki misi penghancuran aqidah Islam, ternyata begitu memikat banyak elite bangsa.
“Persaudaraan universal tanpa memandang batas-batas agama” seolah-olah merupakan sesuatu yang utama dalam kehidupan manusia.
Padahal, Islam telah menegaskan, bahwa persaudaraan sejati haruslah dibangun di atas landasan iman. Innamal mu’minuuna ikhwatun. (al-Hujurat:10).
Penegasan tentang persaudaraan dan kasih sayang bisa disimak juga dalam ayat Al Quran berikut:
"Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan dan Hari Akhir berkasih sayang dengan orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, sekalipun mereka itu orang tua sendiri, anak, saudara kandung atau keluarga. Mereka itulah yang Allah telah tuliskan keimanan di hatinya dan menguatkannya dengan pertolongan dari-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam sorga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap (limpahan rahmat) Allah.
Mereka itulah "hizbullah". Ketahuilah, bahwa sesunggguhnya "hizbullah" itulah yang pasti menang."
(al Mujadalah:22).
Persaudaraan tanpa memandang agama sebagai misi penting dari Theosofi juga digambarkan oleh Ketua Theosofische Vereeniging Hindia Belanda, D. Van Hinloopen Labberton pada majalah Theosofi bulan Desember 1912:
"Kemajuan manusia itu dengan atau tidak dengan agama? Saya kira bila beragama tanpa alasan, dan bila beragama tidak dengan pengetahuan agama yang sejati, mustahil bisa maju batinnya. Tidak usah peduli agama apa yang dianutnya. Sebab yang disebut agama itu sifatnya: cinta pada sesama, ringan memberi pertolongan, dan sopan budinya. Jadi yang disebut agama yang sejati itu bukannya perkara lahir, tetapi perkara dalam hati, batin."
Mudah-mudahan informasi sedikit tentang Theosofi ini bisa membantu kita dalam memahami fenomena maraknya penyebaran paham penyamaan agama di Indonesia. Banyak istilah dan jargon-jargon indah tentang kebenaran yang ditaburkan oleh orang-orang yang dipandang sebagai “cendekiawan” oleh masyarakat.
Bisa jadi, mereka tahu tentang masalah ini, tetapi sengaja mengaburkan pandangan masyarakat Muslim tentang agamanya, atau bisa jadi karena mereka tidak paham dan terjebak pada jargon-jargon indah yang menipu, sehingga meninggalkan kebenaran Islam.
Yang jelas, Allah SWT sudah menjelaskan:
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian lainnya perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu. (QS Al-An’am:112). (Jakarta, 21 Oktober 2005)
Catatan Akhir Pekan (CAP) Adian Husaini adalah kerjasama antara Radio Dakta 107 FM dan www.hidayatullah.com
Pluralisme Agama dan Gerakan Freemason
Paham yang mengatakan pada inti semua agama adalah sama tidak terlepas dari pengaruh Freemason. Gerakan ini bermula ketika pengikut Freemason membentuk gerakan The Theosophical Society. Dalam perkembangannya, The Theosophical Society ikut menyumbang bagi terwujudnya hikmah abadi (sophia perennis). Pemikiran para tokoh Sophia Perennis seperti Rene Guénon dan Frithjof Schuon tidak terlepas dari ajaran dalam Freemason.
Freemason dan Teosofi
Freemason menurut Encyclopaedia of Religion and Ethics (New York), adalah sistem moral khusus, ditutupi dengan kiasan serta diilustrasikan dengan simbol-simbol. Para sejarawan dari kalangan Freemason berpendapat paling tidak terdapat 3 teori yang menjelaskan sebab-musabab munculnya Freemason.
Pertama, Freemason muncul sangat lama sekali seiring dengan klaim ritual Freemason itu sendiri, yaitu ketika Raja Salomon mendirikan Bait Suci dan Freemason sampi kepada kita sehingga kini sekalipun mekanismenya tidak diketahui.
Kedua, Freemason adalah hasil dari karya para pembuat bangunan pada zaman pertengahan.
Ketiga, ritual Freemason berasal dari Laskar Kristus yang menjaga Bait Suci Salomo (King Solomon’s Temple) atau dikenal juga sebagai Ksatria Bait Suci (Knight Templar). (baca Christopher Knight & Robert Lomas, The Hiram Key: Pharaohs, Freemasons and the Discovery of the Secret Scrolls of Jesus).
Freemason telah tersebar di benua Eropa. Salah satu fakta awal yang tertulis menunjukkan bahwa cabang Freemason telah ada di Inggris pada tahun 1641.
Robert Moray, salah seorang keluarga raja (Royal family), telah masuk menjadi anggota Freemason di Edinburgh pada tanggal 20 Mei 1641.
Selain itu, Elias Ashmole, masih dalam lingkungan keluarga Raja Inggris, menulis dalam buku diarinya bahwa ia telah menjadi anggota Freemason di Lancashsire, pada tanggal 16 Oktober 1646. (Francis A. Yates, The Rosicrucian Enlightenment).
Babak baru perkembangan Freemason adalah pada tanggal 24 Juni 1717. Sebabnya, pada tanggal tersebut Freemason telah menjadi organisasi Nasional dengan didirikannya Grand Lodge of England, yang merupakan gabungan dari 4 cabang Freemason. Para pengikut Freemason dalam Grand Lodge of England akan mengikuti agama yang semua manusia setuju… yaitu, menjadi Manusia yang Baik dan Benar (Religion is which all men agree… that is, to be Good Men and True).
Dengan terbentuknya Grand Lodge of England, gerakan Freemason semakin merebak sehingga berkembang melintasi benua Eropa sehingga ke benua Amerika.
George Washington, yang menjadi President pertama Amerika Serikat pada tanggal 30 April 1789 adalah seorang anggota Freemason. Selain itu, para penanda tangan Deklarasi Kemerdekaan Amerika yang ditandatangani pada tanggal 4 Juli 1778 oleh William Hoper, Benjamin Franklin, Matthew Thornton, William Whipple, John Hancock, Phillip Livinston dan Thomas Nelson, kesemua mereka adalah pengikut Freemason.
Semua Agama Sama
Setelah mengurai sejarah Freemason dengan sangat ringkas, ada baiknya kita melihat bagaimana pengikut Freemason ikut mempelopori terbentuknya paham yang menyamakan agama.
George Felt, seorang Freemason Yahudi, pada tanggal 7 September 1875 memberikan kuliah tentang “The Lost Canon of Proportion of the Egyptians,” di apartment Helena Petrovena Blavatsky (1831-1891), seorang aristokrat Rusia yang meninggalkan suami dan kemewahan harta karena merantau ke pegunungan Tibet selama bertahun-tahun.
George Felt memfokuskan materi kuliahnya kepada penafsiran mistis tehadap ajaran (tradisi) Mesir yang hilang. Salah seorang peserta yang mengikuti kulian tersebut, Henry Steel Olcott, seorang pengikut Freemason di New York, mengusulkan supaya semua peserta (berjumlah 17 orang) yang telah mengiktui kuliah George Felt agar membentuk sebuah kelompok yang akan meneliti lebih mendalam lagi mengenai tradisi kuno.
Blavatsky, guru Olcott menyetujui proposal tersebut. Sotheran, seorang Freemason, mengusulkan nama The Theosophical Society (Masyarakat Teosofis) bagi kelompok tersebut.
Akhirnya, pada tanggal 17 November, 1875 diadakan pertemuan dengan 18 orang (termasuk George Felt) dan pada tanggal itu ditetapkan sebagai awal berdirinya The Theosophical Society.
Dalam pidatonya peresmiannya, kolonel Henry Steel Olcott (1832-1907), berharap kelompok tersebut akan membuat penelitian dalam perbandingan agama dan juga untuk menemukan “ancient wisdom,” khususnya dalam sumber sumber primer dari semua agama, buku-buku Hermes dan Veda (primeval source of all religions, the books of Hermes and the Vedas), dengan perkataan lain dalam Filsafat Abadi.
Setelah kematian Olcott pada tahun 1907, posisi ketua dipegang oleh Annie Wood Besant (1847-1933). Besant, berasal dari Inggris, masuk menjadi anggota Theosophical Society pada tahun 1889 dan menjadi ketua gerakan tersebut dari tahun 1907 sampai akhir hidupnya (1933).
Menurut Besant, teosofi ataupun agama universal (universal religion) dibangun atas 2 fondasi, yaitu Tuhan sebagai immanent sekaligus transendent dan solidaritas atau persaudaraan semua manusia.
Sebuah doktrin keagamaan akan diuji dengan prinsip "Semper, ubique et ab omnibus" (Selalu, dimana saja dan dari semua). Besant juga merumuskan ajaran teosofis sebagai berikut: (1) the unity of God (kesatuan Tuhan). Ajaran mendasar dari teosofi sebagaimana semua agama adalah kebenaran agama universal. (2) The Trinity of the manifested God (Inkarnasi Tuhan dalam Trinitas) Tuhan termanifestasikan sebagi Logos. (3) The hierarchy of beings (tingkatan wujud). (4) Universal brotherhood (persaudaraan universal), yang berbeda dengan konsep ‘kesetaraan’ (equality) ataupun ‘demokrasi’ (democracy).
Besant juga menyatakan tujuan masyarakat Teosofis adalah mengajarkan kepada pengikutnya bahwa agama-agama adalah ungkapan dari hikmah ilahi yang lahir dan berasal dari zat yang satu. Oleh sebab itu, keragaman dan perbedaan dalam manifestasi lahiriah dan bentuk bukanlah inti dari ajaran agama. Semua agama memiliki keaslian dan kebenaran karena berasal dari zat yang satu.
Ringkasnya, sejak dibentuk oleh 18 orang anggota di New York, The Theosophical Society telah berkembang menjadi organisasi internasional.
Pada tahun 1879, markasnya dipindahkan ke Bombay, India. Tiga tahun setelah itu (1882), markasnya sekali lagi dipindahkan ke Adyar, pinggiran Madras. Akhir abad 19, The Theosophical Society telah memiliki 500 cabang dalam 40 Negara di Asia dan Barat, termasuk cabang yang ada di Perancis, yand diikuti oleh Gérard Encausse (m. 1916) pada tahun 1887.5. (bersambung)
*) Penulis adakah kandidat Doktor di ISTAC-IIUM dan peneliti pada The Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS)
Freemason dan Teosofi
Freemason menurut Encyclopaedia of Religion and Ethics (New York), adalah sistem moral khusus, ditutupi dengan kiasan serta diilustrasikan dengan simbol-simbol. Para sejarawan dari kalangan Freemason berpendapat paling tidak terdapat 3 teori yang menjelaskan sebab-musabab munculnya Freemason.
Pertama, Freemason muncul sangat lama sekali seiring dengan klaim ritual Freemason itu sendiri, yaitu ketika Raja Salomon mendirikan Bait Suci dan Freemason sampi kepada kita sehingga kini sekalipun mekanismenya tidak diketahui.
Kedua, Freemason adalah hasil dari karya para pembuat bangunan pada zaman pertengahan.
Ketiga, ritual Freemason berasal dari Laskar Kristus yang menjaga Bait Suci Salomo (King Solomon’s Temple) atau dikenal juga sebagai Ksatria Bait Suci (Knight Templar). (baca Christopher Knight & Robert Lomas, The Hiram Key: Pharaohs, Freemasons and the Discovery of the Secret Scrolls of Jesus).
Freemason telah tersebar di benua Eropa. Salah satu fakta awal yang tertulis menunjukkan bahwa cabang Freemason telah ada di Inggris pada tahun 1641.
Robert Moray, salah seorang keluarga raja (Royal family), telah masuk menjadi anggota Freemason di Edinburgh pada tanggal 20 Mei 1641.
Selain itu, Elias Ashmole, masih dalam lingkungan keluarga Raja Inggris, menulis dalam buku diarinya bahwa ia telah menjadi anggota Freemason di Lancashsire, pada tanggal 16 Oktober 1646. (Francis A. Yates, The Rosicrucian Enlightenment).
Babak baru perkembangan Freemason adalah pada tanggal 24 Juni 1717. Sebabnya, pada tanggal tersebut Freemason telah menjadi organisasi Nasional dengan didirikannya Grand Lodge of England, yang merupakan gabungan dari 4 cabang Freemason. Para pengikut Freemason dalam Grand Lodge of England akan mengikuti agama yang semua manusia setuju… yaitu, menjadi Manusia yang Baik dan Benar (Religion is which all men agree… that is, to be Good Men and True).
Dengan terbentuknya Grand Lodge of England, gerakan Freemason semakin merebak sehingga berkembang melintasi benua Eropa sehingga ke benua Amerika.
George Washington, yang menjadi President pertama Amerika Serikat pada tanggal 30 April 1789 adalah seorang anggota Freemason. Selain itu, para penanda tangan Deklarasi Kemerdekaan Amerika yang ditandatangani pada tanggal 4 Juli 1778 oleh William Hoper, Benjamin Franklin, Matthew Thornton, William Whipple, John Hancock, Phillip Livinston dan Thomas Nelson, kesemua mereka adalah pengikut Freemason.
Semua Agama Sama
Setelah mengurai sejarah Freemason dengan sangat ringkas, ada baiknya kita melihat bagaimana pengikut Freemason ikut mempelopori terbentuknya paham yang menyamakan agama.
George Felt, seorang Freemason Yahudi, pada tanggal 7 September 1875 memberikan kuliah tentang “The Lost Canon of Proportion of the Egyptians,” di apartment Helena Petrovena Blavatsky (1831-1891), seorang aristokrat Rusia yang meninggalkan suami dan kemewahan harta karena merantau ke pegunungan Tibet selama bertahun-tahun.
George Felt memfokuskan materi kuliahnya kepada penafsiran mistis tehadap ajaran (tradisi) Mesir yang hilang. Salah seorang peserta yang mengikuti kulian tersebut, Henry Steel Olcott, seorang pengikut Freemason di New York, mengusulkan supaya semua peserta (berjumlah 17 orang) yang telah mengiktui kuliah George Felt agar membentuk sebuah kelompok yang akan meneliti lebih mendalam lagi mengenai tradisi kuno.
Blavatsky, guru Olcott menyetujui proposal tersebut. Sotheran, seorang Freemason, mengusulkan nama The Theosophical Society (Masyarakat Teosofis) bagi kelompok tersebut.
Akhirnya, pada tanggal 17 November, 1875 diadakan pertemuan dengan 18 orang (termasuk George Felt) dan pada tanggal itu ditetapkan sebagai awal berdirinya The Theosophical Society.
Dalam pidatonya peresmiannya, kolonel Henry Steel Olcott (1832-1907), berharap kelompok tersebut akan membuat penelitian dalam perbandingan agama dan juga untuk menemukan “ancient wisdom,” khususnya dalam sumber sumber primer dari semua agama, buku-buku Hermes dan Veda (primeval source of all religions, the books of Hermes and the Vedas), dengan perkataan lain dalam Filsafat Abadi.
Setelah kematian Olcott pada tahun 1907, posisi ketua dipegang oleh Annie Wood Besant (1847-1933). Besant, berasal dari Inggris, masuk menjadi anggota Theosophical Society pada tahun 1889 dan menjadi ketua gerakan tersebut dari tahun 1907 sampai akhir hidupnya (1933).
Menurut Besant, teosofi ataupun agama universal (universal religion) dibangun atas 2 fondasi, yaitu Tuhan sebagai immanent sekaligus transendent dan solidaritas atau persaudaraan semua manusia.
Sebuah doktrin keagamaan akan diuji dengan prinsip "Semper, ubique et ab omnibus" (Selalu, dimana saja dan dari semua). Besant juga merumuskan ajaran teosofis sebagai berikut: (1) the unity of God (kesatuan Tuhan). Ajaran mendasar dari teosofi sebagaimana semua agama adalah kebenaran agama universal. (2) The Trinity of the manifested God (Inkarnasi Tuhan dalam Trinitas) Tuhan termanifestasikan sebagi Logos. (3) The hierarchy of beings (tingkatan wujud). (4) Universal brotherhood (persaudaraan universal), yang berbeda dengan konsep ‘kesetaraan’ (equality) ataupun ‘demokrasi’ (democracy).
Besant juga menyatakan tujuan masyarakat Teosofis adalah mengajarkan kepada pengikutnya bahwa agama-agama adalah ungkapan dari hikmah ilahi yang lahir dan berasal dari zat yang satu. Oleh sebab itu, keragaman dan perbedaan dalam manifestasi lahiriah dan bentuk bukanlah inti dari ajaran agama. Semua agama memiliki keaslian dan kebenaran karena berasal dari zat yang satu.
Ringkasnya, sejak dibentuk oleh 18 orang anggota di New York, The Theosophical Society telah berkembang menjadi organisasi internasional.
Pada tahun 1879, markasnya dipindahkan ke Bombay, India. Tiga tahun setelah itu (1882), markasnya sekali lagi dipindahkan ke Adyar, pinggiran Madras. Akhir abad 19, The Theosophical Society telah memiliki 500 cabang dalam 40 Negara di Asia dan Barat, termasuk cabang yang ada di Perancis, yand diikuti oleh Gérard Encausse (m. 1916) pada tahun 1887.5. (bersambung)
*) Penulis adakah kandidat Doktor di ISTAC-IIUM dan peneliti pada The Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS)