Mengulas kembali isu terorisme terkait insiden yang terjadi di Pusat Kota Jakarta, wilayah Sarinah yaitu Sudirman-Thamrin hari ini, berikut kami jabarkan beberapa hal aneh, ganjil dan tidak masuk akal yang terjadi selama tragei itu berlangsung. Ada banyak hal tidak bisa dimengerti mengapa polanya sangat amat berbeda dengan yang terjadi di tahun-tahun yang lalu. Walau memang jumlah korbannya tidak terlalu banyak, beberapa pihak berbicara bahwa ini adalah salah satu kegagalan aksi teror yang pernah ada. Benarkah asumsi itu? atau jangan-jangan justru sebenarnya masyarakat yang sudah berhasil di perdaya, karena banyak fakta yang jika kita cerna kembali hal ini justru menujukkan bagian dari kegagalan pihak yang ingin memperdaya. Tapi sebelum kami ungapkan satu per satu, maka satu hal yang harus kita camkan sama-sama bahwa ini baru asumsi dasar, bukan merupakan hasil analisa ahli dan pakar. Jadi disini juga anda boleh berpendapat dan menyanggah jika hal ini memang tidak sesuai dengan opini anda. Baiklah mari kita tinjau satu persatu;
1. Jenis bahan peledak, nampaknya jenis bahan peledak yang digunakan bukan jenis high explosive melainkan low explosive , buktinya ketika 6 kali ledakan berbunyi memang mengeluarkan suara yang keras dan asap, tapi kaca-kaca gedung di sekitar lokasi tidak ada yang pecah sebagaimana yang pernah terjadi di depan kedutaan besar Australia beberapa tahun lalu, sebuah bom mobil meledak di tengah jalan dan semua kaca jendela di gedung-gedung di sekitaran kuningan hancur dan menelan banyak korban luka. Ini artinya tujuan teroris bukan untuk membuat banyak jatuh korban, melainkan sekedar untuk menakut-nakuti saja.
2. Lokasi ledakan, jika tujuannya bukan untuk mencari banyak korban dan hanya ingin menakut-nakuti sjaa, mengapa teroris memilih lokasi di pusat kota yang merupakan pusat kegiatan orang, titik ledakan juga menujukan teroris seakan-akan sedang ingin mencari perhatian publik, karena ia hanya mengincar pos polisi dan sebuah kafe tidak terlalu ramai pengunjung dan akhirnya bom hanya diledakkan di luar kafe. Seharusnya jika tujuannya adalah ingin meneror orang asing maka si teroris ini akan masuk ke dalam kafe lalu meledakkan diri di sana atau mengeluarkan senjata api dan menembaki semua orang yang ada di sana, ini yang terjadi di Paris prancis beberapa waktu lalu dan memang benar ISIS berada di balik semua ini, semua orang tahu, dalam melakukan aksinya ISIS terkenal sadis dan kejam tanpa ampun, so kesimpulannya, terosis tidak bersungguh-sungguh ingin menyasar orang asing, sekali lagi ia hanya gertak sambal.
3. Waktu ledakan, kenapa bom diledakkan di waktu menjelang makan siang, dimana saat ini ada banyak orang berseliweran di lokasi untuk mencari makan (Sarinah dan Sabang adalah pusat kuliner ibukota), seharusnya jika tujuan bom ini besar, maka waktu peledakan yang paling sesuai adalah malam hari atau menjelang pagi hari, dan semua orang juga tahu bahwa siapapun orang yang berniat ingin berbuat jahat, pastilah ia tidak ingin diketahui orang lain, ia akan berusaha sebisa menungkin untuk menyembunyikan niat tersebut dari penglihatan orang, tapi yang terjadi di sarinah ini justru sebaliknya ia seakan akan ingin menujukkan diri bahwa ia sedang melakukan tindakan teror, untuk membuktikan sesuatu kepada pihak tertentu. Kesimpulannya teror ini sengaja dilakukan untuk mencari perhatian publik.
4. Moment Ledakan, selama proses ledakan dan baku tembak, kenapa di lokasi sudah bertebaran banyak perwira polisi dan wartawan dilokasi seakan-akan mereka sudah mengetahui akan adanya tindakan teror, bahkan moment ledakan dan baku tembak ini disiarkan secara live oleh banyak stasiun televisi (7 stasiun tv sudah di tegur KPAI), masyarakat bisa menyaksikan secara langsung dan menjadi saksi mata atas kebenaran peristiwa ledakan bom tersebut yang berlangsung sangat dramatis. Seakan-akan peristiwa ini ingin ditujukan banyak khalayak ramai bahwa ia adalah sungguh-sungguh terjadi dan bisa dibuktikan dengan rekaman yang ada. Kesimpulannya, moment ledakan ini ingin dijadikan barang bukti dan ada banyak saksi yang sudah menyaksikan secara langsung, lalu membuat timbul rasa takut pada masyarakat dan ingatan itu akan membekas dalam waktu yang panjang.
5. Aksi Aparat Polisi, selama proses ledakan dan baku tembak, anda pasti juga menyaksikan bagaimana aksi seorang perwira polisi yang berjalan bagaikan model di atas cat walk (netizen menyebutnya "polisi ganteng"), tanpa mengenakan jas anti peluru di badannya (seakan-akan ia pahlawan), lalu ia berjalan segagah-gagahnya menghadap ke kamera wartawan sambil berpose jantan, seakan-akan ia ingin bicara bahwa kondisi di sini sudah aman dan tidak perlu takut, disisi jalan lain, ada segerombolan polisi berjalan mengendap-endap dibalik mobil ketakutan di tembak, mereka menggenggam senjata api tapi tidak kelihatan siap melakukan baku tembak dengan lawan. Kenapa polisi ganteng ini bersikap sangat tenang dan sama sekali tidak takut ditembak berdiri santai di tengah jalan, sementara teman-teman lainnya bersembunyi ketakutan. Ini nampak seperti sandiwara, seperti ada yang sudah merencanakan, atau mungkin mengetahui sesuatu tapi akhirnya rencana itu kacau karena berbeda tindakan di lapangan.
6. Aksi Teroris, ada juga aksi seorang teroris yang semula membaur dengan masyarakat dan bersikap tenang, tak ada gerak-gerik ia ingin melakukan serangan tapi tiba-tiba ia berdiri dan berjalan menuju ke tengah kerumunan massa lalu mengeluarkan senjata api dari dalam tasnya dan melakukan tembakan ke segala arah (atas) tetapi untung tidak mengenai warga. Dengan situasi ini sebenarnya teroris punya peluang untuk melepaskan tembakannya ke segala arah dan mengenai warga yang ada disekelilingnya, ternyata ini tidak dilakukan. Ini jadi pertanyaan, seharusnya jika ia adalah anggota ISIS sejati maka ia akan melakukan hal yang sama dengan yang terjadi di PAris, dan nampaknya ia hanya ingin menakut-nakuti orang-orang yang ada di sekelilingnya saja.
7. Ada Rekayasa, sebagian pihak beranggapan moment tragedi ini mirip dengan adegan di film-film action holywood, ada gerombolan penjahat yang mati dilumpuhkan oleh polisi jagoan yang gagah di lokasi kejadian, seperti sudah direncanakan dan di setting (ada sutradaranya) dengan sangat matang setiap adegan dibuat sedramatisir mungkin, sama persis dengan yang ada di film-film barat. Karena ending ceritanya juga sama, semua penjahat akhirnya mati terkapar di tembaki polisi dan rakyat menjadi senang nyawanya telah diselamatkan sang polisi jagoan. Diperkirakan aksi ini berlangsung dalam 30 menit, penjahat sudah bisa dilumpuhkan oleh polisi dan tidak ada banyak korban berjatuhan.
8. Bom Bunuh Diri, pada saat teroris sedang baku tembak dengan polisi di lokasi, ada dua pelaku yang posisinya sudah terpojok, lalu mereka bersembunyi di balik mobil pengunjung, (gerak-gerik keduanyya tertangkap kamera orang yang ada di gedung atas seberang jalan), terlihat keduanya nampak kebingungan dan sedang mempersiapkan sesuatu, namun sebelum mereka sempat membalas dan bertindak, bom yang ada di dekat mereka langsung meledak dan keduanya langsung terkapar di tempat. Entah kedua pelaku itu tidak tahu bahwa bungkusan depannya itu adalah bom atau bukan, yang pasti keduanya nampak bukan sedang berusaha meledakkan diri, tapi akhirnya bom itu meledak dengan sendirinya. Beberapa pihak berkata bahwa bom meledak sendiri karena sudah dikendalikan dengan remote kontrol dari jarak jauh.
9. Pos Polisi, Kenapa teroris ini menyasar pos polisi yang diisi oleh segelintir orang saja, karena ternyata jika memang tujuannya ingin membunuh orang asing dalam jumlah banyak harusnya bukan itu sasarannya. Dan pada akhirnya yang mati meledak di pos polisi ini adalah hanya pelaku saja sebanyak tiga orang bukan polisi yang sedang bejaga. Well, jika kelompok ISIS ini memang berniat ingin mencari korban sebanyak-banyaknya dan menginginkan perhatian dunia, maka tempat yang disasar adalah gedung perbelanjaan Sarinah, karena gedung ini adalah salah satu gedung tua yang rapuh dan sangat banyak pengunjungnya, dipastika disana akan jatuh banyak korban akibat bangunan menjadi runtuh karena ledakan.
10. Korban Mayoritas Pelaku, sangat disayangkan kesemua pelaku mati tertembak. Bagaimana caranya polisi bisa mencari fakta dan motif mereka jika semua pelakunya ditembak mati. Lalu bagaimana polisi bisa menyimpulkan bahwa ini ada kaitannya dengan ISIS dan kelompok Bahrun NAim, sementara tidak ada keterangan yang bisa diambil dari para pelaku. Dalam hal jumlah pelaku, jika kita hitung yang bertindak sebagai pelaku di TKP jumlahnya ada 7 orang, 3 orang mati di pos polisi, 2 orang mati bom bunuh diri dan 2 orang lagi yang melakukan serangan brutal di tengah kerumunan massa. Tapi menurut keterangan polisi hanya da 4 orang yang menjadi pelaku utama teror, lalu siapa 3 orang korban yang tidak termasuk tersebut, apakah mereka adalah warga sipil. Harusnya polisi bertanggung jawab moral kepada korban salah tembak ini, ternyata mereka bukan anggota teroris yang di maksud.
11. Berita Himbauan dari kedutaan Amerika kepada warganya di Indonesia, pagi hari sebelum kejadian, sebuah laman memberitakan tersebarnya surat himbauan dari Kedutaan Besar AS kepada para warganya di Indonesia untuk menghindari diri beraktifitas di wilayah sekitaran Sudirman dan Thamrin, tidak dijelaskan alasannya, namun surat elektronik ini menyebar ke berbagai pihak bukan hanya warga negara amerika saja.
11 kondisi diatas adalah fakta dilapangan, anda bisa cek di link videonya, dan pastikan lagi apa saja yang belum kami sebutkan di sini. Lalu Apa motif dibalik peristiwa ini, mungkin anda akan bisa menemukan jawabannya? Kesimpulan sementara dari kejadian ini adalah bermotif ingin menakut-nakuti masyarakat saja, dan nampaknya masyarakat sedang digiring pada opini bahwa peritiwa ini sepenuhnya adalah hasil kerja para teroris. Sungguh? Tapi menoleh pada 11 uraian di atas ada yang beranggapan dibalik semua ini ada rancangan besar untuk memudahkan aparat mengajukan rancangan draft revisi UU Teroris no.15 tahun 2013. Apa sebabnya?
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Polisi Anton Charliyan mengatakan, selama ini kepolisian tidak bisa melakukan penahanan terhadap seseorang yang telah mendeklarasikan diri sebagai teroris atau pendukung Islamic State of Iraq and Syiria atau Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Menurut dia, hal itu terkendala Undang-undang tentang Terorisme."Kalau tidak melakukan kegiatan gerakan radikal, maka tidak bisa tidak diapa-apakan," kata Anton di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta, Minggu (17/1/2016).
"Undang-undang Terorisme yang ada di Indonesia belum bisa menindak ketika belum ada bukti awal," ucapnya. Jadi harus ada bukti permulaan dulu baru bisa ditindak. Ya seperti apa yang terjadi di Sarinah iitu, menunggu terjadi ledakan bom dulu baru Undnag-undang itu dirasa mendesak untuk direvisi. Mana yang duluan nih?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar