Di sini kita akan membincangkan tentang ruhul amri (hati) yakni perbahasan secara diurai dan terperinci tentang perjalanan ruhul tamyiz atau ruhul amri atau qalbun (hati). Yaitu roh yang membedakan antara manusia, jin dan malaikat dengan haiwan.
Setelah dikaji dalam kitab-kitab Islam, didapati ada bermacam-macam nama atau istilah roh yang diberi oleh ulama. Bahkan dalam Al Quran kalau kita lihat ada bermacam-macam nama. Antara yang terkenal ialah roh. Adakalanya ia dipanggil dengan qalbun - hati, fuaadun - hati sanubari, latifatur-rabbaniah atau ruhul amri). Pada orang Melayu ia juga dipanggil hati, nyawa, hati nurani atau hati sanubari. Tetapi yang terkenalnya adalah roh saja.
Roh yang sedang kita perkatakan ini, kalau dia berperasaan seperti sedih, gembira, senang, terhibur, marah atau sebagainya, maka ia dipanggil dengan roh atau hati atau nyawa. Tetapi waktu ia berkehendak, berkemauan atau merangsang baik sesuatu yang berkehendak itu positif atau negatif, baik atau buruk, yang dibenarkan atau tidak, yang halal ataupun yang haram, di waktu itu ia tidak dipanggil roh, hati atau nyawa lagi. Tetapi ia dipanggil nafsu. Kalau di waktu ia berfikir, mengkaji, menilai, memerhati dan menyelidik, maka ia dipanggil akal.
Kalau begitu uraiannya, maka nafsu, roh atau akal ini hakikatnya adalah satu. Ia dipanggil akal di waktu ia berfikir, mengkaji, menilai, memerhati dan menyelidik. Walhal bila berperasaan, ia tidak dipanggil akal lagi, sebaliknya ia dipanggil roh atau hati atau nyawa. Tetapi waktu ia berkehendak, berkemahuan atau merangsang baik sesuatu yang berkehendak itu positif atau negatif, baik atau buruk, yang dibenarkan atau tidak, yang halal ataupun yang haram, di waktu itu ia dipanggil nafsu.
Kalau begitu walaupun ia mempunyai tiga nama atau tiga istilah tetapi hakikatnya adalah satu. Benda yang sama juga. Cuma peranannya saja yang tidak sama. Peranan yang tidak sama itulah yang menjadikan namanya tidak sama atau namanya berlainan.
Untuk mudah difahami begini kiasannya: manusia bila dia berbohong dinamakan pembohong. Bila dia menipu dinamakan penipu. Tetapi bila dia mencuri dinamakan pencuri. Bila dia memimpin dipanggil pemimpin. Dinamakan pembohong, penipu, pencuri dan pemimpin, hakikatnya adalah orang yang sama. Cuma namanya berbeda bila peranannya bertukar. Kenapa fisik yang sama dapat timbul istilah yang berlainan? Ini karena peranannya tidak sama. Apakah bila namanya berlainan, orangnya berlainan? Tidak! Orang yang sama juga.
Perlu diingat, bila kita membicarakan tentang roh ini, bukannya pula kita hendak mengkaji hakikat roh atau mengkaji ain ataupun mengkaji hakikat zat roh itu. karena zat atau hakikat roh itu tidak akan dapat dilihat oleh mata kepala. karena ia adalah jismullatif), yakni benda halus yang bersifat maknawiah atau abstrak. Iaitu tidak dapat dilihat oleh mata kepala tetapi terasa akan adanya. Inilah yang dimaksudkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
Maksudnya: “Mereka bertanya kepada engkau wahai Muhammad tentang roh. Hendaklah engkau katakan kepada mereka, ‘Roh itu adalah urusan daripada Tuhanku’…” (Al Israk: 85)
Dari ayat ini dapatlah kita faham bahawa hakikat roh itu tidak akan dapat dijangkau oleh mata kepala. Zat roh itu tidak akan dapat difikirkan oleh akal. Kita tidak tahu bagaimana rupanya. Sebab tidak dapat dilihat oleh mata kepala. Tetapi terasa oleh hati akan adanya. Maka oleh yang demikian, hakikat roh itu tidak dapat difikirkan oleh akal bagaimana rupanya, bagaimana bentuknya, berapa tebal atau panjangnya. Ia tidak dapat dibayangkan. Hanya Allah yang tahu dan tidak ada makhluk yang tahu.
Walaupun Allah berkata hakikat roh atau zat roh tidak dapat diketahui dan tidak dapat dijangkau oleh akal dan mata kepala, namun ada juga ulama-ulama yang berijtihad tentangnya. Antaranya ialah Imam Malik. Beliau pernah berkata: “Roh manusia itu sama saja bentuknya dengan jasad lahirnya.”
Kalau diambil ijtihad Imam Malik itu, artinya rupa roh kita ialah seperti rupa bentuk badan lahir kita. Ini juga memberi arti bahawa walaupun Allah berkata roh itu adalah urusan-Nya, iaitu hakikat roh itu Allah saja yang tahu dan makhluk lain tidak mengetahuinya, tetapi tidak pula ada larangan dari Allah kalau ada sesiapa yang ingin berijtihad untuk mengkajinya.
Bagi sesetengah orang, mungkin Allah beri ilmu yang mendalam tentang hal ini sehingga dia dapat menjangkaunya. Oleh itu maksud ayat Al Quran yang menyatakan ‘roh itu adalah urusan Tuhanku’, Allah bermaksud kebanyakan manusia tidak dapat mengetahuinya tetapi tidak pula menolak kalau ada orang-orang yang tertentu secara khusus yang Allah beri ilmu tentang hakikat roh ini sehingga dapat menghuraikannya.
Mengikut pendapat saya boleh jadi juga Imam Malik memperkatakan hakikat roh ini bukan berdasarkan ijtihadnya saja tetapi juga berdasarkan kasyaf. Kalau berdasarkan ijtihad tidak mungkin akal beliau dapat menjangkaunya karena roh itu jismullatif (tubuh halus). Ia adalah hati nurani yang bersifat maknawiah. Diibaratkan seperti cahaya. Bahkan cahaya, dapat juga dilihat tetapi cahaya yang ini tidak dapat dilihat atau ia jenis cahaya yang tersembunyi.
Bagaimana pula hendak diijtihadkan? Ijtihad itu dibuat pada benda-benda yang berketul atau benda yang dapat dilihat. Benda-benda yang dapat diraba dan dirasa. Tetapi roh, benda yang tidak dapat diraba, tidak dapat dirasa dan tidak dapat dilihat oleh mata kepala. Jadi bagaimana hendak diijtihadkan. Begitulah pandangan saya. Wallahu ‘alam.
Oleh itu atas dasar apakah roh seseorang itu seperti rupa bentuk lahirnya sebagaimana pendapat Imam Malik itu? Saya berpendapat Allah beri dia (Imam Malik) kasyaf. Allah perlihatkan roh itu. Roh yang jismullatif itu dibentukkan, dilihatkan macam rupa diri seseorang itu. Kalau begitu apa yang dimaksudkan oleh Al Quran bahawa tidak ada orang yang mengetahui hakikat roh itu melainkan Allah saja, itu adalah untuk orang awam. Manakala bagi orang yang khusus macam Imam Malik mungkin Allah beritahu padanya sebagai karamahnya.
Pendapat Imam Malik ini agak munasabah (masuk akal), boleh diterima dan agak rasional. Contohnya kita bermimpi melihat seseorang yang kita tidak pernah jumpa atau dengan orang yang pernah kita jumpa sama ada yang masih hidup mahupun sudah mati. Apa yang kita lihat dalam mimpi itu serupa dengan bentuk lahir orang itu. Sedangkan orang yang kita lihat dalam mimpi itu rohnya bukan orangnya. Mungkin waktu itu orang tersebut berada di rumah atau telah berada di alam Barzakh.
Jadi di waktu itu dia adalah roh. Roh bertemu dengan roh. Tetapi mengapa dalam mimpi kita roh orang itu serupa dengan dirinya? Sedangkan bukan berjumpa jasadnya tetapi rohnya. Ini membuktikan roh orang itu macam jasadnya juga. Jadi benarlah apa yang diijtihadkan oleh Imam Malik itu.
Begitu juga orang yang diyakazahkan melihat secara jaga orang yang sudah meninggal dunia. Contohnya melihat Rasulullah, melihat para ulama zaman dahulu atau siapa saja yang dia kenal. Dia melihat Rasulullah betul-betul macam Rasulullah. Atau dia melihat gurunya benar-benar macam gurunya, melihat ibu dan ayahnya serupa macam ibu dan ayahnya, tidak ada cacatnya. Sedangkan mereka sudah mati. Waktu itu yang dilihat adalah rohnya. Ini juga membuktikan benarnya pendapat Imam Malik yang mana roh seseorang itu serupa dengan diri lahirnya.
Contoh lain, Rasulullah SAW sewaktu diisrak dan dimikrajkan telah ditemukan dengan roh para rasul dan para nabi. Rasulullah SAW lihat mereka seperti melihat jasad-jasad mereka. Ini juga merupakan bukti yang rasional bahawa roh seseorang itu sama rupanya dengan bentuk jasadnya.
Boleh jadi juga ayat Al Quran di atas itu bermaksud bahawa ayat itu khusus ditujukan kepada orang-orang kafir. Yakni mereka ini memang tidak memahami tentang perjalanan roh dan fungsinya. Allah SWT memberitahu kepada kekasih-Nya, Rasulullah SAW bawa mereka tidak akan faham tentang hal ini. Kekufuran mereka itulah yang menghijabnya (menutup) sepertimana uraian saya yang panjang lebar tentang hal ini di dalam Bab Mata Hati. Karena itulah menjadi penyebab mereka langsung tidak memahaminya.
Allah SWT tidak meminta Rasulullah SAW bersusah payah untuk pergi memahamkan orang-orang kafir itu tentang hal roh ini. Lantaran itulah dikatakan roh itu urusan Allah. Ini bukan pula bermaksud umat Islam pun turut juga dilarang mengkaji tentang roh. Bahkan umat Islam mesti memahaminya sungguh-sungguh tentang perjalanan roh ini. Kalau tidak bagaimana pula hendak memperbaiki diri? Atau bagaimana hendak mengekalkan watak-watak kemanusiaannya dan bukan watak kebinatangannya.
Untuk ini kita wajib memahaminya serta menghayati watak- watak kemanusiaan itu. Hati manusia berbeda dengan hati hewan. karena hati manusia dapat menerima perintah suruh dan perintah larangan. karena itulah ia disebut ruhul amri. Manakala hati hewan tidak bersifat demikian, maka ia disebut ruhul hayah.
Senin, 18 November 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Entri yang Diunggulkan
MENJUAL AGAMA PADA PENGUASA DISIFATI ANJING DALAM AL QURAN
Pemimpin/Ulama adalah cermin dari umat atau rakyat yang dipimpinnya. Definisi Ulama (wikipedia) adalah pemuka agama atau pemimpin agama ...
Popular Post
-
TABIR MISTERI BUAH TERLARANG (KHULDI) KINI MULAI TERBUKA Baca Juga: Pasukan Panji Hitam akan datang Jika kita Bersatu Mari Kenali Ruh d...
-
Ada berapa banyak perusahaan milik Yahudi yang ada di Indonesia? mungkin anda adalah salah satu penggemar beratnya dan mungkin juga ta...
-
CIRI MAHLUK YANG MENGENAL DIRI Setiap manusia yang lahir ke dunia adalah mahluk pilihan, gak percaya? Didalam rahim seorang ibu, dar...
-
Sudah saatnya kita menyadari bagaimana cara kerja syetan meracuni pikiran kita, bagaimana mereka mengendalikan hidup kita. Dari yang tadiny...
-
Kisah islami teladan di malam hari menghadirkan sebuah kisah bertajuk surat dari iblis yang terkutuk untuk umat manusia. Entah surat ini ...
-
Tujuan akhir dari Para Pemuja Setan adalah untuk menguasai roh-roh jahat (menurut kami Jin jahat alias Setan-Pent.) yang menyamar dan berke...
-
Hidayatullahcom MUHASABAH secara sedehana bisa dipahami sama dengan intropeksi, yaitu seseorang bertanya kepada dirinya sendiri tentang per...
-
Keluarnya Bangsa Ya'juj-Ma'juj Artikel terkait: Keluarnya Ya'Juz dan Ma'Juz (1) Munculnya Dajjal (1) Kabut Asap/Dabbah sebel...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar