Baru-baru ini Lembaga survei Poltracking Indonesia merilis hasil survei terkait kepuasan warga Jakarta terhadap pemerintahan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat. Hasil survei itu memperlihatkan tingkat kepuasan warga Jakarta jelang Pilkada DKI 2017. Menurut hasil survei tersebut, kepuasan warga Jakarta terhadap pemerintahan Ahok sebesar 68,72 persen, sedangkan responden yang tidak puas sebesar 27,7 persen. Respoden sisanya menjawab tidak tahu. Dari hasil survei tersebut, responden menyebut salah satu keberhasilan pemerintahan Ahok-Djarot yaitu pelayanan kesehatan yang terjangkau sebesar 75,4 persen dan pembangunan infrastruktur seperti pembangunan fasilitas umum sebesar 69,7 persen. Namun, masih ada 24,9 persen responden yang menganggap Ahok belum bisa mengurangi kemacetan. Begitu juga terkait harga kebutuhan bahan pokok yang masih belum terjangkau, ketidakpuasan responden mencapai 23 persen.
Survei tersebut dilakukan pada 6-9 September 2016 dan melibatkan 400 responden. Margin of error survei ini diklaim sebesar 4.95 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Metode pengumpulan data dilakukan secara tatap muka menggunakan kuisioner. Benarkah warga sudah merasa puas dengan kinerja Petahana (Ahok dan Djarot)?
Ulasan warga
Sebuah hasil survey diumumkan kepada public dalam skala nasional ini kami anggap terlalu berlebihan dan mengada-ada, mengapa? Karena cakupannya terlalu umum dan luas, dan sebagaimana kita semua tahu bahwa Jakarta ini adalah ibukota Negara, pusat pemerintahan ada di Jakarta dan bahkan semua instansi pemerintahan juga berafiliasi di Jakarta. Sebagai contoh bahwa warga Jakarta merasa puas dengan pelayanan kesehatan, itu bukan berarti karena peran besar kebijakan petahana, itu disebabkan karena di Jakarta ada kementerian kesehatan yang menggulirkan berbagai kebijakannya melalui pelayanan kesehatan masyarakat memang lebih baik dan ini adalah karena besarnya peran kementerian kesehatan dan BPJS yang berpusta di Jakarta. Atau misalnya kepuasan terhadap fasilitas umum, jika saja survey ini menunjukkan secara spesifik fasilitas umum yang dimaksud seperti; apakah warga Jakarta merasa puas dengan pelayanan transportasi umum? Dengan melihat kondisi transportasi umum yang ada saat ini, pasti warga Jakarta akan memberikan nilai rendah terhadap hasil kerja petahana. Atau misalnya apakah warga merasa puas dengan penanganan banjir? Apakah warga merasa puas dengan penanganan sampah? Apakah warga puas dengan cara penanganan daerah kumuh? Semua point2 ini akan menunjuk langsung pada tingkat kinerja petahana, bukan hal-hal yang bersifat umum seperti yang disebutkan dalam survey tersebut. Survey ini tidak valid untuk menunjukkan t-qaingkat kepuasan warga terhadap tingkat kinerja petahanan. Disamping itu survey ini juga hanya melibatkan 400 orang atau kurang dari satu persen penduduk Jakarta. (penduduk DKI saat ini 10-12 juta), terlalu beresiko untuk ditarik kesimpulan umum.
Lalu melandasi pada survey tersebut, apakah ini juga berarti sebagian warga Jakarta menyatakan diri mereka puas dengan kinerja pemda walau faktanya jalan-jalan masih macet parah di hari kerja, banjir dan genangan air masih mengepung jika hujan lebat turun, pedagang kaki lima yang menjamur dimana-mana, meski pemukiman kumuh penduduk juga masih padat di berbagai lokasi, meski berbagai fasilitas umum tidak berfungsi (baru2 ini JPO ambruk akibat beban papan reklame), meski fasilitas social dan fasum layak tidak berfungsi, meski sumber air bersih yang layak pakai pun jakarta tidak bisa menyediakannya, meski system pengelolaan sampah yang ramah lingkungan pun tidak diterapkan, meski fasilitas pelayanan public pun masih banyak kekurangan di sana-sini, meski tingkat pengangguran juga tinggi, dan meski-meski lainnya dan sebagainya yang mana sebenarnya kondisi Jakarta masih sama saja dengan yang ada sebelumnya, tidak ada perubahan signifikan alias Jakarta masih jalan ditempat.
Apakah kondisi seperti ini yang membuat warga Jakarta merasa puas dan mereka merasa perlu mempertahankan kinerja petahana? Kita semua dibuat bingung dengan jawaban survey ini ingin menunjukkan apa, disisi mana mereka merasakan kepuasan atas kinerja petahana, sementara kondisi yang ada dilapangan masih sama saja atau bahkan lebih buruk lagi. Sebagai contohnya saja kondisi jalan trotoar Tanah Abang yang sebelumnya sudah berhasil di bersihkan dimasa Jokowi, kini kembali kumuh dan menjadi tempat berjualan pedagang kaki lima dan setiap hari dilakukan pengusiran oleh petugas Satpol PP dan membuat kegaduhan di jalan. Atau penerapan kebijakan Ganjil-genap untuk menggantikan kebijakan Three in one di jam2 sibuk, faktanya itu sama sekali tidak mengurangi kemacetan, hanya memindahkan titik kemacetan ke lokasi lain atau hanya membuat bingung warga yang ingin melintas jalan Protokol. Atau kebijakan pemda memindahkan warga korban penggusuran, hingga kini masih menyisakan kekacauan. Dan lain-lain masalah yang dihadapi warga Jakarta.
Jadi dalam hal ini warga Jakarta itu menyatakan kepuasannya dalam hal apa? Jika semua permasalahan kota yang paling mendasar saja selesai. Bagaimana mereka bisa bicara puas kepada kinerja petahana? Apakah survey ini dibuat hanya karena ingin mengangkat pamor sang petahana yang sedang diusung untuk kepentingan Pilgub DKI-1 2017? Apakah lembaga survey juga harus ikut2an main politik dalam rangka menghimpun opini public? Ooh…yang benar saja. Apakah warga harus percaya dengan hasil survey yang tidak valid seperti ini. Survey ini dinilai tidak mencerminkan kondisi sebenarnya baik dilihat dari jumlah responden, aspek yang ingin dinilai dan juga dari hasil yang dicapai. Harusnya survey ini memiliki tingkat validitas yang tinggi baru bisa disajikan dan dipublikasikan kepada public sebagai bagian dari hasil akurat sebuat lembaga penelitian independen.
Survei tersebut dilakukan pada 6-9 September 2016 dan melibatkan 400 responden. Margin of error survei ini diklaim sebesar 4.95 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Metode pengumpulan data dilakukan secara tatap muka menggunakan kuisioner. Benarkah warga sudah merasa puas dengan kinerja Petahana (Ahok dan Djarot)?
Ulasan warga
Sebuah hasil survey diumumkan kepada public dalam skala nasional ini kami anggap terlalu berlebihan dan mengada-ada, mengapa? Karena cakupannya terlalu umum dan luas, dan sebagaimana kita semua tahu bahwa Jakarta ini adalah ibukota Negara, pusat pemerintahan ada di Jakarta dan bahkan semua instansi pemerintahan juga berafiliasi di Jakarta. Sebagai contoh bahwa warga Jakarta merasa puas dengan pelayanan kesehatan, itu bukan berarti karena peran besar kebijakan petahana, itu disebabkan karena di Jakarta ada kementerian kesehatan yang menggulirkan berbagai kebijakannya melalui pelayanan kesehatan masyarakat memang lebih baik dan ini adalah karena besarnya peran kementerian kesehatan dan BPJS yang berpusta di Jakarta. Atau misalnya kepuasan terhadap fasilitas umum, jika saja survey ini menunjukkan secara spesifik fasilitas umum yang dimaksud seperti; apakah warga Jakarta merasa puas dengan pelayanan transportasi umum? Dengan melihat kondisi transportasi umum yang ada saat ini, pasti warga Jakarta akan memberikan nilai rendah terhadap hasil kerja petahana. Atau misalnya apakah warga merasa puas dengan penanganan banjir? Apakah warga merasa puas dengan penanganan sampah? Apakah warga puas dengan cara penanganan daerah kumuh? Semua point2 ini akan menunjuk langsung pada tingkat kinerja petahana, bukan hal-hal yang bersifat umum seperti yang disebutkan dalam survey tersebut. Survey ini tidak valid untuk menunjukkan t-qaingkat kepuasan warga terhadap tingkat kinerja petahanan. Disamping itu survey ini juga hanya melibatkan 400 orang atau kurang dari satu persen penduduk Jakarta. (penduduk DKI saat ini 10-12 juta), terlalu beresiko untuk ditarik kesimpulan umum.
Lalu melandasi pada survey tersebut, apakah ini juga berarti sebagian warga Jakarta menyatakan diri mereka puas dengan kinerja pemda walau faktanya jalan-jalan masih macet parah di hari kerja, banjir dan genangan air masih mengepung jika hujan lebat turun, pedagang kaki lima yang menjamur dimana-mana, meski pemukiman kumuh penduduk juga masih padat di berbagai lokasi, meski berbagai fasilitas umum tidak berfungsi (baru2 ini JPO ambruk akibat beban papan reklame), meski fasilitas social dan fasum layak tidak berfungsi, meski sumber air bersih yang layak pakai pun jakarta tidak bisa menyediakannya, meski system pengelolaan sampah yang ramah lingkungan pun tidak diterapkan, meski fasilitas pelayanan public pun masih banyak kekurangan di sana-sini, meski tingkat pengangguran juga tinggi, dan meski-meski lainnya dan sebagainya yang mana sebenarnya kondisi Jakarta masih sama saja dengan yang ada sebelumnya, tidak ada perubahan signifikan alias Jakarta masih jalan ditempat.
Apakah kondisi seperti ini yang membuat warga Jakarta merasa puas dan mereka merasa perlu mempertahankan kinerja petahana? Kita semua dibuat bingung dengan jawaban survey ini ingin menunjukkan apa, disisi mana mereka merasakan kepuasan atas kinerja petahana, sementara kondisi yang ada dilapangan masih sama saja atau bahkan lebih buruk lagi. Sebagai contohnya saja kondisi jalan trotoar Tanah Abang yang sebelumnya sudah berhasil di bersihkan dimasa Jokowi, kini kembali kumuh dan menjadi tempat berjualan pedagang kaki lima dan setiap hari dilakukan pengusiran oleh petugas Satpol PP dan membuat kegaduhan di jalan. Atau penerapan kebijakan Ganjil-genap untuk menggantikan kebijakan Three in one di jam2 sibuk, faktanya itu sama sekali tidak mengurangi kemacetan, hanya memindahkan titik kemacetan ke lokasi lain atau hanya membuat bingung warga yang ingin melintas jalan Protokol. Atau kebijakan pemda memindahkan warga korban penggusuran, hingga kini masih menyisakan kekacauan. Dan lain-lain masalah yang dihadapi warga Jakarta.
Jadi dalam hal ini warga Jakarta itu menyatakan kepuasannya dalam hal apa? Jika semua permasalahan kota yang paling mendasar saja selesai. Bagaimana mereka bisa bicara puas kepada kinerja petahana? Apakah survey ini dibuat hanya karena ingin mengangkat pamor sang petahana yang sedang diusung untuk kepentingan Pilgub DKI-1 2017? Apakah lembaga survey juga harus ikut2an main politik dalam rangka menghimpun opini public? Ooh…yang benar saja. Apakah warga harus percaya dengan hasil survey yang tidak valid seperti ini. Survey ini dinilai tidak mencerminkan kondisi sebenarnya baik dilihat dari jumlah responden, aspek yang ingin dinilai dan juga dari hasil yang dicapai. Harusnya survey ini memiliki tingkat validitas yang tinggi baru bisa disajikan dan dipublikasikan kepada public sebagai bagian dari hasil akurat sebuat lembaga penelitian independen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar