Rame-rame bicara tentang isi perbincangan AHok ketika di pulau seribu, sampai dengan hari ini Polisi sudah melakukan pemeriksaan forensik terhadap video dan isi percakapan Ahok terkait surat Al Maidah:51, dan polisi kemudian akan mengumpulkan beberapa ahli diantaranya Ahli bahasa, ahli agama, Ahli Tafsir dan sebagainya untuk memeriksa arti dan maksud pernyataan itu, karena ini berkaitan dengan banyak penafsiran. Polisi berkata bahwa ini membutuhkan waktu panjang dan tidak bisa segera membawa hasil ke publik, diharapkan semua pihak bisa menahan diri dan bersabar.
Tapi sambil menunggu hasil pemeriksaan polisi itu, maka tidak ada salahnya kita menganalisa apa sih maksud dari isi kalimat yang menghebohkan media massa belakangan ini. Tanpa menambah dan mengurangi, mari sama-sama kita simak:
Diberitakan bahwa pada sebuah acara di Kepulauan Seribu, Ahok membahas tentang rencana suatu program.
Ahok lalu mengaitkan rencana itu dengan agenda Pilkada DKI Jakarta 2017 dan posisi dirinya sebagai petahana non-Muslim.
"Kalau Bapak ibu tidak bisa pilih saya, karena dibohongi dengan surat Al Maidah 51, macam-macam itu. Kalo bapak ibu merasa, tidak milih saya nih karena takut neraka, dibodohi gitu ya tidak apa" kata Ahok sewaktu berkunjung di Kepulauan Seribu dan diunggah ke Youtube pada Senin (26/9/2016) lalu.
Setelah Video diunggah ke internet, banyak orang yang melihat dan menanggapi bahwa Ahok telah melecehkan surat Al Maidah 51, lalu ramailah berita ini di media massa dan ramai-ramailah wartawan meminta klarifikasi Ahok sebagai pelaku video tersebut. Beberapa waktu kemudian, Ahok kembali memberikan klarifikasi terkait penyataannya tersebut.
Di Balai Kota, Ahok mengaku dia tidak bermaksud menyinggung perasaan umat Islam apalagi sampai menistakan agama.
“Tidak ada maksud saya melecehkan al-Qur’an. Kalian bisa lihat suasananya seperti apa,” akunya.
Menurut pengakuannya, Ahok saat itu menyinggung Surat Al-Maidah ayat 51 dengan harapan tidak ada warga yang salah menafsirkan.
“Orang Pulau Seribu pun tidak ada satu pun yang tersinggung, kami tertawa-tawa kok. Niatnya waktu itu hanya ingin menunjukkan, sebetulnya saya nggak mau orang yang punya tafsiran seperti itu bingung,” ujarnya.
Definisi kalimat ahok itu bisa diartikan seperti ini, "begini ya ibu bapak, jangan sampai nanti bapak dan ibu menyesal tidak memilih saya karena isi kandungan Al Maidah 51, nanti anda masuk neraka sementara keinginan anda pribadi adalah milih saya, itu hak anda." Ini tuh sama dengan Ahok bilang bahwa agama itu telah mengekang hak seseorang untuk menentukan pilihan, karena ada larangan dalam al quran untuk tidak boleh memilih pemimpin dari golongan yahudi dan nasrani, maka ia tidak bebas menentukan pilihannya sendiri karena ada ancaman neraka didalamnya. Sejatinya setiap orang punya kehendak sendiri terlepas ia memiliki agama dan apapun perintah dalam agama tersebut. Dalam hal ini Ahok ingin mengatakan pada warga Pulau Seribu bahwa semua orang punya hak yang sama dalam menentukan pilihan, tidak perlu dilandasi oleh aturan agama dan sebagainya.
Tanggapan Umat:
Dalam hal ini Ahok memang benar bicara bahwa setiap orang punya kebebasan dalam menentukan pilihan, setiap orang punya good will (keinginan terdalam) masing-masing, namun dasar sebuah sikap kebebasan itu pastilah dilandasi atas kemauan dan kesadaran pribadi yang tidak dipengaruhi oleh orang lain, sama sekali tidak dipengaruhi oleh apapun termasuk ayat suci, nah apalagi sampai bicara bahwa Q.S AL Maidah 51 telah berbohong kepada mereka. Bukan seperti itu jika Ahok ingin mengarahkan pemilihnya menentukan pilihan, bukan dengan cara membawa keyakinan orang lain dan seakan-akan ia ingin menertawakan dan mengolok-olok agama tersebut.
Ketika seseorang menentukan pilihan, yang atas dasar keinginan pribadi (good will)tersebut, apakah ia menginginkan seorang pemimpin dari kalangan muslim atau non muslim maka pertama kali yang dinilai adalah bagaimana pemimpin itu bersikap dan bertutur kata, jika pemimpin itu memiliki sikap yang baik, santun, mengayomi, menghormati keyakinan orang lain. Maka tanpa perlu melihat kandungan surat Al maidah 51 pun orang itu akan otomatis memilih pemimpin yang baik tersebut.
Namun jika melihat pada perilaku pemimpin yang arogan, suka menghina agama orang lain, suka membuat gaduh dan kekacauan dimasyarakat, atas dasar keinginan pribadi tersebut, tanpa perlu melihat isi kandungan Al Maidah 51 pun orang tidak akan memilih pemimpin yang buruk seperti itu.
Dan seandainya pun dalam perjalanannya para pemilih ini mendapati bahwa ada ulama yang bicara untuk tidak memilih pemimpin berdasarkan surat Al Maidah ayat 51, maka itu juga akan kembali pada keinginan terdalam orang-orang tersebut, jika ia mengamini dan menerima ajakan tersebut, maka Ahok harus menerima hal tersebut. Dan jika ada yang menolak atau tidak menghiraukan ajakan ulama tersebut, maka ulama pun tidak berkuasa memaksa orang tersebut untuk merubah pendirian orang tersebut. Silahkan menentukan pilihannya berdasarkan keinginan pribadi masing-masing. Maka itulah yang disebut demokrasi.
Itulah bentuk nyata dasar keinginan (good will) setiap orang, dasar keinginan seseorang dipengaruhi oleh data dan informasi pendukung yang paling mendasar yaitu kemampuan pemimpin itu menyejukkan hati warganya dengan kesungguhan dan keihlasan agar menjadi lebih baik. Pemimpin yang baik di mata kebanyakan orang muslim adalah pemimpin yang amanah, Ahok bahkan tidak bisa menunjukkan dirinya mampu bersikap yang baik apalagi amanah.
Jadi ketika seorang pemimpin bicara kepada warganya bahwa sebaiknya anda menggunakan hal pilih anda dan jangan mau dibohongi oleh isi kandungan ayat suci, maka disitulah isi persoalan sesungguhnya. Ada kata-kata "dibohongi" yang mengatasnamakan sebuah ayat di kitab suci umat muslim, Ahok sudah memasuki ranah agama yang seharusnya tidak ia masuki. Ia telah berusaha mempengaruhi keinginan terdalam orang lain agar menolak apa yang ada dalam agama untuk menentukan pilihan pada dirinya atas dasar ucapannya tersebut. Padahal dalam uraian diatas sudah disebutkan, bahwa dasar utama orang memilih pemimpin bukanlah sepenuhnya didasarkan para perintah agama, tetapi ada banyak hal yang mempengaruhi dan yang terbesar adalah sikap dan perilaku pemimpin tersebut.
Dalam hal ini bisa disimpulkan bahwa secara jelas dan meyakinkan ahok bersalah karena ia telah menggunakan wewenang dan jabatannya untuk membentuk opini publik agar jangan terpengaruh pada ajakan orang yang membawa-bawa surat Al Maidah 51, sehingga orang itu tidak merasa tertipu lalu menjatuhkan pilihan pada dirinya. Padahal demokrasi sama sekali tidak melarang orang untuk menggunakan agama, ekonomi, status sosial dan sebagainya untuk menjadi alasan seseorang menentukan pilihan, selama itu memang berasal dari keinginan terdalam diri masing-masing dan islam pun tidak pernah menghalangi seseorang untuk menentukan pilihan, selama itu memang atas kehendak pribadi. Tapi lihatlah apa yang dilakukan Ahok, ia berusaha mengajak orang mempercayai dirinya dan mengajak orang menolak perintah Tuhannya. Dari mana Ahok mendapatkan ide ini, itu yang seharusnya diselidiki polri. Apakah didalamnya memang ada unsur kesengajaan ingin memecah belah atau apa motif kalimatnya tersebut, apa sebenarnya tujuan besar kalimat itu? bukannya malah mengkaji tata bahasa yang ada di Al Quran tentang definisi Aulia/awliya.
DEMOKRASI DI AMERIKA
Melihat pada apa yang kini sedang terjadi di Amerika, dua kandidat calon Presiden Hillary Clinton dan Donald Trump juga mereka sama-sama saling serang dan saling menjatuhkan sisi kepribadian masing-masing dalam sebuah sesi debat capres, keduanya saling membuka aib dan tidak ada yang merasa keberatan, dan hasil dari semua itu mereka serahkan sepenuhnya pada masyarakat Amerika mau memilih yang mana, seutuhkan diserahkan kepada keinginan terdalam (good will) masyarakat Amerika. Sepenuhnya diserahkan pada kecerdasan rasional masing-masing orang, maka itu boleh-boleh saja dilakukan (tapi bukan yang berbau sara). Tapi apa yang dilakukan Ahok ini sungguh keji, belum masuk masa kampanye ia ingin merebut hati pemilihnya dengan cara menertawakan sikap orang-orang yang dianggapnya tidak rasional. Ia merasa heran mengapa masih ada orang yang tidak mau bertindak atas dasar kehendak pribadi. Masih terbelenggu aturan dan sudah ditetapkan dalam kitab suci. Lalu tanpa sadar pembicaraanya ini melukai umat muslim dan terjadilah apa yang bergulir hari ini.
*TRAGEDI CAHRLIE HEDBO*
Berkaca pada apa yang terjadi di Paris beberapa waktu lalu, sebuah agen pemberitaan bernama "Charlie Hedbo" kerap membuat geram masyarakat muslim di sana karena ia selalu membuat karikatur Nabi Muhammad di halaman depannya dengan tingkah laku yang menggelitik dan membawa pesan lucu dan menertawakan. Banyak umat muslim yang marah dan mengutuk surat kabar ini, karena dianggap tidak sensitif dan tidak menghormati keyakinan orang lain. Hingga akhirnya terjadilah apa yang menimpa surat kabat tersebut, sebuah tragedi mengerikan disana. Dalam kasus ini sang pelaku hanya membuat karikatur, sedangkan yang terjadi di sini adalah penghinaan terhadap Al Quran. Jelas sekali persoalannya lebih besar daripada yang terjadi di Paris.
Sama halnya dengan yang terjadi di kasus Ahok ini. Dalam kondisi berkelakar dan bersenda gurau Ahok berbicara di kepulauan seribu dalam rangka kunjungan kerjanya ia telah melakukan kampanye terselubung, padahal masa kampanye belum di mulai dan ia sudah curi start (harusnya bawaslu melihat kesalahan ini). Ia membicarakan hal yang tidak seharusnya menjadi kewenangan dan tugasnya di daerah terpencil dan jauh dari ibu kota, seakan-akan ia berbicara tidak akan ada yang melihat dan memperhatikannya lalu tertawa terbahak-bahak menertawakan orang yang masih memilih pemimpin berlandaskan agama. Wajarkah jika kini seluruh umat islam marah ingin mengadilinya ke pengadilan?
Sangat amat wajar jika besok di hari jumat tanggal 4 November 2016 diperingati sebagai hari Penistaan agama oleh Ahok, ribuan warga masyarakat akan turun ke jalan dan meneriakkan agar Ahok segera di bawa ke meja hijau. Inilah kondisi yang amat sangat disayangkan, seandainya AHok bisa menahan diri maka peristiwa ini tidak perlu terjadi.
Berbagai media berseliweran isu-isu yang bicara bahwa akan ada banyak hal bisa terjadi jika demo itu dilakukan. Kita semua pastilah tidak menginginan sesuatu terjadi di hari bersejarah tersebut, tapi setidaknya janganlah media menggunakan isu ini untuk menakut-nakuti warga, seakan akan media juga ingin mengambil keuntungan dari moment ini, media juga tidak bisa meredam emosi masyarakat dengan mengangkat berbagai berita yang sifatnya isu, lalu dibesar-besarkan, padahal berita itu cma hoax untuk membuat kesan ngeri yang mana justru sekarang umat islam seakan-akan yang jadi pelaku teror karena dianggap telah meresahkan.
Padahal pangkal masalahnya cuma satu orang yaitu Ahok, dan polisi harusnya tidak perlu mengerahkan 18 ribu anggotannya padahal ia cma butuh 2 orang saja buat tangkap Ahok, lalu tidak akan ada aksi turun ke jalan hari ini. Tapi ya semoga saja demo nanti bisa berjalan damai. Orang islam tidak akan mudah terpancing oleh provokasi pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan dalam peristiwa ini. Orang islam harus tenang, jangan sampai kita mempertaruhkan agama islam buat dijadikan kambing hitam atas segala isu negatif dalam demo nanti, bahwa islam itu anarkis, islam itu memaksakan kehendak. Kita semua setuju Ahok harus di adili dan di hukum, tapi orang muslim juga harus sabar dan tenang, apa dengan cara memaksakan kehendak, Ahok akan di seret ke pengadilan? yang ada nanti justru citra orang muslim makin hancur. Dan Ahok akan makin disanjung dan dibela karena dia menyebut dirinya di Dzolimi oleh muslim, Ahok mejadi korban kekejaman orang muslim, nah nanti yang jadi tertuduh justru orang islam sendiri, maka dari itu kita harus mencegah jangan sampai itu terjadi.
Sebut saja aksi turun ke jalan ini adalah bagian dari cara kita menegakan semangat berdemokrasi yang damai dan sesuai aturan hukum yang berlaku. Jangan bersikap anarkis, biarkan proses hukum terhadap Ahok terus berjalan dan masyarakat diminta kesabarannya untuk tetap mengawasi dan menjaga suasana tetap damai dan aman. Kita harus tetap pada tujuan awal, bahwa demo yang akan di gelar esok adalah untuk kepentingan Agama Allah swt, Dinul Islam bukan yang lain.
Kita percayakan saja sisi penegakan hukum kepada pihak yang berwajib, orang islam pantang meneriakkan perang jika pihak lawan belum menabuh genderang perang. Maka dari itu saudaraku, bersama-sama kita kawal proses penegakan hukum ini sebagaimana seharusnya orang muslim bertindak dan bermunajatlah kepada Allah semoga kita semua diberikan jalan keluar yang terbaik. amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar