Hadits Nabi saw tentang kondisi manusia; "Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sehingga ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya, untuk apa dihabiskannya, tentang masa mudanya, digunakan untuk apa, tentang hartanya, dari mana diperoleh dan kemana dihabiskan, dan tentang ilmunya, apa yang dilakukan dengan ilmunya itu." (HR. Tirmidzi).

Kamis, 20 Oktober 2011

Tauhid dan Berlian di Genggaman

Tak dipungkiri bahwa kehidupan sehari-hari telah membiasakan indera kita untuk melihat, meraba, mendengar situasi, hawa dan hiruk pikuk perlombaan kemewahan atau perlombaan bisnis/ kekuasaan dari orang-orang di luar sana dan mungkin kita sendiri.

Hal itu tentunya jadi ”terapi negatif” bagi hati untuk selalu terobsesi pada tabiat materialistis.

Tabiat dasar kita yang fitrah, seiring dengan bertambahnya pengalaman inderawi pada hal-hal buruk tadi, apabila tidak dipedulikan dan dikendalikan dari hari ke hari akan terus terkotori.

Tertutupnya fitrah oleh kotoran akan menjerumuskan diri pada kepalsuan dan kebinasaan. Karena fitrah manusia, di antaranya adalah kemampuan melihat dengan jernih apa yang nyata bermanfaat bagi kehidupan manusia dan apa yang sia-sia.

Sedangkan di dalam Al Qur’an yang disampaikan Nabi Muhammad SAW, Alloh SWT menyatakan bahwa dunia sarat dengan permainan dan tipu daya, dan bahwa perlombaan kemewahan yang tak berakhir bisa menjerumuskan pelakunya kepada siksa jahanam.

Meninggikan tauhid tidak berarti menghilangkan keinginan mencari penghidupan dan hanya sibuk melakukan ritual serta berpasrah mutlak kepada Alloh SWT.

Meninggikan tauhid tidak terlepas dari aktifitas manusia sehari-hari. Meninggikan tauhid bisa dilakukan oleh siapapun, baik itu pelajar, ibu rumah tangga, pekerja, pebisnis atau aktivis kehidupan lainnya.

Seseorang yang bertauhid juga bertindak dan berkarya seperti mereka yang materialistis, tetapi ketauhidan akan mengilhami niatan yang berbeda, melakukan tindakan dengan pola yang berbeda, dan dengan ijinNya, Dia yang akan memudahan segala urusan dan memberikan sesuatu yang jauh lebih hebat di dunia maupun di akhirat. Kuncinya adalah kepercayaan murni kepada kebenaran ajaran dan kekuasaan Alloh SWT.

Alloh SWT sebagai Tambatan Hati

Tauhid sesuatu yang mudah dipahami oleh siapapun dan dari kalangan manapun asalkan menggunakan pemikiran yang sederhana.

Ilmu tauhid itu mirip seperti anak kecil dalam memilih mana lingkaran besar dan mana lingkaran kecil.

Tauhid selaras dengan kecenderungan fitrah manusia yang bisa memisahkan mana yang nyata dan mana yang fatamorgana, mana yang membuat hati tenang dan mana yang menggelisahkan, mana yang berpengaruh dalam hidup dan mana yang sia-sia, mana sesuatu yang besar dan mana sesuatu yang kecil.

Tauhid melestarikan fitrah, agar manusia menempatkan sesuatu pada tempatnya, dan sesuatu yang paling besar itu adalah Alloh Sang Pencipta Langit dan Bumi dan segala isinya.

Tauhid adalah jalan hidup yang memiliki satu tujuan yaitu menggapai Ridlo Alloh SWT. Hidup bukanlah untuk mencapai tujuan yang lain apakah itu sukses dalam karir/ bisnis/ keuangan/ lainnya. Bahkan kesuksesan keluarga pun, tidak ditempatkan sebagai tujuan, tapi hanyalah wujud kemurahan Alloh SWT atas ketauhidan kita.

Menggapai keridloanNya (kesenanganNya pada kita) tentunya dengan mengikuti petunjuk atau ajaranNya. Karena ilmu Alloh SWT meliputi segala sesuatu dan karena Dia memiliki sifat Pengasih dan Penyayang, pasti ajaranNya membawa kebaikan bagi kita.

Dengan ketauhidan yang melekat, tak ada sesuatu yg lebih penting daripada Ridlo Alloh SWT. Tak ada sesuatu yang lebih diingini selain Ridlo-Nya, Dia lah tambatan hati.

Juga tak ada sesuatu urusan dunia yang perlu dikhawatirkan lebih, karena semua berada di bawah tingkatan “kenyamanan dalam Keagungan Alloh SWT Sang Pencipta Alam Semesta Yang Maha Melindungi, Pengasih dan Penyayang”.

Kekhawatiran yang sesungguhnya adalah kekhawatiran akan “ketidaksukaan Dia pada perbuatan kita yang menentang ajaran-Nya”.

Ketauhidan dan Sholat 5 Waktu

Sholat 5 waktu adalah ajaran Alloh SWT untuk kita laksanakan di setiap waktu yang ditetapkan, sedangkan ketauhidan dengan sendirinya akan menempatkan sholat pada urutan pertama dari semua kegiatan.

Maka tepatlah kalau kemudian sholat dilaksanakan di awal waktu. Jadi, sholat di awal waktu ini adalah "praktek pertama" ketauhidan.

Sholat di awal waktu utk mendahulukan pertemuan dengan Alloh SWT di atas urusan-urusan yg lain. Kepercayaan akan ke-Maha Kuasa-anNya dengan sendirinya akan membuat kita senang untuk memasrahkan waktu dan kepentingan dunia kepadaNya. Dan justru Alloh SWT akan mengambil alih semua urusan kita dengan sholat itu.

Dengan mempercayakan setiap “awal 5 waktu” untuk menghadap Alloh SWT semata, kita yakin bahwa Dia akan memberikan keberkahan di waktu-waktu setelahnya, karena Dia telah menyatakan tidak akan menyia-nyiakan perbuatan baik dari hambaNya. Alloh SWT juga telah menganjurkan kita untuk menjadikan sabar dan sholat sebagai penolong.

Sholat diawali dengan pernyataan ketauhidan, yaitu bacaan Iftitah dan Al-Fatihah. Sholat dilakukan dengan semata-mata menghadapkan wajah kita kepada wajah Sang Pencipta, mengagungkanNya, dan memohon pertolongan untuk ditunjukkan jalan yang lurus.

Keadaan sewaktu sholat menggambarkan seberapa tenang dan teduh kondisi hati dan pikiran dalam menghadapkan diri kepada Alloh SWT.

Sedikit banyak hal ini mengindikasikan secara jujur ketauhidan kita, apakah sudah benar-benar menjadikan Alloh SWT sebagai sesuatu yang paling agung bagi diri kita, ataukah masih ada obyek-obyek pesaing yang mampu menyita perhatian kita kepadaNya. Khusyuk dalam sholat dengan ijin-Nya akan hadir apabila kita berpikiran bahwa tidak ada perkara yang lebih besar daripada menghadap dan berkomunikasi dengan Alloh SWT Yang Maha Perkasa, Pengasih dan Penyayang.

Ketauhidan dalam Aktifitas Kehidupan

Manusia yg dianugerahi unsur ruh dan berbagai unsur fisik yang sangat kompeks, sudah pasti harus mensyukuri nikmat dengan cara menggunakan semua unsur tersebut dengan sebaik-baiknya.

Tidak semestinya ada unsur yang rusak karena tidak pernah digunakan, atau disalahgunakan, atau digunakan secara berlebihan, atau akibat penggunaan unsur yang lain secara berlebihan. Untuk itu manusia harus berkegiatan untuk menggunakan anggota tubuhnya serta menggunakan hati dengan sebenar-benarnya.

Maka tidak ada cara yang lebih tepat untuk menggunakan semua sumber daya manusia selain mengikuti semua ajaranNya. Karena Alloh SWT yang menurunkan ajaran itu ilmuNya meliputi segala sesuatu.

Dalam melaksanakan ajaran itu kita wajib berusaha untuk secermat mungkin melaksanakan secara menyeluruh, sesuai kemampuan akal dan pikiran kita.

Kepercayaan akan kebenaran ajaranNya itulah ketauhidan. AjaranNya adalah final dan menyeluruh, entah kita analisa secara mendalam entah tidak.

Sebagian ajaranNya:

- menggunakan semua potensi diri dg sebaik2nya, lalu bertawakal,
- memanfaatkan waktu sebaik mungkin, disiplin,
- menjaga hak-hak tubuh agar sehat,
- amanah, jujur, adil dan menyuruh orang lain berbuat adil.
- Mengutamakan sabar, menjauhi ketergesa-gesaan,
- Mengedepankan kasih sayang, berempati, dan menjauhi maksiat.
- Dan lain-lain sebagaimana termaktub dalam Al Qur’an.

Seperti ketika kita ”percaya saja” meninggalkan urusan dunia untuk ber-sholat di awal waktu, di luar sholat pun kita juga “percaya saja” bahwa dengan meninggalkan norma-norma yang tidak jelas untuk menggunakan petunjuk Alloh SWT, semuanya pasti akan dimudahkan oleh Alloh SWT.

Ketauhidan dan Doa

Di dalam upaya menjalani hidup yang bertauhid, kita perlu cermat mengevaluasi jalan pikiran kita, bahwa ketauhidan ini konsisten semata-mata hanya untuk Alloh SWT, tidak bergeser ke yang lain.

Semua kesuksesan di dunia, tidak ditempatkan sebagai tujuan, tapi hanyalah kemurahan Alloh SWT atas ketauhidan.

Kiranya sudah cukup bagi kita untuk menerima pernyataan dari Alloh SWT, bahwa Dia akan menjamin keberuntungan dan rizki bagi hambanya yang bertakwa kepadaNya. Dengan demikian, apabila kita sudah meniatkan tujuan hidup kita kepada ridlo Alloh SWT semata, sesungguhnya tidak perlu lagi kita terobsesi dengan apa yang sudah dijaminkan kepada kita.

Berdoa lazimnya adalah mengutarakan keinginan kita kepada Alloh SWT, untuk itu kita perlu mencermati sejauh mana muatan dari setiap doa-doa yang kita lantunkan, apakah menyerempet garis ketauhidan atau tidak.

Tanda sebuah doa masih pada jalurnya adalah jikalau doa itu tampak belum/ tidak terkabulkan, kita tidak lantas kecewa kepada-Nya. Karena seandainya kekecewaan muncul, itu menandakan bahwa yang kita minta lebih besar nilainya dari keinginan akan ridlo-Nya.

Ketauhidan dan Kejayaan Hidup

Ketauhidan bagi seorang Muslim tak akan pernah bisa dibandingkan dengan berlian di genggaman seorang pemuja kemewahan.

Karena ketauhidan adalah puncak keinginan yang pasti membahagiakan dan mustahil menyengsarakan, yang tak ternilai harganya dibanding semua kemewahan di muka bumi, sedang ia berada begitu dekatnya untuk diraih karena ada di dalam diri.

Ketauhidan melingkungi kita penuh dengan cahaya yang terang, dengannya perjalanan hidup akan mudah, tak akan terjerat kepalsuan dan tipu daya dunia.

Ketauhidan menjamin ketenangan batin, apapun aktivitas dan masalah dunia yang melingkupi semuanya akan terasa ringan dan dihadapi dengan landasan ajaranNya yang maha sempurna.

Ketauhidan itu menginginkan keridloan Alloh SWT, yang kemudian disambutNya dengan ”menurunkan” petunjukNya kepada hati kita.

Dengan tauhid kita pasti akan dihadiahi Alloh SWT berupa kejayaan hidup yang nyata di dunia dan di akhirat, dibanding jalan hidup yg lain.

Itu adalah bukti kebenaran ajaran Islam di segala jaman diakui manusia atau tidak. Ketauhidan adalah prinsip yg paling tinggi, di atas semua prinsip manusia yang dibangun di atas landasan materialisme atau landasan lainnya. Kebenaran ajaran Islam tidak akan tampak secara visual kepada manusia yang berakal tinggi, tetapi akan terpancar melalui sikap seorang Muslim yg bertauhid benar.

Dan yang penting lagi, Alloh SWT sebagai Yang Maha Mengatur pasti akan memberikan pertolongan dan keberuntungan yang nyata kepada hambanya yang setia dan mengikutiNya.

Wallohu a’lam, semua kesalahan adalah karena kebodohan penulis, dan semua kebenaran adalah dariNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

MENJUAL AGAMA PADA PENGUASA DISIFATI ANJING DALAM AL QURAN

Pemimpin/Ulama adalah cermin dari umat atau rakyat yang dipimpinnya. Definisi Ulama (wikipedia) adalah pemuka agama atau pemimpin agama ...

Popular Post