Hidayatullah.com--Presiden Suriah Bashar Al Assad menampik tudingan bahwa dirinya memerintahkan tindakan keras terhadap para demonstran yang telah berunjuk rasa selama hampir sembilan bulan sehingga menewasakan ribuan orang.
Dalam sebuah wawancara yang langka dengan televisi Amerika, ABC, yang disiarkan pada hari Rabu kemarin, Assad bersikukuh mengatakan ia tidak memerintahkan untuk "membunuh atau bertindak brutal."
"Mereka bukan pasukan saya," kata Assad menjawab pertanyaan tentang pasukan yang bertindak terlalu keras terhadap demonstran.
"Mereka pasukan militer milik pemerintah. Saya tidak memiliki mereka. Saya presiden. Negara itu bukan milik saya. Tidak ada pemerintah di dunia ini yang membunuhi rakyatnya sendiri, kecuali dipimpin oleh seorang yang gila," kata Assad, dikutip Al Jazeera (07/12/2011).
Namun, sebagai presiden, Assad secara formal merupakan panglima dari angkatan bersenjata Suriah, yang dilaporkan telah menggunakan tank, kapal perang, milisi berbaju polos dan penembak jitu untuk melumpuhkan para penentang pemerintah di seluruh penjuru negeri.
Akibat kebrutalan militer, sekitar 25.000 anggota pasukan keamanan Suriah keluar dari kesatuannya dan mengangkat senjata untuk melindungi warga sipil dari tindakan keras pemerintah.
Menurut organisasi-organisasi pembela HAM, puluhan ribu orang pengunjuk rasa dan penentang pemerintah telah dipenjara oleh pihak berwenang Suriah sejak aksi protes rakyat dimulai pada Maret lalu.
Assad bersikukuh menyatakan bahwa dirinya mendukung rakyat, dan tindakan keras terhadap rakyat hanya dilakukan oleh oknum aparat.
Pemerintah Assad juga menyalahkan "campur tangan asing" yang berada dibalik aksi unjuk rasa besar-besaran oleh rakyat Suriah di seluruh negeri.
Belum lama ini Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan laporan yang menyebut pemerintah Suriah memerintahkan tindak kejahatan kemanusiaan dalam meredam aksi protes. Menurut PBB sudah lebih dari 40.000 orang menjadi korban tewas akibat kekerasan oleh aparat pemerintah.
Saat ditanya tentang tuduhan penyiksaan terhadap para pengunjuk rasa, termasuk anak-anak, yang dilakukan pihak berwenang Suriah tersebut, Assad menjawab: "Siapa bilang Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah lembaga yang kredibel?"
"Saya melakukan yang terbaik untuk melindungi rakyat, jadi Anda tidak bisa merasakan bersalah saat Anda berusaha melakukan yang terbaik. Anda merasa sedih atas jatuhnya korban nyawa, tapi Anda tidak merasa bersalah jika Anda tidak membunuh orang," katanya.*
Dalam sebuah wawancara yang langka dengan televisi Amerika, ABC, yang disiarkan pada hari Rabu kemarin, Assad bersikukuh mengatakan ia tidak memerintahkan untuk "membunuh atau bertindak brutal."
"Mereka bukan pasukan saya," kata Assad menjawab pertanyaan tentang pasukan yang bertindak terlalu keras terhadap demonstran.
"Mereka pasukan militer milik pemerintah. Saya tidak memiliki mereka. Saya presiden. Negara itu bukan milik saya. Tidak ada pemerintah di dunia ini yang membunuhi rakyatnya sendiri, kecuali dipimpin oleh seorang yang gila," kata Assad, dikutip Al Jazeera (07/12/2011).
Namun, sebagai presiden, Assad secara formal merupakan panglima dari angkatan bersenjata Suriah, yang dilaporkan telah menggunakan tank, kapal perang, milisi berbaju polos dan penembak jitu untuk melumpuhkan para penentang pemerintah di seluruh penjuru negeri.
Akibat kebrutalan militer, sekitar 25.000 anggota pasukan keamanan Suriah keluar dari kesatuannya dan mengangkat senjata untuk melindungi warga sipil dari tindakan keras pemerintah.
Menurut organisasi-organisasi pembela HAM, puluhan ribu orang pengunjuk rasa dan penentang pemerintah telah dipenjara oleh pihak berwenang Suriah sejak aksi protes rakyat dimulai pada Maret lalu.
Assad bersikukuh menyatakan bahwa dirinya mendukung rakyat, dan tindakan keras terhadap rakyat hanya dilakukan oleh oknum aparat.
Pemerintah Assad juga menyalahkan "campur tangan asing" yang berada dibalik aksi unjuk rasa besar-besaran oleh rakyat Suriah di seluruh negeri.
Belum lama ini Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan laporan yang menyebut pemerintah Suriah memerintahkan tindak kejahatan kemanusiaan dalam meredam aksi protes. Menurut PBB sudah lebih dari 40.000 orang menjadi korban tewas akibat kekerasan oleh aparat pemerintah.
Saat ditanya tentang tuduhan penyiksaan terhadap para pengunjuk rasa, termasuk anak-anak, yang dilakukan pihak berwenang Suriah tersebut, Assad menjawab: "Siapa bilang Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah lembaga yang kredibel?"
"Saya melakukan yang terbaik untuk melindungi rakyat, jadi Anda tidak bisa merasakan bersalah saat Anda berusaha melakukan yang terbaik. Anda merasa sedih atas jatuhnya korban nyawa, tapi Anda tidak merasa bersalah jika Anda tidak membunuh orang," katanya.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar