Militer Dinasti Mamluk (ilustrasi).
Tidak seperti kebanyakan dinasti Islam yang pada umumnya musnah dengan berakhirnya keturunan para pendirinya, Kesultanan Delhi berakhir setelah mengalami lima kali pergantian kepemimpinan. Salah satu dinasti yang pernah memimpin Kesultanan Delhi ini adalah para keturunan Qutbuddin Aybak, seorang budak dari Turki. Mereka memerintah selama 84 tahun (1206-1290). Dinasti ini disebut juga dengan Dinasti Mamluk. Dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Khilafah, diterangkan bahwa kemunculan Kesultanan Delhi berawal dari kampanye militer yang dilakukan oleh Sultan Gur, Mu'izzuddin Muhammad bin Sam, yang juga terkenal dengan sebutan Mu'izzuddin Guri atau Muhammad Guri. Dengan bantuan panglima militernya, Qutbuddin Aybak, Sultan Guri berhasil merebut kembali daerah Gazni dari tangan orang-orang Ghuzz (Turki) pada 1173. Mu'izzuddin kemudian menaklukkan wilayah Multan dan Uch pada 1175 dengan harapan dapat dijadikan sebagai jalan untuk merebut kembali wilayah Punjab yang pernah dikuasai Dinasti Gaznawi. Namun, penaklukan Multan, yang semula akan dijadikan sebagai pintu gerbang masuk ke wilayah Hindustan, tidak berlangsung mulus karena mendapat perlawanan keras Mularaja II dari Gujarat pada 1178 yang mengakibatkan kekalahan di pihak Mu'izzuddin. Setelah kekalahan tersebut, Mu'izzuddin kemudian mengalihkan perhatiannya ke wilayah utara dan berhasil menaklukkan Peshawar (1179), Sialkot (1185), dan Lahore (1186). Dengan takluknya daerah-daerah tersebut, berakhirlah kekuasaan Gaznawi di wilayah India dan digantikan Dinasti Guri. Setelah berhasil merebut wilayah Punjab dari Dinasti Gaznawi, Mu'izzuddin kemudian meluaskan wilayahnya ke timur Punjab yang saat itu dikuasai oleh para pangeran dari marga Rajput. Wilayah timur Punjab berhasil direbut Mu'izzuddin setelah pasukannya berhasil mengalahkan pasukan Prativiraja pada tahun 1192. Kemenangan tersebut menjadi dasar peletakan yang paling menentukan secara politik bagi berdirinya kerajaan Islam di India. Di samping itu, kemenangan ini benar-benar memberikan dukungan moral bagi semua pasukan Muslim untuk semakin percaya diri terhadap kekuatan yang dimilikinya dalam menghadapi kerajaan-keraajaan kecil di wilayah utara India. Kemudian, secara berturut-turut, ia berhasil menaklukkan Raja Chauhan, penguasa Ajmer dan Delhi, dan disusul dengan penaklukan Benares dan Kanauj dari tangan Raja Jayachandra. Redaktur: Chairul Akhmad
Tidak seperti kebanyakan dinasti Islam yang pada umumnya musnah dengan berakhirnya keturunan para pendirinya, Kesultanan Delhi berakhir setelah mengalami lima kali pergantian kepemimpinan. Salah satu dinasti yang pernah memimpin Kesultanan Delhi ini adalah para keturunan Qutbuddin Aybak, seorang budak dari Turki. Mereka memerintah selama 84 tahun (1206-1290). Dinasti ini disebut juga dengan Dinasti Mamluk. Dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Khilafah, diterangkan bahwa kemunculan Kesultanan Delhi berawal dari kampanye militer yang dilakukan oleh Sultan Gur, Mu'izzuddin Muhammad bin Sam, yang juga terkenal dengan sebutan Mu'izzuddin Guri atau Muhammad Guri. Dengan bantuan panglima militernya, Qutbuddin Aybak, Sultan Guri berhasil merebut kembali daerah Gazni dari tangan orang-orang Ghuzz (Turki) pada 1173. Mu'izzuddin kemudian menaklukkan wilayah Multan dan Uch pada 1175 dengan harapan dapat dijadikan sebagai jalan untuk merebut kembali wilayah Punjab yang pernah dikuasai Dinasti Gaznawi. Namun, penaklukan Multan, yang semula akan dijadikan sebagai pintu gerbang masuk ke wilayah Hindustan, tidak berlangsung mulus karena mendapat perlawanan keras Mularaja II dari Gujarat pada 1178 yang mengakibatkan kekalahan di pihak Mu'izzuddin. Setelah kekalahan tersebut, Mu'izzuddin kemudian mengalihkan perhatiannya ke wilayah utara dan berhasil menaklukkan Peshawar (1179), Sialkot (1185), dan Lahore (1186). Dengan takluknya daerah-daerah tersebut, berakhirlah kekuasaan Gaznawi di wilayah India dan digantikan Dinasti Guri. Setelah berhasil merebut wilayah Punjab dari Dinasti Gaznawi, Mu'izzuddin kemudian meluaskan wilayahnya ke timur Punjab yang saat itu dikuasai oleh para pangeran dari marga Rajput. Wilayah timur Punjab berhasil direbut Mu'izzuddin setelah pasukannya berhasil mengalahkan pasukan Prativiraja pada tahun 1192. Kemenangan tersebut menjadi dasar peletakan yang paling menentukan secara politik bagi berdirinya kerajaan Islam di India. Di samping itu, kemenangan ini benar-benar memberikan dukungan moral bagi semua pasukan Muslim untuk semakin percaya diri terhadap kekuatan yang dimilikinya dalam menghadapi kerajaan-keraajaan kecil di wilayah utara India. Kemudian, secara berturut-turut, ia berhasil menaklukkan Raja Chauhan, penguasa Ajmer dan Delhi, dan disusul dengan penaklukan Benares dan Kanauj dari tangan Raja Jayachandra. Redaktur: Chairul Akhmad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar