Belakangan ini media disibukkan lagi dengan berbagai berita lapor-melapor terkait kasus Ahok yang melibatkan isu percakapan Ketua MUI dan mantan Presiden SBY. Bapak SBY yang disinggung namanya merasa keberatan disangkut pautkan karena disinyalir pihak kuasa Hukum Ahok telah melakukan penyadapan ilegal terhadap dirinya. Mantan orang nomor satu di negeri ini bahkan berencana akan menggelar hak angket di DPR terkait adanya upaya pihak tertentu yang ingin memata-matai dirinya. Pihak SBY berkesimpulan bahwa yang melakukan ini adalah badan intelegen negara yang berada di bawah kekuasaan pemerintahan yang sedang mengawasi gerak-geriknya.
Sehingga mereka merasa perlu untuk memanggil seluruh jajaran pemerintahan memberikan klarifikasi tentang hal ini di DPR. Menanggapi hal ini Polri dan BIN sudah mengklarifikasi bahwa keduanya tidak melakukan tindak penyadapan yang dituduhkan tersebut. Upaya SBY mengenai hak angket ini dianggap sebagian pengamat sebagai bagian dari upaya Impichment atau ingin melengserkan pemerintahan yang sah, karena dalam jumpa pers SBY sempat menyinggung skandal watergate yang pernah terjadi di amerika serikat yaitu upaya penyadapan yang dilakukan presiden Dixon terhadap lawan politiknya. Lalu apakah benar dalam hal ini SBY juga sedang berupaya menjatuhkan pemerintahan Jokowi?
Entah bagaimana kisah kelanjutannya, mungkin kurang mendapat dukungan atau bagaimana, selang beberapa hari berlalu, datanglah berita yang memberitakan bahwa rumah pribadi sang mantan presiden digeruduk sekelompok mahasiswa yang meminta dirinya untuk ditangkap dan diadili. SBY kembali mengungkapkan perasaannya di media sosial (tweeter), sebagaimana yang biasa beliau lakukan (curhat), mengenai bergitu cemasnya beliau mendapatkan teror dikediaman pribadiya sendiri, dengan tujuan ingin menangkap dan memproses dirinya entah dengan maksud dan tujuan apa. SBY menunjukkan rasa marah dan geram dengan tindakan orang-orang ini dan menyampaikan kekesalahannya kepada bapak Presiden Joko WIdodo dalam cuitannya tersebut.
Ditengah berbagai situasi yang serba kacau seperti ini, entah mengapa sang mantan presiden ini tidak bisa mengendailkan dirinya untuk bersikap legowo dan santun dalam menggunakan media sosial (jangan lagi menambah gaduh) karena semua pihak sedang menggalakkan gerakan sadar Hoax. Tidak bisa mengurangi intensitasnya untuk bersama-sama mengurangi ketegangan, apalagi sekarang sudah memasuki masa tenang Pilkada. SBY malah menggunakan masa tenang ini untuk membuat statement negatif yang dianggap tidak perlu di media. Nampaknya kebiasaan lama masih menjadi hobi yang sulit dikurangi, yaitu pencitraan. Seorang negarawan yang sangat mencintai dunia pencitraan untuk mengangkat pamor dan derajatnya dimata publik, agar selalu dikagumi dan disegani lawan poliitiknya, itu masih dilakukan dengan cara dan metode yang sama, padahal jaman sudah berubah dan waktupun sudah tidak sama lagi.
Dari jaman dulu, siapa yang gak tau kiprah sang mantan presiden super lebay ini, apa saja dijadikan alat buat "pencitraan". Apapun yang berkaitan dengan dirinya maka itu harus berbau pencitraan.
Jika anda masih ingat dimasa kepemimpinannya, ada begitu banyak masalah dan persoalan bangsa melilit bangsa ini, semua orang sibuk membahas kasus BLBI, Bank Century, pembuhan Munir, kriminalisasi KPK (kasus Cicak lawan Buaya), Kasus pembunuhan Direktur PT. Rajawali Putra Banjaran versus ketua KPK Antasari Ashar, Penangkapan Bendahara Umum Partai Demorkrat Nazarudin dan lain sebagainya. Dimana peran SBY kla itu? benar sekali, SBY sibuk dengan aktivitas rekaman album, beliau sibuk membuat lagu dan menyanyi-nyanyi di istananya, atau kerap kali beliau lebih memilih berpergian ke luar negeri dalam rangka konggres dan konferensi internasional KTT non Blok, APEC dan sebagainya. Permasalahan ekonomi cukup diselesaikan dengan BLT alias bagi-bagi uang tunai ke rakyat kecil. SBY tidak merasa perlu merespon kegaduhan yang terjadi saat itu, ia merasa sudah cukup dengan apa yang dilakukan jajaran bawahannya, lalu bersikap cuek bahkan tidak peduli. Yang dipikirkannya hanyalah pencitraan di dunia internasional. Tapi lihatlah bagaimana reaktifnya ia menanggapi kasus-kasus belakanga ini terutama kasus Ahok, seakan tidak ada hari tanpa cuitan, SBY rajin mengkritik pemerintahan Jokowi dari A sampai Z.
Kalo SBY sadar dengan sesadar-sadarnya bahwa ia sekarang sudah bukan presiden lagi harusnya SBY tidak perlu melakukan tindakan represif seperti itu. Harusnya seorang yang pernah menjadi simbol negara dimasa lalu bercermin dan banyak mengkoreksi diri. Jangan-jangan segala kesalahan dan kekurangan yang ada saat ini, juga ada andil didalamnya selama SBY berkuasa, dirasa masih banyak kesalahan dan kekurangan. Maka dengan sikap rendah hati ia mengakui kesalahan tersebut dan membantu kinerja pemerintah dalam memberi masukan dan saran yang sifatnya membangun agar semua kekurangan itu bisa diperbaiki dan dikoreksi. Jika saja SBY bisa bersikap legowo dan ksatria, tanpa ia merasa perlu bertindak memaksakan diri membentuk citra diri bertindak sebagai korban yang harus dikasihani. Melihat sikap legowo sang mantan presiden, pastilah rakyat juga akan kagum dan bersimpati dan mendukung tindakannya tersebut. Pastilah rakyat akan makin hormat dan kagum dengan sikap negawaran sejati yang lebih mengutamakan sikap rendah hati dan menghormati konstitusi.
Sayang, sungguh sayang, hal itu tidak terjadi, dalam kasus penyadapan kali ini SBY bertindak sebagai sasaran dan target, ia menggunakan moment ini untuk membentuk citra dirinya, agar orang kasian dan berpikir SBY sedang dikriminalisasi dan dimakzulkan, lah yg dilecehkan langsung di persidangan Ahok (sang Kyai Ma'ruf Amin, Ketua MUI) aja bersikap tenang dan sudah memaafkann (inilah sikap negarawan sejati). Ini yang baru dikaitkan, kayak kambing kebakaran jenggot, heboh seantero jagat...Berkicau dan menghujat pemerintah telah mematai dirinya dsb. Padahal sistem pengamanan mantan presiden SBY ini paling canggih dan maksimal, pengawalnya saja berjumlah 30 orang. Coba saja anda bayangkan, pastilah SBY hidup dalam keamanan super ketat (semua itu dibiayai negara lho).
Lalu apa yang sedang terjadi pada SBY? Kalo kata para ahli jiwa, SBY mungkin sudah terjangkit yang namanya "Post power Syndrome" alias gagap hilang kekuasaan, dia masih mikir negara ini miliknya pribadi mungkin, makanya dikit-dikit cuit kritik, dikit-dikit protes, tidak bisa menerima kenyataan. Tidak ada satupun hal yang bisa memuaskan dirinya selama ia tidak dilibatkan langsung didalamnya, ia akan bicara semua yang dilakukan pemerintah itu salah, semuanya kurang dan buruk.
dalam hal ini, Ada beberapa asumsi yang menjadi alasan tindakan SBY yang kontroversial belakangan ini, berikut uraiannya;
Mungkin karena Presiden Jokowi tidak pernah membuka komunikasi dengan SBY, sebagaimana mesranya Jokowi dengan Prabowo dan tokoh-tokoh lain, alias SBY tidak pernah disambangi Oleh Jokowi sebagai juniornya dalam hal saling bertukar pikiran atau saling berdialog mengenai masalah bangsa ini. Mungkin saja aksi SBY di media sosial ini sebagai bagian dari kekecewaan SBY yang merasa dirinya tidak pernah dianggap oleh Jokowi sebagai orangyang pernah memimpin negara ini.
Atau bisa juga aksi SBY ini sebabkan karena ada banyak kasus masa lalu yang sedang dibongkar aparat Hukum terkait banyaknya proyek mangkrak di masa kepemimpinan SBY seperti kasus Wisma Hambalang, kini dibuka lagi dan akan disidangkan, bisa jadi ini yang membuat SBY khawatir lalu bertindak reaktif kepada pemerintahan Jokowi.
Atau bisa juga ini sebagai akibat keputusan SBY yang sudah mengorbankan karier cemerlang militer anaknya AHY untuk memenuhi ambisi pribadi politiknya jadi DKI-1, ya seperti itulah sikap yang akan ditujukkan seorang ayah politisi yang memasang tumbal anaknya. Tidak bisa dihindari konflik ini akan terus berlanjut.
Atau sebab lainnya, ini adalah bagian dari cara mencari perhatian, karena orang yang pernah berkuasa di masa lalu dan mendapat banyak sanjungan cenderung merasa diri mereka tidak dipedulikan lagi, tidak diperlukan lagi dan tidak diterima lagi oleh masyarakat. Maka dari itu ia merasa perlu menampkakan diri diberbagai media dengan caranya sendiri mengartikulasi kesenangan rakyat memandang dirinya dari sisi kontroversi yang cukup bis membuat orang tersadar bahwa ia sebenarnya sedang mencari perhatian. Ini adalah beberapa kemungkinan saja, mungkin masih ada alasan lain yang kita tidak tahu apa, itu hanya SBY yang tahu.
Maka dari itu, harusnya semua orang tau porsi dan perannya masing-masing dalam kehidupan ini. Sebagai mantan presiden harusnya SBY bisa bersikap legowo, bijaksana dan rendah hati dalam bersikap dan bertutur kata. Mengutamakan kepentingan bangsa diatas kepentingan pribadi, pastilah rakyat juga masih merindukan seorang negarawan yang bisa mengayomi, menjadi penengah diantara pihak-pihak yang berkonflik, menjadi panutan dan menjadi penunjuk arah bagi seluruh lapisan masyarakat yang menginginkan kehidupan berbangsa jadi lebih baik.
Lihatlah bagaimana sikap yang ditunjukkan mantan-mantan sebelumnya, BJ. HAbibie dan Ibu Megawati Soekarnoputri. Sekarang keduanya juga sudah mantan tetapi bisa menunjukkan sikap dewasa dan anggun dalam berkomunikasi. Jika semua mantan seperti itu kan menjadi elok dilihat, tidak berlebihan dan tetap santan dalam mengutarakan pendapat dan pikiran. Rakyatpun respek pada mereka karena walaupun juga pernah memerintah dan tidak bisa memberikan yang terbaik, tetapi sikap yang ditunjukkan saat ini sudah cukup menujukkan kedewasaan dan sikap negarawan sejati.
Maka dari itu, Pak SBY jika masih bisa dikurangi, mbok ya cobalah bersikap baik pada diri sendiri, jangan terlalu suka memaksakan kehendak, tidak baik untuk kesehatan. Orang dengan tingkat emosi selalu tinggi dimasa-masa seperti ini bisa mengakibatkan timbulnya banyak penyakit mematikan. Misalnya darah tinggi, stroke, serangan jantung, ELzaimer dan sebagainya. Sayang sekali jika masa pensiun bapak dihabiskan untuk berkonflik dengan orang banyak. Energi bapak dan energi bangsa ini habis terserap pada hal-hal negatif. Lagi pula, sudah waktunya bapak banyak beristirahat dan memberi kesempatan pada yang masih muda untuk melanjutkan perjuangan dan pembangunan di negeri ini. Biarkan semuanya berjalan dan berporses sesuai porsinya, tidak perlu bapak kendalikan dan hardik lagi, doakan saja semoga bangsa ini bisa menjadi bangsa yang maju dan sejahtera sebagaimana cita-cita kita semua. amin
Sehingga mereka merasa perlu untuk memanggil seluruh jajaran pemerintahan memberikan klarifikasi tentang hal ini di DPR. Menanggapi hal ini Polri dan BIN sudah mengklarifikasi bahwa keduanya tidak melakukan tindak penyadapan yang dituduhkan tersebut. Upaya SBY mengenai hak angket ini dianggap sebagian pengamat sebagai bagian dari upaya Impichment atau ingin melengserkan pemerintahan yang sah, karena dalam jumpa pers SBY sempat menyinggung skandal watergate yang pernah terjadi di amerika serikat yaitu upaya penyadapan yang dilakukan presiden Dixon terhadap lawan politiknya. Lalu apakah benar dalam hal ini SBY juga sedang berupaya menjatuhkan pemerintahan Jokowi?
Entah bagaimana kisah kelanjutannya, mungkin kurang mendapat dukungan atau bagaimana, selang beberapa hari berlalu, datanglah berita yang memberitakan bahwa rumah pribadi sang mantan presiden digeruduk sekelompok mahasiswa yang meminta dirinya untuk ditangkap dan diadili. SBY kembali mengungkapkan perasaannya di media sosial (tweeter), sebagaimana yang biasa beliau lakukan (curhat), mengenai bergitu cemasnya beliau mendapatkan teror dikediaman pribadiya sendiri, dengan tujuan ingin menangkap dan memproses dirinya entah dengan maksud dan tujuan apa. SBY menunjukkan rasa marah dan geram dengan tindakan orang-orang ini dan menyampaikan kekesalahannya kepada bapak Presiden Joko WIdodo dalam cuitannya tersebut.
Ditengah berbagai situasi yang serba kacau seperti ini, entah mengapa sang mantan presiden ini tidak bisa mengendailkan dirinya untuk bersikap legowo dan santun dalam menggunakan media sosial (jangan lagi menambah gaduh) karena semua pihak sedang menggalakkan gerakan sadar Hoax. Tidak bisa mengurangi intensitasnya untuk bersama-sama mengurangi ketegangan, apalagi sekarang sudah memasuki masa tenang Pilkada. SBY malah menggunakan masa tenang ini untuk membuat statement negatif yang dianggap tidak perlu di media. Nampaknya kebiasaan lama masih menjadi hobi yang sulit dikurangi, yaitu pencitraan. Seorang negarawan yang sangat mencintai dunia pencitraan untuk mengangkat pamor dan derajatnya dimata publik, agar selalu dikagumi dan disegani lawan poliitiknya, itu masih dilakukan dengan cara dan metode yang sama, padahal jaman sudah berubah dan waktupun sudah tidak sama lagi.
Dari jaman dulu, siapa yang gak tau kiprah sang mantan presiden super lebay ini, apa saja dijadikan alat buat "pencitraan". Apapun yang berkaitan dengan dirinya maka itu harus berbau pencitraan.
Jika anda masih ingat dimasa kepemimpinannya, ada begitu banyak masalah dan persoalan bangsa melilit bangsa ini, semua orang sibuk membahas kasus BLBI, Bank Century, pembuhan Munir, kriminalisasi KPK (kasus Cicak lawan Buaya), Kasus pembunuhan Direktur PT. Rajawali Putra Banjaran versus ketua KPK Antasari Ashar, Penangkapan Bendahara Umum Partai Demorkrat Nazarudin dan lain sebagainya. Dimana peran SBY kla itu? benar sekali, SBY sibuk dengan aktivitas rekaman album, beliau sibuk membuat lagu dan menyanyi-nyanyi di istananya, atau kerap kali beliau lebih memilih berpergian ke luar negeri dalam rangka konggres dan konferensi internasional KTT non Blok, APEC dan sebagainya. Permasalahan ekonomi cukup diselesaikan dengan BLT alias bagi-bagi uang tunai ke rakyat kecil. SBY tidak merasa perlu merespon kegaduhan yang terjadi saat itu, ia merasa sudah cukup dengan apa yang dilakukan jajaran bawahannya, lalu bersikap cuek bahkan tidak peduli. Yang dipikirkannya hanyalah pencitraan di dunia internasional. Tapi lihatlah bagaimana reaktifnya ia menanggapi kasus-kasus belakanga ini terutama kasus Ahok, seakan tidak ada hari tanpa cuitan, SBY rajin mengkritik pemerintahan Jokowi dari A sampai Z.
Kalo SBY sadar dengan sesadar-sadarnya bahwa ia sekarang sudah bukan presiden lagi harusnya SBY tidak perlu melakukan tindakan represif seperti itu. Harusnya seorang yang pernah menjadi simbol negara dimasa lalu bercermin dan banyak mengkoreksi diri. Jangan-jangan segala kesalahan dan kekurangan yang ada saat ini, juga ada andil didalamnya selama SBY berkuasa, dirasa masih banyak kesalahan dan kekurangan. Maka dengan sikap rendah hati ia mengakui kesalahan tersebut dan membantu kinerja pemerintah dalam memberi masukan dan saran yang sifatnya membangun agar semua kekurangan itu bisa diperbaiki dan dikoreksi. Jika saja SBY bisa bersikap legowo dan ksatria, tanpa ia merasa perlu bertindak memaksakan diri membentuk citra diri bertindak sebagai korban yang harus dikasihani. Melihat sikap legowo sang mantan presiden, pastilah rakyat juga akan kagum dan bersimpati dan mendukung tindakannya tersebut. Pastilah rakyat akan makin hormat dan kagum dengan sikap negawaran sejati yang lebih mengutamakan sikap rendah hati dan menghormati konstitusi.
Sayang, sungguh sayang, hal itu tidak terjadi, dalam kasus penyadapan kali ini SBY bertindak sebagai sasaran dan target, ia menggunakan moment ini untuk membentuk citra dirinya, agar orang kasian dan berpikir SBY sedang dikriminalisasi dan dimakzulkan, lah yg dilecehkan langsung di persidangan Ahok (sang Kyai Ma'ruf Amin, Ketua MUI) aja bersikap tenang dan sudah memaafkann (inilah sikap negarawan sejati). Ini yang baru dikaitkan, kayak kambing kebakaran jenggot, heboh seantero jagat...Berkicau dan menghujat pemerintah telah mematai dirinya dsb. Padahal sistem pengamanan mantan presiden SBY ini paling canggih dan maksimal, pengawalnya saja berjumlah 30 orang. Coba saja anda bayangkan, pastilah SBY hidup dalam keamanan super ketat (semua itu dibiayai negara lho).
Lalu apa yang sedang terjadi pada SBY? Kalo kata para ahli jiwa, SBY mungkin sudah terjangkit yang namanya "Post power Syndrome" alias gagap hilang kekuasaan, dia masih mikir negara ini miliknya pribadi mungkin, makanya dikit-dikit cuit kritik, dikit-dikit protes, tidak bisa menerima kenyataan. Tidak ada satupun hal yang bisa memuaskan dirinya selama ia tidak dilibatkan langsung didalamnya, ia akan bicara semua yang dilakukan pemerintah itu salah, semuanya kurang dan buruk.
dalam hal ini, Ada beberapa asumsi yang menjadi alasan tindakan SBY yang kontroversial belakangan ini, berikut uraiannya;
Mungkin karena Presiden Jokowi tidak pernah membuka komunikasi dengan SBY, sebagaimana mesranya Jokowi dengan Prabowo dan tokoh-tokoh lain, alias SBY tidak pernah disambangi Oleh Jokowi sebagai juniornya dalam hal saling bertukar pikiran atau saling berdialog mengenai masalah bangsa ini. Mungkin saja aksi SBY di media sosial ini sebagai bagian dari kekecewaan SBY yang merasa dirinya tidak pernah dianggap oleh Jokowi sebagai orangyang pernah memimpin negara ini.
Atau bisa juga aksi SBY ini sebabkan karena ada banyak kasus masa lalu yang sedang dibongkar aparat Hukum terkait banyaknya proyek mangkrak di masa kepemimpinan SBY seperti kasus Wisma Hambalang, kini dibuka lagi dan akan disidangkan, bisa jadi ini yang membuat SBY khawatir lalu bertindak reaktif kepada pemerintahan Jokowi.
Atau bisa juga ini sebagai akibat keputusan SBY yang sudah mengorbankan karier cemerlang militer anaknya AHY untuk memenuhi ambisi pribadi politiknya jadi DKI-1, ya seperti itulah sikap yang akan ditujukkan seorang ayah politisi yang memasang tumbal anaknya. Tidak bisa dihindari konflik ini akan terus berlanjut.
Atau sebab lainnya, ini adalah bagian dari cara mencari perhatian, karena orang yang pernah berkuasa di masa lalu dan mendapat banyak sanjungan cenderung merasa diri mereka tidak dipedulikan lagi, tidak diperlukan lagi dan tidak diterima lagi oleh masyarakat. Maka dari itu ia merasa perlu menampkakan diri diberbagai media dengan caranya sendiri mengartikulasi kesenangan rakyat memandang dirinya dari sisi kontroversi yang cukup bis membuat orang tersadar bahwa ia sebenarnya sedang mencari perhatian. Ini adalah beberapa kemungkinan saja, mungkin masih ada alasan lain yang kita tidak tahu apa, itu hanya SBY yang tahu.
Maka dari itu, harusnya semua orang tau porsi dan perannya masing-masing dalam kehidupan ini. Sebagai mantan presiden harusnya SBY bisa bersikap legowo, bijaksana dan rendah hati dalam bersikap dan bertutur kata. Mengutamakan kepentingan bangsa diatas kepentingan pribadi, pastilah rakyat juga masih merindukan seorang negarawan yang bisa mengayomi, menjadi penengah diantara pihak-pihak yang berkonflik, menjadi panutan dan menjadi penunjuk arah bagi seluruh lapisan masyarakat yang menginginkan kehidupan berbangsa jadi lebih baik.
Lihatlah bagaimana sikap yang ditunjukkan mantan-mantan sebelumnya, BJ. HAbibie dan Ibu Megawati Soekarnoputri. Sekarang keduanya juga sudah mantan tetapi bisa menunjukkan sikap dewasa dan anggun dalam berkomunikasi. Jika semua mantan seperti itu kan menjadi elok dilihat, tidak berlebihan dan tetap santan dalam mengutarakan pendapat dan pikiran. Rakyatpun respek pada mereka karena walaupun juga pernah memerintah dan tidak bisa memberikan yang terbaik, tetapi sikap yang ditunjukkan saat ini sudah cukup menujukkan kedewasaan dan sikap negarawan sejati.
Maka dari itu, Pak SBY jika masih bisa dikurangi, mbok ya cobalah bersikap baik pada diri sendiri, jangan terlalu suka memaksakan kehendak, tidak baik untuk kesehatan. Orang dengan tingkat emosi selalu tinggi dimasa-masa seperti ini bisa mengakibatkan timbulnya banyak penyakit mematikan. Misalnya darah tinggi, stroke, serangan jantung, ELzaimer dan sebagainya. Sayang sekali jika masa pensiun bapak dihabiskan untuk berkonflik dengan orang banyak. Energi bapak dan energi bangsa ini habis terserap pada hal-hal negatif. Lagi pula, sudah waktunya bapak banyak beristirahat dan memberi kesempatan pada yang masih muda untuk melanjutkan perjuangan dan pembangunan di negeri ini. Biarkan semuanya berjalan dan berporses sesuai porsinya, tidak perlu bapak kendalikan dan hardik lagi, doakan saja semoga bangsa ini bisa menjadi bangsa yang maju dan sejahtera sebagaimana cita-cita kita semua. amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar