Belakangan ini semua media mengangkat isu makar yang datang dan awal mula tercetusnya entah dari mana. Isu makar ini dimulai ketika Imam besar FPI Habib Rizieq mengatakan akan kembali turun ke jalan dan menggelar aksi damai III pada 2 desember besok. SOntak saja beredar isu penggulingan pemerintah karena aksi damai kali ini disinyalir kembali akan ditunggangi sekelompok orang yang ingin memecah belah bangsa. Sebagaiman reaksi masyarakat pada umumnya, kebanyakan mereka menjadi khawatir dan takut dengan beredarnya isu itu dan kondisi ini membuat suasana semakin mencekam, karena kini orang sudah tidak merasa nyaman lagi beraktivitas sebagaimana biasanya. Dampak isu makar ini sudah terasa bahkan didetik ini anda baca postingan ini, bukankah sebuah isu yang menyebabkan orang takut juga merupakan sebuah aksi makar? makar dalam pembentukan opini publik dan perbuatan menakut-nakuti cara berpikir.
Lalu apa sebenarnya yang sedang ditakuti bangsa ini, jika sebenarnya berita itu hanya Hoax yang ingin membuat resah banyak orang? bahkan termasuk orang nomor satu di negeri ni dan semua jajarannya. Inilah bentuk manipulasi media terhadap perilaku masyarakat yang saat ini lebih percaya berita hoax daripada berita fakta. Banyak orang saat ini menggunakan media sebagai sumber berita dan pengetahuannya dan mereka menyerap apa saja yang disampaikan bahkan lalu menyebarkan ulang ke banyak orang dan bahkan menambah dan mengurangi infomasi tersebut sehingga terciptalah efek bola saju yang semakin hari semakin besar dan siap menelan siapa saja. Inilah era kebebasan media yang kebablasan, semua pihak bisa menulis apa saja dan sesuai dengan motif apa yang ada dibelakangnya, dan parahnya semua orang mau menelan bulat-bulat apa saja yang disampaikan tersebut, tanpa mau menyaring dan memilah-milah terlebih dahulu.
Lalu apakah isu Makar itu adalah berita HOAX besar? yang sengaja disebarkan sebagai bagian dari ujicoba sosial? Apakah berita ini akan dimakan mentah-mentah oleh publik atau akan tidak akan digubris. Dan ternyata sudah jadi konsumsi publik, jadi sebenarnya beredarnya isu makar itu sendiri yang menjadi makar, karena sebenarnya berita itu hanyalah HOAX bagi yang ingin mengambil keuntungan, yaitu pengalihan isu utama yang sebenarnya sedang diangkat publik yaitu kasus penistaan Agama oleh tersangka Ahok beralih pada isu makar. Kita semua telah teralihkan perhatian kepada isu lain yang dianggap lebih besar daripada isu ahok.
Lalu seperti apa sebenarnya bentuk makar yang punya kemungkinan besar terjadi pada saat demo 2 desember? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makar punya beberapa arti: 1 akal busuk; tipu muslihat; 2 perbuatan (usaha) dengan maksud hendak menyerang (membunuh) orang, dan sebagainya; 3 perbuatan (usaha) menjatuhkan pemerintah yang sah. Makar bisa dalam bentuk penggulingan pemerintahan dengan cara mengambil alih dan menduduki berbagai fasilitas negara sebagaimana yang terjadi di turki beberapa waktu lalu. Kudeta di Turki terjadi karena adanya kerjarjasama militer didalamnya dan didukung oleh berbagai elemen bangsa. Ribuan orang terlibat didalamnya dan bahu-membahu mendorong jatuhnya pemerintah yang sah dengan melakukan aksi serangan senjata di pagi hari. Untuk mencapai proses makar seperti itu dibutuhkan waktu panjang dan rencana matang dan terkoordinasi, lalu jika demo 2 desember disandingkan dengan isu makar, maka itu dianggap berlebihan, tidak punya dasar, karena hingga saat ini tidak ada aksi yang menjurus pada upaya makar.
Demo bisa berujung pada aksi makar, jika ada orang yang naik panggung lalu berorasi dengan penuh semangat dan membakar amarah peserta demo untuk melakukan perlawanan terhadap aparat yang berjaga lalu menghantam apa saja yang ada didepannya agar tuntutannya terpenuhi. Sepuluh orang yang berorasi dengan motif tertentu bisa membuat demo jauh lebih berbahaya dibanding kehadiran 10 ribu orang datang dengan damai. Karena sebuah orasi bisa disusupi dengan berbagai macam faham dan kepentingan tergantung siapa yang punya kepentingan saat itu. Orasi pada saat ribuan orang berkumpul bisa berefek pada upaya pencucian otak dan pengendalian alam bawah sadar manusia. Ketika seorang peserta datang ke arena demostrasi, ia mungkin memiliki niat mulia dan baik dalam dirinya, tetapi ketika mendengar orasi yang menggebu-gebu dan membakar amarahnya, maka seketika orang tersebut akan berputar arah menjadi anarkis, lalu berperan aktif mengikuti ajakan orang yang berorasi tadi.
Nah hal-hal seperti inilah yang harus diwaspadai oleh aparat. Periksa dengan seksama siapa saja yang akan mengisi materi orasi dan juga periksa apa saja isi orasi yang akan disampaikan. Apakah ada unsur mengajak orang pada aksi anarkis atau tidak, apakah ada upaya membangun kebencian antar umat, apakah ada materi mengajak distrust pada pemerintah dan sebagainya. Sebagaimana yang sudah terjadi di tanggal 4 nopember lalu, ternyata ada banyak aktor yang berorasi dan isi materi orasinya mengandung penghinaan lambang dan simbol negara, ada juga yang berusaha mengajak berbuat anarkis dan sebagainya. Dan pada akhirnya aksi ini ditutup dengan aksi anarkis sekelompok orang. Jangan sampai demostrasi yang tadinya damai berubah jadi lautan api karena ada ribuan orang tidak bisa mengendalikan diri lalu terjadilah aksi makar kecil-kecilan, yaitu mengajak orang tidak percaya pada pemerintah terpilih. Maka disanalah akan menjadi potensi terjadinya makar secara berkelanjutan. Jangan sampai itu terjadi.
Dalam hal ini kami sama sekali tidak menyarankan adanya aksi damai 2 desember esok, sebagaiman juga yang diserukan berbagai ormas islam seperti PBNU, PP Muhammadyah, dan MUI pusat. Tidak ada satupun ormas islam ini yang menyarankan umat turun ke jalan pada 2 desember kelak, tetapi jika aksi tetap dilaksanakan karena ada yang memaksakan kehendak maka tidak ada pilihan lain kecuali para peserta demo harus berhati-hati dengan isi materi orasi yang disampaikan. Jangan sampai terprovokasi dan hanyut terbawa emosi. Bagi aparat juga diberikan peran agar mengatur jadwal acara sesuai batas waktu yang ditentukan, sebagaimana sebuah acara helatan masal yang memiliki susunan acara yang jelas. Tidak melebar dan mengulur-ulur waktu, sehingga tujuan aksi tercapai dan keamanan juga tetap terjaga. Kepada kapolri dan jajarannya, daripada membuat polemik tentang isu makar dan membuat masyarakat resah, lebih baik kapolri menjaga stabilitas keamanan dengan menenangkan masyarakat bahwa isu itu hanya Hoax belaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar