Hadits Nabi saw tentang kondisi manusia; "Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sehingga ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya, untuk apa dihabiskannya, tentang masa mudanya, digunakan untuk apa, tentang hartanya, dari mana diperoleh dan kemana dihabiskan, dan tentang ilmunya, apa yang dilakukan dengan ilmunya itu." (HR. Tirmidzi).

Senin, 15 Mei 2017

FENOMENA PAMER (RIYA), INI PENYEBABNYA

Ada fenomena di media sosial, timbulnya kegemaran orang yang memiliki kelebihan harta memamerkan dan mempertontonkan kekayaannya dengan penuh kebanggan dan kesan sombong. Saat ini ada sebagian orang yang senang mengukur status sosial dari baju bermerek, mobil, rumah gedong, perhiasan dan sebagainya, mereka akan berusaha semampuanya menampilkan kemewahan dan gemerlap harta agar mendapat "like'"atau kata lain dari pujian dan sanjungan.

Masyarakat belum merasa percaya diri jika mereka belum tampil all out terutama jika belum mendapatkan banyak tombol “like” di IG atau facebooknya, walau sebenarnya tidak semua orang mengenal dirinya. Berbagai postingan berbagai acara, moment, gaya, dan sebagainya disebarkan dengan sukarela kepada publik tanpa merasa malu apalagi risih, menampilkan sisi lain kehidupan dan menganggap semua orang harus tau dan mengangap semua orang akan peduli, padahal belum tentu.

Mempertontonkan dan memamerkan barang bawaan yang harganya tidak semua orang bisa menjangkau, sengaja mencari posisi dan berpose hanya untuk sekedar mendapat pujian, lalu orang akan membahas habis-habisan apa yang dikenakannya, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, detail harga dan merk. Benarkah ini adalah budaya asli orang timur yang terkenal sederhana dan santun, budaya timur yang sederhana dan bersahaja? Lalu bagaimana pandangan islam terhadap perilaku orang yang suka riya/pamer ini? Apa hukumnya dan bagaimana cara mengatasinya?

Jika sebuah fenomena sudah menjadi wabah dan menjangkiti hampir seluruh warganya, maka itu pertanda masyarakat yang sakit. Sakit yang tidak ada gejala kesakitannya tetapi ia bisa menenggelamkan setiap orang dalam kelalaian. Ini juga bagian dari kegagalan para tokoh agama memberikan pemahaman kepada umatnya tentang sangat berbahayanya penyakit yang satu ini, yaitu penyakit Riya. Penyakit suka memamerkan barang dan harta kekayaan dengan tujuan ingin dipuji dan di sanjung-sanjung, itu menujukkan masyarakat sudah tidak bisa mengendalikan lagi sikap hidup berlebih-lebihan. Sikap hidup yang terlalu suka dengan kesenangan dunia dan terkesan melupakan akhirat. Orang-orang ini menganggap dengan dipujian mereka menjadi mulia, padahal sesungguhnya mereka hina di hadapan Allah swt. Sebagaimana Allah swt mengandaikan mereka dalam firman-Nya berikut ini:

"Dijadikanlah indah pada pandangan mata manusia, merasa kecintaan apa-apa yang diinginkannya (syahwat) yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang bertimbun dari jenis emas, perak, kuda-kuda pilihan (kendaraan), binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah adalah tempat sebaik-baiknya kembali." (QS.

Apa saja ciri orang riya (pamer): menurut sabda nabi : Orang yang riya (suka pamer) berciri tiga, yakni
apabila di hadapan orang dia giat, tapi bila sendirian dia malas, dan selalu ingin mendapat pujian dalam segala urusan. Mereka hanyalah menunaikan gerakan-gerakan shalat dan memperindahnya, karena semua mata memandangnya, padahal hati mereka tidak memahami, tidak tahu hakikatnya dan tidak mengagungkan Allah. Karena itu, shalat mereka tidak berpengaruh terhadap hati dan amal. Riya’ menjadikan amal itu kosong tidak ada nilainya. Apa saja yang dilakukannya adalah dalam rangka pamer dan show off, demi mendapatkan pujian manusia, padahal pujian itu yang akan merendahkan mereka kelak.

DI alam akhirat kelak, orang yang selama masa hidupnya suka memamerkan kehidupan dan gaya hidupnya, di alam akhir Allah swt akan menelanjangi mereka seluas-luasnya dan memberitahukan kepada seluruh penduduk akhir semua aib masa lalu dan semua sisi buruk orang tersebut sehingga tidak ada satupun yang bisa ditutupi. Orang itu akan merasakan malu yang amat sangat dan hina yang amat perih ketika semua sisi buruk dirinya dipertontonkan secara terbuka dan ditertawakan secara serentak sebagaimana orang menontong bioskop. Tidak ada yang bisa menghentikan sampai dengan dirinya tidak sanggup lagi menaha malu dan meminta ampun kepada Allah swt atas kesalahannya. Berikut hadist yang menerangkan hal tersebut.

"Barang siapa (berniat) mencari popularitas (terkenal) dengan amal perbuatannya, maka Allah akan menyiarkan aibnya dan barang siapa yang riya (pamer) dengan amal(perbuatann)nya, maka Allah akan menampakkan riyanya. (Shahih Muslim No.5302)

Orang Riya memang sulit menghentikan kebiasaannya, kecuali ia mendapati sisi lain dari sikap suka pamer itu adalah cemooh dan hinaan. Sampai dengan puncak kesenangannya memamerkan sesuatu itu mencapai puncaknya dan membuat orang menjadi jenuh dan bosan dengan tingkah lakunya, maka balasan yang akan didapatkan berikutnya adalah makian, bullyan, hinaan dan hujatan orang. Bagaimanapun sikap suka berlebih-lebihan tidak pernah ada sisi kebaikannya, kecuali itu akan menghantarkannya ke dalam kehinaan.




Kutukan Harta Dunia; hal: 176

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

MENJUAL AGAMA PADA PENGUASA DISIFATI ANJING DALAM AL QURAN

Pemimpin/Ulama adalah cermin dari umat atau rakyat yang dipimpinnya. Definisi Ulama (wikipedia) adalah pemuka agama atau pemimpin agama ...

Popular Post