Hadits Nabi saw tentang kondisi manusia; "Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sehingga ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya, untuk apa dihabiskannya, tentang masa mudanya, digunakan untuk apa, tentang hartanya, dari mana diperoleh dan kemana dihabiskan, dan tentang ilmunya, apa yang dilakukan dengan ilmunya itu." (HR. Tirmidzi).

Sabtu, 07 Januari 2012

Ciri Pribadi Taqwa

Allah SWT menurunkan Al-quran sebagai Mu’jizat yang luar biasa untuk kekasihnya: Nabi Muhammad SAW, melalui perantara Malaikat Jibril dalam kurun waktu lebih kurang selama 23 Tahun. Al-Quran terdiri dari 114 surat, 6666 ayat (berdasarkan perhitungan mayoritas ulama, karena ada perbedaan versi [antara perhitungan ulama Syiria, Madinah ataupun Bashrah]tentang jumlah ayat dalam Al-Quran yang terdiri dari 30 juz ini), di awali dari Ummu al-Kitab (Al-Fatihah) dan di tutup dengan surat An-Naas. Al-Baqarah sebagai surat kedua, di awal ayat dengan jelas Allah SWT memberikan definisi bahwa Inilah Kitab (Al-Quran), kita di perintahkan untuk tidak memiliki rasa ragu atau tidak percaya kepada isi dan kandungan al-Quran, Kenapa? Karena Al-quran tidak di turunkan melainkan sebagai petunjuk untuk orang-orang yang bertakwa.


Kata Petunjuk kalau dalam bahasa arabnya adalah diambil dari lafadz hudan, dimana kata hudan ini, masih seakar kata dengan kata hadiah, bermakna; Al-Quran adalah kitab suci yang diberikan dengan penuh cinta dan rasa kasih sayang, hal ini masih sejalan dengan konsep hadiah, apabila seseorang memberikan suatu hadiah untuk kawan dekat, saudara, atau kekasih tercinta, pasti dia akan mengemas secantik mungkin, di balut dengan kertas dan berbagai aksesoris lainnya, dan disaat memberikan hadiah tersebut tanpa adanya suatu unsur paksaan, melainkan diberikan dengan penuh rasa suka cita, hati damai dan tanpa mengharap imbalan apapun, begitulah sejatinya Allah menurunkan Al-Quran kepada kita sebagai petunjuk (baca:hadiah) untuk orang-orang yang bertaqwa.

Definisi taqwa yang sering di jelaskan oleh para ulama adalah Imtisal al-awaamir Wajtinabu al-Nawahi (melaksanakan apa yang diperintahkan Allah, dan menjauhi segala larangan-Nya). Seperti yang diungkapkan oleh Imam Hasan Al-Bashri bahwa taqwa adalah takut dan menghindari apa yang diharamkan Allah, serta menunaikan apa yang diwajibkan-Nya. Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengartikan taqwa dapat di raih oleh orang-orang yang mampu menjadikan tabir penjaga antara dirinya dan neraka. Pandangan ini secara tidak langsung menyatakan bahwa orang yang bertaqwa tahu hal-hal apa sajakah yang menyebabkan Allah murka dan menghukumnya kelak di neraka.

Konsep taqwa kalau dalam surat Ath-Thalaq, selama ini hanya dijelaskan seputar imbalan akan diberikan jalan keluar (solusi) dalam segala problematika kehidupan, serta akan didatangkannya rezeki dari jalan yang tidak kita sangka, padahal pada ayat selanjutnya masih ada 3 point yang dengan tegas di jelaskan, bahwa orang-orang yang bertaqwa selain akan mendapatkan 2 point di atas, Allah SWT juga akan menjadikan segala urusan kehidupannya menjadi lebih mudah dalam melaluinya, akan dihapuskan segala kekhilafan(perbuatan buruknya), dan meraka akan selalu di lipat gandakan pahalanya dalam setiap amaliyah sholih yang dilakukannya. Begitu mulianya orang-orang yang bertaqwa dalam pandangan sang penguasa alam raya ini.

Rasulullah SAW suatu ketika pernah menasehati Sayyidina Ali Ibnu Abi Thalib, wahai Ali: Shalatlah apabila telah tiba waktunya karena itu akan menunjukkan engkau sebagai pribadi yang bertaqwa. Nasehat ini kalau dalam surat An-Nisa sudah di jelaskan bahwa Sesungguhnya Shalat ada pada diri orang-orang yang beriman, dan telah di tetapkan waktunya. Maka wajar kalau baginda Rasulullah SAW dalam beberapa riwayat di katakan, suatu masa beliau sedang berasyik-masyuk, bersenda gurau dengan para istrinya, tetapi apabila tiba waktu shalat (adzan), Kaannahu Lam Ya’rifna Walam Na’rifhu: seakan-akan rasul tidak mengenal kami (para istri), dan kami pun tidak mengenalnya (rasul), beliau langsung menuju masjid untuk memenuhi panggilan-Nya, dan para istrinya pun langsung ikut berjamaah. Demikian dijaganya arti shalat jamaah oleh rasul dan keluarganya.

Besok di akhirat, ada 3 golongan manusia yang berbeda di dalam menjaga shalat jamaah waktu di dunia:

1. Wujuuhuhum Ka al-Kawakib (Wajah seperti bintang)

Kelompok ini adalah mereka yang apabila mendengar adzan (panggilan shalat), mereka tidak melanjutkan aktivitasnya melainkan segera mengambil air wudlu’ untuk melaksanakan shalat.

2. Wujuuhuhum Ka al-Qamar (Wajah seperti bulan)

Golongan ini bisa dicapai kepada mereka yang selalu dalam keadaan suci, walaupun belum ada panggilan shalat(adzan).

3. Wujuuhuhum Ka al-Syams (Wajah seperti Matahari)

Golongan eksekutif yang dapat merasakan kenikmatan ini, karena mereka selalu dalam keadaan suci, dan sudah duduk I’tikaf di dalam masjid walaupun adzan belum berkumandang.

Inilah beberapa tauladan yang dapat mengangkat martabat kita sebagai pribadi yang bertaqwa, yang mampu menjaga dan memelihara suatu hadiah (baca: pesan moral dalam Al-Quran) dari Tuhan-Nya, sehingga menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Sudah sejauh manakah kita dalam mengaplikasikan hadiah indah dari Allah ta’ala???

Sholli ‘Ala Muhammad Wa Aalihi

PG.2.7 Selangor

Amir el-Madary

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

MENJUAL AGAMA PADA PENGUASA DISIFATI ANJING DALAM AL QURAN

Pemimpin/Ulama adalah cermin dari umat atau rakyat yang dipimpinnya. Definisi Ulama (wikipedia) adalah pemuka agama atau pemimpin agama ...

Popular Post