Pemimpin/Ulama adalah cermin dari umat atau rakyat yang dipimpinnya. Definisi Ulama (wikipedia) adalah pemuka agama atau pemimpin agama yang bertugas untuk mengayomi, membina dan membimbing umat Islam baik dalam masalah-masalah agama maupum masalah sehari hari yang diperlukan baik dari sisi keagamaan maupun sosial kemasyarakatan.
Ditengah semangat umat yang sedang giat-giatnya ingin menegakkan ajaran islam. Ditengah kecamuk banyaknya tekanan dan fitnah kepada sebagian pemeluk islam dunia. Ditengah terang benderangnya upaya musuh ingin membangkitkan kembali nyawa para komunis. Sayangnya semua semangat dan hasrat masyarakat yang bersemangat menghidupkan nilai islam harus diredam dengan tidak adanya dukungan penuh dari pemimpin/ulama/kyai yang seharusnya menaungi mereka, sebaliknya para pemimpin ini berpaling dan memilih duduk bersama penguasa dzalim.
Kalau dimasa lalu kita kerap kali kita mendengar bagaimana kerasnya para pemimpin agama Kyai/ulama mempertahankan akidahnya, mempertahankan imannya demi sebuah tawaran kekuasaan dan kedudukan. Sedemikian kerasnya penguasa berusaha menyuap mereka agar bersikap lunak, tapi mereka tetap keras dan teguh pendirian tidak berpaling apalagi tergoda kekuasaan dan uang. Bahkan kembali lagi kita mengingat bagaimana kejamnya rezim pada saat itu, dikala para ulama membela habis-habisan idealismenya demi kelangsungan akidah umat, mereka bahkan rela raganya dipenjara, nyawanya dicabut atau bahkan di bunuh seketika karena tidak rela agamanya dijual dengan harga yang murah.
Lihatlah bagaimana perjuangan sang kyai, ulama besar di masa lalu. KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Azhari, Buya Hamka dan sebagainya. Walau kehidupan mereka sederhana, tapi iman digigit kuat-kuat dengan geraham. Dan tidak ada satupun penguasa yang berani melangkahi sikap mereka, semuanya tunduk dan patuh dengan keinginan ulama. Namun lihatlah apa yang kita dapati hari ini? Ketika seluruh kenikmatan dunia ini sudah dinampakkan, ketika seluruh kesenangan dunia sudah menunjukkan jati diri.
Lihatlah bagaimana perilaku pemimpin kita saat ini. Mereka berlomba-lomba menawarkan akidah umat kepada penguasa dengan harga sangat murah. Mereka tidak malu menerima jabatan, kedudukan dan harta dengan sangat terbuka, dengan sangat senang hati dan riang gembira, walau jumlah pengikutnya sudah sedemikian banyaknya dan masyarakat sudah mulai sadar dengan kepentingan agamanya. Pemimpin Ormas ini lebih memilih dunia dibanding akhirat yang sudah seharusnya mereka sadar dengan pilihan itu semua akan ada konsekuensinya. Semua akan ada adzabnya. Karena mereka adalah orang yang jauh lebih faham mengapa Allah swt menitipkan agama ini kepadanya. Tidak usah disebutkan siapa yang dimaksud, semua orang sudah tahu dan sudah jadi rahasia umum. Ada banyak penyataannya yang kontroversial dan bertentangan dengan kepentingan umat. Beberapa waktu belakangan ini menjadi perbincangan hangat dimedia sosial terkait upayanya menghalangi Ustad berceramah dan bertausiah. Ada juga beberapa diantara mereka berasal dari kalangan partai islam. Tindakan mereka lebih banyak memalukan umat islam.
Sayang sekali, saat ini dimana masyarakat mengharapkan pemimpin yang mau bersikap memihak kepada islam, ya minimal kepada umatnya. Yang kita dapati adalah justru pemimpin ini memihak pada penguasa dan bahkan menyerahkan segala urusan umat kepada penguasa Dzalim. Kita tidak tahu entah bagaimana nasib dan masa depan negeri ini, dibawah kepemimpinannya saat ini. Entah bagaimana nasib agama ini kelak, jika saat ini saja umat yang ada bagaikan anak ayam kehilangan induknya.
Perumpamaan sikap ulama yang takut Akhirat adalah jika empat orang ulama akhirat telah berkumpul, maka salah satunya akan pergi khawatir akan terjadi ghibah. Mereka tidak mudah mengeluarkan fatwa dan selalu menghindar dari ketenaran. Mereka laksana orang yang akan mengarungi lautan, dengan menyibukkan diri berbekal ilmu agar selamat dari gempuran badai dan gelombang. Mereka saling mendoakan satu dengan yang lainnya, saling memberi manfaat dan saling membantu, karena mereka adalah penumpang yang saling bersahabat hingga bisa mencintai. Malam dan siang mereka selalu mengarah kepada surga. (Imam Ibnu Jauzi dalam "Shaidul Khathir"). Sedangkan Ulama dunia matanya selalu mengincar kursi-kursi kekuasaan, mereka senang pujian dan harta benda. Tidak dipedulikan lagi bagaimana nasib agama dan pengikutnya kelak. Lalu bagaimana pandangan islam mengenai para ulama yang berpihak pada kepentingan penguasa? Apa sebutan Al Quran untuk jenis orang-orang seperti ini?
Definisi pemimpin dalam islam merujuk pada Ulama dan Pimpinan Agama. Lalu seperti apa ciri ulama yang menjual agama kepada penguasa. Apabila ulama lebih mengutamakan kepentingan sendiri, maka umat akan kehilangan garis panduan terutama pada waktu gawat, genting dan getir. Pandangan dan pendapat yang benar sengata disembunyikan sedangkan umat kehausan bimbingan. Jika memberikan pandangan pun hanya pada suatu kepentingan yang umum dan menguntungkan duniawi.
Ulama yang seperti inilah yang menjual fatwa untuk kepentingan jabatan, kedudukan, pangkat dan harta. Umat akan keliru, bahkan mungkin akan tersesat. Maka, janganlah heran jika al-Quran mensifatkan golongan mereka seperti anjing, melainkan golongan orang yang menjual agamanya untuk mendapatkan kenikmatan dunia.
Firman Allah: وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
(maksudnya) “Dan bacakanlah kepada mereka (Wahai Muhammad), khabar berita seorang yang Kami beri kepadanya (pengetahuan mengenai) ayat-ayat kami. kemudian dia menjadikan dirinya terkeluar darinya, lalu syaitan mengikutnya, maka jadilah dia daripada orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami kehendaki niscaya Kami tinggikan pangkatnya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia condong kepada dunia dan menurut hawa nafsunya; maka bandingannya layaknya anjing, jika engkau menghalaunya, dia menjulurkan lidahnya, dan jika engkau membiarkannya: dia juga menjulurkan lidahnya.
Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. maka ceritakanlah kisah-kisah itu supaya mereka berfikir”. (Surah al-A’raf: ayat 175-176).
Ayat ini telah menyamakan ulama yang menjual nilai ajaran Allah hanya untuk kepentingan dunianya sama seperti anjing. Padahal jika dia berpegang atas prinsip ilmu dia tetap akan mendapat kemuliaan. Namun, dia telah disilaukan dengan tawaran dunia. Atau malah dia seperti anjing yang senantiasa menjulurkan lidah. Anjing menjulurkan lidah disebabkan kepanasan pada badannya, atau oksigen yang tidak cukup bagi tubuhnya. Demikian ulama yang sentiasa kepanasan karena kehausan duniawi.
Maka Allah menjanjikan bagi ulama yang menyembunyikan kebenaran balasan yang dahsyat. Allah berfirman: إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ الْكِتَابِ وَيَشْتَرُونَ بِهِ ثَمَنًا قَلِيلا أُولَئِكَ مَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ إِلا النَّارَ وَلا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
(maksudnya) “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa-apa keterangan Kitab suci yang telah diturunkan oleh Allah, dan membeli dengannya harga yang sedikit, mereka itu tidak mengisi dalam perut mereka selain daripada api neraka, dan Allah tidak akan berkata-kata kepada mereka pada hari kiamat, dan ia tidak membersihkan mereka (dari dosa), dan mereka pula akan beroleh azab yang pedih”. (Surah al-Baqarah: ayat 174).
Bagi ulama yang telah menyembunyikan kebenaran dan menyelewengkan fakta yang sebenarnya tiada jalan untuknya mendapat keampunan melainkan taubat dan menerangkan semula kebenaran yang disembunyikan atau fakta yang diselewengkan. Firman Allah (maksudnya):
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللاعِنُونَ إِلا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan dari keterangan-keterangan dan petunjuk hidayah, sesudah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Kitab suci, mereka itu dilaknat oleh Allah dan dilaknat oleh sekalian makhluk. Kecuali orang-orang yang bertaubat, dan memperbaiki (penyelewengan mereka) serta menerangkan (apa yang mereka sembunyikan); maka orang-orang itu, Aku terima taubat mereka, dan Akulah Yang Maha Penerima taubat, lagi Maha Mengasihani." (Surah al-Baqarah: ayat 159-160).
Ditengah semangat umat yang sedang giat-giatnya ingin menegakkan ajaran islam. Ditengah kecamuk banyaknya tekanan dan fitnah kepada sebagian pemeluk islam dunia. Ditengah terang benderangnya upaya musuh ingin membangkitkan kembali nyawa para komunis. Sayangnya semua semangat dan hasrat masyarakat yang bersemangat menghidupkan nilai islam harus diredam dengan tidak adanya dukungan penuh dari pemimpin/ulama/kyai yang seharusnya menaungi mereka, sebaliknya para pemimpin ini berpaling dan memilih duduk bersama penguasa dzalim.
Kalau dimasa lalu kita kerap kali kita mendengar bagaimana kerasnya para pemimpin agama Kyai/ulama mempertahankan akidahnya, mempertahankan imannya demi sebuah tawaran kekuasaan dan kedudukan. Sedemikian kerasnya penguasa berusaha menyuap mereka agar bersikap lunak, tapi mereka tetap keras dan teguh pendirian tidak berpaling apalagi tergoda kekuasaan dan uang. Bahkan kembali lagi kita mengingat bagaimana kejamnya rezim pada saat itu, dikala para ulama membela habis-habisan idealismenya demi kelangsungan akidah umat, mereka bahkan rela raganya dipenjara, nyawanya dicabut atau bahkan di bunuh seketika karena tidak rela agamanya dijual dengan harga yang murah.
Lihatlah bagaimana perjuangan sang kyai, ulama besar di masa lalu. KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Azhari, Buya Hamka dan sebagainya. Walau kehidupan mereka sederhana, tapi iman digigit kuat-kuat dengan geraham. Dan tidak ada satupun penguasa yang berani melangkahi sikap mereka, semuanya tunduk dan patuh dengan keinginan ulama. Namun lihatlah apa yang kita dapati hari ini? Ketika seluruh kenikmatan dunia ini sudah dinampakkan, ketika seluruh kesenangan dunia sudah menunjukkan jati diri.
Lihatlah bagaimana perilaku pemimpin kita saat ini. Mereka berlomba-lomba menawarkan akidah umat kepada penguasa dengan harga sangat murah. Mereka tidak malu menerima jabatan, kedudukan dan harta dengan sangat terbuka, dengan sangat senang hati dan riang gembira, walau jumlah pengikutnya sudah sedemikian banyaknya dan masyarakat sudah mulai sadar dengan kepentingan agamanya. Pemimpin Ormas ini lebih memilih dunia dibanding akhirat yang sudah seharusnya mereka sadar dengan pilihan itu semua akan ada konsekuensinya. Semua akan ada adzabnya. Karena mereka adalah orang yang jauh lebih faham mengapa Allah swt menitipkan agama ini kepadanya. Tidak usah disebutkan siapa yang dimaksud, semua orang sudah tahu dan sudah jadi rahasia umum. Ada banyak penyataannya yang kontroversial dan bertentangan dengan kepentingan umat. Beberapa waktu belakangan ini menjadi perbincangan hangat dimedia sosial terkait upayanya menghalangi Ustad berceramah dan bertausiah. Ada juga beberapa diantara mereka berasal dari kalangan partai islam. Tindakan mereka lebih banyak memalukan umat islam.
Sayang sekali, saat ini dimana masyarakat mengharapkan pemimpin yang mau bersikap memihak kepada islam, ya minimal kepada umatnya. Yang kita dapati adalah justru pemimpin ini memihak pada penguasa dan bahkan menyerahkan segala urusan umat kepada penguasa Dzalim. Kita tidak tahu entah bagaimana nasib dan masa depan negeri ini, dibawah kepemimpinannya saat ini. Entah bagaimana nasib agama ini kelak, jika saat ini saja umat yang ada bagaikan anak ayam kehilangan induknya.
Perumpamaan sikap ulama yang takut Akhirat adalah jika empat orang ulama akhirat telah berkumpul, maka salah satunya akan pergi khawatir akan terjadi ghibah. Mereka tidak mudah mengeluarkan fatwa dan selalu menghindar dari ketenaran. Mereka laksana orang yang akan mengarungi lautan, dengan menyibukkan diri berbekal ilmu agar selamat dari gempuran badai dan gelombang. Mereka saling mendoakan satu dengan yang lainnya, saling memberi manfaat dan saling membantu, karena mereka adalah penumpang yang saling bersahabat hingga bisa mencintai. Malam dan siang mereka selalu mengarah kepada surga. (Imam Ibnu Jauzi dalam "Shaidul Khathir"). Sedangkan Ulama dunia matanya selalu mengincar kursi-kursi kekuasaan, mereka senang pujian dan harta benda. Tidak dipedulikan lagi bagaimana nasib agama dan pengikutnya kelak. Lalu bagaimana pandangan islam mengenai para ulama yang berpihak pada kepentingan penguasa? Apa sebutan Al Quran untuk jenis orang-orang seperti ini?
Ulama yang seperti inilah yang menjual fatwa untuk kepentingan jabatan, kedudukan, pangkat dan harta. Umat akan keliru, bahkan mungkin akan tersesat. Maka, janganlah heran jika al-Quran mensifatkan golongan mereka seperti anjing, melainkan golongan orang yang menjual agamanya untuk mendapatkan kenikmatan dunia.
Firman Allah: وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
(maksudnya) “Dan bacakanlah kepada mereka (Wahai Muhammad), khabar berita seorang yang Kami beri kepadanya (pengetahuan mengenai) ayat-ayat kami. kemudian dia menjadikan dirinya terkeluar darinya, lalu syaitan mengikutnya, maka jadilah dia daripada orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami kehendaki niscaya Kami tinggikan pangkatnya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia condong kepada dunia dan menurut hawa nafsunya; maka bandingannya layaknya anjing, jika engkau menghalaunya, dia menjulurkan lidahnya, dan jika engkau membiarkannya: dia juga menjulurkan lidahnya.
Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. maka ceritakanlah kisah-kisah itu supaya mereka berfikir”. (Surah al-A’raf: ayat 175-176).
Ayat ini telah menyamakan ulama yang menjual nilai ajaran Allah hanya untuk kepentingan dunianya sama seperti anjing. Padahal jika dia berpegang atas prinsip ilmu dia tetap akan mendapat kemuliaan. Namun, dia telah disilaukan dengan tawaran dunia. Atau malah dia seperti anjing yang senantiasa menjulurkan lidah. Anjing menjulurkan lidah disebabkan kepanasan pada badannya, atau oksigen yang tidak cukup bagi tubuhnya. Demikian ulama yang sentiasa kepanasan karena kehausan duniawi.
Maka Allah menjanjikan bagi ulama yang menyembunyikan kebenaran balasan yang dahsyat. Allah berfirman: إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ الْكِتَابِ وَيَشْتَرُونَ بِهِ ثَمَنًا قَلِيلا أُولَئِكَ مَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ إِلا النَّارَ وَلا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
(maksudnya) “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa-apa keterangan Kitab suci yang telah diturunkan oleh Allah, dan membeli dengannya harga yang sedikit, mereka itu tidak mengisi dalam perut mereka selain daripada api neraka, dan Allah tidak akan berkata-kata kepada mereka pada hari kiamat, dan ia tidak membersihkan mereka (dari dosa), dan mereka pula akan beroleh azab yang pedih”. (Surah al-Baqarah: ayat 174).
Bagi ulama yang telah menyembunyikan kebenaran dan menyelewengkan fakta yang sebenarnya tiada jalan untuknya mendapat keampunan melainkan taubat dan menerangkan semula kebenaran yang disembunyikan atau fakta yang diselewengkan. Firman Allah (maksudnya):
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللاعِنُونَ إِلا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan dari keterangan-keterangan dan petunjuk hidayah, sesudah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Kitab suci, mereka itu dilaknat oleh Allah dan dilaknat oleh sekalian makhluk. Kecuali orang-orang yang bertaubat, dan memperbaiki (penyelewengan mereka) serta menerangkan (apa yang mereka sembunyikan); maka orang-orang itu, Aku terima taubat mereka, dan Akulah Yang Maha Penerima taubat, lagi Maha Mengasihani." (Surah al-Baqarah: ayat 159-160).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar