Hadits Nabi saw tentang kondisi manusia; "Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sehingga ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya, untuk apa dihabiskannya, tentang masa mudanya, digunakan untuk apa, tentang hartanya, dari mana diperoleh dan kemana dihabiskan, dan tentang ilmunya, apa yang dilakukan dengan ilmunya itu." (HR. Tirmidzi).

Kamis, 07 April 2016

HAKIKATNYA ZUHUD (MENJAUH DARI NIKMAT DUNIA)


Ibnu Athaillah as-Sakandari mengatakan bahwa pekerjaan atau amal perbuatan yang muncul dari orang yang zahid (ahli zuhud) itu tidaklah sedikit nilainya. Dengan artian walaupun secara kasat mata perbuatan mereka sedikit, namun oleh Allah amal ibadah tersebut dianggap besar dan agung. Ini dikarenakan amal tersebut muncul dari seseorang yang di hatinya tidak bergantung dengan harta dunia, ia hanya mengharap ridho Allah bukan mengharap belas kasih manusia. Bahkan Ibnu Mas`ud pernah meriwayatkan bahwa “dua rakaat yang dilakukan oleh orang alim yang zuhud lebih utama dari ibadahnya orang yang mujtahid yang ahli ibadah selamanya”[1].

Melakukan Zuhud atau meninggalkan dunia di jaman seperti ini bukan berarti kita harus meninggalkan pekerjaan, tidak mau mencari nafkah atau tidak mau berusaha, sebagaimana yang banyak disangkakan orang selama ini. Ada anggapan bahwa seorang yang Zuhud adalah ketika ia meninggalkan seluruh aktifitas kehidupan dunianya demi untuk hanya beribadah kepada Allah swt. Umumnya orang berpikiran bahwa dengan cara ini, dimana ia hanya melakukan ibadah dan amalan seharian lalu meninggalkan kewajibannya mencari nafkah untuk keluarga dianggap adalah jalan Zuhud yang benar sesuai tuntutan rasulullah. Ternyata itu anggapan yang salah besar. Dalam firman-Nya Allah mewajibkan pada umat-Nya untuk mencari penghidupan.

“Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan.”(An-Naba’: 11)

Seorang muslim yang taat diperintahkan oleh Allah untuk mencari harta yang halal, mengambil apa yang menjadi haknya dan menolak harta yang bukan menjadi haknya. Bersusah payah mencari rizki halal yang barokah amat sangat sulit dijaman seperti sekarang ini. Dimana segala urusan halal dan haram sudah bercampur aduk dan membaur jadi satu; ada harta hasil riba, uang hasil money laundering (pencucian uang hasil korupsi), uang hasil maksiat kejahatan dan sebagainya. Maka dalam keadaan payah seperti inilah nilai Zuhud seseorang akan bernilai. Seseorang harus mengetahui bagaimana uang itu didapat apakah dengan cara yang halal atau haram, lalu ia memisahkan dan langsung membersihkannya dari kotoran dunia dengan cara bersedekah lalu sisanya barulah ia berikan untuk makan anak dan keluarganya, maka zuhud yang seperti inilah yang diutamakan.

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.”
(Al-Ma’idah: 88)

Malahan menurut Rasulullah, orang yang payah dalam mencari nafkah yang halal untuk diberikan pada keluarganya, bekerja keras dan kurang tidur demi mencari nafkah yang barokah, baginya akan beroleh pahala yang bisa menghapus dosa-dosanya. Rasulullah juga menyatakan bahwa ada dosa-dosa yang tidak bisa dihapus dengan apapun, kecuali dengan kesusahan dan kepayahan mencari nafkah halal.

Barang siapa yang Zuhud (menjauhi) terhadap dunia dan menghentikan angan-angannya, maka Allah memberikan ilmu padanya tanpa belajar dan memberikan hidayah padanya tanpa ditunjukkan.

Ingatlah akan datang satu kaum yang tidak mampu menegakkan kekuasaan kecuali dengan cara membunuh dan sewenang-wenang (menarik pajak), tidak akan kaya kecuali dengan jalan sombong dan kikir dan tidak akan merasakan cinta kecuali dengan hawa nafsu.

Ingatlah... barang siapa yang berjumpa dengan jenis kaum itu, kemudian bersabar dalam kemiskinannya, dimana sebenarnya ia mampu untuk menjadi kaya, sabar dalam kehinaan padahal ia mampu untuk menjadi mulia (dimata manusia); ia tidak menginginkan itu kecuali hanya Ridho Allah taala saja, maka Allah akan menganugerahkan padanya sebanyak kebajikan 50 orang yang shodiq padanya.


OBAT PENAWAR PENYAKIT DUNIA

Ketika Nabi SAW mikraj, Allah SWT berfirman kepada Nabi SAW, "Ya Muhammad. Jika kau ingin paling warak, zuhudlah akan dunia dan cintailah Akhirat." Nabi SAW berkata, "Tuhanku, bagaimana aku zuhud akan dunia?" Allah berfirman, "Ambillah dunia sebagai makanan, minuman dan pakaian. Jangan kau ambil untuk esok dan selalulah berzikir pada-Ku." Nabi SAW berkata, "Ya Tuhan, bagaimana aku berzikir pada-Mu?" Allah berfirman, "Dengan menjauhkan diri daripada manusia. Jadikan solat sebagai tidurmu dan lapar sebagai makananmu." Rasulullah SAW bersabda, "Zuhud akan dunia meringankan hati dan badan. Dan menyintainya memperbanyak kedudukan dan keprihatinan. Suka dunia adalah sumber segala kesalahan. Dan zuhud akan dia adalah sumber segala kebaikan dan ketaatan."

Pengertian Zuhud

Mengenai arti zuhud sendiri, sangat banyak ulama yang mendefinisikan dengan definisi yang beragam[2]. Abu Sulaiman ad-Daroni mendefinisikan, zuhud adalah : meninggalkan setiap sesuatu yang menyebabkan kita lalai terhadap Allah. Menurut Syaikh Sa`id Romdhon al-Buthi zuhud adalah berpaling dari setiap sesuatu selain Allah[3].

Namun dalam kitab monumental Ihya` Ulumiddin, karya Imam al-Ghazali dinyatakan, diantara beberapa definisi zuhud tersebut bisa disimpulkan bahwa, zuhud adalah membenci sesuatu yang merupakan kenikmatan nafsu[4]. Sehingga pengertian zuhud bukanlah orang yang tidak punya harta, melainkan hati dan pikirannya tidak bergantung dengan harta sama sekali, walaupun kelihatannya dia adalah orang yang bergelimang harta. Seperti yang telah diteladankan oleh Sayyidina Utsman bin Affan Ra.

Jadi Definisi Zuhud atau meninggalkan dunia yang sesungguhnya di jaman modern ini adalah meninggalkan yang haram dan hanya berusaha mencari rizki yang halal. Karena sesungguhnya di dunia ini ada banyak macam harta dari berbagai macam sumber, dan yang diwajibkan bagi seorang muslim untuk menggapainya adalah rizki yang halal. Pisahkan berbagai pekerjaan dan usaha yang mengarah pada tindakan dan perilaku tidak halal, jauhkan tindakan curang dan manipulasi, jauhi riba, luruskan niat, bersihkan harta dengan banyak bersedekah, makan hanya secukupnya saja, berpakaian sepantasnya saja, siapkan perbekalan untuk ke alam akhirat dan bertawakalah kepada ALlah swt dan mohon petunjuk dari-Nya.

Definisi Zuhud yang benar juga adalah berpasrah diri sepenuhnya kepada ketentuan Allah swt saja, jika segala upaya sudah dilakukan dan ternyata rizki halal yang diterimanya hanya sedikit, maka diwajibkan kepada mereka untuk berserah diri kepada Allah. Dengan menyerahkan seluruh urusan kepada Allah maka diri kita tidak akan merasakan kesedihan dan ketakutan.

Firman Allah swt: "Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang."

Berpasrah diri juga harus dilakukan oleh orang-orang yang ditangan mereka sedang menggenggam kekuasaan dan jabatan, didalam kekayaan dan kekuasaannya terdapat fitnah. Dan jika ia bisa melakukan Zuhud pada kekuasaannya itu dengan cara ia tidak menjadi serakah dan tamak pada kekuasaan dan tidak menggunakan pengaruh jabatannya untuk mencari kekayaan lebih banyak lagi, selain ia hanya mengambil apa yang menjadi hak dan sesuai kebutuhannya saja, maka ia juga termasuk dalam golongan orang yang Zuhud.

Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Kami mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

(( مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ

“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)“[1].

Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan cinta kepada akhirat dan zuhud dalam kehidupan dunia, serta celaan dan ancaman besar bagi orang yang terlalu berambisi mengejar harta benda duniawi[2].

Orang Zuhud bukan sekedar yang mengasingkan diri ketika dunia berpaling darinya, melainkan zuhud sejati adalah justru ia mengasingkan diri ketika dunia menghadap kepadanya, lalu ia memilih berpaling dari dunia. Ketika kekuasaan ada ditangannya maka ia tidak menyalahgunakan kewenangannya itu untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya, melainkan digunakan untuk menolong agama Allah dan menjadikannya jalan menuju ketaqwaan.

Ibnu Qayim Rahimahullah berkata: "Zuhud bukanlah engkau melepaskan Dunia dari tanganmu, sementara ia ada di hatimu, akan tetapi Zuhud itu adalah Engkau melepaskan dunia dari hatimu, sementara dunia itu ada di genggaman tanganmu."

Yahya bin Mu'adz menulis kata-kata hikmah; "Hendaklah pandanganmu ke dunia dipergunakan untuk mengambil pelajaran, kemauan usahamu sendiri merupakan keterpaksaan, dan kemauanmu mencari bekal akhirat adalah sesuatu yang harus dipercepat."

Nabi saw. bersabda: "Dunia adalah rumah bagi yang tidak punya rumah, tempat bagi yang tidak berharta, tempat pusatnya orang tidak berakal, tempat bagi yang tidak berilmu, tempat bagi yang tidak mengerti agama, dan karena dunia sehingga ada banyak orang yang tidak memiliki keyakinan.

Nabi muhammad saw bersabda:

"Takutlah pada masalah dunia, sebab dunia mampu menyihir dibanding ahli sihir Harut dan Marut."

Melalui Hasan ra. dia menceritakan bahwa ketika nabi menemui para sahabatnya beliau bersabda: "Apakah ada yang ingin dibutakan oleh Allah sampai tidak bisa melihat? Ketahuilah, sesungguhnya siapapun yang mencintai dunia dan panjang angan-angan, jelas Allah akan membutakan mata hatinya sesuai ukuran cinta duniawian-nya.

Nabi saw. juga bersabda; "Dan barang siapa yang mencintai dunia, Allah tidak akan menolongnya dalam urusan apapun. Selain itu Allah akan menempatkan empat macam hal dalam hatinya;
1. Selamanya dirundung kesusahan (gelisah)
2. Sibuk menghitung tiada berhenti
3. Selamanya fakir (selalu butuh dan butuh)
4. Khayalannya tidak pernah habis (panjang angan-angan)

Imbalan bagi orang-orang yang zuhud semasa hidupnya di akhirat nanti;

"Diriwayatkan suatu hari Nabi Isa as. merasa berat atas turunnya hujan, kilat dan petir, lalu ia cepat-cepat mencari perlindungan, dan ia menemukan kemah yang cukup lumayan jauh, setelah sampai disana ternyata didalamnya ada seorang wanita, terpaksa lalu ia pergi. Lalu ia menemukan sebuah gua, sesampai disana ternyata gua dihuni seekor harimau. Lalu ia meletakkan tangannya dan berdoa; "Ya ALlah Engkau memiliki banyak tempat berlindung, namun engkau tidak menghendaki itu menjadi tempat berlindung."

Kemudian Allah menurunkan wahyu: "Tempat berlindungmu adalah Rahmat-Ku. Kelak AKU akan menikahkanmu dengan 100 bidadari, AKU menciptakan mereka dengan Kekuasaan-Ku dan aku akan mengadakan pesta selama 4.000 tahun, dimana seharinya selama umur dunia, dan AKU akan memerintahkan seseorang untuk mengumumkan; "Dimana para Ahli ZUHUD di dunia, maka datanglah ke pesta pernikahan Nabi Isa bin Maryam sebagai orang yang Zuhud di dunia."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

MENJUAL AGAMA PADA PENGUASA DISIFATI ANJING DALAM AL QURAN

Pemimpin/Ulama adalah cermin dari umat atau rakyat yang dipimpinnya. Definisi Ulama (wikipedia) adalah pemuka agama atau pemimpin agama ...

Popular Post