Perkembangan pengertian ideologi selanjutnya dipengaruhi oleh para pengikut Marx seperti Lenin dan Antonio Gramsci yang menunjukan minat yang lebih besar terhadap kajian tentang ideologi. Dalam pandangan Lenin – seorang pemimpin Revolusi Sosialis Rusia – ideologi merupakan ide-ide yang berasal dari kelas sosial tertentu yang berfungsi untuk mendukung kepentingan-kepentingan kelas tersebut. Antonio Gramsci juga mengembangkan pengertian ideologi berdasarkan adanya hegemoni kaum burjois dalam masyarakat kapitalis. Dalam pemikirannya, sistem kapitalis dapat berdiri kukuh karena ditopang oleh ketidaksetaraan kekuatan ekonomi dan politik, serta oleh hegemoni ide-ide dan teori-teori borjuis. Selain Marx dan kaum Marxis – sebutan untuk pengikut Karl Marx – Karl Mannheim (1893-1947) seorang sosiolog Jerman juga mempengaruhi perkembangan pengertian ideologi. Dalam buku Ideology and Utopia (1924), Mannheim mendefinisikan ideologi sebagai sistem pemikiran yang menjadi dasar tatanan sosial. Sejak tahun 1960-an hingga kini, kajian tentang ideologi bergeser ke arah analisis ideologi dari perspektif sosial dan politik. Salah satunya adalah definisi ideologi menurut Martin Seliger yang menyebutkan bahwa ideologi merupakan seperangkat ide-ide dan melalui ide tersebut seseorang mampu menjelaskan tujuan serta tindakan sosial yang terorganisir atau dengan kata lain ideologi adalah pemikiran yang berorientasi pada tindakan. Di dalam Buku Ajar I, Logika, Filsafat Ilmu dan Pancasila, penulis mengadopsi pengertian ideologi yang dikembangkan sejak tahun 1960-an, yaitu dari Andrew Heywood (1998).
Menurut Heywood, ideologi adalah seperangkat ide yang menjadi basis tindakan politik yang terorganisir. Dalam kajian yang dilakukan Charles F. Andrain (1922, 82-84) ditemukan empat tipe nilai yang merupakan sumber pembentuk identitas bersama. Nilai pertama adalah nilai primodial yaitu nilai-nilai yang bersumber pada nilai-nilai yang dihayati oleh kelompok-kelompok etnis. Nilai kedua adalah nilai sakral yang berasal dari nilai agama dan ideologi. Nilai ketiga adalah nilai personal yang akan muncul seiring dengan tampilnya pemimpin-pemimpin karismatik yang mampu mempersatukan bangsa. Nilai keempat adalah nilai-nilai sipil, nilai yang mengarah pada penciptaan sistem politik yang mampu mengembangkan loyalitas warga negara terhadap bangsanya. Dari keempat nilai tersebut, ideologi merupakan bagian dari nilai sakral yang merupakan salah satu sumber pembentuk identitas bersama. Ideologi merupakan salah satu tipe nilai yang mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dengan demikian ideologi sangat berperan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ideologi dibagi menjadi dua bentuk, ideologi sebagai pemikiran tertutup dan pemikiran terbuka. Sebagai sistem pemikiran tertutup ideologi ini tidak mentolerir ide-ide dan keyakinan-keyakinan yang bertentangan dengannya. Sedangkan sebagai pemikiran terbuka, ideologi menerima kebebasan dan toleransi terhadap ide-ide dan keyakinan-keyakinan yang lain. Ada berbagai macam ideologi di dunia, diantaranya adalah liberalisme, kapitalisme, kolonialisme, nasionalisme, sosialisme, marxisme, fasisme, feminisme dan ekologisme. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa ideologi adalah suatu pemikiran yang menjadi dasar seseorang, sekelompok orang bahkan bangsa dan negara untuk mencapai tujuannya. Ideologi juga sangat berguna bagi kehidupan bangsa dan negara sebagai identitas bersama agar masyarkat mengetahui ke arah mana kehidupan bersama hendak dituju. Bramanti Kusuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar