Hadits Nabi saw tentang kondisi manusia; "Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sehingga ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya, untuk apa dihabiskannya, tentang masa mudanya, digunakan untuk apa, tentang hartanya, dari mana diperoleh dan kemana dihabiskan, dan tentang ilmunya, apa yang dilakukan dengan ilmunya itu." (HR. Tirmidzi).

Kamis, 19 Maret 2015

MISKIN DAN LAPAR BUKAN ALASAN UNTUK MENCURI

Beberapa waktu belakangan ini kita kerap mendengar berita maraknya kaum miskin yang kedapatan mencuri lalu dihukum berat di pengadilan. Beberapa orang tertangkap basah mencuri buah, kayu, makanan dan bahan-bahan makanan sederhana lain lalu mereka dipenjara dan diberitakan oleh berbagai media massa dari berbagai sudut pandang. Seorang nenek kedapatan mencuri tujuh batang kayu jati, lalu ia membela diri namun tidak mendapat keringanan lalu media memberitakan sisi kezaliman pengadilan yang tidak bersikap adil pada pelaku kejahatan yang tidak bertindak serupa dengan pencuri uang Negara miliaran rupiah. Sesungguhnya dengan berita ini kita dibingungkan dengan situasi serba tidak benar tersebut, ada semacam upaya pembenaran dari sisi hokum namun juga ada upaya penghakiman ketidakadilan dari sisi hokum itu sendiri juga. Maka itu ini menjadi polemic berkepanjangan di masyarakat, apa sebenarnya yang sedang terjadi. Kekacauan hokum macam apa yang sedang dipertontonkan kepada pubik, sehingga seolah-olah masyarakat diminta berkelahi dengan system hokum karena tindakan ini tidak memenuhi rasa keadilan dari sisi manapun.

Namun demikian apapun alasannya, seorang miskin tetap saja tidak dibenarkan melakukan tindakan pencurian dengan mengatas namakan perut yang lapar. Sebagaimana prinsip utama yang harus dipegang teguh seorang muslim bahwa Allah sudah menetapkan rizki bagi setiap hambanya, dan tentunya ini sudah cukup bagi kita untuk tidak perlu melakukan tindakan sengaja mengambil milik orang lain dengan alasan lapar. Tetap saja itu tidak dibenarkan. Lalu bagaimana seharusnya sikap seorang miskin yang terlantar mensikapi situasi keras dalam hidupnya? Pilihan mencuri pastinya adalah pilihan terakhir yang dianggap lumrah dan paling memungkinkan bagi mereka, tapi seharusnya sebelum sampai ke sana, mereka masih bisa diselamatkan, yaitu dengan adanya saudara yang mau membantu meringankan beban mereka.

Maraknya kasus pencurian di masyarakat bawah ini sangat memprihatinkan, dan sayangnya tidak ada orang yang mau bersimpati sebaliknya mereka kebanyakan hanya mencela, menghujat dan menghina aparat yang melakukan eksekusi. Tidak ada rasa empati pada isi pesan apa yang tersembunyi dari peristiwa itu. Ada fenomena apa gerangan? Bukankan ini seharusnya juga menjadi tanggung jawab kita bersama, bagaimaan mungkin ada saudara kita yang sedang kelaparan, lalu ia memilih jalan pintas dengan cara mencuri, sementara kita bisa hidup cukup dan bahkan mewah, kemana hati nurani manusia saat ini? Kemana rasa belas kasih dan saling menyayangi sesama manusia, mengapa ada diantara kita yang sedang kesusahan lalu kita tidak mau membantunya keluar dari niat buruknya ingin melakukan kejahatan, seharusnya itu bisa dicegah dan bisa diantisipasi dengan memberikan mereka bantuan agar mereka tidak benar-benar melaksanakan niat jahatnya. Peran ini harusnya dilakukan oleh orang-orang yang ada disekitarnya dan orang-orang terdekatnya yang berkecukupan. Dalam Ayat-Nya Allah sudah menjelaskan bahwa pada setiap keluarga, maka ada salah satu diantara mereka yang di berikan kecukupan rizki agar ia dapat menolong sanak saudaranya yang kekurangan.

Melalui Ibnu Abbas ra. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang dilebihkan dengan beberapa kenikmatan yang bisa dirasakan oleh hamba-hamba yang lain.

Menjadi kaum yang miskin bukan berarti itu dibenarkan untuk mencuri, menjadi miskin bukan berarti saudaranya yang cukup tidak perlu ikut membantu dan menolong saudaranya yang kesusahan, sesungguhnya Allah menciptakan ada yang miskin dan kaya adalah agar diantara keduanya mau saling tolong menolong karena Allah swt. bukan karena Allah tidak mau menurunkan rizkinya langsung kepada si miskin, maka ini sebenarnya adalah ujian bagi si kaya. Allah swt sedang memberikan pelajaran berharga kepada kita semua tentang pentingnya hidup berempati pada si miskin, dimanapun kita berada saat ini, pelajaran ini ditujukan kepada kita semua yang saat ini sedang duduk dan menyimak tulisan ini untuk memperhatikan betapa kita saat ini harus banyak-banyak mengulurkan tangan kita kepada si miskin, sehingga Allah akan ridho dengan kita sebagai umatnya yang diberikan kepercayaan memiliki harta yang cukup atau berlebih. Bantulah si miskin, maka dengan begitu kita juga telah membantu Allah swt dalam menjalankan hokum dan perintahnya di bumi.

Maka dari itu bangunlah kita dari tidur yang melenakan ini, janganlah kita membiarkan saudara-saudara kita terjun bebas dalam kehinaan, karena sesungguhnya semakin banyak kasus seperti ini muncul ke permukaan, maka itu sesungguhnya teguran yang datag kepada kita kelak akan semakin keras. Jika kita tidak melapangkan dada kita untuk membantu sesame kita yang kesusahan, maka kelak kesusahan itu juga akan menimpa kita.

Faktanya, di dunia ini tidak ada seorang pun yang mau menjadikan dirinya seorang pencuri, penjambret, pezina, pendosa dan berbagai pekerjaan haram lainnya. Tapi ketika mereka dihadapkan pada situasi terburuk dalam hidupnya, dengan pengetahuan dan pemahaman rendah, lalu tidak ada seorangpun yang datang membantu dan mengeluarkannya dari jerat kemiskinan. Padahal dalam agama manapun tidak ada yang membenarkan tindakan itu, meski itu dilakukan dengan alas an perut yang lapar dan akibat dari kemiskinan yang dideritanya. Dan nyatanya dalam islam hukuman mencuri saja akan mendapatkan hukuman berat, bahkan lebih berat dari yang ditetapkan manusia pada umumnya yaitu penggal tangan. Seorang yang kedapatan mencuri milik orang lain, lalu disertai bukti-bukti dan pengakuan dari pelakunya, maka hukuman setimpal adalah tangan si pencuri itu dipotong.


Ini untuk dijadikan pelajaran bagi yang lain, bahwa sangat beratnya hokum islam memandang masalah ini bukanlan perkara sederhana sebagaimana yang dikira orang selama ini. Dengan cara memotong tangan si pelaku, maka seumur hidup ia tidak akan pernah lagi bisa menggunakan tangannya untuk melakukan apapun, karena pada setiap orang lain yang melihatnya tanpa kedua tangannya maka itu akan memberikan peringatan kepada sesamanya untuk jangan pernah berniat untuk mencuri, bahkan itu hanya segenggam beras. Seorang dengan tanpa tangan adalah sebuah bentuk hokum social dan moral bagi siapa saja, tanpa pandang bulu, termasuk bagi para koruptor. Seorang yang sudah menyaksikan sendiri kejamnya hukuman potong tangan, maka mereka tidak akan berani sedikitpun mengambil milik orang lain, meski itu sangat memungkinkan.

Dan seharusnya hokuman mencuri yang dilakukan para koruptor jauh lebih berat daripada mereka yang miskin, karena disini akan memenuhi asas keadilan di masyarakat. Seorang koruptor seharusnya diganjar dengan hukuman mati, sehingga kita bisa memberi contoh pada masyarakat bahwa bukan hanya pencuri ayam yang dihukum, bahkan pencuri uang rakyat juga diakhiri hidupnya karena ia yang mengakibatkan timbulnya para pencuri-pencuri ayam di kelas bawah dimasa depan nanti.

Maka dari itu, wahai kaum muslimin, kerasnya hidup disaat ini janganlah dijadikan alas an untuk membenarkan berbagai tindakan criminal, apapun bentuknya itu sangat dibenci oleh Allah swt. Tidak ada ajaran dalam islam untuk membela si miskin jika ia berbuat maksiat dan dosa, sebaliknya itu harus diberikan pelajaran keras. Karena sesungguhnya bibit-bibit jiwa pencuri itu adalah ketika itu dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana. Maka dari itu Allah sangat mengharamkan tindakan ini karena ia akan mengakibatkan timbulnya bentuk-bentuk pencurian lain yang berkedok banyak hal, mulai dari alas an lapar, miskin, hingga alasan pemuasan nafsu.
Jika seseorang sudah mengalami sutuasi ekonomi yang amat sulit dalam hidupnya, lalu ia tidak dapat melihat adanya kemungkinan untuk keluar dari kemelaratannya itu maka ada tiga langkah yang dapat dilakukan seseorang agar ia dapat terhindar dari fitnah dunia, yaitu;

1. Mintalah didatangkan pertolongan allah segera,
2. Jika ini berkaitan dengan perut yang lapar maka berpuasalah,
3. Jika ini berkaitan dengan kebutuhan yang lain, maka berkunjunglah ke kerabat dekat.

PENJELASAN

1. Tidak ada dzat yang lebih sempurna kuasanya hanya Allah swt. mintalah dengan segenap jiwa dan raga agar ia segera mendatangkan pertolongan-Nya, dengan tujuan agar anda bisa terhindar dari niat buruk dan terbawa hasutan syaitan dalam hati. Tahulah kita semua bahwa sesungguhnya Allah swt amatlah dekat dengan pada hambanya. Sama dekatnya dengan urat nadi kita. Jadi meski dalam keadaan paling sempitpun datanglah kepada Allah, niscaya Allah akan membantu kita.

2. jika kekurangan itu berkaitan dengan perut yang lapar maka berpuasalah, seorang miskin yang kelaparan karena tidak mampu membeli makanan, maka dengan berpuasa maka ia tidak akan merasakan kelaparannya itu adalah siksa, sebaliknya dengan berpuasa maka ia akan merasakan datangnya nikmat. Dalam laparnya orang berpuasa, maka allah akan melapangkan rongga perutya sehingga ia bisa merasakan kenyang.

3. jika berkaitan dengan kebutuhan lain, maka berkunjunglah kepada kerabat terdekat untuk meminta bantuan. Dalam hal ini tidak sama pengertiannya dengan meminta-minta, atau mencari pinjaman dari rentenir dan bank yang menggunakan system bunga tinggi. Sambung silahturahmi kepada sanak saudara yang berkecukupan, jika mereka memberi bantuan maka berusaha sekuat tenaga untuk mengembalikannya, namun jika tidak mendapatkan bantuan maka kembali ke tahap pertama yaitu bertawakallah kepada Allah swt.

Jadi, sesungguhnya Allah lebih mencintai hambanya yang sabar dan bertawakal dalam keadaan sempit, memilih menahan diri dari berbagai usaha negative lalu menjaga diri dari niat buruk, dan lebih mencintai lagi hambanya yang berkecukupan yang mau memberikan bantuan kepada si miskin dengan hanya mengharap ridho Allah swt. System kekerabatan ini Allah bangun adalah dalam rangka keduanya untuk selalu berjalan lurus di sisi Allah, yaitu menyambung silahturahmi dan bertawakal kepada-Nya. Apapun harta yang dititipkan oleh-Nya kelak itu akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak, jadi tidak ada hak kita sama sekali atas setiap koin uang yang kita genggam selain didalamnya tertera atas nama Allah swt semata. Kita di dunia ini sekedar meminjam dan menggunakannya untuk menolong Allah menjalankan system kekerabatan ini, tidak ada yang lain.

Nabi saw bersabda: “Barangsiapa yang menolong saudaranya untuk memberikan kemanfaatan, maka pahala untuknya seperti berjuang di jalan Allah swt.”

Nabi saw juga pernah bersabda:”Sesungguhnya Allah memiliki beberapa mahluk yang tugasnya memenuhi kebutuhan sesame manusia. Dia bersumpah demi Dzat-Nya , tidak akan menyiksa mereka di neraka. Bila datang hari kiamat, diletakkan mimbar yang terbuat dari cahaya, mereka mampu berhubungan dengan Allah, padahal yang lainnya sedang di hisab."

Dari Annas ra. Katanya bahwa Nabi saw. Pun bersabda:”Barangsiapa yang berusaha memenuhi kebutuhan saudara muslimnya, maka Allah akan mencatat setiap langkah ditulis 70 kebaikan dan dihapus 70 kejahatan. Jika kebutuhan itu terpenuhi, maka ia akan terlepas dari dosa-dosanya laksana baru lahir dari ibunya. Bila ia mati saat itu, maka ia masuk surga tanpa hisab. Subhanallah. Itulah keutamaan bagi orang yang mau membantu sesama, semoga mata hati kita terbuka dan semoga Allah meridhoi kita. amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

MENJUAL AGAMA PADA PENGUASA DISIFATI ANJING DALAM AL QURAN

Pemimpin/Ulama adalah cermin dari umat atau rakyat yang dipimpinnya. Definisi Ulama (wikipedia) adalah pemuka agama atau pemimpin agama ...

Popular Post