REPUBLIKA.CO.ID, Mars adalah tempat yang buruk untuk dihuni. Planet merah itu sangat dingin, penuh dengan radiasi, dan memiliki atmosfer karbon dioksida tipis. Akan tetapi, hal itu tidak menghentikan langkah manusia untuk mencari jejak kehidupan di Mars dan bahkan berharap untuk bisa tinggal di sana suatu saat nanti. Dahulu, Mars memiliki banyak air seperti bumi. Peneliti beranggapan masih dapat menemukan kehidupan mikroba dari planet tersebut.
Sayangnya, kemungkinan itu menjadi semakin kecil. Dikutip dari Time, Jumat (7/7), tanah Mars ternyata justru mengandung racun untuk bakteri. Mikroorganisme yang pernah ada di masa lalu pun diprediksi sudah teracuni hingga mati saat ini.
Ketika pesawat Viking 1 dan 2 mendarat di Mars pada 1976, peneliti berhasil mendeteksi perklorat di tanah Mars. Hal itu berhasil terkonfirmasi oleh ekspedisi selanjutnya. Perklorat merupakan klorin yang memiliki oksigen tinggi. Perklorat bisa menjadi sumber energi untuk bakteri. Akan tetapi, perklorat juga bisa menjadi racun terutama jika terpapar radiasi ultraviolet yang kerap ada di Mars.
Peneliti dari Universitas Edinburgh Charles Cockell dan Jennifer Wadsworth bersepakat permukaan Mars tidak aman untuk sel-sel vegetatif. Kebanyakan permukaan Mars pun diyakini tidak bisa menjadi tempat untuk hidup. Meski begitu, ada beberapa bagian permukaan di Mars yang mendukung kehidupan bakteri. Investigator awalnya mencoba eksperimen dalam temperatur 25 derajat celsius. Bakteri pun mati dengan cepat. Akan tetapi, ketika suhu diturunkan menjadi empat derajat celsius kematian bakteri bisa diturunkan hingga 10 kali lipat.
Suhu permukaan Mars berkisar paling tinggi 22 derajat celsius dan paling rendah minus 55 derajat celsius. Oleh karena itu, zona nyaman yang mampu menyediakan temperatur aman untuk bakteri diperkirakan masih menyimpan harapan untuk menemukan kehidupan di Mars.
Sayangnya, kemungkinan itu menjadi semakin kecil. Dikutip dari Time, Jumat (7/7), tanah Mars ternyata justru mengandung racun untuk bakteri. Mikroorganisme yang pernah ada di masa lalu pun diprediksi sudah teracuni hingga mati saat ini.
Ketika pesawat Viking 1 dan 2 mendarat di Mars pada 1976, peneliti berhasil mendeteksi perklorat di tanah Mars. Hal itu berhasil terkonfirmasi oleh ekspedisi selanjutnya. Perklorat merupakan klorin yang memiliki oksigen tinggi. Perklorat bisa menjadi sumber energi untuk bakteri. Akan tetapi, perklorat juga bisa menjadi racun terutama jika terpapar radiasi ultraviolet yang kerap ada di Mars.
Peneliti dari Universitas Edinburgh Charles Cockell dan Jennifer Wadsworth bersepakat permukaan Mars tidak aman untuk sel-sel vegetatif. Kebanyakan permukaan Mars pun diyakini tidak bisa menjadi tempat untuk hidup. Meski begitu, ada beberapa bagian permukaan di Mars yang mendukung kehidupan bakteri. Investigator awalnya mencoba eksperimen dalam temperatur 25 derajat celsius. Bakteri pun mati dengan cepat. Akan tetapi, ketika suhu diturunkan menjadi empat derajat celsius kematian bakteri bisa diturunkan hingga 10 kali lipat.
Suhu permukaan Mars berkisar paling tinggi 22 derajat celsius dan paling rendah minus 55 derajat celsius. Oleh karena itu, zona nyaman yang mampu menyediakan temperatur aman untuk bakteri diperkirakan masih menyimpan harapan untuk menemukan kehidupan di Mars.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar