Hadits Nabi saw tentang kondisi manusia; "Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sehingga ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya, untuk apa dihabiskannya, tentang masa mudanya, digunakan untuk apa, tentang hartanya, dari mana diperoleh dan kemana dihabiskan, dan tentang ilmunya, apa yang dilakukan dengan ilmunya itu." (HR. Tirmidzi).

Kamis, 07 September 2017

KRISIS ROHINGYA: SUDAH SAATNYA ISLAM BERSATU

ROHINGYA, BABAK BARU KONFLIK UMAT ISLAM
Apa yang dibutuhkan etnis Rohingya saat ini bukanlah makanan, pakaian dan rumah tinggal, yang sangat mereka butuhkan saat ini adalah kepastian Hukum dan hak sebagai warga negara yang sah karena status mereka yang tidak jelas di daerah asal mereka Myanmar. Negara Myanmar tidak mau memberikan status kewarganegaraan dan hak sipil terhadap etnis minoritas ini. Karena Negara Myanmar menganggap etinis ini bukan warga asli Myanmar, melainkan warga keturunan Bangli, dan mereka berencana melakukan penghapusan entis minoritas ini dalam daftar etnis yang di akui negara, Rohingya adalah salah satu etnis yang ilegal. Mereka dianggap sampah dan tidak layak hidup di wilayah Myanmar, karena mereka tidak memiliki kesamaan ciri penduduk asli Myanmar yang berkulit putih dan sebagainya.

Hal ini dibenarkan Utusan Khusus PBB di Myanmar, Yanghee Lee, mengatakan bahwa rezim Myanmar kemungkinan besar sedang berupaya mengusir seluruh etnis rohingya dari wilayah negara mereka. Lee mengungkapkan bahwa pembersihan penuh menjadi tujuan akhir dan penindasan dan kekerasan mengerikan yang dialami etnis rohingya minoritas. Dilansir The Guardian, 14 Maret 2017.

Atas rencana pemerintahan Myanmar ini, sebagian besar etnis rohingya merasa tertekan, karena mau tidak mau mereka harus mencari jalan menyelamatkan diri atau bertahan dengan kondisi seadanya. karena Rohingya, sampai kapanpun akan dijajah atas nama kesewenangan negara berkuasa. Rohingya walau seandainya negara Myanmar melonggarkan aturan atas mereka, konflik akan tetap pecah, karena masyarakatnya sudah mengetahui status ketidakjelasan kewarga-negaraan mereka dan masyarakat juga sudah tahu ada rencana negara ingin menghapus etnis ini dari daftar legal. Sampai kapanpun etnis ini akan menjadi kambing hitam konflik di wilayah asia tenggara.

Maka atas semua kondisi ini, seiring berjalannya waktu terbentuknya gerakan pemberontak dari sisi etnis rohingya, yaitu pasukan ARSA Arakan Rohingya Salvation Army, atau separatis yang menyatakan diri mereka akan melakukan serangan terhadap pos-pos polisi dan markas militer Myanmar di negara bagian Rakhine.Dalam serangan di kota Maungdaw, Buthidaung dan Rathedaung di negara bagian Rakhine utara yang telah diakui oleh Arakan Rohingya Salvation Army, Arsa, telah menewaskan sedikitnya 32 orang, baik dari pihak keamanan maupun dari pemberontak.

KRONOLOGIS TRAGEDI


Serangan milisi Arsa terjadi pada Jumat dini hari, 25 Agustus 2017. Arsa, sebuah kelompok yang sebelumnya dikenal sebagai Harakah al-Yaqin, menyerang sebuah kantor polisi di wilayah Maungdaw di negara bagian Rakhine utara dengan bom rakitan.

Setelah itu, beberapa serangan susulan dilakukan di beberapa wilayah lain di Rakhine. Sedikitnya 24 pos polisi diserang oleh milisi Arsa. Termasuk sebuah serangan terhadap pos polisi di Taung Bazaar pada pukul 3 dini hari oleh sekitar 150 milisi Arsa.

Serangkaian serangan itu, menewaskan 1 tentara, 10 polisi dan 21 milisi pemberontak Rohingya. Meskipun beberapa laporan terpisah menyebutkan bahwa korban tewas melebihi angka resmi tersebut.

Setelah penyerangan tersebut, Arsa mengaku bertanggung jawab melalui unggahan di Twitter yang mengatakan bahwa pihaknya memerangi penganiayaan Rohingya. Dalam unggahan tersebut Arsa juga mencantumkan sebuah pernyataan bahwa aksi itu sebagai tindakan defensif terhadap pasukan keamanan Myanmar di lebih dari 25 lokasi, namun tidak memberikan rincian.

Arsa juga mengatakan bahwa langkah tersebut sebagai balasan atas blokade dua minggu oleh pihak berwenang yang berdampak pada pasokan makanan bagi umat Islam di Kotapraja Rathedaung. Selain adanya peningkatan kekerasan oleh militer di Rathedaung dan Maungdaw terhadap etnis Rohingya. Dalam pernyataan, kelompok tersebut juga berikrar akan melanjutkan perjuangan mereka dengan lebih banyak serangan lainnya.

Pemerintah Myanmar mengevakuasi sedikitnya 4.000 penduduk nonmuslim dan staf pemerintah dari lokasi bentrokan bersenjata antara kelompok pemberontak Rohingya dan pasukan militer Myanmar di barat daya Rakhine. Bersamaan dengan itu, sekitar 2.000 warga muslim Rohingya telah melarikan diri ke arah perbatasan Bangladesh, menghindari pertempuran yang terburuk sejak Oktober tahun lalu.

Menurut Menteri Kesejahteraan Sosial Myanmar Win Myat Aye, pihaknya telah menyiapkan tempat tinggal bagi mereka yang dievakuasi seperti biara Buddha, gedung pemerintah, dan kantor polisi di kota-kota besar di Myanmar.

"Kami bekerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah setempat untuk menyediakan makanan kepada penduduk," kata Win Myat Aye seperti dikutip dari Reuters, Minggu, 27 Agustus 2017.

Namun dia tidak dapat menjelaskan rencana pemerintah untuk membantu warga Rohingya. "Ini sangat sulit untuk dijelaskan, ini situasi konflik sehingga sangat sulit untuk mengatakan siapa benar atau salah," ujarnya seperti dikutip dari The Irrawaddy, Minggu.

Pertempuran yang berlangsung hingga ke jalan raya di Kota Maungdaw, Rakhine. Suara tembakan senjata dan ledakan membuat penduduk Rakhine panik.

Mengutip The Irrawaddy, penduduk Rakhine, baik itu yang dihuni nonmuslim maupun yang berbaur antara muslim dan nonmuslim berjaga-jaga dengan membawa pisau dan pentungan sebagai alat membela diri.

Banyak warga di sejumlah desa di Rakhine terjebak di area pertempuran yang berlangsung hingga ke jalan raya. Bahkan ditemukan banyak ranjau darat.

"Pertempuran berlanjut sepanjang hari kemarin di jalan raya, ditemukan banyak ranjau darat. Aparat lokal tidak memiliki cukup makanan untuk mereka semua. Harga komoditas beranjak naik hari demi hari," kata seorang jurnalis di Kota Maungdao.

Hingga Minggu, tercatat sudah 98 orang tewas dalam pertempuran yang pecah sejak Jumat, 25 Agustus 2017. Jumlah itu terdiri atas 80 pemberontak Rohingya dan 12 anggota pasukan keamanan.

Serangan tersebut menandai peningkatan dramatis dalam konflik yang terjadi di Rakhine sejak Oktober 2016, ketika terjadi serangan serupa yang menewaskan 9 polisi. Serangan oleh Arsa kemudian memicu operasi militer besar-besaran.

Operasi militer tersebut kemudian mengakibatkan sekitar 87.000 orang Rohingya melarikan diri ke Bangladesh. Perserikatan Bangsa-Bangsa menuduh pasukan keamanan Myanmar melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan termasuk, pembunuhan, pemerkosaan dan pembakaran.

Situasi di negara tersebut memburuk lagi awal bulan ini ketika pasukan keamanan memulai "operasi pembersihan" baru dengan ketegangan yang beralih ke perkampungan Rathetaung, di sini komunitas Buddhis Rakhine dan Rohingya tinggal berdampingan.

sumber:
https://www.kba.one/news/bangladesh-relokasi-pengungsi-rohingya-ke-pulau-terpencil/index.html

Dalam hal ini pemerintah Myanmar tidak mau disalahkan atas terjadinya konflik di Rakhine, padahal semua itu terjadi bermula dari upaya pasukan myanmar memblokade bantuan pangan bagi etnis Rohingya di Rakhine, yang memicu kemarahan pasukan ARSA dan terjadilah baku tembak kedua pasukan militer dan pemberontak lalu pecahlah perang dan jatuhlah korban.

Konflik di sana memang sudah bukan lagi karena agama, tetapi karena politik. Politik yang tidak menginginkan tetap bermukimnya etnis Rohingya di wilayah mereka. Politik yang dikondisikan sengaja ingin memicu konflik diantara keduanya agar bertikai dan tercipta konflik etnis, konflik yang disebabkan akibat perbedaan agama, ras, etnis, dan warna kulit.

LALU BAGAIMANA JALAN KELUARNYA?


Dalam hal ini, setelah ramai diberitakan dan sudah terlanjur timbulnya kemarahan kaum muslim di seluruh dunia terkait konflik yang menewaskan banyak etnis rohingya dan sudah simpang siurnya berita yang beredar. Maka kondisi ini tidak mungkin lagi diperbaiki atau diselesaikan dengan jalan damai. Karena pertikaian ini sudah menimbulkan pertumpahan darah, sudah memicu kebencian antara etnis di rakhine, maka mau tidak mau seluruh etnis Rohingya ini harus segera di ungsikan dari Myanmar secepatnya. Mau tidak mau semua negara mayoritas penduduk muslim dunia terutama Asia harus bersatu dan saling bahu-membahu merelokasi etnis ini dari wilayah konflik ke wilayah aman.

Karena jika tidak, sebut saja ini akan menjadi wilayah pertikaian berikutnya setelah Suriah dan Allepo. Sebut saja konflik itu sedang berusaha dipindahkan dari wilayah timur tengah dengan ISIS biang keladinya, yang saat ini kondisi di sana sudah hancur lebur, akan dipindahkan ke wilayah Asia dan akan berubah tema menjadi konflik Rohingya oleh pemberontak pasukan ARSA. Kemungkinan jika etnis Rohingya dibiarkan tetap bermukim dan menetap disana, wilayah sekitarnya akan terkena dampak dan terpengaruh kondisi ekonomi akan terganggu. Negara-negara Asia dengan jumlah penduduk muslim terbesar di Asia adalah Indonesia yang akan menjadi negara pertama yang bereaksi keras terhadap konflik ini, akan menjadi negara bulan-bulanan dengan terus berkecamuknya konflik di Rakhine ini, apalagi Malaysia, Bruney, Thailand, Kamboja yang jaraknya sangat dekat. Karena Asia adalah wilayah dengan kondisi masyarakat yang heterogen etnis, suku dan sara, jika dibiarkan akan menyulut konflik baru di wilayah ini.

Faktanya, sampai kapanpun konflik ini akan terus terjadi dan terus menggerogoti kestabilan ekonomi dan sosial negara-negara mayoritas muslim ini. Seterusnya, jika konflik ini tidak bisa dihentikan, maka pasukan perdamaian PBB akan masuk dan mengamil alih keadaan, lalu apa yang terjadi? Wilayah ini akan menjadi sentra perang baru di masa depan. Malaysia yang selama ini bersikap acuh akan bertikai dengan negara tetangganya akibat masalah pengungsi. Demikian juga dengan Thailand dan Bangladesh, termasuk juga Indonesia, negara-negara ini dikemudian hari akan menjadi negara penampung pengungsi dalam jumlah besar.

Sebagaimana konflik yang terjadi di Suriah, negara-negara eropa kini menjadi negara penampung pengungsi perang dan dalam waktu sekejap disulap menjadi negara penampung jutaan orang. Hal ini juga sedang dialami Bangladesh, karena kebetulan wilayah Rakhine berdekatan dengan Bangladesh. Kini Pemerintah Bangladesh kewalahan dan sedang berupaya memindahkan para pengungsi ke pulau terpencil Thengar Char berjarak 2 kilometer dari pulau terdekat, pemerintah Bangladesh beralasan mereka tidak punya cukup sumber daya untuk menampung ribuan pengungsi sementara penduduk mereka sendiri miskin. Tapi sayangnya pulau Thengar Char dianggap tidak layak huni karena sangat rentan terhadap gelombang pasang.

Lalu apa yang dapat dilakukan oleh negara-negara tetangga seperti Indonesia dan Malaysia untuk mengantisipasi hal ini?

Mau tidak mau sekaranglah saat yang tepat bagi semua penduduk muslim dunia untuk bersatu, bahu-membahu mencari jalan keluar bersama-sama memikirkan nasib para pengungsi ini. Negara muslim seperti OKI, Uni Emirat Arab, Negara-negara Teluk, Arab Saudi dan Turki yang juga merupakan negara muslim maju harus turut ikut andil.

Indonesia sebagai negara dengan ribuan pulau harus mulai memikirkan mencari pulau yang layak huni dan bisa dijadikan tempat berteduh dan bercocok tanam. Demikian juga dengan malaysia dan Thailand. Semua negara di sekitar Myanmar harus sudah mulai mencari lahan baru untuk bisa dijadikan tempat mereka tinggal. Inilah saatnya umat islam bersatu, moment inilah yang sedang ditagih Allah swt kepada umat muslim dunia saat ini, Allah swt sudah memberi banyak kepada kita, tetapi kenapa kita tidak mau berbuat baik kepada hamba2 Allah swt yang kelaparan. Inilah moment dimana Allah swt sedang menagih janji kita yang percaya dan yakin dengan ketentuan-Nya. Karena sesungguhnya bumi dan langit ini adalah milik Allah swt, Apa yang kita nikmati saat ini pun semuanya milik Allah swt, dan tidak ada sesuatu pun yang ada di atas muka bumi ini selain itu harus dikembalikan kepada Allah swt, lalu kenapa kalian tidak mau berbuat baik kepada Allah swt. Dalam firman-Nya Allah swt berkata:

"Dan orang-orang yang terdahulu - yang mula-mula (berhijrah dan memberi bantuan) dari orang-orang "Muhajirin" dan "Ansar", dan orang-orang yang menurut (jejak langkah) mereka dengan kebaikan (iman dan taat), Allah rido akan mereka dan mereka pula rido akan Dia, serta Ia menyediakan untuk mereka Syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; itulah kemenangan yang besar." (At-Taubah, 9:100).

Moment tragedi kemanusiaan ini terjadi di hari Idul Adha, yaitu hari besar umat islam untuk ikhlas berkurban harta terbaik yang dimilikinya untuk dipersembangkan kepada Robb-Nya. Apakah itu hanya sekedar kerbau dan kambing, tidak saudaraku, jika mamang ada hartamu yang paling berharga di dunia ini adalah nyawamu, maka bisa saja Allah swt meminta nyawamu untuk dikurbankan. Tetapi tidak, Allah swt jadikan moment berharga ini bagi etnis rohingya yang menderita di hari berkurban ini sebagai peringatan kepada muslim dunia, bahwa sesungguhnya ia dimintakan keikhlasannya mewakafkan sebagian tanah yang dimilikinya untuk saudaranya yang ketakutan dan kelaparan. Wakafkanlah harta terbaikmu, yaitu segenggam tanah dan air untuk saudaramu yang kesusahan, itulah pesan dari tragedi ini.

Jika saja setiap negara muslim mau mewakafkan sebidang tanahnya untuk saudaranya etnis Rohingya yang tertindas, maka Insya Allah kelak Allah swt akan menggantinya dengan nikmat-Nya yang paling bernilai. Sebidang tanah atau pulau untuk bercocok tanam dan bernelayan, hibahkan peralatan dan perlengkapan hidup agar mereka bisa hidup mandiri, berikan status kewarganegaraan yang resmi, lalu apakah kita akan menjadi miskin dan bangkrut karenanya? Dunia ini milik Allah swt, semua ini milik Allah, kita bahkan tidak punya hak sedikitpun untuk mengklaim bahwa ini milik segelintir orang.

Jangan takut saudaraku, Atas usaha dan keiklasan kita ini Allah swt akan segera menurunkan rahmat-Nya ke muka bumi ini sehingga turunlah masa kejayaan dan kemakmuran. Bahwa kelak dunia ini akan berlaku sekali lagi masa kemakmuran, kedamaian, dan penuh dengan keampunan Tuhan maka itu tergantung dengan keikhlasan kita saat ini. Demi kebangkitan Islam yang kita harapkan, berjuanglah untuk mencari dan menambahkan Iman. Berikrarlah untuk berkorban apa saja untuk iman. Relakan diri untuk terus berbuat dalam perjuangan merebut Iman. Di hari kita dipanggil mengadap Tuhan, di hari itu tiada apa yang melindungi kita melainkan Iman.

Maksud firman Allah Taala, "Kecuali orang-orang yang datang mengadap Allah dengan hati yang selamat sejahtera." (Ash-Shu'ara : 88).

Inilah janji yang benar dari Allah swt, dan kita saat ini sedang di tagih janji dan harus mampu menepati apa yang kita katakan dan apa yang kita perbuat. Bersamaan dengan itu inilah moment berharga bagi semua umat muslim dunia untuk bersatu, merapatkan barisan dan menapaki langkah ke depan menolong saudara yang kesusahan, karena di semenanjung Korea sana, kini sedang berkecamuk konflik senjata pemusnah masal oleh Korea Utara dan sekutunya. Konflik ini juga harusnya bisa menyadarkan kita semua tentang pentingnya arti rasa persaudaraan muslim. Pentingnya menjaga silahturahmi antar umat, karena pintu perang dunia ke tiga pun sudah di depan mata, pintu neraka pertama akan dibuka, hanya tinggal menghitung waktu saja, kapan lagi orang islam bisa bersatu menghadapi perang besar akhir jaman jika kita tidak memulai dari sekarang. Inilah moment berharga bagi kita untuk menolak bala' dan menolak kehancuran, lakukanlah sesuai perintah-Nya, insya ALlah kita semua selamat dari azab-Nya.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

MENJUAL AGAMA PADA PENGUASA DISIFATI ANJING DALAM AL QURAN

Pemimpin/Ulama adalah cermin dari umat atau rakyat yang dipimpinnya. Definisi Ulama (wikipedia) adalah pemuka agama atau pemimpin agama ...

Popular Post