Empat negara terpadat penduduknya di dunia, yaitu Cina, India, Amerika Serikat, dan Indonesia bakal mengalami krisis kecukupan pangan.
Menteri Pertanian Suswono, dalam sambutannya di Seminar Internasional Keamanan Pangan, Bogor, mengatakan sangat penting untuk memacu peningkatan produksi dan produktivitas pangan.
Hingga 2050, penduduk dunia akan meningkat 33 persen, dari enam miliar orang menjadi delapan miliar orang. Bersamaan dengan itu, permintaan terhadap pangan, air, dan energi akan meningkat 30 – 50 persen. “Kekurangan pangan di salah satu negara yang padat penduduknya pasti menimbulkan efek domino terhadap negara lain,” kata Suswono, Kamis (27/10).
Cina dan India merupakan dua negara penduduk terpadat di dunia. Keduanya pemasok sekaligus konsumen pangan yang sekecil apa pun goncangan stabilitas pangannya pasti memengaruhi pangan global.
Peneliti dari Yunan Agricultural University Cina, Xuelin Tan, mengatakan Indonesia memiliki potensi itu. "Indonesia berperan dalam memberi makan penduduk regional dan global (feed the world)," kata Tan. “Seperti Cina yang mampu memasok 20 persen pangan dunia dengan lahan pertanian hanya tujuh persen.”
Meski demikian, Cina tetap menghadapi tantangan sektor pertanian yang nyaris sama dengan Indonesia. Tan mencontohkan, lahan pertanian Cina sering kekurangan air akibat kurangnya waduk di negara tersebut. Konversi lahan pertanian menjadi pemukiman juga terjadi. Akibatnya, sawah irigasi yang terairi di Cina hanya 45 persen.
Sementara itu, akademisi dari Indian National Science Academy, S Nagarajan, mengatakan ancaman lonjakan harga pangan sudah dirasakan sejak 2007 – 2008. “Itu menciptakan ketegangan sosial,” katanya di tempat yang sama.
Tahun demi tahun ancaman bertambah, mulai dari perubahan iklim hingga ancaman ekonomi global. Negara-negara ASEAN bersama India dan Cina berperan memeriksa ketahanan pangan daerah dengan cara yang lebih pragmatis. Sebab, kemakmuran yang kolektif merupakan visi bersama.
Menteri Pertanian Suswono, dalam sambutannya di Seminar Internasional Keamanan Pangan, Bogor, mengatakan sangat penting untuk memacu peningkatan produksi dan produktivitas pangan.
Hingga 2050, penduduk dunia akan meningkat 33 persen, dari enam miliar orang menjadi delapan miliar orang. Bersamaan dengan itu, permintaan terhadap pangan, air, dan energi akan meningkat 30 – 50 persen. “Kekurangan pangan di salah satu negara yang padat penduduknya pasti menimbulkan efek domino terhadap negara lain,” kata Suswono, Kamis (27/10).
Cina dan India merupakan dua negara penduduk terpadat di dunia. Keduanya pemasok sekaligus konsumen pangan yang sekecil apa pun goncangan stabilitas pangannya pasti memengaruhi pangan global.
Peneliti dari Yunan Agricultural University Cina, Xuelin Tan, mengatakan Indonesia memiliki potensi itu. "Indonesia berperan dalam memberi makan penduduk regional dan global (feed the world)," kata Tan. “Seperti Cina yang mampu memasok 20 persen pangan dunia dengan lahan pertanian hanya tujuh persen.”
Meski demikian, Cina tetap menghadapi tantangan sektor pertanian yang nyaris sama dengan Indonesia. Tan mencontohkan, lahan pertanian Cina sering kekurangan air akibat kurangnya waduk di negara tersebut. Konversi lahan pertanian menjadi pemukiman juga terjadi. Akibatnya, sawah irigasi yang terairi di Cina hanya 45 persen.
Sementara itu, akademisi dari Indian National Science Academy, S Nagarajan, mengatakan ancaman lonjakan harga pangan sudah dirasakan sejak 2007 – 2008. “Itu menciptakan ketegangan sosial,” katanya di tempat yang sama.
Tahun demi tahun ancaman bertambah, mulai dari perubahan iklim hingga ancaman ekonomi global. Negara-negara ASEAN bersama India dan Cina berperan memeriksa ketahanan pangan daerah dengan cara yang lebih pragmatis. Sebab, kemakmuran yang kolektif merupakan visi bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar