Oleh: Muhammad Harsono Samsuri
SERING kita mendengar dan melihat kerancuan berfikir orang-orang Nashrani tentang kisah Ibrahim alaihissalam. Umat Kristen --baik yang Protestan maupun Katolik dan sekte-sekte lainnya-- mengabarkan bahwa yang dikurbankan Nabi Ibrahim as adalah Ishaq, anaknya yang tunggal (Kejadian 22:1-2), bukannya Ismail, karena dia bukan anak yang sah (Kejadian 16:1-11) sebab dia berasal dari anak hamba sahaya.
Pendapat ini adalah hak mereka, (umat Kristen, red) untuk menyakini hal tersebut, dan sah-sah saja. Permasalahannya sekarang adalah, karena hal tersebut sering “didengung-dengungkan” kepada umat selain mereka, dalam hal ini yaitu kepada umat Islam, kami, sebagai seorang Muslim, perlu menjelaskan kisah penyembelihan qurban –yang sekarang menjadi tradisi umat Islam dalam merayakan Iedul Adha—ini kepada kaum Muslim sendiri.
Sudah menjadi kewajiban kita sebagai seorang Muslim untuk saling mengingatkan kepada Muslim lainnya atau kepada umat lain, bahwa banyak dari ayat-ayat al-Qur’an diawali dengan kata “Yaa Ahlil-Kitab…” atau seruan kepada keseluruhan umat beragama (bisa Islam dan Kristen) dengan ucapan Allah, “Yaa Ayyuhan-Nas…”. Sebagaimana firman Allah;
وَالْعَصْر إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْر,
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al ‘Asr 103:1-3)
Perlu diketahui bersama, dalam Bibel mereka sendiri, Nabi Ibrahim as dipercayai mempunyai 3 istri. Yang pertama adalah Sarah (Kejadian 16:1-4), yang kedua Hajar (Kejadian 16:1-4) dan yang ketiga adalah Ketura (Kejadian 25:1-6). Dari ketiga istrinya tersebut, Nabi Ibrahim as kemudian mempunyai 8 putra, yakni Ismail dari Hajar (Kejadian 16 : 15-16), Ishaq dari Sarah (Kejadian 21 : 3-5), dan Ketura punya 6 anak yakni Zimron, Yoksan, Medan, Midian, Isybak dan Suah (Kejadian 25 : 1-2). Bahkan didalam Kejadian 17 : 6, Tuhan akan membuat engkau (Nabi Ibrahim as) akan beranak cucu sangat banyak sekali.
Tentang permasalahan “anak tunggal”, mayoritas orang pasti sudah pada mengetahui bahwa “anak tunggal” bisa berarti anak itu tidak punya saudara-saudara lain yang se-ayah (atau dalam hal ini yaitu saudara kandung se-ibu), atau pada saat itu sang ayah baru punya anak satu saja. Hal ini tentu sangat mudah difahami bagi orang yang mau berfikir dengan logika yang sehat dan mengedepankan kebenaran, bukan pembenaran di dalam menelaah suatu permasalahan.
Untuk lebih lengkap dan jelasnya, saya akan mengutip Kejadian 21 : 5 yang isinya kurang lebih adalah bahwa pada waktu Ishaq lahir, Nabi Ibrahim as berumur 100 tahun, sedangkan pada waktu Ismail lahir, Nabi Ibrahim as berumur 86 tahun (Kejadian 16 : 16).
Dengan hal ini sudah bisa kita ketahui bahwa usia Nabi Ismail as lebih tua dari pada Nabi Ishaq as karena Nabi Ismail as lebih dulu lahir dan selisih umur mereka adalah 14 tahun. Jadi secara logis, kalau ingin disebut anak tunggal pada saat itu harusnya Nabi Ismail as, sebab beliau lebih dahulu lahir. Dan tentunya anak yang lahir dahulu (anak sulung) tersebut yang disebut anak tunggal. Hal ini karena saat itu Nabi Ismail as belum mempunyai adik atau kakak (saudara) yang lainnya.
Sedangkan permasalahan yang dikemukakan oleh orang-orang Kristen bahwa istri Nabi Ibrahim as yang sah adalah hanya-lah Sarah saja, sebetulnya sudah terjawab pada point ke II sebagaimana diatas. Bahwasanya Hajar dan Ketura-pun istri yang sah dari Nabi Ibrahim as. Bila ada orang islam yang mengaku dirinya beriman, pasti sudah 100 % yakin & percaya bahwa tidak mungkin seorang Nabi dan Rosul yang telah diutus Allah swt melakukan perbuatan keji dan tercela, yaitu “berzina”. Sebab para Nabi dan Rosul selalu terjaga dari segala dosa dan selalu dijaga oleh Allah SWT.
Selain itu, yang perlu diketahui bersama adalah pada saat itu belum ada sistem monarchi (sistem Kerajaan dengan model “Putra Mahkota) dan tak ada yang disebut sebagai “garwo padmi” atau permaisuri (istri Raja yang tidak dinikahi secara resmi).
Dan kalau kita melihat sejarah jauh kebelakang, yang mana nenek moyang Yesus banyak juga yang “ber-poligami”. Hal ini seperti dilakukan Jacob (Kejadian 32 : 22), Daud (Maz 51 : 1-2), bahkan Salmomo atau Sulaiman yang punya 700 istri (1 Raja 11 : 3).
Namun yang terpenting dari semua itu adalah nabi-nabi diatas merupakan keturunan Nabi Ishaq as. yang otomatis juga keturunan Nabi Ibrahim as. Fakta menunjukkan, kesemuanya itu juga merupakan istri-istri yang sah. Pertanyaannya, “mungkinkah para Nabi berselingkuh?”
Yang justru menjadi tanda tanya besar (the big questionmark) kita adalah, Kalau analisis ini benar (bahwa yang betul-betul dikurbankan adalah Ismail bukannya Ishaq sebagaimana keyakinan orang-orang Kristen, red), maka perlu kiranya kita mengoreksi kekeliruan tersebut. Dan seharusnya (itupun jika mereka mau), orang-orang Kristen sadar kembali kepada millah (agama) yang benar yang dibawa oleh Nabi Ibrahim as dan kemudian beriman kepada apa yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad saw sang Nabi terakhir bagi seluruh umat manusia.
Sebagai Muslim, kita pun juga tau, menurut al-Qur’an dan Bibel sendiri, bahwa Nabi Ishaq as yang menurunkan atau sebagai nenek moyang kaum Yahudi. Sedangkan Nabi Ismail as yang menurunkan atau nenek moyang bangsa Arab. Maka dengan hal ini, Muhammad bin Abdulloh bin Abdil Muththolib yang menjadi Nabi-nya umat Islam yang benar-benar menjadi pemimpin bangsa yang besar sebagaimana juga disinngung di dalam Bibel (Kejadian 21 : 18, Ulangan 18 : 18, Matius 21 : 43 & Yohanes 14 : 26, 15 : 26, 16 : 7-15).
Akan tetapi kenapa mereka (orang-orang Kristen) juga tidak mau segera sadar dari kesalahan faham mereka?
Mungkin, jawabannya, boleh jadi memang ada “agenda tersembunyi” dari para rahib-rahib mereka sebagaimana banyak disitir oleh al-Quran. Wallahu A’lam Bish-Showab…
Kesimpulan
Dari analisis di atas, kita bisa mengambil ibroh (pelajaran), bahwasanya Bibel mereka sendiri dengan tegas dan jelas memfirmankan bahwa “anak tunggal” yang dikurbankan itu adalah anak sulung Nabi Ibrahim as yaitu Nabi Ismail as sebagaimana firman Allah swt;
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِي
فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri Dia khabar gembira dengan seorang anak yang Amat sabar (yang dimaksud ialah Nabi Ismail as). Maka tatkala anak itu sampai (pada umur yang cukup dewasa) dan bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata : “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab : “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash Shaffat 37 : 100-102)
Akhirnya, semoga Allah swt memberikan hidayah kepada orang-orang yang sudah terkena “racun” salah paham dan pemikiran yang menjangkiti mereka. Dan semoga mereka bisa segera sadar dan insyaf yang akhirnya memilih Dien (agama) yang hanya diridhoi oleh Allah swt, yaitu ISLAM. Amin…
Penulis pemerhati masalah sosial dan keumatan asli Klaten Jawa Tengah. Saat ini aktif di Forum Al Ishlah (sebuah forum diskusi yang dikelola oleh gabungan beberapa mahasiswa di Solo, Klaten & Jogja) dengan situsnya www.forum-alishlah.com. Email faimpu@yahoo.com
SERING kita mendengar dan melihat kerancuan berfikir orang-orang Nashrani tentang kisah Ibrahim alaihissalam. Umat Kristen --baik yang Protestan maupun Katolik dan sekte-sekte lainnya-- mengabarkan bahwa yang dikurbankan Nabi Ibrahim as adalah Ishaq, anaknya yang tunggal (Kejadian 22:1-2), bukannya Ismail, karena dia bukan anak yang sah (Kejadian 16:1-11) sebab dia berasal dari anak hamba sahaya.
Pendapat ini adalah hak mereka, (umat Kristen, red) untuk menyakini hal tersebut, dan sah-sah saja. Permasalahannya sekarang adalah, karena hal tersebut sering “didengung-dengungkan” kepada umat selain mereka, dalam hal ini yaitu kepada umat Islam, kami, sebagai seorang Muslim, perlu menjelaskan kisah penyembelihan qurban –yang sekarang menjadi tradisi umat Islam dalam merayakan Iedul Adha—ini kepada kaum Muslim sendiri.
Sudah menjadi kewajiban kita sebagai seorang Muslim untuk saling mengingatkan kepada Muslim lainnya atau kepada umat lain, bahwa banyak dari ayat-ayat al-Qur’an diawali dengan kata “Yaa Ahlil-Kitab…” atau seruan kepada keseluruhan umat beragama (bisa Islam dan Kristen) dengan ucapan Allah, “Yaa Ayyuhan-Nas…”. Sebagaimana firman Allah;
وَالْعَصْر إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْر,
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al ‘Asr 103:1-3)
Perlu diketahui bersama, dalam Bibel mereka sendiri, Nabi Ibrahim as dipercayai mempunyai 3 istri. Yang pertama adalah Sarah (Kejadian 16:1-4), yang kedua Hajar (Kejadian 16:1-4) dan yang ketiga adalah Ketura (Kejadian 25:1-6). Dari ketiga istrinya tersebut, Nabi Ibrahim as kemudian mempunyai 8 putra, yakni Ismail dari Hajar (Kejadian 16 : 15-16), Ishaq dari Sarah (Kejadian 21 : 3-5), dan Ketura punya 6 anak yakni Zimron, Yoksan, Medan, Midian, Isybak dan Suah (Kejadian 25 : 1-2). Bahkan didalam Kejadian 17 : 6, Tuhan akan membuat engkau (Nabi Ibrahim as) akan beranak cucu sangat banyak sekali.
Tentang permasalahan “anak tunggal”, mayoritas orang pasti sudah pada mengetahui bahwa “anak tunggal” bisa berarti anak itu tidak punya saudara-saudara lain yang se-ayah (atau dalam hal ini yaitu saudara kandung se-ibu), atau pada saat itu sang ayah baru punya anak satu saja. Hal ini tentu sangat mudah difahami bagi orang yang mau berfikir dengan logika yang sehat dan mengedepankan kebenaran, bukan pembenaran di dalam menelaah suatu permasalahan.
Untuk lebih lengkap dan jelasnya, saya akan mengutip Kejadian 21 : 5 yang isinya kurang lebih adalah bahwa pada waktu Ishaq lahir, Nabi Ibrahim as berumur 100 tahun, sedangkan pada waktu Ismail lahir, Nabi Ibrahim as berumur 86 tahun (Kejadian 16 : 16).
Dengan hal ini sudah bisa kita ketahui bahwa usia Nabi Ismail as lebih tua dari pada Nabi Ishaq as karena Nabi Ismail as lebih dulu lahir dan selisih umur mereka adalah 14 tahun. Jadi secara logis, kalau ingin disebut anak tunggal pada saat itu harusnya Nabi Ismail as, sebab beliau lebih dahulu lahir. Dan tentunya anak yang lahir dahulu (anak sulung) tersebut yang disebut anak tunggal. Hal ini karena saat itu Nabi Ismail as belum mempunyai adik atau kakak (saudara) yang lainnya.
Sedangkan permasalahan yang dikemukakan oleh orang-orang Kristen bahwa istri Nabi Ibrahim as yang sah adalah hanya-lah Sarah saja, sebetulnya sudah terjawab pada point ke II sebagaimana diatas. Bahwasanya Hajar dan Ketura-pun istri yang sah dari Nabi Ibrahim as. Bila ada orang islam yang mengaku dirinya beriman, pasti sudah 100 % yakin & percaya bahwa tidak mungkin seorang Nabi dan Rosul yang telah diutus Allah swt melakukan perbuatan keji dan tercela, yaitu “berzina”. Sebab para Nabi dan Rosul selalu terjaga dari segala dosa dan selalu dijaga oleh Allah SWT.
Selain itu, yang perlu diketahui bersama adalah pada saat itu belum ada sistem monarchi (sistem Kerajaan dengan model “Putra Mahkota) dan tak ada yang disebut sebagai “garwo padmi” atau permaisuri (istri Raja yang tidak dinikahi secara resmi).
Dan kalau kita melihat sejarah jauh kebelakang, yang mana nenek moyang Yesus banyak juga yang “ber-poligami”. Hal ini seperti dilakukan Jacob (Kejadian 32 : 22), Daud (Maz 51 : 1-2), bahkan Salmomo atau Sulaiman yang punya 700 istri (1 Raja 11 : 3).
Namun yang terpenting dari semua itu adalah nabi-nabi diatas merupakan keturunan Nabi Ishaq as. yang otomatis juga keturunan Nabi Ibrahim as. Fakta menunjukkan, kesemuanya itu juga merupakan istri-istri yang sah. Pertanyaannya, “mungkinkah para Nabi berselingkuh?”
Yang justru menjadi tanda tanya besar (the big questionmark) kita adalah, Kalau analisis ini benar (bahwa yang betul-betul dikurbankan adalah Ismail bukannya Ishaq sebagaimana keyakinan orang-orang Kristen, red), maka perlu kiranya kita mengoreksi kekeliruan tersebut. Dan seharusnya (itupun jika mereka mau), orang-orang Kristen sadar kembali kepada millah (agama) yang benar yang dibawa oleh Nabi Ibrahim as dan kemudian beriman kepada apa yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad saw sang Nabi terakhir bagi seluruh umat manusia.
Sebagai Muslim, kita pun juga tau, menurut al-Qur’an dan Bibel sendiri, bahwa Nabi Ishaq as yang menurunkan atau sebagai nenek moyang kaum Yahudi. Sedangkan Nabi Ismail as yang menurunkan atau nenek moyang bangsa Arab. Maka dengan hal ini, Muhammad bin Abdulloh bin Abdil Muththolib yang menjadi Nabi-nya umat Islam yang benar-benar menjadi pemimpin bangsa yang besar sebagaimana juga disinngung di dalam Bibel (Kejadian 21 : 18, Ulangan 18 : 18, Matius 21 : 43 & Yohanes 14 : 26, 15 : 26, 16 : 7-15).
Akan tetapi kenapa mereka (orang-orang Kristen) juga tidak mau segera sadar dari kesalahan faham mereka?
Mungkin, jawabannya, boleh jadi memang ada “agenda tersembunyi” dari para rahib-rahib mereka sebagaimana banyak disitir oleh al-Quran. Wallahu A’lam Bish-Showab…
Kesimpulan
Dari analisis di atas, kita bisa mengambil ibroh (pelajaran), bahwasanya Bibel mereka sendiri dengan tegas dan jelas memfirmankan bahwa “anak tunggal” yang dikurbankan itu adalah anak sulung Nabi Ibrahim as yaitu Nabi Ismail as sebagaimana firman Allah swt;
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِي
فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri Dia khabar gembira dengan seorang anak yang Amat sabar (yang dimaksud ialah Nabi Ismail as). Maka tatkala anak itu sampai (pada umur yang cukup dewasa) dan bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata : “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab : “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash Shaffat 37 : 100-102)
Akhirnya, semoga Allah swt memberikan hidayah kepada orang-orang yang sudah terkena “racun” salah paham dan pemikiran yang menjangkiti mereka. Dan semoga mereka bisa segera sadar dan insyaf yang akhirnya memilih Dien (agama) yang hanya diridhoi oleh Allah swt, yaitu ISLAM. Amin…
Penulis pemerhati masalah sosial dan keumatan asli Klaten Jawa Tengah. Saat ini aktif di Forum Al Ishlah (sebuah forum diskusi yang dikelola oleh gabungan beberapa mahasiswa di Solo, Klaten & Jogja) dengan situsnya www.forum-alishlah.com. Email faimpu@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar