Hadits Nabi saw tentang kondisi manusia; "Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sehingga ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya, untuk apa dihabiskannya, tentang masa mudanya, digunakan untuk apa, tentang hartanya, dari mana diperoleh dan kemana dihabiskan, dan tentang ilmunya, apa yang dilakukan dengan ilmunya itu." (HR. Tirmidzi).

Selasa, 18 Oktober 2011

Siapkan Diri Sebelum Mati

DUNIA ini adalah desain kematian yang sempurna bagi manusia. Tempat rekayasa kematian yang sangat dramatis. Kok bisa? Sebab semua ruang yang ada di dunia ini diciptakan Tuhan sebagai tempat untuk mengakhiri kehidupan seseorang. Rumah yang kita buat, tempat kita mati nantinya. Rumah sakit, tempat berkumpulnya orang-orang yang sakit dan meninggal.

Semua keinginan keduniaan kita pun desain kematian. Mobil yang kita beli bisa menjadi alat rekayasa kematian sadis untuk kematian diri kita dan orang lain, ketika terjadi kecelakaan dahsyat yang tak disangka-sangka datangnya.

Hobi makan kita, jika tak terpola, bisa menjadi desain kematian dramatis. Rekayasa kematiannya lewat penyakit. Karena kebanyakan penyakit datang dari kerakusan mengkonsumsi makanan-makanan yang tak sehat, termasuk makan yang terlalu berlebihan. Jika ada yang suka bermain wanita dan narkoba, dapat mengantarkan kematian lewat AIDS.

Hal-hal sederhana pun bisa menjadi desain kematian, misalnya jatuh di kamar mandi, atau memanjat genteng memperbaiki antena TV, jatuh dan meninggal. Demikian pula kematian bisa menjemput sedang bermain sepak bola, menonton TV, kuliah, dan memberi ceramah. Yang pasti kita tak bisa bersembunyi dari kematian.

Allah berfirman:


أَيْنَمَا تَكُونُواْ يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ وَإِن تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُواْ هَـذِهِ مِنْ عِندِ اللّهِ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَقُولُواْ هَـذِهِ مِنْ عِندِكَ قُلْ كُلًّ مِّنْ عِندِ اللّهِ فَمَا لِهَـؤُلاء الْقَوْمِ لاَ يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثاً

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh... "(An-Nisa (4): 78).

Perlahan tapi pasti dunia ini sejatinya mengantarkan kita pada kematian. Namun banyak manusia tak sadar, malah mereka ingin hidup seribu tahun lagi. Jika kematian pasti akan datang, pantaskah dunia ini menjadi tempat kita bersenang-senang dan melupakan kehidupan akhirat sebagai tempat akhir yang abadi dan kekal. Jika mati itu pasti, masihkah waktu yang kita miliki di dunia ini disia-siakan untuk menumpuk kenistaan, mengobarkan hedonis, dan memamerkan kesombongan.

Jika kematian datang, tak ada yang bisa menolaknya. Tidak ada yang bisa digadai untuk menawar. Harta, istri, anak, dan jabatan tak bisa ditukar oleh kematian. Yang kita bawa dalam kematian, bukan isi dunia yang kita dimiliki. Harta, anak, istri, usaha, dan kekuasaan akan ditinggalkan. Istri, suami, dan anak, akan bersedih dengan kepergian kita, tetapi tangisannya tak bisa berbuat apa-apa. Manusia hanya membawa amal ketika kematian datang menjemput.

Kedatangannya tidak dapat dimundurkan, atau dimajukan. Semua terserah dan rahasia Allah:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS: Al Anbiya: 35)

Kehidupan dunia ini seperti titik-titik waktu yang kita rapatkan hingga membentuk garis-garis kematian. Seperti layar monitor jantung di rumah sakit, jika masih hidup titik-titik garisnya masih melompat riang. Namun ketika detak jantung berhenti, maka akan membentuk garis lurus (linear) yang menandakan kematian telah menjemput. Hubungan seseorang dengan dunia ini hanya seperti garis linear. Garis lurus yang berujung pada kematian. Sepanjang apa pun kita menorehkan garis kesuksesan dunia, namun akhirnya akan berakhir pada garis kematian.

Dalam riwayat sebuah hadits, Abu Hurairah bercerita bahwa nabi Muhammad saw pernah mengajaknya dan berkata: “Mari kutunjukan kepadamu tentang kenyataan dunia ini.” Aku pun mempersilakannya. Beliau membawaku pada suatu tempat sampah di luar Madinah. Di sana, aku melihat tengkorak dan tulang belulang manusia terbenam dalam sampah, bersama kotoran yang berserakan di mana-mana. Sambil memanggilku, Nabi berkata: “Inilah tengkorak-tengkorak manusia yang berisi otak yang tamak. Orang-orang yang hidup seperti kebanyakan kalian selama ini, menyadarkan harapan mereka pada kehidupan duniawia. Tengkorak-tengkorak ini tergeletak tanpa kulit, dan setelah beberapa hari nanti akan menjadi tanah. Dulu, mereka berusaha keras untuk makan masakan lezat, tapi kini hanya dipenuhi sampah. Keadaan mereka saat ini sangat mengerikan bagi siapa saja yang melihatnya. Melihat mereka yang dulunya menyukai aroma makanan, membuat kamu benci padanya. Kotoran yang ada di sekeliling mereka adalah pengganti baju-baju gemerlap yang pernah mereka kenakan. Sekarang mereka dalam kekuasaan angin yang terbang sesukanya. Inilah tulang-belulang binatang yang pernah menempati manusia sombong. Siapa pun akan meneteskan airmata pada akhir perjalanan yang tragis seperti ini.” Abu Hurairah pun menangis tersedu-sedu.

Dalam hadist lain, Nabi juga bersabda: “Dunia ini dalam penampilannya tampak manis dan menyenangkan. Tuhan menciptakan manusia sebagai khalifahnya, sehingga mampu menilai perilakunya sendiri. Ketika orang-orang Yahudi pengikut Nabi Musa berkuasa, wanita, emas, dan baju-baju indah menjadi kelemahan mereka.” Apa kita juga telah terjangkiti oleh penyakit seperti orang Yahudi itu?

Percuma saja kita melarikan diri dari kematian, karena tak akan mampu. Karena setiap makhluk pasti merasakan kematian. Allah berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَما الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Q.S. Ali-`Imran(3): 185).

Kini saya dan Anda telah paham bahwa semua di dunia ini akan berakhir. Masa bayi akan berakhir dengan memasuki usia anak-anak. Usia bermain anak-anak pun akan berakhir dengan memasuki usia remaja. Masa remaja yang indah akan segera berakhir dengan datangnya usia dewasa. Masa tua akan datang sebagai akhir dari usia dewasa seseorang. Masa tua pun akan berakhir dengan kematian.

Waktu, ruang, dan tempat memiliki akhir masing-masing dan dalam dimensi yang berbeda-beda. Waktu pagi akan berakhir di siang hari. Ketika sore merambat, siang pun berakhir. Bulan Ddesember menjadi akhir dari perjalanan waktu selama satu tahun. Ruang-ruang kosong diri yang kita isi, dipenuhi dengan ilmu, pengamalan dan pengalaman, pun akan berakhir. Tempat-tempat yang kita ingin datangi, bahkan kita beli sampai berakhir menjadi milik kita, akan sayang seribu sayang. Sebab dalam bentangan waktu yang panjang, banyak yang kadang tak memberi akhir yang bahagia buat kita.

Jika dunia dan seisinya memiliki akhir, mengapa manusia semangat sekali untuk mengejarnya. Sampai-sampai nafas terakhirnya pun dipakai untuk berlari menyongsong dunia. Harta akan musnah, jabatan akan habis di purna waktu, kecantikan akan luluh di senja usia. Semua akan berakhir dengan ketiadaan. Kehidupan ini akan berakhir dengan takdir kematian. Tapi mengapa dengan angkuh engkau katakan “akan hidup seribu tahun lagi”.

Jika kematian datang sebagai akhir dari kehidupan, maka akhirat datang sebagai akhir dari sebuah kehidupan yang kekal dan abadi. Akhiratlah yang pantas menjadi tempat tujuan terakhir, karena dia adalah akhir yang abadi untuk kehidupan. Akhirat adalah ruang terakhir yang harus kita isi, karena dia berisi kenikmatan, kebahagian, dan anugrah terbesar yang tak akan pernah habis dinikmati, tak akan pernah punah meskipun dijamah terus menerus, tak akan pernah usang oleh waktu.

Masalahnya, bekal apa yang akan kita bawa ke sana nanti? Dan apakah kita semua merasa yakin memiliki bekal cukup untuk itu? */Samsul Bahri



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

MENJUAL AGAMA PADA PENGUASA DISIFATI ANJING DALAM AL QURAN

Pemimpin/Ulama adalah cermin dari umat atau rakyat yang dipimpinnya. Definisi Ulama (wikipedia) adalah pemuka agama atau pemimpin agama ...

Popular Post