Hadits Nabi saw tentang kondisi manusia; "Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sehingga ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya, untuk apa dihabiskannya, tentang masa mudanya, digunakan untuk apa, tentang hartanya, dari mana diperoleh dan kemana dihabiskan, dan tentang ilmunya, apa yang dilakukan dengan ilmunya itu." (HR. Tirmidzi).

Kamis, 14 Desember 2017

NU SUDAH DISUSUPI LIBERAL, PLURAL DAN SEKULAR

Fenomena NU saat ini Mencermati fenomena NU mungkin bisa membuat anda "mengelus dada" atau tak hapis pikir. Bagaimana tak habis pikir, alih-laih menegakkan Syari'at Islam secara kaffah justru NU saat ini sedang "sakit". Berikut ini di antara fenomena NU yang sangat menonjol:

Pertama, Sebagian Kyai dan tokoh NU tidak segan-segan menunjukkan perilaku dan bicara "lebih dekat kepada orang-orang Kafir dari pada orang-orang yang beriman". Bukankah Rasulullah dan para shahabatnya adalah orang-orang yang berkasih-sayang terhadap sesama orang beriman dan keras terhadap orang-orang Kafir?

Kedua, Sebagian Kyai dan tokoh NU bekerja sama dengan orang-orang Kafir "mengembangkan" ajaran Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme di kalangan umat Islam. Lihatlah libforall.com anda akan membuktikannya.

Padahal ajaran ini sendiri telah difatwakan sesat oleh MUI pada Munas ke-7 tahun 2005, saat itu MUI di bawah kepemimpinan Sahal Mahfudz. Namun, anehnya ajaran tersebut justru semakin terlihat mendominasi di lingkungan NU.

Saat ini dapat dikatakan para pengusung faham Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme di lingkungan NU sedang menemukan "syurga" mereka. Terlebih dengan keberadaan Said Agil Siraj sebagai Ketua Umum Tanfidiyah dan Musthofa Bisri (Gus Mus) sebagai Wakil Rais Aam. Said adalah "pengekor" fanatik Gus Dur -tokoh NU liberal yang sangat anti penegakan Syari'at Islam secara kaffah, sedang Gus Mus adalah rekan Gus Dur di libforall yang keduanya harus bertanggung-jawab atas merebaknya faham sesat itu di lingkungan NU.

Ketiga, Sebagian generasi muda NU sangat terpengaruh faham Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme, bahkan mereka saat ini menjadi "main stream" aktivis NU. Bahkan JIL (Jaringan Islam Liberal) dapat dikatakan hasil karya anak-anak muda NU -setidaknya anak-anak muda NU memberi andil besar, meski organisasi ini tidak berafiliasi dengan NU. Mereka para penganut Gus Dur dan Gus Mus, bahkan "Gusdurian" menjadi trend. Sekali lagi keduanya harus bertanggung-jawab atas merebaknya faham sesat itu di lingkungan NU.

Keempat, Sebagian Pondok Pesantren NU saat ini terindikasi menyebarkan faham Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme. Hal ini tidak terlepas dari aktivitas anak-anak muda NU liberal yang sering mengadakan pelatihan dan workshop untuk memasarkan faham ini kepada para Santri.

Faham yang telah difatwakan sesat oleh MUI di bawah Sahal Mahfudz kala itu menjadi santapan "nikmat" di sebagian pondok pesantren NU. Karena itu, saat ini Pondok Pesantren NU sepertinya tidak layak untuk menjadi tempat belajar bagi para Santri yang ingin kembali kepada Islam dan mengikuti Rasulullah saw dalam menegakkan Syari'at Islam secara kaffah.

Bagaimana dapat menjadi Muslim yang kaffah sebagaimana perintah Allah Swt (QS 2:208, Al Baqarah) bila Kyai, Ustadz dan seniornya mengajarkan liberalisme? Ngaji di Pondok Pesantren NU yang telah terinfeksi virus liberalisme bisa menjadi Santri yang tersesat, mengaku Muslim tapi menolak Syari'at Islam ditegakkan secara kaffah. Itulah yang kita sama-sama saksikan belakangan ini dimedia sosial dan media televisi, ada Ustad Abu Janda dan Aan Anshori yang secara terang-terangan mereka mendukung liberalisme dan sekulerisme. Sungguh sebuah nasib buruk sedang menimpa negeri ini. Berikut ini penjelasan Habib Syeikh Abdul Qadir Assegaf tentang bahaya liberal dalam tubuh NU.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

MENJUAL AGAMA PADA PENGUASA DISIFATI ANJING DALAM AL QURAN

Pemimpin/Ulama adalah cermin dari umat atau rakyat yang dipimpinnya. Definisi Ulama (wikipedia) adalah pemuka agama atau pemimpin agama ...

Popular Post