Hadits Nabi saw tentang kondisi manusia; "Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sehingga ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya, untuk apa dihabiskannya, tentang masa mudanya, digunakan untuk apa, tentang hartanya, dari mana diperoleh dan kemana dihabiskan, dan tentang ilmunya, apa yang dilakukan dengan ilmunya itu." (HR. Tirmidzi).

Jumat, 11 Februari 2011

AKSI AGEN RAHASIA ISRAEL MOSSAD

Aksi dinas intelijen luar negeri Israel, Mossad, membunuh tokoh militer Hamas, Mahmud Abdel Rauf al-Mabhuh, di Dubai, Uni Emirat Arab, pada 20 Januari lalu, di luar dugaan membawa kerumitan secara politik dan diplomasi bagi Israel. Kota Dubai yang dijadikan arena pembunuhan oleh Mossad kini merupakan kota termodern di Timur Tengah, yang dilengkapi dengan kamera perekam di seluruh penjuru kota.


Kepala Polisi Dubai Dahi Halfan Tamim mengungkapkan dalam temu pers, Senin (15/2/2010) malam, bahwa berkat rekaman kamera itulah kemudian terungkap identitas dan gerak-gerik tim pembunuh Al Mabhuh (50) yang berjumlah 11 orang dan berpaspor sejumlah negara Eropa. Hal itu berhasil diketahui dalam waktu yang sangat cepat, kurang dari 24 jam.

Menurut polisi Dubai, ke-11 tersangka pembunuh itu adalah seorang berpaspor Perancis, berpaspor Jerman (1), berpaspor Irlandia (3), dan 6 orang berpaspor Inggris. Isu paspor itu memicu krisis hubungan diplomasi antara Israel dan empat negara Eropa tersebut.

Tampaknya tidak mudah bagi Israel untuk keluar dari situasi sulit itu tanpa membayar harga politik yang cukup mahal ini. Sejumlah media Israel menyebut, Direktur Mossad Meir Dagan harus mundur.

Bahkan, Kepala Polisi Dubai Dahi Halfan Tamim—dalam wawancara dengan televisi Dubai— Kamis (18/2) malam lalu, menyatakan akan meminta Interpol menangkap Direktur Mossad Meir Dagan jika Mossad benar-benar terlibat dalam pembunuhan tokoh Hamas itu.

Skandal Dubai itu seolah mengulang kegagalan Mossad membunuh Kepala Biro Politik Hamas Khaled Meshaal tahun 1997 di Amman, Jordania.

Meshaal yang ditembak dengan peluru beracun dari jarak dekat tidak tewas dan hanya tergeletak hilang kesadaran. Raja Jordania saat itu, mendiang Hussein bin Talal, mengancam membatalkan perjanjian damai dengan Israel yang ditandatangani tahun 1994 jika Israel tidak mengirim obat penjinak racun di tubuh Meshaal.

Israel pun segera mengirim obat penjinak dan membebaskan pendiri Hamas, mendiang Sheikh Yassin, yang kala itu meringkuk di penjara Israel, sebagai harga politik yang harus dibayar.

Institusi Mossad

Kasus pembunuhan Al Mabhuh hanyalah segelintir tindakan ceroboh Mossad, dari sekian banyak operasi gemilang dinas rahasia Israel ini sepanjang sejarah konflik Israel-Palestina.

Mossad yang berkantor di Tel Aviv, Israel, didirikan pada 13 Desember 1949. Mossad kini memiliki sekitar 1.200 personel yang tersebar di seluruh dunia.

Mossad punya sekolah dan kamp latihan yang berada di kota Haifa. Di sekolah dan kamp itu, dilatih para personel dan agen untuk melakukan operasi rahasia dan aktivitas mata-mata.

Nama Mossad terinspirasi dari nama gerakan Zionis yang dibentuk pada tahun 1938, yaitu Mossad Le’aliyah Bet. Gerakan ini bertugas menggerakkan imigrasi Yahudi dari mancanegara ke Palestina.

Mossad punya tiga divisi utama. Pertama, divisi operasi. Tugas divisi ini merancang operasi khusus untuk melakukan pembunuhan, penyanderaan, penculikan, dan perusakan.

Kedua, divisi informasi. Bertugas mengumpulkan informasi dan menganalisisnya, kemudian memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi serta antisipasi-antisipasi yang harus dilakukan pemerintah dan rakyat Israel dalam menghadapi kemungkinan tersebut.

Ketiga, divisi perang urat saraf. Divisi ini merancang perang urat saraf dengan segala cara terhadap lawan-lawan Israel.

Mantan Direktur Kajian Strategis pada Universitas Tel Aviv dan mantan Direktur Dinas Intelijen Militer (AMAN) Mayor Jenderal Aharon Yariv mengatakan, aksi pembunuhan merupakan kebijakan resmi sejak sebelum berdirinya negara Israel tahun 1948.

Menurut Yariv, pembunuhan merupakan cara dan dasar kebijakan bagi negara Israel. Ia mengatakan, Israel selalu memilih opsi membunuh lawan-lawannya yang dianggap berbahaya di tempat-tempat yang tidak terjangkau operasi militernya, baik lantaran hambatan logistik atau politik. Yariv menjelaskan, Israel memiliki tim yang terlatih, profesional, dan dibekali teknologi canggih dalam melakukan aksi menghabisi nyawa lawan-lawannya.

Menurut wartawan Israel, Yossi Melman, misi Mossad bersandar pada keyakinan bahwa operasi pembasmian lawan-lawan papan atas merupakan kebijakan strategis. Peneliti dari institut Herzliya dekat kota Tel Aviv, Eli Karmon, mengatakan, melumpuhkan lawan-lawan adalah senjata strategis dan sah bagi Israel.

Operasi Mossad

Sejak tahun 1972 hingga tercapainya kesepakatan Oslo tahun 1993, operasi Mossad terfokus pada aktivis Fatah dan PLO. Namun, operasi Mossad pasca-1993 hingga saat ini lebih fokus pada aktivis Hamas dan Hezbollah.

Medan utama perang antara Mossad dan PLO sejak awal 1970-an hingga tahun 1982 adalah Eropa. Mossad dan PLO saat itu saling menghabisi satu sama lain di berbagai negara Eropa.

Mossad relatif berhasil mengungguli PLO dalam pertarungan di Eropa saat itu berkat keunggulan teknologi, manajerial dan institusional, serta kelihaian memanipulasi dokumen-dokumen penting, seperti paspor dan tanda identitas lain.

Hal itu membuat agen-agen Mossad leluasa bergerak, di mana pun, bahkan di negara musuh seperti di negara-negara Arab. Keunggulan lain Mossad adalah memiliki kerja sama erat dengan dinas intelijen negara-negara Barat, khususnya CIA (dinas intelijen AS) dan M16 (dinas intelijen Inggris).

Pada tahun 1972, Mossad, misalnya, berhasil membunuh pejabat teras Palestina dari Front Pembebasan untuk Rakyat Palestina (PFLP) Ghassan Kanafani dengan bom mobil. Pada tahun itu, Mossad berhasil membunuh Wakil PLO di Libya, Wael Zuweitar, ketika memasuki apartemennya di kota Roma, Italia. Pada tahun itu juga, Mossad membunuh Wakil PLO di Perancis, Mahmoud al-Hamshari, melalui ledakan bom yang ditaruh di telepon genggamnya.

Pada Januari 1973, Mossad berhasil membunuh Wakil PLO di Siprus, Hussein al-Bashir, dalam sebuah ledakan bom yang ditaruh di bawah ranjangnya di sebuah hotel di Nikosia, Siprus.

Pada 9 April 1973, tim pasukan komando Israel yang dipimpin Ehud Barak (Menhan Israel sekarang) berhasil membunuh tiga pimpinan teras PLO di kota Beirut, Lebanon, yaitu Kamel Adwan, Kamel Nasser, dan Muhammad Najjar.

Pada 11 April 1973, Mossad membunuh wakil faksi Fatah di Siprus, Ziyad Moshasi, di kamarnya di sebuah hotel di Athena, Yunani. Dan pada 22 Januari 1979, Mossad berhasil membunuh tokoh militer PLO, Abu Hassan Salamah, di Beirut.

Abu Salamah dikenal sebagai arsitek pengirim surat pos berisi bom ke agen-agen Mossad di berbagai negara Eropa. Banyak agen Mossad tewas saat itu. Abu Salamah adalah salah seorang arsitek serangan di arena Olimpiade Munich tahun 1972 yang berhasil menyandera para atlet Israel.

Pascakesepakatan Oslo tahun 1993, operasi Mossad yang menonjol terhadap sasaran Hamas adalah kegagalannya membunuh Kepala Biro Politik Hamas Khaled Meshaal tahun 1997 di Amman, Jordania.

Mossad juga berhasil membunuh komandan militer terkemuka Hezbollah, Imad Mughniyeh, dalam serangan bom mobil di Damaskus, Suriah, pada bulan Februari 2008. Terakhir, Mossad berhasil membunuh tokoh militer Hamas, Mahmud Abdel Rauf al-Mabhuh (50), di Dubai, Uni Emirat Arab, pada 20 Januari lalu.

Mossad Digugat

Pada tahun 2006, mahkamah tinggi Israel pernah mendiskusikan masalah legitimasi atau dasar hukum kebijakan pembunuhan oleh Mossad dan dinas intelijen Israel lain terhadap para aktivis Palestina.

Mahkamah tinggi saat itu meminta Pemerintah Israel membentuk komite khusus untuk menyelidiki aksi pembunuhan terhadap para aktivis Palestina. Namun, Pemerintah Israel menolak melaksanakan rekomendasi mahkamah tinggi itu.

Pada tahun 2007, digelar lagi sidang yang dipimpin PM Ehud Olmert. Hadir sejumlah pejabat militer, intelijen, dan peradilan untuk membahas penyelidikan aksi pembunuhan terhadap para aktivis Palestina.

Sidang memutuskan membentuk panitia adhoc guna menyelidiki aksi pembunuhan terhadap para aktivis Palestina itu. Namun, pemerintahan PM Ehud Olmert saat itu menolak membentuk komite permanen yang mengontrol secara kesinambungan masalah pembunuhan terhadap para aktivis Palestina.


Sumber : Kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

MENJUAL AGAMA PADA PENGUASA DISIFATI ANJING DALAM AL QURAN

Pemimpin/Ulama adalah cermin dari umat atau rakyat yang dipimpinnya. Definisi Ulama (wikipedia) adalah pemuka agama atau pemimpin agama ...

Popular Post