Hadits Nabi saw tentang kondisi manusia; "Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sehingga ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya, untuk apa dihabiskannya, tentang masa mudanya, digunakan untuk apa, tentang hartanya, dari mana diperoleh dan kemana dihabiskan, dan tentang ilmunya, apa yang dilakukan dengan ilmunya itu." (HR. Tirmidzi).

Selasa, 26 April 2011

Komando Perang Melawan Terorisme

Muqoddimah

Dipertengahan Maret lalu, masyarakat Indonesia kembali disuguhkan hotnews teror bom. Disusul dengan serbuan Koalisi Kafir Barat ke Libya, sehingga dua tema tersebut selama beberapa waktu mendominasi topik utama berbagai media, cetak maupun elektronik. Namun kali ini, model teror bom disebut-sebut sebagai teror model baru. Yakni teror bom buku.

Tapi masyarakat sepertinya sudah ‘akrab’ dengan pemberitaan teror bom, sehingga masyarakat mulai terbiasa dengan ‘kehebohan’ yang akan kembali dijejalkan media tentang bom kaum Islam radikal / Islam fundamentalis / Islam militan.
Masyarakat di Indonesia sudah tidak ‘senorak’ saat dulu Bom Bali hingga Bom Marriot jilid 2 meledak. Bahkan banyak masyarakat yang sudah hafal dengan alur topik utama media, kalau kasus kebobrokan pemerintah sedang panas-panasnya, maka biasanya teror bom akan seketika muncul secara tiba-tiba. Dan akhirnya kasus bobroknya pemerintah akan hilang bak ditelan bumi. Seperti yang terakhir adalah kasus mafia pajak, hak angket DPR dan isu reshuffle kabinet indonesia bersatu jilid 2.

Terlepas dari itu semua, pada kesempatan ini Penulis ingin membahas sebutan ‘teroris’ dan yang disebut oleh media sebagai ‘aksi teror’.

Teroris dan Terorisme


Di sini penulis tidak akan mengulas arti terorisme, sebab pengertiannya yang ada dibuku-buku pedoman kuliah, jurnal ilmiah dan wikipedia hanyalah ungkapan-ungkapan indah diatas kertas saja. Yang akan Penulis soroti adalah kenyataan/fakta-fakta terkait aksi terorisme dan siapakah yang disebut teroris.

Mari kita ingat-ingat kembali daftar ‘pelaku teror’ di Indonesia, maka tentu yang akan muncul dipikiran kita mereka adalah orang Islam semua dan aksi jihad yang mereka lakukan adalah ‘aksi teror/terorisme’. Mulai dari Amrozi, Imam Samudera, Noordin M Top, DR. Azhari, hingga Ibrohim yang dibantai dalam drama kolosal penangkapan teroris di Temanggung. (Semoga Alloh menerima mereka semua sebagai syuhada’ disisi-Nya)

Semua nama yang tertera di atas adalah orang Islam, bahkan aktivis Islam, dan aksi jihad yang mereka lakukan adalah terorisme. Namun mengapa aktivitas mereka disebut sebagai terorisme dan mereka dibombardir stempel teroris? Ini yang menjadi persoalannya.

Kita sama-sama tahu, dulu ada Tibo Cs yang dieksekusi mati dengan kasus konflik di Poso. Tapi dia dkk tidak di cap teroris.Kita juga sama-sama tahu, di Papua ada OPM (Organisasi Papua Merdeka) yang berjuang menjadikan Papua sebagai Negara Merdeka, terpisah dengan Indonesia. Tapi mereka tidak di cap sebagai organisasi teroris.

Kita juga sama-sama tahu, di Maluku ada gerakan RMS (Republik Maluku Selatan) yang telah memiliki bendera negara yang dicita-citakannya yakni negara Republik Maluku Selatan. Tapi toh mereka tidak disebut sebagai gerakan teroris.

Kita juga masih ingat dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) diujung barat daya Indonesia itu, tapi mereka lagi-lagi tidak dicap sebagai kelompok teroris.

Kenapa yang dicap teroris hanyalah mereka yang melakukan sesuatu atas nama jihad fii sabilillah dan bercita-cita mendirikan syari’at/hukum Islam dibumi Indonesia?

Komando “War On Terrorism”


Supaya hal di atas menjadi jelas, maka mari kita kembali mengingat rekaman sejarah dunia di penghujung 2001. Setelah serangan mematikan di WTC dan Pentagon pada bulan September, Amerika kalang kabut. Hingga Presiden Amerika saat itu, George W Bush, dalam konferensi persnya pada hari Minggu 16 September 2001 (sebagaimana dilansir BBC) menyatakan, “This Crusade, this war on terrorism, is going to take a long time.” Artinya: Ini adalah Perang Salib, ini adalah perang melawan terorisme, perang ini akan memakan waktu yang lama.

Anda tidak salah baca, saat itu Presiden Bush mengumumkan Perang Melawan Terorisme, Perang Salib! Sehingga sebagai kepala gerbong kereta salib dia dengan lantang mengatakan, “Bersama kami, atau bersama mereka..!” Amerika hanya memberi 2 pilihan: bersama Amerika untuk memerangi terorisme atau bersama teroris yang akan diperangi Amerika dan sekutu-sekutu internasionalnya.

Inilah Amerika, fir’aun abad ini, sebagai komandan perang melawan terorisme. Pemimpinnya dengan jelas dan tegas dihadapan dunia mengatakan bahwa perang melawan terorisme adalah perang salib!

Maka kalau Perang Melawan Terorisme adalah Perang Salib, tak perlu heran bila yang disebut terorisme adalah aksi-aksi jihad fii sabilillah dan para teroris adalah pejuang-pejuang islam (baca: mujahidin).

Hati-hati Menyebut Mujahid sebagai Teroris

Kini, setelah menyadari bahwa hakikat dari Perang Melawan Terorisme adalah Perang Salib, di mana dunia telah terbelah menjadi dua kubu: 1) Kubu Salib / Koalisi Kafir dan 2) Kubu Islam / Koalisi Mu’minin, maka berhati-hatilah menyebut-nyebut para mujahid sebagai teroris. Sebab tindakan ini dapat mengeluarkan seseorang dari Islam!

Kita bisa menjadi murtad hanya dengan menghina pejuang-pejuang Islam sebagai teroris. Karena dengan menyebut pejuang-pejuang Islam sebagai teroris, berarti kita telah berdiri di barisan salib yang memerangi barisan mu’minin. Dengan menyebut pejuang-pejuang Islam sebagai teroris, berarti kita telah memerangi dan meneror orang beriman melalui lisan.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi aulia (mu); sebahagian mereka adalah aulia bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi wali, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zholim.” (QS. Al Maa’idah [5] : 51)

(Aulia adalah bentuk jamak dari kata wali, sedangkan arti kata wali adalah pemimpin, penolong, pembantu, kawan akrab, sahabat dan semisalnya).

Wallohu a’lam bish showab.

***

Muhammad Ibnu Ghifar
(humas_sharia4indonesia@yahoo.com)

Saat ini penulis aktif di Sharia 4 Indonesia. Sharia 4 Indonesia adalah komunitas muslim yang progresif mengkampanyekan penerapan syari’ah diseluruh dunia, khususnya di bumi Indonesia.

Insya Alloh Sharia 4 Indonesia akan mengadakan Dauroh Manhajiyah 1 diawal April, informasi selengkapnya dapat dilihat di www.sharia4indonesia.com. Mohon doa dan dukungannya dari kaum muslimin sekalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

MENJUAL AGAMA PADA PENGUASA DISIFATI ANJING DALAM AL QURAN

Pemimpin/Ulama adalah cermin dari umat atau rakyat yang dipimpinnya. Definisi Ulama (wikipedia) adalah pemuka agama atau pemimpin agama ...

Popular Post