SCI_sp1__sub1Al-Sufi pun tercatat sudah berhasil melakukan obsevasi dan menjelaskan bintang-bintang, posisinya, jarak dan warna bintang-bintang itu. Ia juga mampu membuat peta bintang. Kitabnya yang paling fenomenal, yakni kitab Suwar al-Kawakib. Dunia Islam di zaman kekhalifahan sempat menjelma sebagai pusat studi astronomi dan astrologi. Studi astronomi dan astrologi mulai berkembang pada era kepemimpinan Khalifah Al-Mansyur sebagai penguasa ketiga Kekhalifahan Abbasiyah di abad ke-8 M. Studi astronomi dan astrologi di dunia Islam kian menggeliat sejak ditemukannya astrolabe oleh Al-Fazari.
Menurut sejarawan sains, Donald Routledge, kedua ilmu yang telah menguak rahasia langit itu mencapai puncak kejayaannya dalam peradaban Islam dari tahun 1025 M hingga 1450 M. Pada masa itu, di berbagai wilayah kekuasaan Islam telah lahir sederet astronom dan astrolog Muslim serta sejumlah observatorium yang besar dan megah.
Tak dapat dimungkiri bahwa sederet astronom dan astrolog Muslim terkemuka, seperti Nasiruddin at-Tusi, Ulugh Beg, Al-Batanni, Ibnu Al-Haitham, Ibnu Al-Syatir, Abdur Rahman as-Sufi, Al-Biruni, Ibnu Yunus, Al-Farghani, Al-Zarqali, Jabir Ibnu Aflah, Abu Ma’shar, dan lainnya, telah memberi sumbangan penting bagi pengembangan astronomi dan astrologi.
Bukti kejayaan yang diraih peradaban Islam dalam astronomi dan astrologi dapat dibuktikan melalui penamaan bintang dan sederet kawah bulan dengan nama-nama yang berasal dari bahasa Arab. Muslim Heritage Foundation mencatat ratusan nama bintang yang berasal dari peradaban Islam. Para astronom Muslim pada awalnya mengenal nama-nama bintang dari Almagest karya Ptolemeus–astronom Yunani yang hidup pada abad ke-2 M.
Setelah menguasai pengetahuan serta teknologi dalam bidang astronomi dan astrologi, para ilmuwan Muslim pun mulai memberi nama bintang-bintang yang berhasil mereka temukan. Sejarawan Jerman yang juga ahli dalam penamaan bintang dalam astronomi Islam, Paul Kunitzsch, mengungkapkan, ada dua tradisi penamaan bintang yang diwariskan oleh peradaban Islam.
Pertama penamaan bintang melalui dongeng. Paul menyebut penamaan bintang secara tradisional ini sebagai indigenous-Arabic. Yang kedua, menurut Paul, penamaan bintang secara ilmiah (scientific-Arabic). Sayangnya, penamaan bintang yang dilakukan para ilmuwan Muslim telah dibelokkan oleh peradaban Barat.
Hal itu dilakukan saat buku-buku teks bahasa Arab diterjemahkan ke dalam bahasa Latin mulai abad ke-12 M. Buku-buku teks bahasa Arab yang ditulis para astronom dan astrolog Muslim dengan sengaja dirusak sehingga maknanya pun berubah. Selain itu, perusakan alih bahasa itu juga membuat nama-nama bintang yang ditemukan peradaban Islam kehilangan arti.
SCI_AA423860_smTak cuma itu, nama bintang juga secara sengaja dipindahkan dari satu ke yang lain. Sehingga, posisi bintang yang telah ditetapkan oleh para astronom dan astrolog Muslim itu berada dalam peta bintang yang berbeda. Untungnya, sebagian besar nama bintang yang diadopsi masyarakat Barat sejak bergulirnya Renaisans masih dalam bahasa Arab yang asli. Salah seorang astronom Muslim yang sangat berpengaruh dalam penamaan bintang adalah Abu al-Husain `Abd Al-Rahma-n Al-Sufi (903 M-986 M). Orang Barat mengenalnya dengan panggilan Azophi. Al-Sufi secara sistematis berhasil merevisi katalog bintang yang dibuat Ptolemeus. Ia mengubah Almagest yang populer itu dengan Kitab Suwar al-Kawakib (Kitab Bintang-Bintang Tetap).
Kitab yang dirampungkannya pada 964 M itu memang berbasis pada warisan astronomi Yunani. Meski begitu, nama-nama bintang yang tercatat dalam kitabnya itu berasal dari penemuannya sendiri dan diberi nama dalam bahasa Arab. Salinan kitab karya Al-Sufi itu sempat ditulis ulang olah putranya sekitar tahun 1010 M. Kini, kitab itu tersimpan di Perpustakaan Bodleian, Oxford.
SCI_RB006288_smMenurut Paul, tradisi masyarakat lokal di negeri Muslim yang tersebar di Semenanjung Arab dan Timur Tengah memiliki nama tersendiri untuk beragam bintang yang terang, salah satunya adalah Aldebaran. Paul menambahkan, kerap kali masyarakat Muslim memperlakukan bintang tunggal seperti orang atau binatang. Bintang yang dikenal sebagai Alpha dan Beta Ophiuchi, tutur dia, dianggapnya sebagai anjing gembala.
Paul menemukan fakta adanya penamaan bintang dalam bahasa Arab yang terdapat dalam buku Almagest karya Ptolemeus. “Contohnya nama bintang Fomalhaut berasal dari bahasa Arab yang berarti ‘mulut ikan dari selatan’,” ungkap Paul. Dalam kitab yang ditulisnya, astronom Muslim, Al-Sufi, telah mencatat hasil observasinya tentang Galaxi Andromeda. Ia menyebutnya sebagai ‘awan kecil’.
Al-Sufi pun tercatat sudah berhasil melakukan observasi dan menjelaskan bintang-bintang, posisinya, jarak, dan warna bintang-bintang itu. Ia juga mampu membuat peta bintang. Kitabnya yang paling fenomenal, yakni Kitab Suwar al-Kawakib itu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin mulai abad ke-12, baik penjelasan teksnya maupun gambarnya.
Dari kitab inilah, masyarakat Barat salah satunya mengenal nama-nama bintang. Nama-nama bintang di luar angkasa yang ditemukan para ilmuwan Islam itu merupakan salah satu jejak kejayaan Islam.
Nama Islam di Galaxi
Peradaban Islam telah turut memberi nama ratusan hingga ribuan bintang dalam populasi galaksi. Dari sederet nama bintang yang ditemukan dan dinamai ilmuwan Muslim itu, hingga kini masih ada yang dipakai, bahkan ada pula yang sudah lenyap dan tak digunakan lagi oleh peradaban modern. Berikut ini beberapa contoh nama bintang yang berasal dari warisan kejayaan Islam.
No Nama Populer Nama Arab Bintang
1 Acamar Akhir an-Nahr Theta Eri
2 Achernar Akhir an-Nahr Alpha Eri
3 Acrab Al-’Aqrab Beta Sco
4 Acubens Az-Zubana Alpha Cnc
5 Adhafera Ad-Dafirah Zeta Leo
6 Adhara Al-’Adhara Epsilon CMa
7 Ain ‘Ain Epsilon Tau
8 Albali Al-Bali’ Epsilon Aqr
9 Alchibah Al-Khiba’ Alpha Crv
10 Aldebaran Ad-Dabaran Alpha Tau
11 Alderamin Adh-Dhira’ al-Yamin? Alpha Cep
12 Alfirk Al-Firq Beta Cep
13 Algedi Al-Jady Alpha Cap
14 Algenib Al-Janb Gamma Peg
15 Algieba Al-Jabhah Gamma Leo
16 Algebar Al-Jabbar Beta Ori
17 Algol Al-Ghul Beta Per
18 Algorab Al-Ghurab Delta Crv
19 Alhena Al-Han’ah Gamma Gem
20 Alioth Al-Jawn Epsilon UMa
21 Alkaid Al-Qa’id Eta UMa
22 Alkes Al-Ka’s Alpha Crt
23 Almak ‘Anaq al-Ard Gamma And
24 Almeisan Al-Maisan Gamma Gem
25 Alnair An-Nayyir Alpha Gru
26 Alnair An-Nayyir Zeta Cen
27 Alnilam An-Nidham Epsilon Ori
28 Alnitak An-Nitaq Zeta Ori
29 Alphard Al-Fard Alpha Hya
30 Alphecca Al-Fakkah Alpha CrB
sumber: Muslim Heritage
Abadi di Kawah Bulan
Sebagai bentuk pengakuan dunia terhadap sumbangan peradaban Islam, sebanyak 24 ilmuwan dan ulama Muslim terkemuka di era kejayaan telah diabadikan menjadi nama kawah bulan. Pemberian nama ke-24 ilmuwan Muslim itu pun telah mendapat pengakuan dari Organisasi Astronomi Internasional (IAU).
Hanya satu nama tokoh Muslim yang tak diakui IAU menjadi nama kawah bulan, yakni Muhammad Abduh (1849 M-1905 M). Ke-24 tokoh Muslim itu resmi diakui IAU sebagai nama kawah bulan secara bertahap pada abad ke-20 M, antara tahun 1935, 1961, 1970, dan 1976. Pada awalnya, nama ilmuwan Muslim yang diabadikan di kawah bulan itu disebut dalam bahasa Latin, seperti Alhazen, Azophi, Alpetragius, Albataneus, Alfraganus, dan lainnya. Namun, kemudian diberi nama aslinya dalam bahasa Arab.
Berikut nama-nama tokoh dan ilmuwan Muslim yang diabadikan di kawah bulan.
Abulfeda. Nama lengkapnya Isma’il Ibn Abu al-Fida. Ia adalah ahli geologi dari Suriah (1273 M-1331 M).
Abulwafa. Bernama lengkap Abu al-Wafa al-Buzajani. Matematikus dan astronom asal Persia (940 M-998 M).
Al-Bakri. Geografer Muslim asal Andalusia itu bernama Abu `Ubayd Abdallah Ibn `Abd al-Aziz Ibn Muhammad al-Bakri (1010 M-1094 M).
Al-Biruni. Ilmuwan serba bisa yang populer di Afghanistan dan India itu bernama lengkap Abu ar-Rayhan Muhammad ibn Ahmad al-Biruni. Dia seorang astronom, matematikus, dan geografer (973 M-1048 M).
Al-Khwarizmi. Matematikus dan astronom kelahiran Khwarizmi itu bernama lengkap Muhammad ibnu Musa al-Khwarizmi.
Al-Marrakushi. Abu `Ali al-Hasan Ibn `Ali al-Marrakushi adalah astronom dan matematikus asal Maroko dan bekerja di Mesir pada abad ke-13 M.
Albategnius. Muhammed bin Jaber Al-Battani dikenal di dunia Barat dengan panggilan Albategnius. Dia seorang astronom dan matematikus yang berasal dari Harran, Mesopotamia.
Alfraganus. Abu ‘l-’Abbas Ahmad Ibn Muhammad Ibn Kathir al-Farghani adalah astronom terkemuka di Baghdad yang berasal dari Iran pada abad ke-9 M.
Alhazen. Nama aslinya adalah Abu Ali al-Hasan Ibn al Haytham. Ahli fisika, matematika, dan astronomi itu mengabdikan hidupnya di Mesir (987 M-1038 M).
Almanon. Ini merupakan nama panggilan orang Barat terhadap Abu Ja’far Abdallah al-Ma’mun ibnu Harun al-Rashid. Khalifah Dinasti Abbasiyah di Baghdad yang berkuasa pada 813 M-833 M.
Alpetragius. Astronom asal Andalusia itu bernama Abu Ishaq Nur al-Din Al-Bitruji Al-Ishbili.
Arzachel. Nama lengkapnya adalah Abu Ishaq Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash al-Zarqalluh or al-Zarqali. Matematikus terkemuka ini berasal dari Toledo, Andalusia.
Avicenna. Ilmuwan legendaris Muslim itu bernama Abu `Ali al-Hussayn Ibn Sina (980 M-1037 M).
Azophi. Nama lengkapnya Abdurrahman Al-Sufi. Dia adalah astronom terkemuka yang menulis tentang bintang.
Geber. Astronom abad ke-12 M asal Andalusia itu sebenarnya bernama Abu Muhammad Jabir Ibn Aflah al-Ishbili.
Ibnu Battuta. Penjelajah dan geografer Muslim asal Maroko itu bernama Abu Abd Allah Muhammad Ibn `Abd Allah Ibn Battuta.
Ibnu Firnas. Orang Barat menyebutnya Armen Firman. Insinyur pencipta kapal terbang itu bernama lengkap Abbas Ibn Firnas.
Ibnu Yunus. Astronom Mesir (950 M-1009) itu bernama Abu al-Hasan bin Ahmad ibnu Yunus al-Sadafi.
Ibnu-Rushd. Dokter dan filsuf Muslim asal Andalusia ini bernama Abu al-Walid Muhammad Ibn Ahmad Ibn Rushd.
Messala. Nama lengkapnya adalah Ma-sha’ Allah ibnu Athari al-Basri. Dia adalah astronom asal Irak.
Nasiruddin. Ilmuwan terkemuka asal kota Tus, Khurasan, ini bernama lengkap Muhammad ibnu Muhammad ibnu al-Hasan al-Tusi.
Omar Khayyam. Dia adalah sastrawan, astronom, dan matematikus terkemuka asal Persia yang hidup pada abad ke-11 M. Dia juga dikenal dengan panggilan al-Khayyami.
Thebit. Ilmuwan asal Irak ini bernama lengkap Thabit Ibn Qurrah al-Sabi’ al-Harrani Thabit Ibn Qurra. Ia hidup pada abad ke-9 M.
Ulugh Beigh. Dia adalah penguasa Dinasti Timurid yang juga mencintai astronomi serta sempat membangun observatorium. Nama lengkapnya adalah Mirza Mohammad Taragai bin Shahrukh.
Menurut sejarawan sains, Donald Routledge, kedua ilmu yang telah menguak rahasia langit itu mencapai puncak kejayaannya dalam peradaban Islam dari tahun 1025 M hingga 1450 M. Pada masa itu, di berbagai wilayah kekuasaan Islam telah lahir sederet astronom dan astrolog Muslim serta sejumlah observatorium yang besar dan megah.
Tak dapat dimungkiri bahwa sederet astronom dan astrolog Muslim terkemuka, seperti Nasiruddin at-Tusi, Ulugh Beg, Al-Batanni, Ibnu Al-Haitham, Ibnu Al-Syatir, Abdur Rahman as-Sufi, Al-Biruni, Ibnu Yunus, Al-Farghani, Al-Zarqali, Jabir Ibnu Aflah, Abu Ma’shar, dan lainnya, telah memberi sumbangan penting bagi pengembangan astronomi dan astrologi.
Bukti kejayaan yang diraih peradaban Islam dalam astronomi dan astrologi dapat dibuktikan melalui penamaan bintang dan sederet kawah bulan dengan nama-nama yang berasal dari bahasa Arab. Muslim Heritage Foundation mencatat ratusan nama bintang yang berasal dari peradaban Islam. Para astronom Muslim pada awalnya mengenal nama-nama bintang dari Almagest karya Ptolemeus–astronom Yunani yang hidup pada abad ke-2 M.
Setelah menguasai pengetahuan serta teknologi dalam bidang astronomi dan astrologi, para ilmuwan Muslim pun mulai memberi nama bintang-bintang yang berhasil mereka temukan. Sejarawan Jerman yang juga ahli dalam penamaan bintang dalam astronomi Islam, Paul Kunitzsch, mengungkapkan, ada dua tradisi penamaan bintang yang diwariskan oleh peradaban Islam.
Pertama penamaan bintang melalui dongeng. Paul menyebut penamaan bintang secara tradisional ini sebagai indigenous-Arabic. Yang kedua, menurut Paul, penamaan bintang secara ilmiah (scientific-Arabic). Sayangnya, penamaan bintang yang dilakukan para ilmuwan Muslim telah dibelokkan oleh peradaban Barat.
Hal itu dilakukan saat buku-buku teks bahasa Arab diterjemahkan ke dalam bahasa Latin mulai abad ke-12 M. Buku-buku teks bahasa Arab yang ditulis para astronom dan astrolog Muslim dengan sengaja dirusak sehingga maknanya pun berubah. Selain itu, perusakan alih bahasa itu juga membuat nama-nama bintang yang ditemukan peradaban Islam kehilangan arti.
SCI_AA423860_smTak cuma itu, nama bintang juga secara sengaja dipindahkan dari satu ke yang lain. Sehingga, posisi bintang yang telah ditetapkan oleh para astronom dan astrolog Muslim itu berada dalam peta bintang yang berbeda. Untungnya, sebagian besar nama bintang yang diadopsi masyarakat Barat sejak bergulirnya Renaisans masih dalam bahasa Arab yang asli. Salah seorang astronom Muslim yang sangat berpengaruh dalam penamaan bintang adalah Abu al-Husain `Abd Al-Rahma-n Al-Sufi (903 M-986 M). Orang Barat mengenalnya dengan panggilan Azophi. Al-Sufi secara sistematis berhasil merevisi katalog bintang yang dibuat Ptolemeus. Ia mengubah Almagest yang populer itu dengan Kitab Suwar al-Kawakib (Kitab Bintang-Bintang Tetap).
Kitab yang dirampungkannya pada 964 M itu memang berbasis pada warisan astronomi Yunani. Meski begitu, nama-nama bintang yang tercatat dalam kitabnya itu berasal dari penemuannya sendiri dan diberi nama dalam bahasa Arab. Salinan kitab karya Al-Sufi itu sempat ditulis ulang olah putranya sekitar tahun 1010 M. Kini, kitab itu tersimpan di Perpustakaan Bodleian, Oxford.
SCI_RB006288_smMenurut Paul, tradisi masyarakat lokal di negeri Muslim yang tersebar di Semenanjung Arab dan Timur Tengah memiliki nama tersendiri untuk beragam bintang yang terang, salah satunya adalah Aldebaran. Paul menambahkan, kerap kali masyarakat Muslim memperlakukan bintang tunggal seperti orang atau binatang. Bintang yang dikenal sebagai Alpha dan Beta Ophiuchi, tutur dia, dianggapnya sebagai anjing gembala.
Paul menemukan fakta adanya penamaan bintang dalam bahasa Arab yang terdapat dalam buku Almagest karya Ptolemeus. “Contohnya nama bintang Fomalhaut berasal dari bahasa Arab yang berarti ‘mulut ikan dari selatan’,” ungkap Paul. Dalam kitab yang ditulisnya, astronom Muslim, Al-Sufi, telah mencatat hasil observasinya tentang Galaxi Andromeda. Ia menyebutnya sebagai ‘awan kecil’.
Al-Sufi pun tercatat sudah berhasil melakukan observasi dan menjelaskan bintang-bintang, posisinya, jarak, dan warna bintang-bintang itu. Ia juga mampu membuat peta bintang. Kitabnya yang paling fenomenal, yakni Kitab Suwar al-Kawakib itu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin mulai abad ke-12, baik penjelasan teksnya maupun gambarnya.
Dari kitab inilah, masyarakat Barat salah satunya mengenal nama-nama bintang. Nama-nama bintang di luar angkasa yang ditemukan para ilmuwan Islam itu merupakan salah satu jejak kejayaan Islam.
Nama Islam di Galaxi
Peradaban Islam telah turut memberi nama ratusan hingga ribuan bintang dalam populasi galaksi. Dari sederet nama bintang yang ditemukan dan dinamai ilmuwan Muslim itu, hingga kini masih ada yang dipakai, bahkan ada pula yang sudah lenyap dan tak digunakan lagi oleh peradaban modern. Berikut ini beberapa contoh nama bintang yang berasal dari warisan kejayaan Islam.
No Nama Populer Nama Arab Bintang
1 Acamar Akhir an-Nahr Theta Eri
2 Achernar Akhir an-Nahr Alpha Eri
3 Acrab Al-’Aqrab Beta Sco
4 Acubens Az-Zubana Alpha Cnc
5 Adhafera Ad-Dafirah Zeta Leo
6 Adhara Al-’Adhara Epsilon CMa
7 Ain ‘Ain Epsilon Tau
8 Albali Al-Bali’ Epsilon Aqr
9 Alchibah Al-Khiba’ Alpha Crv
10 Aldebaran Ad-Dabaran Alpha Tau
11 Alderamin Adh-Dhira’ al-Yamin? Alpha Cep
12 Alfirk Al-Firq Beta Cep
13 Algedi Al-Jady Alpha Cap
14 Algenib Al-Janb Gamma Peg
15 Algieba Al-Jabhah Gamma Leo
16 Algebar Al-Jabbar Beta Ori
17 Algol Al-Ghul Beta Per
18 Algorab Al-Ghurab Delta Crv
19 Alhena Al-Han’ah Gamma Gem
20 Alioth Al-Jawn Epsilon UMa
21 Alkaid Al-Qa’id Eta UMa
22 Alkes Al-Ka’s Alpha Crt
23 Almak ‘Anaq al-Ard Gamma And
24 Almeisan Al-Maisan Gamma Gem
25 Alnair An-Nayyir Alpha Gru
26 Alnair An-Nayyir Zeta Cen
27 Alnilam An-Nidham Epsilon Ori
28 Alnitak An-Nitaq Zeta Ori
29 Alphard Al-Fard Alpha Hya
30 Alphecca Al-Fakkah Alpha CrB
sumber: Muslim Heritage
Abadi di Kawah Bulan
Sebagai bentuk pengakuan dunia terhadap sumbangan peradaban Islam, sebanyak 24 ilmuwan dan ulama Muslim terkemuka di era kejayaan telah diabadikan menjadi nama kawah bulan. Pemberian nama ke-24 ilmuwan Muslim itu pun telah mendapat pengakuan dari Organisasi Astronomi Internasional (IAU).
Hanya satu nama tokoh Muslim yang tak diakui IAU menjadi nama kawah bulan, yakni Muhammad Abduh (1849 M-1905 M). Ke-24 tokoh Muslim itu resmi diakui IAU sebagai nama kawah bulan secara bertahap pada abad ke-20 M, antara tahun 1935, 1961, 1970, dan 1976. Pada awalnya, nama ilmuwan Muslim yang diabadikan di kawah bulan itu disebut dalam bahasa Latin, seperti Alhazen, Azophi, Alpetragius, Albataneus, Alfraganus, dan lainnya. Namun, kemudian diberi nama aslinya dalam bahasa Arab.
Berikut nama-nama tokoh dan ilmuwan Muslim yang diabadikan di kawah bulan.
Abulfeda. Nama lengkapnya Isma’il Ibn Abu al-Fida. Ia adalah ahli geologi dari Suriah (1273 M-1331 M).
Abulwafa. Bernama lengkap Abu al-Wafa al-Buzajani. Matematikus dan astronom asal Persia (940 M-998 M).
Al-Bakri. Geografer Muslim asal Andalusia itu bernama Abu `Ubayd Abdallah Ibn `Abd al-Aziz Ibn Muhammad al-Bakri (1010 M-1094 M).
Al-Biruni. Ilmuwan serba bisa yang populer di Afghanistan dan India itu bernama lengkap Abu ar-Rayhan Muhammad ibn Ahmad al-Biruni. Dia seorang astronom, matematikus, dan geografer (973 M-1048 M).
Al-Khwarizmi. Matematikus dan astronom kelahiran Khwarizmi itu bernama lengkap Muhammad ibnu Musa al-Khwarizmi.
Al-Marrakushi. Abu `Ali al-Hasan Ibn `Ali al-Marrakushi adalah astronom dan matematikus asal Maroko dan bekerja di Mesir pada abad ke-13 M.
Albategnius. Muhammed bin Jaber Al-Battani dikenal di dunia Barat dengan panggilan Albategnius. Dia seorang astronom dan matematikus yang berasal dari Harran, Mesopotamia.
Alfraganus. Abu ‘l-’Abbas Ahmad Ibn Muhammad Ibn Kathir al-Farghani adalah astronom terkemuka di Baghdad yang berasal dari Iran pada abad ke-9 M.
Alhazen. Nama aslinya adalah Abu Ali al-Hasan Ibn al Haytham. Ahli fisika, matematika, dan astronomi itu mengabdikan hidupnya di Mesir (987 M-1038 M).
Almanon. Ini merupakan nama panggilan orang Barat terhadap Abu Ja’far Abdallah al-Ma’mun ibnu Harun al-Rashid. Khalifah Dinasti Abbasiyah di Baghdad yang berkuasa pada 813 M-833 M.
Alpetragius. Astronom asal Andalusia itu bernama Abu Ishaq Nur al-Din Al-Bitruji Al-Ishbili.
Arzachel. Nama lengkapnya adalah Abu Ishaq Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash al-Zarqalluh or al-Zarqali. Matematikus terkemuka ini berasal dari Toledo, Andalusia.
Avicenna. Ilmuwan legendaris Muslim itu bernama Abu `Ali al-Hussayn Ibn Sina (980 M-1037 M).
Azophi. Nama lengkapnya Abdurrahman Al-Sufi. Dia adalah astronom terkemuka yang menulis tentang bintang.
Geber. Astronom abad ke-12 M asal Andalusia itu sebenarnya bernama Abu Muhammad Jabir Ibn Aflah al-Ishbili.
Ibnu Battuta. Penjelajah dan geografer Muslim asal Maroko itu bernama Abu Abd Allah Muhammad Ibn `Abd Allah Ibn Battuta.
Ibnu Firnas. Orang Barat menyebutnya Armen Firman. Insinyur pencipta kapal terbang itu bernama lengkap Abbas Ibn Firnas.
Ibnu Yunus. Astronom Mesir (950 M-1009) itu bernama Abu al-Hasan bin Ahmad ibnu Yunus al-Sadafi.
Ibnu-Rushd. Dokter dan filsuf Muslim asal Andalusia ini bernama Abu al-Walid Muhammad Ibn Ahmad Ibn Rushd.
Messala. Nama lengkapnya adalah Ma-sha’ Allah ibnu Athari al-Basri. Dia adalah astronom asal Irak.
Nasiruddin. Ilmuwan terkemuka asal kota Tus, Khurasan, ini bernama lengkap Muhammad ibnu Muhammad ibnu al-Hasan al-Tusi.
Omar Khayyam. Dia adalah sastrawan, astronom, dan matematikus terkemuka asal Persia yang hidup pada abad ke-11 M. Dia juga dikenal dengan panggilan al-Khayyami.
Thebit. Ilmuwan asal Irak ini bernama lengkap Thabit Ibn Qurrah al-Sabi’ al-Harrani Thabit Ibn Qurra. Ia hidup pada abad ke-9 M.
Ulugh Beigh. Dia adalah penguasa Dinasti Timurid yang juga mencintai astronomi serta sempat membangun observatorium. Nama lengkapnya adalah Mirza Mohammad Taragai bin Shahrukh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar