REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Perpecahan dikalangan umat Islam yang berawal dari perbedaan kepentingan patut diwaspadai. Pasalnya, menurut Majelis Ulama Indonesia, perbedaan kepentingan yang terjadi acap kali mengundang intervensi asing terutama negara-negara barat yang memiliki kepentingan terselubung.
“Campur tangan asing merupakan hal yang patut diwaspadai negara-negara islam. Kita ini seharusnya bisa menyelesaikan masalah dengan kekuatan sendiri. Kita ini malu lantaran tidak memiliki kekuatan dan solidaritas yang mudah memudar,” papar Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri, Muhyidin Junaide saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (24/3) siang.
Peristiwa yang terjadi di Irak, Afganistan, Sudan dan kini Libya, kata Muhyidin, menandakan secara internal umat Islam di masing-masing negara tersebut begitu rapuh dan mudah terpecah belah.
Karena, itu dunia Islam seharusnya memperkuat internal masing-masing dengan cara mengutamakan kepentingan nasional diatas segala dan bersikap waspada terhadap segala kemungkinan akan terjadinya intervensi.’
Muhyidin mengatakan alas an utama kecenderungan perpecahan dikalangan umat Islam disebabkan kepemimpinan yang munafik dan hipokrit. Maksudnya, sebagian pemimpin di dunia Islam kerap menggunakan kedok perubahan namun lambat laun borok kepemimpinannya terbongkar juga oleh rakyatnya sendiri.
Sebabnya, pemimpin-pemimpin dunia Islam harus sadar dengan mendahulukan kepentingan nasional bukan ambisi pribadi meski ambisi tersebut mengatasnamakan kepentingan rakyat."Celakanya, AS dan negara-negara dalam menjalankan kebijakannya juga memiliki sikap serupa. Ini bahaya,” papar dia.
Karena itu, ke depan, Muhyidin mengatakan solusi konkrit dari resiko hadirnya intervensi asing pada rumah tangga negara-negara Islam harus ditekan semaksimal mungkin melalui persatuan dan kesatuan nasional.
Menurutnya, perbedaan bukanlah hal yang patut dimasalahkan selama tidak menghalangi berjalannya kepentingan nasional. Perbedaan sudah sewajarnya menjadi kekayaan nasional yang diharapkan memberikan manfaat yang besar dalam persatuan dan kesatuan bangsa. “Kalau bersatu kita tidak bisa dengan mudah dipermainkan,” katanya.
Muhyidin pun berpesan, agar masyarakat Indonesia untuk waspada dengan adanya usaha campur tangan asing dalam setiap kebijakan yang dijalankan. Ia menilai Indonesia berpengalaman dan mendapat stabilitas politik yang lebih baik selepas gerakan reformasi 1998.
Namun, itu bukan berarti Indonesia tidak mudah dintervensi. “Sikap waspada mutlak diperlukan bangsa Indonesia,” pungkasnya.
Kamis, 24 Maret 2011
MUI: Umat Islam Rapuh dan Mudah Diintervensi Asing
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Entri yang Diunggulkan
MENJUAL AGAMA PADA PENGUASA DISIFATI ANJING DALAM AL QURAN
Pemimpin/Ulama adalah cermin dari umat atau rakyat yang dipimpinnya. Definisi Ulama (wikipedia) adalah pemuka agama atau pemimpin agama ...
Popular Post
-
Beberapa tahun belakangan, banyak sekali bermunculan ustadz dan penceramah baru di Indonesia. Patut disyukuri dengan banyaknya penceramah d...
-
Benarkah Yesus tidak dilahirkan pada tanggal 25 Desember? Jika tidak bagaimana sejarah penetapan 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus, y...
-
Ini bukan cerita bualan alias “hoaks”. Dalam sebuah lukisan, sosok Bunda Maria sang Perawan Suci dalam agama Kristiani memang begitu angg...
-
Ramai gonjang-ganjing politik di berbagai media, sudah tahukah anda partai mana saja yang masuk golongan partai non islam dan pendukung kaf...
-
Ada pun makrifat itu rahsianya ialah mengenal Zat Allah dan Zat Rasulullah,oleh kerana itulah makrifat dimulakan:- 1. Makrifat diri yang...
-
Al kisah suatu ketika Nabi Daud as duduk di serambi membaca Kitab Zabur sambil melihat seekor ulat merah melata diatas tanah. Nabi Daud as l...
-
Belakangan ini beredar kabar besar di bidang politik, sebuah iklan reklame bernada sindiran kepada Partai berlambang kepala Banteng PDIP,...
-
Oleh: Mamduh Farhan al-Buhairi Sejarah mencatat, beberapa usaha pencurian terhadap jenazah Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam , semuanya meng...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar