Tunisia adalah mutiara di Afrika yang ditinggalkan peradaban Islam pada masa jayanya. Pada pergantian abad ke-7 ke abad ke-8 M, wilayah Tunisia dibuka oleh kaum Muslim. Mereka mendirikan kota Kairouan, yang menjadi kota pertama Afrika utara. Di kota ini pula berdiri masjid dengan seni arsitektur terindah di dunia Islam bagian barat.
Pemerintahan Islam juga membangun instalasi irigasi yang ekstensif untuk menjamin kota dan daerah pertanian dengan air. Akhirnya kemakmuran yang diraih itu memungkinkan untuk membangun istana Al Abassiyah pada tahun 809 M dan Raqadda tahun 877 M. Sebuah universitas juga dibangun.
Tunisia menjadi matahari peradaban kedua di dunia Barat mengiringi Cordoba, sebagaimana Kairo menjadi pengiring Baghdad di dunia timur. Para ilmuwan besar pun muncul atau berdatangan untuk penelitian di Tunisia. Namun dari seluruh ilmuwan yang dibesarkan atau berkarier di Tunisia, tidak diragukan bahwa yang paling dikenang adalah lbnu Khaldun, sampai-sampai pemerintah sekuler membuatkan patungnya di Tunis.
Abu Zayd 'Abdur-Rahman bin Muhammad bin Khaldun AI-Hadrami (1332-1406 M) dari Tunisia adalah seorang polymath yang menguasai banyak keahlian sekaligus; beliau adalah hafiz (penghafal puluhan ribu hadits), faqih (pernah menjabat qadhi utama untuk madzhab Maliki di Mesir), astronom, geografer, matematikawan, sosiolog, ekonom, politolog dan sejarawan. Riwayat Ibnu Khaldun terdokumentasi dengan amat bagus, karena sebagai sejarawan, dia juga menulis autobiografi: At-Ta'rif bi Ibn-Khaldun wa Ri’ / latuhu Gharban wa Syarqan. Namun tentu saja bukunya yang paling terkenal adalah "Muqaddimah" (diterjemahkan ke bahasa Latin menjadi "Prolegomenon"), yaitu juz pertama dari tujuh juz buku sejarah dunia universalnya "Kitab al-lbar".
Sejarawan terkenal Inggris Arnold J. Toynbee menyebut Muqaddimah adalah karya terbesar dalam filsafat sejarah yang pernah dibuat pikiran manusia sepanjang masa. Bahkan ahli Inggris lainnya, Robert Flint menulis bahwa Plato maupun Aristoteles belum mencapai jenjang intelektual setaraf Ibnu Khaldun.
Di antara pemikiran jenius Ibnu Khaldun adalah ketika mendefinisikan pemerintahan sebagai "institusi pencegah kezaliman". Negaralah yang harus berdiri di pihak para korban ketika menghadapi kekeliruan atau kelalaian yang dilakukan orang-orang kaya. Negara juga yang harus memperjuangkan hak-hak kaum dhuafa ketika pasar tidak berfungsi sepenuhnya. Ini adalah teori terbaik dalam ilmu politik. Sedang konsep lbnu Khaldun dalam meramalkan kegagalan ekonomi pasar dinilai sebagai dasar-dasar sosionomi (sosiologi-ekonomi). Teori Ibnu Khaldun ini ternyata masih cocok untuk menganalisis akar krisis finansial global yang melanda Amerika tahun 2008.
Teori pasang surut peradaban dari lbnu Khaldun juga berlaku untuk negerinya sendiri. Zaman keemasan Tunisia ternyata memiliki sisi gelap yang dimulai dari mengendurnya dakwah tauhid, yakni dakwah yang menolak semangat ashabiyah (kesukuan / tribal). Ketika pemerintah pusat Khilafah sedang direpotkan oleh separatisme dinasti Fatimiyah di Mesir, Afrika-Utara nyaris terabaikan. Akibatnya muncullah instabilitas politik karena perebutan kekuasaan antar kabilah. Kondisi ini berakibat mundurnya pertanian clan perdagangan. Ibnu Khaldun sendiri pada masanya menulis bahwa banyak tanah pertanian yang kemudian berubah kembali menjadi gurun pasir, karena irigasi tidak lagi berfungsi. Salah satunya adalah tanah-tanah yang diduduki oleh Banu Hilal.
Peradaban memang naik turun seperti gelombang. Kemunduran Tunisia akhirnya menjadikan daerah ini diduduki oleh orang-orang Kristen Norman dari Sizilia pada awal abad-12. Kaum Muslim Arab kemudian merebutnya kembali, memaksa orang-orang yang murtad untuk kembali ke Islam, atau mengusirnya. Pada 1159 wilayah ini berada di bawah kekuasaan kekhalifahan Almohad dari Andalusia, yang merupakan pecahan Khilafah Umayyah di Cordoba. Kemudian dari 1230-1574 M, Tunisia berada di bawah kekuasaan dinasti Berber Hafsid, yang dapat kembali memakmurkan Tunisia. Ini adalah kurun ketika Ibnu Khaldun hidup. Namun pada akhir abad-16, jauh setelah wafatnya Ibnu Khaldun, terjadilah apa yang diprediksikan: dinasti ini bangkrut, dan pantai Tunisia berubah menjadi sarang bajak laut di Laut Tengah. Sejak itulah muncul istilah "Negara Barbar" - untuk mencerminkan negara yang buas.
Sebenarnya "Berber" sebagai nama suku, dalam huruf Arab tentu saja ditulis "Barbar". Namun karena "Barbar" kemudian menjadi sinonim dari kejahatan, maka dewasa ini untuk nama suku lalu ditulis dan dilafalkan "Berber".
Fahmi Amhar
Selasa, 01 Maret 2011
Ketika di Tunisia, Islam pun Berjaya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Entri yang Diunggulkan
MENJUAL AGAMA PADA PENGUASA DISIFATI ANJING DALAM AL QURAN
Pemimpin/Ulama adalah cermin dari umat atau rakyat yang dipimpinnya. Definisi Ulama (wikipedia) adalah pemuka agama atau pemimpin agama ...
Popular Post
-
Beberapa tahun belakangan, banyak sekali bermunculan ustadz dan penceramah baru di Indonesia. Patut disyukuri dengan banyaknya penceramah d...
-
اَلدِّÙŠْÙ†ُ Ù‡ُÙˆَ اْلعَÙ‚ْÙ„ُ ÙˆَÙ…َÙ†ْ لاَ دِÙŠْÙ†َ Ù„َÙ‡ُ لاَ عَÙ‚ْÙ„َ Ù„َÙ‡ُ “Agama adalah akal dan barangsiapa yang tidak punya agama, maka ia tidak pu...
-
Ada pun makrifat itu rahsianya ialah mengenal Zat Allah dan Zat Rasulullah,oleh kerana itulah makrifat dimulakan:- 1. Makrifat diri yang...
-
Belakangan ini beredar kabar besar di bidang politik, sebuah iklan reklame bernada sindiran kepada Partai berlambang kepala Banteng PDIP,...
-
Tahun 2013 Masehi mulai dimasuki, syukurlah tanpa kendala dan tanpa melalui kiamat yang diramalkan suku Maya. Waktu terus berjalan dan tida...
-
Iblis telah bersumpah akan menghalangi manusia dari jalan Allah. Dengan berbagai cara ia berusaha menyesatkan manusia. Namun Allah tidak mem...
-
Sebagai muslim sejati, kegiatan menonton atau menyaksikan pertunjukan tidak dilarang, tetapi tahukah anda bahwa dalam setiap tontonan ter...
-
Ramai gonjang-ganjing politik di berbagai media, sudah tahukah anda partai mana saja yang masuk golongan partai non islam dan pendukung kaf...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar