Hadits Nabi saw tentang kondisi manusia; "Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sehingga ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya, untuk apa dihabiskannya, tentang masa mudanya, digunakan untuk apa, tentang hartanya, dari mana diperoleh dan kemana dihabiskan, dan tentang ilmunya, apa yang dilakukan dengan ilmunya itu." (HR. Tirmidzi).

Kamis, 02 September 2010

CARA JIN/SETAN MENGHASUT MANUSIA

Ada beberapa faktor yang melatar belakangi terjadinya dialog antara manusia biasa (bukan Nabi atau Rasul) dengan Jin.

Datang sendiri dengan menampakkan diri dan menyerupai bentuk tertentu. Sehingga bisa dilihat oleh manusia dan berdialog dengannya.

Seperti penampakan Iblis di kalangan orang kafir Quraisy di Darun Nadwah lalu terjadi dialog di antara mereka (Tafsir Ibnu Katsir: 21 379). Penampakan Iblis di tengah pasukan kafir Quraisy saat mau berkecamuk Perang Badar lalu terjadi dialog di antara mereka (Tafsir Ibnu Katsir: 2/ 317).Penampakan syetan sebagai sosok manusia di gudang zakat lalu terjadi dialog dengan penjaganya, Abu Hurairah (HR. Bukhari). Penampakan jin di rumah Ubay bin Ka'ab lalu terjadi dialog antara keduanya (HR. Nasa'i). Dan ada juga orang-orang pada masa sekarang yang melihat penampakan, lalu mereka berdialog dengan 'sosok misteri itu', lalu sosok itu menghilang. Syari'at Islam telah membenarkan proses terjadinya dialog antara manusia dengan jin yang menampakkan diri.

Contoh: Penampakan cahaya mengaku Tuhan, mengaku malaikat Jibril, Penampakan/sosok mengaku ‘Yesus’, ‘Bunda Maria’, nabi anu, kyai anu, dll

Jin datang ke manusia tanpa menampakkan diri. la datang hanya dengan suara dan bisikan.

Ini adalah termasuk bentuk gangguan syetan. Seperti yang disabdakan Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam, "Syetan akan mendatangi salah seorang dari kalian seraya bertanya, 'Siapa yang menciptakan ini? Siapa yang menciptakan ini?' sampai pada pertanyaan, 'Siapa yang menciptakan Allah 'Azza wa Jalla?' Barang siapa mendapati dalam dirinya pertanyaan tersebut, maka berlindunglah kepada Allah 'Azza wa Jalla (baca Isti'adzah), dan hendaklah menghentikannya (mengakhirinya)." (HR. Bukhari). 


Begitu juga kedatangan syetan ke dukun-dukun untuk memberikan kepada mereka informasi, bisikan atau wangsit. Aisyah berkata, "Orang-orang datang ke Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam dan bertanya tentang dukun-dukun'. Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam menjawab, 'Mereka itu tidak ada apa-apanya'. Lalu ada yang berkata: 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka kadang-kadang memberitahu kepada kami berita (ramalan) yang benar-benar terjadi'. Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam menjawab, 'Berita itu bersumber dari kebenaran yang telah dicuri Jin, kemudian disampaikan ke telinga walinya (para dukun). Tapi jin telah mencampur kebenaran dengan seratus kebohongan'." (HR. Bukhari). Mantan dukun yang sudah taubat di hadapan Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam pernah ditanya oleh Umar bin Khatthab, "Apakah jin perewanganmu masih mendatangimu?" Dukun yang sudah taubat itu menjawab, "Sejak saya rajin membaca al-Qur'an, dia tidak pernah datang lagi. Sebaik-baik pengganti adalah al-Qur'an'." (A'lamun Nubuwwah: 127).

Contoh: Suara/bisikan mengaku malaikat Jibril dan malaikat lainnya, mengaku ‘Roh Kudus’, mengaku Roh Pembimbing, mengaku Roh Tuhan, dll.

Jin didatangkan atau diundang.

Diundang dengan membaca mantra atau melakukan ritual-ritual menyimpang. Cara inilah yang biasanya dipakai oleh dukun, tukang sihir, tukang ramal atau orang-orang yang sejenis mereka. Setelah mereka membaca mantra atau melakukan ritual menyimpang, jin yang dimaksud akan datang. Kedatangannya bisa berbentuk penampakan atau hanya berupa suara saja, sebagaimana yang pernah diceritakan mantan dukun yang telah bertaubat ke Majalah Ghoib. Setelah jinnya datang, terjadilah dialog antara dia dengan si pengundang. Biasanya orang yang mengundang jin dengan cara seperti ini butuh bantuan dari jin tersebut, dan banyak ragam bantuan yang mereka butuhkan. Koalisi seperti ini dilarang oleh syari'at Islam dan merupakan kesyirikan. Allah 'Azza wa Jalla berfirman, "Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan." (QS. al-Jin: 6).

Contoh: Mantra dari bahasa aneh/asing, Mantra/ritual mengundang ‘Roh kudus’, Mantra Bahasa ‘Roh’, Mantra dan pembakaran kemenyan/hio dan sejenisnya, dengan media Patung, keris, dll

Dialog dengan cara mediumisasi.

Cara ini ada dua macam :

1. Dengan menghadirkan seorang manusia, lalu ia melakukan ritual (gerakan) atau baca mantra untuk mengundang jin yang dimaksud, agar masuk ke jasad manusia yang disiapkan untuk jadi mediator. Lalu terjadilah dialog antara pengundang dengan jin melalui mediator tersebut. Cara ini tidak dibenarkan syari'at dan juga tidak pernah dilakukan Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam, dan biasanya ada unsur kesyirikan di dalamnya. Karena yang hadir ke mereka bisa dipastikan adalah jin jahat atau syetan, kalau pun ia muslim, biasanya muslim yang munafik. Sedangkan jin muslim shalih tidak akan memperdaya manusia atau menyeret mereka ke lembah dosa. Ingat! misi utama syetan adalah menyesatkan manusia. Mereka tidak membantu manusia kecuali untuk menyesatkan manusia tersebut.


2. Menggunakan orang yang kesurupan. Ada orang yang diganggu jin atau kesurupan, lalu dilakukan terapi ruqyah padanya, dan saat ruqyah dibaca, terkadang jinnya mau berbicara atau berdialog dengan manusia lewat mulut orang yang terganggu. Kalau ruqyahnya syirkiyyah (bermuatan syirik), maka Islam mengharamkannya. Tapi kalau ruqyahnya syar'iyyah sebagaimana yang pernah dilakukan Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam, maka hal itu dianjurkan. Apabila dengan dibacakan ayat dan do'a Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam, jin yang di dalam tubuh orang tersebut bereaksi dan mau berbicara, maka terjadilah dialog. Tapi kalau tidak mau berbicara atau berdialog, kita tidak boleh memaksanya. Apalagi melakukan tindak kekerasan seperti memukul atau menendangnya agar ia mau bicara. Bacalah ruqyah terus menerus, sampai jin itu teriak atau merasa kesakitan, lalu kabur dari badan orang tersebut. Kalaupun tidak terlihat reaksi yang berarti, janganlah putus asa. Berdo'alah terus kepada Allah 'Azza wa Jalla agar gangguan yang ada segera dihilangkan atau disembuhkan.


Syekh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin berkata: "...Saat jin atau syetan itu masuk dalam diri manusia terkadang ia berbicara melalui lisan orang tersebut. Orang di sekitarnya yang mendengar ucapan itu mengetahui bahwa yang berbicara itu bukanlan manusia yang kesurupan, tapi jin yang ada di dalam dirinya. Maka dari itu terkadang kita menjumpai dalam perkataannya itu berbeda dengan perkataan orang yang sebenarnya saat ia tersadar, perbedaan itu terjadi karena yang berkata adalah jin melalui lisan orang tersebut. Kita memohon kepada Allah 'Azza wa Jalla semoga Dia melindungi kita semua dari gangguan kesurupan semacam itu dan juga bencana lainnya.

Kesurupan seperti itu pengobatannya melalui bacaan (Ruqyah) dari orang yang baik, alim dan shalih. Kadang-kadang jin tersebut mau berbicara dan memberi tahu mereka tentang sebab manusia itu kesurupan, tapi terkadang juga ia tutup mulut. Dan kebenaran dari merasuknya jin ke tubuh manusia telah ada dalilnya dari al-qur'an dan as-Sunnah serta realita yang terjadi." (Syarhu Riyadhish Shalihin: I/ 177-178). Yang perlu dicatat dalam masalah yang berkaitan dengan dialog dengan jin saat melakukan ruqyah adalah: Jangan berlebihan dalam melontarkan materi pertanyaan, seperti tanya soal jodoh, rizki atau prilaku seseorang. Karena hal itu adalah urusan Allah 'Azza wa Jalla, bukan urusan jin. Fokuslah pada hal yang berkaitan dengan proses terapi. Berikanlah nasehat agama kepadanya agar ia bertaubat kepada Allah 'Azza wa Jalla dan tidak melakukan kedzaliman lagi. Kalau ia mengaku agamanya non muslim, ajaklah ia masuk Islam. Kalau ia masuk Islamnya pura-pura, itu bukan urusan Anda, Allah 'Azza wa Jalla yang Maha Tahu, yang penting kita sudah menyampaikan kebenaran. Kalau ia mengaku masuknya melalui sihir, tanyakan di mana letak sihirnya. Tapi waspadalah! Bisa jadi ia membohongi Anda. Timbanglah dengan al-Qur'an dan al-Hadits, atau konfrontasikan dengan realita yang ada. Jangan langsung percaya omongan mereka. Apalagi kalau dia menyebutkan pelaku sihirnya. Kalau tidak ada bukti, jangan terprovokasi!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

MENJUAL AGAMA PADA PENGUASA DISIFATI ANJING DALAM AL QURAN

Pemimpin/Ulama adalah cermin dari umat atau rakyat yang dipimpinnya. Definisi Ulama (wikipedia) adalah pemuka agama atau pemimpin agama ...

Popular Post