Ethel Mae Blizzard, sekarang tinggal di San Diego, California, AS, melakukan pencarian selama 29 tahun untuk memastikan agama apa yang pas untuknya. Sejak kecil hingga usia 16 tahun, Mae dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang menganut agama Mormon. Tapi pada usia 18 tahun, ia tidak lagi mempercayai ajaran agamanya itu dan mulai berfikir bahwa ada Tuhan di luar sana, di suatu tempat.
Dimulailah perjalanan panjang Mae untuk mencari agama yang ia yakini paling benar. Mae pun mempelajari beragam agama mulai dari yudaisme, agama Baptis, sekte Advent Hari Ketujuh, Kesaksisan Yehovah, Katolik dan berbagai sekte dalam agama Kristen. Tapi tak satu pun yang menyentuh hatinya. Mae menyerah dan berharap akan menemukan apa yang ia cari suatu hari nanti.
Suatu hari, Mae mencoba mencari pasangan hidup lewat internet dan ia bertemu dengan seorang perempuan di sebuah situs jodoh. Perempuan itu mengenalkan Mae dengan sahabatnya, seorang pria. Tiga bulan Mae menjalin hubungan lewat dunia maya dengan lelaki yang dikenalkan perempuan tadi, keduanya lalu memutuskan untuk menikah. Masalahnya, pria tadi seorang Muslim dan Mae seorang Kristiani.
Mae sempat bingung ke si pria menanyakannya apakah ia mau menikah di masjid. Seumur hidup Mae tidak pernah datang ke masjid. Mae lalu bertanya pada temannya yang asal Turki dan diberitahu tentang Masjid Abu Bakar. Mae pun datang ke masjid itu untuk bertemu dengan imamnya, meski saat itu Mae sendiri tidak paham apa itu imam masjid.
Saat Mae datang ke masjid, bertepatan dengan waktu salat dan ia bertemu dengan Imam Taha. Mae sempat bicara dengan Imam Taha tentang Islam. Imam Taha menyuruh Mae datang lagi ke masjid jika masih ingin tahu banyak tentang Islam. Di luar itu, Mae juga mengunjungi sahabatnya yang asal Turki dan menanyakan beberapa hal tentang Islam dan Muslim. Waktu itu, Mae masih berpikir bahwa Muslim adalah agama. Tapi sahabatnya meluruskan, bahwa Muslim bukan agama, tapi Islam-lah yang agama sedangkan pemeluk Islam disebut Muslim.
Ketika Mae bertanya tentang Allah, sahabatnya menjawab bahwa "Allah adalah Tuhan" yang membuat Mae terkejut. Mae mengaku baru tahu bahwa orang Islam juga percaya tuhan.
"Sahabat saya itu juga menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang damai, begitu pula umat Islam, tidak seperti yang diberitakan media, ujar Mae.
Mae kemudian direkomendasikan untuk bertemu dengan Syaikh Saad jika ingin banyak menanyakan tentang agama Islam dan pernikahahan dalam Islam. Baru beberapa minggu kemudian, Mae bisa bertemu Syaikh Saad karena Mae sempat mengalami kecelakaan mobil dan tidak ada yang bisa mengantarnya untuk menemui Syaikh Saad.
Akhirnya, sahabat Mae bernama Juli mengantarnya ke Masjid Al-Ribat tempat Syaik Saad berada. Mae berbincang tentang berbagai hal tentang Islam dengan Syaikh Saad selama kurang lebih tiga jam, termasuk situasi Muslim pasca serangan 11 September 2001. Di akhir pertemuan, Syaikh Saad memberi Mae sebuah Al-Quran dengan terjemahan bahasa Inggris serta buku-buku tentang Islam.
Ketika pulang, Mae sempat berpikir bahwa Syaikh Saad tidak sopan karena tidak mau berjabat tangan dengannya. Namun Syaikh menjelaskan mengapa Muslim antara laki-laki dan perempuan tidak berjabatan tangan dan Mae menerima penjelasan Syaikh yang menurutnya masuk akal.
Menjadi Muslim Amerika
Berminggu-minggu Mae membaca buku-buku dan terjemahan Al-Quran yang diberikan Syaikh Saad. Mae sempat menangis saat membaca buku The Religion of Truth. Setelah membaca buku itu, Mae menulis di halaman 20 buku itu "Saya percaya". Ketika itu tanggal 8 Juni 2007, Mae membulatkan tekad untuk menjadi seorang Muslim.
Tanggal 23 Juni malam, ia datang ke masjid dan menanyakan dimana ia bisa mengucapkan dua kalimat syahadat. Malam itu juga, Mae bersyahadat disaksikan sejumlah muslimah yang hadir di masjid itu.
Mae beruntung karena seluruh keluarganya menerimanya menjadi seorang Muslim, kecuali sepupu-sepupunya yang begitu kuat menganut agama Mormon. Mereka sama sekali tidak senang mendengar kabar Mae masuk Islam dan menuding Mae menolak Yesus sebagai juru selamatnya.
Mae dan sepupu-sepupunya itu sempat tidak berkomunikasi beberapa waktu, sampai suatu hari salah seorang sepupu perempuannya mengucapkan selamat hari paskah padanya lewat email. Mae membalas email itu dengan mengirim tiga fotonya yang sudah mengenakan jilbab dan menyertakan informasi tentang Islam. Mae meminta sepupunya itu untuk mengerti bahwa ia sekarang sudah menjadi seorang Muslim.
Selain sepupunya, sahabat Mae bernama Christine juga menjauhi Mae setelah tahu Mae memeluk Islam. Mae pernah mengundang Christine untuk makan malam merayakan ulang tahun Mae. Tapi sahabatnya itu bertanya; "Apakah engkau masih menjalankan apa yang dilakukan Muslim? Mae menjawab "Ya". Christine lalu berjanji akan menghubungi Mae apakah ia akan makan malam bersama Mae. Tapi Christine tidak pernah menghubungi Mae kembali.
Pernah suatu kali, salah seorang tetangga Mae mengotori mobil Mae dengan lipstick berwarna merah ketika mereka melihat Mae mengenakan abaya dan jilbab. Meski demikian, Mae menegaskan bahwa ia akan teguh memeluk Islam, agama yang kini ia yakini setelah melakukan pencarian panjang selama 29 tahun. (ln/iol)
http://www.eramuslim.com/berita/dakwah-mancanegara/ethel-mae-blizzard-29-tahun-menemukan-islam.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar