Siapa yang menyangka bahwa sekarang ini Amerika bangkrut. Amerika—lihat saja, tidak mampu lagi membiayai dan mengendalikan dunia. Negara terkaya di dunia itu menjadi negara yang paling sarat akan utang di dunia. Kekuatan super yang pernah digunakan untuk memberikan pinjaman kepada bangsa lain hari ini tenggelam dengan utang sekitar $, 14 triliun dan terancam tak mampu bayar.
Jika kita melihat masa lalu, ketika Bill Clinton meninggalkan Gedung Putih dan diteruskan oleh George Bush pada 2000 ada surplus sebesar $ 300 milyar. Ketika Bush mengalokasikan sejumlah besar pengeluaran di bidang militer terutama setelah kejadian 9 / 11, surplus menjadi defisit. Dalam dua tahun pertama, surplus sebesar $ 300 miliar dibelanjakan. Dalam dua tahun berikutnya meningkat menjadi 600 miliar dolar. Dalam dua tahun berikutnya, utang itu sudah membengkak menjadi $ 900 miliar. Pada tahun 2009, bahkan mencapai $ 1,2 trilyun. Hari ini hampir $ 1,7 triliun, yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Amerika.Semua ini memaksa Amerika untuk meminjam uang lebih dan mengubah kebijakan ekonominya. AS secara gelap mata berutang dalam jumlah yang banyak dari Jepang, Cina, Arab Saudi dan negara-negara teluk lainnya. Dalam periode pertama kepresidenan Bush, utang mencapai $ 7,6 trilyun. Namun dalam pemerintahan keduanya, utang naik menjadi $ 10,6 triliun. Hari ini mencapai di $ 14,2 trilyun. Lebih dari setengah utang ini terjadi dalam enam tahun terakhir, ketika perang Irak dan Afghanistan mencapai puncaknya. Jika kita menyebarkan jumlah utang itu terhadap warga Amerika, maka setiap orang Amerika mempunyai tunggakan sekitar $ 45.300.
Analis-analis lokal mengatakan, Amerika harus menghabiskan $ 1,3 trilyun lebih dari pendapatan dalam tahun yang sedang berjalan. Karena defisit anggaran meningkat sebesar $ 400 juta per hari, bisa dibayangkan bagaimana sirkulasi utang berjalan kesehariannya.
Ini berarti Amerika telah meminjam 40 sen dari setiap dolar yang dihabiskan. Pada tanggal 15 Januari, sekretaris keuangan AS mengatakan bahwa belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Amerika. Ironisnya, kedua partai besar di negara itu saling menyalahkan krisis. Kongres terpaksa menghapus batasan hukum atas utang kepada pemerintah untuk meminjam lebih banyak uang, atau memotong pengeluaran dalam jumlah besar.
Tapi apa pun langkah yang diambil, tidak akan ada bedanya. Pada zaman perang, utang biasanya memang meningkat tetapi tidak pernah separah yang telah dijalani dalam periode Bush.
Masalahnya adalah bahwa bunga sebesar $ 6 triliun dolar akan ditambahkan ke utang senilai $ 14 triliun. Bunga aktual $ 9 ratus juta tapi untuk beberapa alasan menjadi naik ke angka $ 600 juta, dan ini karena;
A. pemerintah tidak dapat membayar kembali, sehingga bunga berkembang biak.
B. kreditur (negara, perusahaan, bank, individu dll) menaikkan suku bunga.
C. pemerintah telah kehilangan kredibilitasnya terhadap kreditur dan memaksakan peraturan yang dibuat sendiri.
D. pemerintah terus mengeluarkan pengeluaran untuk sector militer dan anggaran dalam tingkat tinggi. Oleh karena itu kedua perang Irak dan Afghanistan disokong oleh pinjaman.
Anggaran Pentagon untuk tahun 2011 mencapai $ 717 juta. Jumlah tambahan sebesar $ 200 miliar dialokasikan untuk perang di Afghanistan dan Irak dengan label "Perang Melawan Teror."
Uni Soviet sudah mati sekarang. Pakta Warsawa dimakamkan. Perang di Afghanistan dan Irak telah meninggalkan tiga pertanyaan utama yang belum terpecahkan:
1. Jika Bush tidak menjadi presiden, apakah Amerika akan menderita kehilangan begitu banyak?
2. Jika Bush tidak menjadi presiden, apakah Amerika tidak akan berada dalam utang separah ini?
3. Apakah Amerika tidak mengalami krisis begitu berat jika negara itu tidak berada dalam lingkaran itu?
Semua jawaban bisa sangat negatif. Perang Afghanistan dan Irak memengaruhi pasar saham. Perusahaan-perusahaan rusak dan bangkrut. Pada tahun 2007-2008, krisis regional yang besar dimulai. Hal ini mengantarkan defisit keuangan dan komersial—yang memengaruhi sektor perumahan. Ekonomi dilebur, dan tumbuh utang. Dolar dicetak tanpa dukungan apapun, menyusutkan nilai dan meningkatkan inflasi dan defisit keuangan.
Perusahaan-perusahaan besar mengalami puncak krisis, memaksa pemerintah untuk menyelamatkannya dari kebangkrutan dengan memberikan mereka miliaran dolar. Semua ini mengelilingi Amerika seperti rantai dan seperti sulit untuk disingkirkan.
Bekas Uni Soviet tidak akan mengakui bahwa perang Afghanistan sudah menenggelamkan mereka. Dengan cara yang sama, Amerika tidak siap untuk menerima kenyataan pahit bahwa penyebab utama di balik krisis ini adalah perang Afghanistan.
Bagaimana dan kapan Amerika bisa mengentaskan angka $ 14,2 trilyun itu? Jawabannya masih ambigu. Apakah ini sebuah badai seperti ombak yang kuat dari Laut Merah, yang menelan Firaun, menelannya untuk selamanya? (sa/islampolicy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar