Ilmu yang berguna adalah setelah beriman, artinya ilmu seseorang yang berada di balik imannya. Allah SWT berfirman:
"Allah pasti akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat..."(QS. Al Mujadalah:11)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya yang merasa takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah orang-orang yang berilmu.” (QS. Fathir: 29)
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki baik oleh Allah, maka akan dipahamkan dalam urusan agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Umat manusia jauh lebih banyak membutuhkan ilmu daripada kebutuhan mereka kepada makanan dan minuman. Sebab makanan dan minuman dibutuhkan dalam sehari sekali atau dua kali saja. Adapun ilmu, ia dibutuhkan sebanyak hembusan nafas.”
Rasulullah saw bersabda; "Para Ulama adalah pewaris para Nabi." Dan semua sudah mengerti bahwa tiada suatu kemuliaan kecuali memperoleh kedudukan seperti itu.
Dan Rasulullah pun bersabda: "Utama-utamanya manusia adalah orang mukmin yang alim, yang bila dibutuhkan bisa memberi manfaat, dan bila tidak dibutuhkan, ia bisa mencukupi dirinya sendiri.
Imam Syafi’i rahimahullah berkata, “Yang dimaksud ilmu adalah yang di dalamnya terkandung ucapan Qaala -yaitu Allah berfirman- dan haddatsana -yaitu Nabi bersabda-.”
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Ilmu adalah mengenal petunjuk dengan landasan dalilnya.”
Imam Bukhari rahimahullah berkata, “Ilmu didahulukan sebelum ucapan dan perbuatan.”
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata, “Ilmu bukanlah semata-mata dengan banyaknya riwayat. Akan tetapi ilmu itu adalah rasa takut -kepada Allah-.”
Nabi saw bersabda: "Orang yang paling dekat kenabiannya adalah orang yang punya ilmu dan orang yang berjuang. maksud orang ahli ilmu ialah manusia yang mampu menunjukkan sesuatu yang dibawa para rasul. Dan seorang pejuang adalah orang yang memperjuangkan hal-hal yang dibawa Rasulullah."
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Semua pujian yang disebutkan di dalam al-Qur’an maka itu semua adalah buah daripada ilmu. Demikian juga, semua celaan yang disebutkan di dalamnya itu semua merupakan buah dari kebodohan.”
Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Seorang yang berilmu akan terus dianggap sebagai orang yang jahil/bodoh selama belum mengamalkan ilmunya. Apabila dia sudah mengamalkannya maka barulah dia benar-benar menjadi orang yang alim/berilmu.”
ad-Daruquthni rahimahullah berkata, “Pada awalnya kami dahulu menuntut ilmu tidak murni karena Allah. Akan tetapi ilmu itu enggan kecuali memaksa -kami- untuk ikhlas karena Allah.”
Muhammad bin Sirin rahimahullah berkata, “Sesungguhnya ilmu ini adalah agama. Maka perhatikanlah darimana kalian mengambil agama kalian.”
Nabi saw bersabda: "Tinta para ulama ditimbang sesuai darahnya orang-orang yang mati syahid." Sabda Nabi saw: "Orang ahli ilmu tidak pernah kenyang dengan ilmunya sampai dipenghujungnya berupa surga."
Dan Nabi saw bersabda: "Kehancuran untukku ada dua macam: meninggalkan ilmu dan memburu harta."
adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Adapun pada hari ini -di masa beliau-, tidaklah tersisa ilmu yang sedikit -diketahui manusia- itu kecuali sedikit sekali, yang ada pada segelintir orang saja. Sedangkan di antara segelintir orang itu betapa sedikit yang mengamalkan ilmu yang sedikit itu. Maka cukuplah bagi kita Allah sebagai tempat bergantung dan Dialah sebaik-baik penolong.”
ad-Darimi rahimahullah berkata, “Sesungguhnya ilmu tidak bisa diperoleh semata-mata dengan banyaknya riwayat. Akan tetapi ia adalah cahaya yang diberikan oleh Allah ke dalam hati. Adapun syaratnya adalah komitmen untuk mengikuti -Sunnah-, meninggalkan hawa nafsu dan tidak mereka-reka ajaran baru/bid’ah.”
Sebagian salaf berkata, “Apabila berlalu suatu hari sementara aku tidak mendapatkan tambahan ilmu, maka itu artinya aku tidak mendapatkan berkah pada hari itu.”
Sulaiman at-Taimi rahimahullah berkata, “Sesungguhnya mata apabila dibiasakan untuk tidur maka ia akan terbiasa melakukannya. Dan apabila ia dibiasakan untuk begadang, maka ia juga akan terbiasa.”
Suatu ketika Imam Ahmad ditanya apakah boleh seseorang meletakkan kitab-kitab di bawah kepalanya. Maka beliau berkata, “Kitab apa maksudnya?”. Dijawab, “Kitab hadits.” Maka beliau berkata, “Apabila dia khawatir kitabnya itu dicuri maka tidak mengapa. Akan tetapi jika dijadikan sebagai bantal, maka tidak.”
Nabi saw bersabda: "Jadilah kamu orang alim, orang-orang yang menuntut ilmu, orang yang mendengarkan, (kalau tidak mampu), jadilah orang yang mencintai. Dan janganlah menjadi orang kelima; orang yang membenci, karena engkau pasti akan binasa."
Sabda Nabi saw; "Bahayanya ilmu adalah ketika sudah merasa sombong."
Dan diantara perumpamaan para Hukama: "Barangsiapa yang mencari ilmu untuk bekal memimpin, sungguh tak ada disana pertolongan-Nya dan siasat. Allah SWT berfirman:
"AKU akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan." (QS. AL Araf:146)
Kata Imam Syafi'i: "Barangsiapa yang mempelajari Ilmu Al- Quran, harganya amat agung. Barangsiapa memperlajari ilmu fiqih, ukurannya luhur. Barangsiapa belajar hadist, akan kuat hujjahnya. Barangsiapa belajar ilmu hitung, akan tinggi pendapatannya. Barangsiapa belajar ilmu pendekatan, maka akan lembut tabiatnya. Dan barangsiapa yang tidak memuliakan dirinya, maka ilmunya tidak bermanfaat."
Nabi Muhammad saw: "Ketika Allah tidak menghendaki seorang hamba, Dia akan melarang suatu ilmu mendekat padanya."
Sabda Nabi saw: "Tidak ada kefakiran yang amat fakir kecuali kebodohan."
Referensi: Sebagian besar nukilan ini diambil dari kitab Ma’alim fi Thariq Thalabil Ilmi karya Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah as-Sad-han
mantab....
BalasHapuswww.alfathuii.co.nr